Anda di halaman 1dari 6

KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK: TELAAH

RELASI PELAKU KORBAN DAN KERENTANAN


PADA ANAK
Diesmy Humaira B,
Nurur Rohmah,
Nuril Rifanda,
Kunti Novitasari,
Ulya Diena H,
Fathul Lubabin Nuqul
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN)Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916

Abstrak - Kekerasan seksual pada anak marak terjadi di masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kejadian kekerasan seksual pada anak, relasi antara pelaku-korban serta
modus yang dilakukan,serta menimbang kerentanan pada anak-anak sebagai korban. Penelitian
ini menganalisa 16 Berita Acara Persidangan (BAP) dari Directori Putusan Mahkamah Agung
Indonesia. Dari 16 kasus yang dianalisis, kejahatan kekerasan seksual pada anak, mayoritas
dilakukan oleh orang yang dikenal oleh korban dan dilakukan dengan cara menbujuk atau
ancaman.

Keywords: sexual child abuse, perpetrators, Victim

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2015 Pusat Penelitan dan Layanan
Psikologi. Volume 12. Nomor 2, Tahun 2015

PENDAHULUAN paling sering adalah saudara laki-laki, ayah, paman,


Tingkah laku kriminal kekerasan seksual memiliki atau sepupu; sekitar 60% adalah kenalan lainnya
tingkat kuantitas yang cukup tinggi di Indonesia, seperti ‘teman’ dari keluarga, pengasuh, atau
dan tak jarang yang menjadi korban dalam kasus tetangga, orang asing adalah pelanggar sekitar
kriminalitas jenis ini adalah anak yang usianya masih 10% dalam kasus penyalahgunaan seksual anak
dibawah umur. Menurut data yang dikumpulkan (Whealin, 2007).
oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Finkelhor (1999) menyebutkan bahwa, di
Rakyat dari tahun 2010 hingga tahun 2014 tercatat Amerika Utara epidemiologi tren pelecehan seksual
sebanyak 21.869.797 kasus kekerasan seksual anak, secara teoritis dibagi menjadi lima Kategori:
yang tersebar di 34 provinsi, dan 179 kabupaten penyalahgunaan intrafamilial, melibatkan ayah,
dan kota. Sebesar 42-58% dari pelanggaran hak figur ayah, paman atau kakak; penganiayaan yang
anak itu, katanya, merupakan kejahatan seksual dilakukan oleh pengasuh, seperti guru, rohaniwan
terhadap anak (kemenkopmk.com). Artinya kasus- dan pelatih; anak-anak dianiaya secara seksual
kasus ini banyak sekali dijumpai meskipun tidak atau diperkosa oleh pelanggar muda yang sendiri
secara langsung. adalah bawah umur. Sedangkan korbannya yaitu
Mirisnya, sebagian besar pelaku pelecahan perempuan dan anak-anak yang dieksploitasi di
seksual adalah orang yang dikenal oleh korban pasar sebagai pekerja seks komersial. Sejumlah
mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari si anak, Studi telah mengkonfirmasi bahwa banyak dari
penyalahgunaan dilakukan oleh anggota keluarga

Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015 5


(Paulauskas:2013). terhadap anaka adalah suatu penganiayaan atau
Pelecehan seksual anak (Child Sexual Abuse) perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti
melibatkan membujuk atau memaksa seorang fisik, emosional, seksual melalaikan pengasuhan
anak untuk ambil bagian dalam kegiatan seksual, dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang
atau mendorong seorang anak untuk berperilaku secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan
dalam seksual yang tidak pantas termasuk selesai kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau
atau berusaha tindakan seksual atau hubungi pengembangannya, tindakan kekerasan diperoleh
atau interaksi seksual non-kontak dengan seorang dari orang yang bertanggung jawab, dipercaya atau
anak oleh orang dewasa. Ini mungkin mengambil berkuasa dalam perlindungan anak tersebut.
beberapa bentuk: penetrasi – antara mulut, penis, Anak adalah setiap manusia yang berusia
vulva anus dari anak dan individu lain: kontak- dibawah 18 tahun, termasuk anak yang masih
disengaja menyentuh alat kelamin, pantat, atau dalam kandungan (UU no.23 tahun 2002 tentang
payudara dengan atau tanpa pakaian (tidak termasuk perlindungan anak). Kekerasan seksual adalah
perawatan normal): non-kontak- terhadap paparan setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan yang
pada aktivitas seksual, pembuatan film, prostitusi dilakukan seseorang atau sejumlah orang, namun
(Molyneux, dkk:2013). tidak disukai dan tidak di harapkan oleh orang yang
Ada beberapa alasan mengapa anak sering menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat
kali menjadi target kekerasan seksual yaitu: anak negatif seperti ras malu, tersinggung, terhina,
selalu berada pada posisi yang lebih lemah dan marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian,
tidak berdaya, moralitas masyarakat khususnya dan sebagainya pada orang yang menjadi korban
pelaku kekerasan seksual yang rendah, kontrol dan (Supardi & Sadarjoen, 2006).
kesadaran orang tua dalam mengantisipasi tindak
kejahatan pada anak yang rendah. (Hertinjung: 2009)
Pasal-Pasal Perlindungan Anak
dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya Perlindungan anak merupakan segala kegiatan
dapat dilihat bahwa jarang kekerasan seksual untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak
terhadap anak dilakukan oleh orang asing (tidak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang dan
dikenal oleh korban). Oleh karena itu kami ingin berpartisipasi secara optimal serta mendapatkan
mengetahui lebih lanjut siapakah yang berpotensi perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak. Pelecehan seksual terhadap anak perlu mendapatkan
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini perhatian serius mengingat akibat dari kekerasan
bertujuan untuk mengetahui relasi pelaku-korban seksual terhadap anak akan menyebabkan anak
dan modes pelaku kekerasan seksual pada anak. mengalami trauma yang berkepanjangan. Upaya
Dari penelitian ini dapat membuka wacana bahwa perlindungan anak harus dimulai sedini mungkin.
potensi terjadinya kekerasan seksual dapat dilakukan Di Indonesia kekerasan seksual pada anak dapat
oleh orang-orang yang dikenal bahkan yang telah dihukum seperti dalam UU No. 23 tahun 2002
sangat dipercaya dan memberikan kewaspadaan tentang Perlindungan Anak yang termuat dalam
bagi masyarakat semua. Bab XII yaitu mulai Pasal 77 sampai dengan Pasal
90 serta UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM Pasal
KERANGKA KERJA TEORITIK 65 mengatur tentang adanya hak anak untuk
Kekerasan seksual pada anak dibawah umur mendapatkan perlindungan dari kegiatan eksploitasi
sudah menjadi ancaman di Indonesia, melonjaknya dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan
kekerasan seksual di Indonesia membuat semua orang anak serta dari berbagai bentuk penyalah gunaan
harus waspada karna kekerasan seksual merupakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
salah satu bentuk penyiksaan terhadap anak, dimana Dalam UU No.23 tahun 2002 Pasal 88 mengatur
orang dewasa atau remaja menggunakan anak sebagai adanya ketentuan pidana bagi setiap orang yang
rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual pada mengeksploitasi ekonomi ataupun seksual anak
anak termasuk meminta atau menekan seorang anak dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
untuk melakukan aktivitas seksual, memberikan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling
paparan yang tidak selayaknya untuk ditampilkan lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak
pada anak. Berikut terdapat beberapa istilah-istilah Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
tentang kekerasan seksual, diantaranya: Kekerasan seksual pada anak adalah hubungan
Menurut WHO (dalam Lidya, 2009) kekerasan atau interaksi antara seorang anak dengan orang yang

6 Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015


lebih tua atau orang yang lebih dewasa seperti orang menggambarkan kondisi, situasi dan fenomena yang
asing, saudara sekandung atau orang tua dimana menjadi realitas sosial dalam masyarakat. lebih
anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek spesifik lagi, metode pendekatan ini bertujuan
pemuas bagi kebutuhan seksualnya. Perbuatan itu untuk mengangkat ciri, karakter, sifat, model atau
dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, gambaran yang lebih spesifik tentang objek penelitian
suap, tipuan maupun tekanan. yaitu kasus kekerasan seksual pada anak.
Anak korban kejahatan seksual mempunyai Untuk proses analisis data, penelitian ini
kebutuhan yang berbeda dengan korban kejahatan menggunakan metode archival research atau yang
yang lain pada umumnya. Beberapa faktor yang lebih dikenal dengan metode penelitian arsip.
membedakan, sebagai berikut; 1). Tingkat dan bentuk Metode penelitian arsip ini adalah sebuah metode
pengalamam trauma. 2). Anak-anak merupakan penelitian menggunakan arsip, data atau dokumen
pihak yang rawan menjadi korban penyerangan 3). yang sudah ada yang kemudian digunakan untuk
Tekanan sosial dari orang dewasa terhadap anak- menggali informasi dalam proses penelitian (Shelly:
anak korban kejahatan yang kurang berdaya. 4). 2009). Yang dimaksud Data yang sudah ada di dalam
Dukungan sosial terhadap pelaku kejahatan penelitian ini adalah arsip berupa BAP (Berita Acara
Hubunngan dekat antara korban dan pelaku Pemeriksaan) dari kasus MA (Mahkamah Agung).
sering menambah kompleksitas dari penanganan Arsip BAP tersebut kemudian dijadikan sebagai
kasus kejahatan seksual pada anak. Berbagai bentuk sumber informasi primer dalam proses analisis
dukungan khusus dibutuhkan untuk membantu anak data penelitian. Penelitian ini mengambil sampel
yang menjadi korban kejahatan seksual. kasus yang serupa, yakni kekerasan seksual pada
Kasus kekerasan seksual pada anak merupakan anak, sebanyak 16 kasus dengan setting tempat
salah satu jenis kasus yang masuk Berita Acara dan situasi yang berbeda satu sama lain.
Persidangan (BAP). BAP dalam penelitaian merupakan Enam belas kasus tersebut diringkas dalam
hasil putusan dari Mahkamah Agung tentang kasus- sebuah tabel yang akan disajikan dan dijabarkan
kasus kasasi. . Dalam BAP berisikan tentang kasus- pada tahap penjabaran hasil penelitian nantinya.
kasus yang telah naik banding dipengadilan dan Peneliti mengamati setiap kasus dari beberapa segi
telah diputuskan oleh Mahkamah Agung. Dalam yakni pelaku, usia pelaku, jenis kelamin pelaku,
BAP banyak dijelaskan tentang bagaimana kasus itu relasi dengan korban, siapa yang menjadi korban
terjadi, dimana kejadiannya, siapa pelakunya, alasan dan bagaimana cara pelaku memperlakukan korban.
melakukan perbuatan tersebut dan hukuman yang Tujuan dari pengamatan tersebut adalah untuk
diberikan sesuai dengan kejahatan yang dilakukan mengetahui tingkat potensi terjadinya kekerasan
semuanya dijelaskan dalam BAP. Oleh karena itu, seksual pada anak.
untuk meneliti sebesar apakah kekerasan seksual
pada anak itu terjadi, kami menggunakan BAP sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
bahan pengumpulan data untuk memperoleh data Berdasarkan 16 kasus yang dianalisis
valid dari seberapa besar potensi kekerasan seksual menggambarkan bahwa potensi kekerasan seksual
pada anak dibawah umur itu terjadi. dapat terjadi di manapun dan dapat dilakukan
oleh siapapun bahkan oleh seseorang yang dekat
METODE dengan korban.
Peneltian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk meringkas serta

Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015 7


Tabel 1. Hasil analisis kategori kasus kekerasan seksual pada BAP
Pelaku/ Usia/ Relasi dg Korban/ Tempat
No. No. Putusan Pekerjaan F Keterangan
JK Korban Usia Kejadian
Korban Mengidap
Epilepsi dan
54/Pid.
Mamat/60 S M/12 Rumah perilaku tidak
1 Sus/2013/ Petani Terapis 3
Thn/LK Thn Korban senonoh itu
PN.Rkb
disangka bagian dari
ritual pengobatan
Swasta Korban diberikan
60 PK/Pid. C V H/42 H F/ 5 Rumah
2 (pegawai Tetangga 1 uang Rp. 1,000,-
Sus/2011 Thn/LK Thn Terdakwa
toko) setelah kejadian
Rumpun
67/
Y M/ 26 Thn/ Y A/ 13 Pisang Percobaan
3 Pid.B/2011/ Nelayan Tetangga 1
LK Thn Belakang Pemerkosaan
PN-NBE
Rumah Pelaku
146/
Orang yg N H / 16 kamar kos korban diancam
4 Pid.B/2013/ Swasta 1
dikenal Thn korban dengan pisau
PN.PSB
sang isteri
(ibukorban)
kamar korban berkerja merantau
05 / Pid.Sus / Ayah kandung I P / 15
5 Buruh 3 (rumah di jakarta korban
2012 / PN.BTG korban Thn
pelaku) diancam tidak
diberikan uang
jajan
Pelaku juga sempat
mengancam NN
07/PID/2013/ IS/ 50 Thn/ Pencari WN / 16 rumah korban selaku adik korban
6 Ayah + anak tiri 1
PT.Mdn laki-laki barang bekas Thn dan pelaku yang sempat
memergoki
perbuatannya
Ruang tamu
143/Pid. pelaku tidak sampai
M / 29 Thn / NA / 9 Rumah
7 Sus/2012/ PNS Ayah + anak tiri - merusak selaput
laki-laki Thn korban dan
PN.JMB dara korban
pelaku
16/
A / 26 Thn / Ruang televisi
8 PID.B/2013/ Petani Tetangga A / 8 Thn 1
laki-laki rumah pelaku
PN.BK
81/Pid. Ruang televisi Pelaku menjanjikan
S / 46 Thn / RA / 6
9 Sus/2014/ Wiraswasta Kakek + cucu 1 rumah pelaku jajanan terhadap
laki-laki Thn
PT.Smg dan korban korban
Tujuan utama Ke
B, R, F, dan
122/ empat pelaku
I / Sekitar Orang asing PD / 16
10 Pid.B/2013/ Pengangguran 1 Kamar korban sebenarnya berniat
30-40 Thn/ (rampok) Thn
PN. Stb untuk merampok
laki-laki
rumah korban.
XXX K/PID. AD/ 37 Thn/ AK/ 6 Sofa, Ruang Korban didekati
11 Swasta Tetangga 1
SUS/XXXX LK Thn Tengah saat bermain game
Dalam kamar Membujuknya
94/Pid.
DR/ 20 Thn/ NA/ 16 rumah untuk melakukan
12 Sus/2014/PT Pengangguran Kekasih 5
LK Thn kerabat hubungan secara
JAP
korban berkelanjutan
108/Pid.
XX/ 55 Thn/ AM/ 16 Kamar Membujuknya
13 Sus/2014/ PNS Kerabat -
LK Thn terdakwa membelikan Ipad
PN.Kot.
123/Pid. Dibujuuk dengan
Pemandu I/ 14
14 Sus/2014/ CG/ Guru - Hotel Bydiel memberi uang
Lagu Thn/
PN.Cj. sebesar 100 Rb

8 Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015


Membujuknya
149/ Basecame
WA/ 16 dengan mengatakan
15 Pid.A/2013/ MS/ Pelajar Teman 1 Ekstrakulikuler
Thn bahwa dia tidak
PN.GS di Sekolah
akan hamil
Pelaku kadangkala
melakukannya pada
KA, KR,
292/Pid. 3 korban sekaligus
JJ/ 57 tahun Teknisi LM dan Di rumah
16 Sus/2012/PN. 0rang asing 3 dalam satu waktu
/ laki2 bangunan PS/ 14 korban
SGR karna keempat
tahun
korban berteman
akrab

Tabel analisis menggabarkan bahwa kejahatan Pengaruh Lingkungan


terhadap anak-anak terutama kekerasan seksual Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat
dilakukan oleh pelaku yang lebih dewasa dengan dominan dalam segala tingkah laku individu termasuk
modus yang berbagai macam. Ada yang menggunakan pelaku kekerasan seksual. Setting lingkungan
cara membujuk korban dengan dijanjikan imbalan tidak hanya berpengaruh secara fisik tapi juga
sejumlah uang, membelikan sesuatu yang diinginkan secara psikologis dan sosial bagi masyarakat di
korban, atau memang dengan cara mengancam atau dalamnya. Survei menunjukkan bahwa sekitar tiga
memaksa. Melalui modus-modus tersebut, kemudian perempat dari pelaku kejahatan seks remaja di
pelaku melakukan kejahatan tersebut ditempat lembaga pemasyarakatan memiliki sejarah masa
yang dirasa aman. Terdapat 12 kasus kejahatan kecil hubungan keluarga miskin, pemisahan orang
kekerasan seksual yang dilakukan di rumah milik tua atau kerugian, penempatan asuh, fisik atau
korban ataupun pelaku, 2 kasus kejahatan kekerasan pelecehan seksual, dan penelantaran (Boswell, 1995;
seksual lainnya dilakukan di tempat-tempat yang Falshaw & Browne, 1997). Ini menunjukkan bahwa
biasa didatangi oleh korban seperti sekolah, rumah ligkungan tempat individu hidup dan di besarkan
kerabat, 2 kasus sisanya terjadi ditempat yang tidak sangat mempengaruhi perilaku individu tersebut
biasa dikunjungi oleh korban seperti halnya hotel dikemudian hari. Setting lingkungan yang tepat akan
dan rerumpunan pisang. mendukung kesejahteraan individu-individu yang
Ditinjau dari hubungan pelaku dengan korban, berada didalamnya, dan sebaliknya setting lingkungan
diketahui bahwa dari 16 sampel kasus kejahatan yang kurang tepat akan menghambat kesejahteraan
kekerasan seksual yang telah dipaparkan pelaku hidup individu-individu didalamnya.
kejahatan hanya 1 sampel kasus yang dilakukan Kondisi moralitas masyarakat dalam sebuah
oleh orang tidak dikenal oleh korban dan 15 sisanya lingkungan juga mempengaruhi potensi kekerasan
dilakukan oleh seseorang yang dikenal oleh korban seksual secara signifikan (Hertinjung: 2009), karena
seperti teman, pacar, tetangga, guru, bahkan ada ditinjau dari segi pelaku yang melakukan kekerasan
pelaku yang merupakan keluarga dekat korban seksual pada anak. individu dengan kesadaran
seperti ayah kadung, ayah tiri dan kakek korban. moralitas tinggi tidak akan melakukan kekerasan
Sebagaimana dijabarkan di atas bahwa anak-anak seksual atau kejahatan lain kepada anak maupun
mudah sekali untuk dibujuk, dengan iming-iming orang lain disekitarnya.
makanan atau mainan. Selain itu anak-anak sering
kali tidak mempunyai keberanian untuk menolak, Mengapa anak dijadikan sebagai objek
terutama pada orang yang dikenalnya. Hal ini tak kekerasan seksual ?
terlepas dari cara berfikir anak yang cenderung Finkelhor (1999) menunjukkan bahwa anak dari
pragmatis dan sederhana dalam menganalisa. kelompok tertentu lebih rentan terhadap pelecehan
Tentu dengan kondisi ini peran orang tua seksual dibandingkan dengan yang lainnya. Mereka
menjadi sangat penting untuk melindungi anak- termasuk anak-anak dari keluarga yang bercerai,
anak agar tidak menjadi korban kejahatan seksual. anak yang hidup dengan orang tua tiri atau wali,
kewaspadaan ini tidak hanya cukup pada orang- anak-anak dari keluarga yang melakukan kekerasan,
orang asing semata tetapi juga pada yang paling cacat fisik seperti kecanduan alkohol, obat-obatan
dekat sekalipun seperti orang tua kandung maupun dan masalah kesehatan mental (Paulauskas: 2013).
orang lain yang dikenal oleh anak. . Sebuah studi di india juga melaporkan bahwa
terdapat beberapa anak yang rentan menjadi korban

Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015 9


pelecehan seksual diantaranya anak-anak jalanan, oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,
anak-anak yang berada di lembaga pengasuhan dapat menyebabkan trauma mendalam pada korban
anak, anak yang mengalami kesulitan ekonomi, pelecehan seksual dan dapat mengganggu jiwanya
anak tiri dan anak yatim yang miskin (Molyneux, dan merusak masa depan anak tersebut.
dkk :2013). Penelitian tersebut dapat diketahui Berdasarkan 16 kasus telah dianalisis ter bahwa
bahwa Anak yang menjadi objek kekerasan seksual kebanyakkan kekerasan seksual dilakukan pada
cenderung lebih lemah baik secara fisik, psikologis, anak-anak dibawah umur dan pelakunya merupakan
ekonomi maupun sosial dibandingkan dengan orang-orang terdekat korban. Oleh karena itu,
pelaku, sehingga mereka cenderung tidak memiliki sebagai orang tua dan orang-orang terdekat, harus
kemampuan untuk menentang atau melawan pelaku lebih waspada dalam melihat cara pergaulan anak
kejahatan tersebut. dan lingkungan sekitarnya, untuk mewaspadai
timbulnya kekerasan seksual yang mengakibatkan
KESIMPULAN anak-anak akan mengalami masa-masa suram dan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dibuktikan tidak bisa melihat masa depan mereka hanya karena
bahwa kekerasan seksual marak dilakukan oleh perbuatan yang tidak manusiawi oleh orang-orang
orang-orang dewasa kepada anak-anak dibawah yang tidak bertanggung jawab.
umur. Potensi lebih banyak terjadi pada anak- Hasil ini menegaskan kembali bahwa siapapun
anak dibawah umur, ini dikarenakan anak-anak bisa mnejadi pelaku kejahatan seksual, hal ini
memiliki power yang lemah, baik itu fisik maupun meniscayakan kewaspadaan pada lingkungan merupakan
psikis mereka. Sehingga potensi kekerasan seksual cara yang paling ampuh untuk menanggulang
lebih besar terjadi pada anak-anak dibawah umur kekerasan seksual pada anak. Dengan pelaku orang
daripada orang dewasa. dekan seperti ini tentu sering kali menimbulkan efek
Kasus kekerasan seksual pada anak yang trauma yang berkepanjangan jika tidak ditangani
dijelaskan dalam BAP, kebanyakkan anak-anak ada dengan baik untuk itu diperlukan penangana yang
yang dibujuk rayu dengan mainan, jajan ataupun komprehensif yang berorientasi pada restorasi
uang dan ada juga yang dipaksa. Pada dasarnya korban dengan lebih sungguh-sungguh.
kasus kekerasan seksual pada anak yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA Regression Analysis. Journal of criminal


Eric Wood, Shelley Riggs (2009). Adult Attachment, justice sciences. 9, 64-73.
Cognitive Distortions, and Views of Self, Elizabeth M. Molyneux, Neil Kennedy, Asefa Dano,
Others, and the Future Among Child Molesters. Yabwile Mulambia (2013). Sexual abuse of
A journal of research and treatment 21, children in low-income settings: time for
375-390. action. Paediatrics and International Child
Sharon M; Lewis, Kathy; Sigal, Janet (2004). The Helath. 33, 239-246.
Impact of Risk Factors on the Treatment of Rolandas Paulauskas (2013). Sexual Deviance And
Adolescent Sex Offenders Kelley. Journal Child Abuse. Teacher Education. 21, 10-23.
of Addictions & Offender Counseling 24, Michael H. Miner, Beatrice “Bean” E. Robinson,
67-81. Raymond A. Knight, Dianne Berg, Rebecca
Amy C. Tishelman, Susanne K. Meyer, Penny Haney, Swinburne Romine and Jason Netland (2010).
Sara K. McLeod, (2010). The Clinical-Forensic Understanding Sexual Perpetration Against
Dichotomy in Sexual Abuse Evaluations: Moving Children: Effects of Attachment Style,
Toward an Integrative Model. Journal of Child Interpersonal Involvement and Hypersexuality.
Sexual Abuse, 19, 590-608. A Journal Of Research and Treatment. 22,
Catherine Townsend (2013). Estimating a Child Sexual 58-77.
Abuse Prevalence Rate for Practitioners. A Taylor E.,Shelly, Peplau Anna Letitia, Sears O., David
Review of Child Sexual Abuse: Prevalence (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas.
Studies Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Natalia D. Tapia (2014). Survivors of Child Sexual Kelley, Sharon M; Lewis, Kathy; Sigal, Janet. Journal
Abuse and Predictors of Adult Re-victimization of Addictions & Offender Counseling 24. 2
in the United States: A Forward Logistic (Apr 2004): 67-81.

10 Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai