Anda di halaman 1dari 25

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Simulasi


2.1.1 Pengertian Simulasi
Simulasi merupakan teknik penyusunan model dari suatu keadaan nyata
(sistem) dan kemudian melakukan percobaan pada model tersebut. Simulasi
merupakan alat yang fleksibel dari metode kuantitatif. Pada umumnya simulasi
cocok untuk menganalisa interaksi masalah yang rumit dari sistem, simulasi juga
berguna untuk mengetahui pengaruh atau akibat suatu keputusan dalam jangka
waktu tertentu (Kiman Siregar, 2016).
Simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan
menggunakan model dari suatu sistem nyata (Siagian, 1987). simulasi merupakan
suatu model pengambilan keputusan dengan mencontoh atau mempergunakan
gambaran sebenarnya dari suatu sistem kehidupan dunia nyata tanpa harus
mengalaminya pada keadaan yang sesungguhnya (Hasan, 2002).
Simulasi adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk memecahkan
model–model dari golongan yang luas. Golongan atau kelas ini sangat luasnya
sehingga dapat dikatakan , “ Jika semua cara yang lain gagal, cobalah simulasi”
(Schroeder, 1997).
2.1.2 Model-Model Simulasi
Model–model simulasi yang ada dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
penggolongan, antara lain:
2.1.2.1 Model Stochastic atau probabilistic
Model stokastik adalah model yang menjelaskan kelakuan sistem secara
probabilistik informasi yang masuk adalah secara acak model ini sering juga
disebut sebagai model simulasi Monte Carlo. Meskipun output yang diperoleh
dapat dinyatakan dengan rata–rata, namun kadang–kadang ditunjukkan pula pola
penyimpangannya. Model yang mendasarkan pada teknik peluang dan
memperhitungkan ketidakpastian (uncertainty).

6
7

2.1.2.2 Model Deterministik


Pada model ini tidak diperhatikan unsur random, sehingga pemecahan
masalahnya menjadi lebih sederhana.
2.1.2.3 Model Dinamik
Model simulasi yang dinamik adalah model yang memperhatikan
perubahan–perubahan nilai dari variabel kalau terjadi pada waktu yang berbeda.
2.1.2.4 Model Statik
Model statik adalah kebalikan dari model dinamik. Model statik tidak
memperhatikan perubahan–perubahan nilai dari variabel–variabel yang ada kalau
terjadi pada waktu yang berbeda.
2.1.2.5 Model Heuristik
Model heuristik adalah model yang dilakukan dengan cara coba–coba, kalau
dilandasi suatu teori masih bersifat ringan, langkah perubahannya dilakukan
berulang–ulang, dan pemilihan langkahnya bebas, sampai diperoleh hasil yang
lebih baik, tetapi belum tentu optimal (Subagyo, 2000).
2.1.3 Tahapan Dalam Simulasi
Tahapan atau prosedur yang diperlukan dalam melakukan simulasi, yaitu:
1. Formulasi masalah
2. Menentukan kelayakan simulasi
3. Menyusun model
4. Memvalidasi model
5. Menerapkan model
6. Menganalisa hasil simulasi
2.1.4 Keuntungan menggunakan simulasi
Keuntungan utama menggunakan simulasi adalah kemampuan dalam
menyelesaikan masalah atau eksperiment atas suatu sistem atau ekosistem yang
mengandung masalah ketidakpatian, tanpa menggangu atau mengadakan
perlakuan atas sistem yang sedang diteliti.
Keuntungan lain adalah waktu penyelesaian masalah secara singkat dengan
hasil yang dipercaya (Muslich, 1993).
Selain dari keuntungan di atas terdapat pula dua keterbatasan model
simulasi, yaitu:
8

1. Model simulasi lazimnya adalah besar dan rumit sehingga memerlukan biaya
mahal pada proses penyusunan.
2. Model simulasi yang komplek menimbulkan kesukaran untuk dimengerti.

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan


2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Budiman (2014) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Mubarak (2011) pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan adalah segala
apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala
sesuatu yang diketahui setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu sehingga menjadi pedoman dalam membentuk tindakan membentuk
tindakan seseorang tersebut.
2.2.2 Jenis Pengetahuan
Menurut Budiman (2014) Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan
dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam.Pengetahuan merupakan bagian
perilaku kesehatan.
2.2.2.1 Pengetahuan implisit.
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
9

disadari.Contoh sederhana seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi


kesehatan, namun ternyata dia merokok.
2.2.2.2 Pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku
kesehatan.Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.Contoh sederhana yaitu seseorang mengetahui
tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Menurut Budiman (2014) Mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
2.2.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima
informasi.
2.2.3.2 Informasi atau media massa.
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”
(Oxford English Dictionary, 2010). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
2.2.3.3 Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
10

tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan


seseorang.
2.2.3.4 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.2.3.5 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
2.2.3.6 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.2.4 Kategori Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan
seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu
sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%
3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
2. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%
11

Namun jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka


presentasenya berbeda.
Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya >75%, Tingkat pengetahuan
kategori kurang baik jika nilanya ≤ 75%.
2.2.5 Tahapan pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuanseseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
2.2.5.1 Tahu (know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya.Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan tentang
imunisasi campak, orang yang berada pada tahap ini dapat menguraikan dengan
baik dari definisi campak, manfaat imunisasi campak, waktu yang tepat
pemberian campak, dan sebagainya.
2.2.5.2 Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
2.2.5.3 Aplikasi (aflication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut
secara benar.
2.2.5.4 Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
2.2.5.5 Sintesis (synthesis)
Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
2.2.5.6 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
12

2.2.6 Ciri Ilmu Pengetahuan


Menurut Ihsan (2010) ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah
mempunyai lima ciri pokok:
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analisis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok persoalannya
kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikasi, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Adapun menurut Ihsan (2010) menunjukkan bahwa pengertian ilmu
mengacu pada tiga hal, yaitu pokok, proses, dan masyarakat.Ilmu pengetahuan
sebagai produk, yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya
oleh masyarakat ilmuan.
2.2.7 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010) untuk memperoleh pengetahuan ada dua
macam cara, yaitu:
2.2.7.1 Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam mencegah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka
dicoba lagi dengan kemungkianan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal
dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
2. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh
orang yang bersangkutan.
13

3. Secara kekuasaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang di lakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak.Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Pemegangan
otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan pada prisipnya mempunyai mekanisme yang sama dalam
penemuan pengetahuan.
4. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, pepatah ini mengandung maksud bahwa
pepatah ini merupakan sumber pengetahuan.
5. Cara akal sehat (comman sense)
Akal sehat atau (comman sense) kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan berkembang, orang tua jaman
dahulu menggunakan cara hukuman fisik agar anaknya menuruti keinginan
orang tuanya. Ternyata ini cara berkembang menjadi teori, bahwa hukuman
adalah metode bagi pendidikan anak.
6. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran adalah salah satu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui
para nabi.
7. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran ini secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui
proses diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.
8. Melalui jalan pikiran
Dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara manusia ikut
perkembangan.
9. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan dimulai dari pertanyaan-
pertanyaan khusus kepertanyaan umum.
10. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang
khusus.
14

2.2.7.2 Cara modern atau cara ilmiah


Cara ini disebuat metode penelitian atau lebih populer disebut metodologi
penelitian.
Menurut Karlingger dalam Wibowo (2014) mengutarakan empat cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Method of tenacity
Dimana manusia berpegang teguh terhadap apa yang dianggapnya sebagai
kebenaran. Ia dihadapkan pada pengulangan yang berkali-kali tentang hal yang
dianggapnya benar menyebabkan makin besarnya kepercayaan akan kebenaran
tersebut, walaupun mungkin terdapat fakta-fakta yang bertentangan.
2. Method of authority
Yang didasarkan kepercayaan terhadap otoritas tertentu. Banyak
pengetahuan yang kita peroleh melalui cara ini walaupun cara ini dalam
beberapa hal banyak ditentang dan dipertanyakan orang.
3. Method of intuition
Cara ini disebut juga sebagai apriorimethod dimana mengandalkan
proporsi-proporsi yang kebenarannya dianggap terbukti dengan
sendirinya.Kebenaran berdasarkan kecocokan penalaran dan tidak perlu dengan
pengalaman.
4. Method of science
Metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga kesimpulan yang dibuat oleh
orang yang berbeda-beda, hasilnya tetap sama. Metode ini memiliki sifat yang
tidak dimiliki oleh metode lain, yaitu mengoreksi sendiri.
2.2.8 Cara Penilaian Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010) Pengukuran pengetahuan adalah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui
pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket.Pengukuran bobot pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut:

1. Bobot I:Tahap tahu dan pemahaman.


2. Bobot II:Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
3. Bobot III:Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
15

Menurut Arikunto dalam Budiman (2014) pengukuran pengetahuan dapat


dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang diukur dari subjek penelitian atau responden.Dalam mengukur pengetahuan
harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

2.3 Konsep Dasar Rabies


2.3.1 Pengertian Rabies
Rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat yang
dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan oleh virus
rabies. Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, penyakit
rabies sering kali hidrofobia. Bahaya rabies berupa kematian gangguan
ketenteraman hidup masyarakat. Hewan seperti anjing, kucing dankera yang
menderita rabies akan menjadi ganas dan biasanya cenderung menyerang atau
menggigit manusia. Bahaya rabies tersebut akan mengakibatkan timbulnya rasa
cemas atau rasa takut baik terhadap orang yang digigit maupun masyarakat pada
umumnya (Masriadi, 2017).
Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi melalui jilatan
atau gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing, kucing, kera, musang,
serigala, raccoon, kelelawar. Virus masuk melalui kulit yang terlukaatau melalui
mukosa utuh seperti konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau
transplantasi kornea. Infeksi melalui inhalasi virus sangat jarang ditemukan.
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus
tetap (TanzilKunadi, 2014).
2.3.2 Epidemilogi
Penyakit rabies tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian
bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan
perubahan-perubahan fungsinya.
tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi verktor
penular berbeda-beda. Ada beberapa kota bebas rabies di Amerika Serikat (New
York dan Philadelphia), tetapi sebagian besar Negara bagian melaporkan kasus
rabies pada binatang. Terjadi 25 kasus rabies pada anjing dilaporkan pada tahun
1975.Vektor utama di Amerika Utara adalah rubah, raccoon, dan
kelelawar.Kelelawar penghisap darah ternak (vampire) di Amerika Tengah dan
16

Latin adalah vektor utama penyakit rabies selain anjing.Rubah juga merupakan
hewan penular terpenting di Eropa, sedangkan di Asia dan Afrika, anjing
merupakan vector terbanyak ditemukan.
Penyakit rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan,
kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang-orang
yang terpapar.Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi
karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya
postexposuretreatment.Kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan,
terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata penting di dunia, seperti Balidapat
saja terjadi jika tingkat kejadian rabies sangat tinggi.Rabies telah ada di Indonesia
sejak abad ke-19 dan telah tersebar disebagian besar wilayah.Rabies dilaporkan
pertama kali oleh Stchorl pada tahun 1884, yaitu pada seekor kuda di Bekasi,
Jawa Barat. Hasil penelitian pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan
kera, didapatkan data bahwa 12.581 gigitan hewan tersangka rabies sebanyak,
1.112 hewan positif rabies, dan 120 orang meninggal, dengan kasus tertinggi di
NTT, Sumatera Barat, dan Riau. Selanjutnya kasus rabies pada kerbau dilaporkan
pada tahun 1889, kemudian rabies pada anjing dilaporkan oleh Penning tahun
1890 di Tangerang.Kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan
pada seorang anak di Desa Palimanan, Cirebon tahun 1894.
Rabies dilaporkan semakin menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia,
yaitu Sumatra Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 1953, Sulawesi Selatan
tahun1959, Lampung 1969, Aceh tahun 1970, Jambi dan DI Yogyakarta
dilaporkan tahun 1972, Kalimantan Timur tahun 1974, Riau tahun 1975 dan di
Kalimantan Tengah tahun 1978. Rabies pada dekade 1990-an dan 2000-an masih
terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas historis menjadi tertular, yaitu
Flores tahun 1998, Pulau Ambon dan Pulau Seram tahun 2003, Pulau Bengkalis
dan Pulau Rupat di Provinsi Riau tahun 2009 (Depkes RI, 2009).
Bali merupakan provinsi terbaru tertular rabies di Indonesia dan Bali
dinyatakan tertular secara resmi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
1637.1/2008 tertanggal 1 Desember 2008. Secara laboratorium rabies pada anjing
di Bali didiagnosis pertama kali pada tanggal 27 November 2008 yaitu pada satu
ekor anjing asal Kelurahan Kedonganan, dengan mengkaji kasus pada manusia
17

dan hewan serta, masa inkubasi rabies sudah ditemukan menyebar ke beberapa
wilayah antara lain di Kota Denpasar pada tanggal 19 Desember 2008
Pertengahan tahun 2009 wabah sudah menyebar ke Kabupaten Tabanan,
Kabupaten Karangasem, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli dan Kabupaten
Gianyar. Kabupaten Klungkung tertular akhir Maret 2010, dan akhirnya
Kabupaten Juni 2010 Kabupaten Jembrana dinyatakan tertular rabies.Dengan
demikian saat ini, semua kabupaten/kota di Provinsi Bali sudah tertular
rabies.Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan
eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan pengawasan
lalu lintas Hewan Penular Rabies (HPR).
Vaksinasi massal merupakan cara efektif untuk pencegahan dan
pengendalian rabies. Vaksinasi rabies pada anjing di Kabupaten Badung Provinsi
Bali sudah dilakukan sejak tanggal 4 Desember 2008, yang dilanjutkan dengan
vaksinasi massal pada tangal 21 sampai 22 Desember 2008.Vaksinasi massal terus
dilakukan sampai saat ini (Juni 2011) di seluruh Bali.Vaksin rabies yang
digunakan adalah vaksin Rabivet Supra92 dan Rabisin.Upaya untuk
mengendalikan rabies dngan vaksinasi dan eliminasi anjing tidak optimal tidak
banyak memberikan hasil.Kasus rabies di daerah tertentu behkan semakin
meningkat (Adjid et al., 2005), demikian juga halnya yang terjadi di Bali.Hal itu
terbukti dengan semakin luasnya wilayah yang terkena rabies.Hal tersebut
mungkin disebabkan karena cakupan vaksinasi yang tidak memadai.Cakupan
vaksinasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengendalian suatu
penyakit, disamping kualitas vaksin, teknik aplikasi dan waktu pelaksanaan
vaksinasi (CDC, 2012).
Berdasarkan data yang ada di Balai Besar Veteriner Denpasar (BBVet
Denpasar), 3 ekor anjing yang didiagnosis positif rabies ternyata sudah pernah
mendapatkan vaksin rabies. Hal yang hampir sama juga dilaporkan oleh Wilde
dan Tepsumethanon (2010), bahwa 3 sampai 6% kasus anjing rabies di Thailand
memiliki sejarah sudah pernah divaksinasi. Hal tersebut menimbulkan
kecurigaanbahwa kasus-kasus tersebut kemungkinan disebabkan oleh virus isolat
vaksin itu sendiri. Penyebab lainnya yang perlu dikaji antara lain rentang waktu
kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin yang dipakai terlalu singkat, penanganan
18

yang tidak baik (misalnya rantai dingin yang tiak terpenuhi), salah aplikasi,
ataukah terjadi perbedaan struktural gen pada glikoprotein virus rabies yang ada di
Bali dapat menyebabkan vaksin yang diberikan tidak mampu lagi memberikan
protektivitas pada anjing yang divaksin. Diketahui bahwa glikoprotein virus rabies
merupakan protein yang berperan dalam menginduksi produksi antibodi
netralisasi yang bersifat protektif setelah vaksinasi.Glikoprotein juga sebagai
faktor penting dalam pathogenesitas virus rabies (Benmansour et al.m 1991;
Susetya, 2005; Nagarajan et al., 2006; Maillard dan Gaudin, 2002). Masalah-
masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan surveilans serologis untuk
deteksi antibodi pasca vaksinasi dan analisis genetika terhadap gen penyandi
glikoprotein virus rabies yang ada di Bali. Deteksi antibodi rabies sangat penting
dilakukan untuk mengetahui efektivitas vaksin rabies.Jenis vaksin tampaknya
menghasilkan respons imun yang berbeda.Hasil penelitian (Minke et al., 2009)
menunjukkan bahwa vaksin Rabisin menginduksi respons kebal tertinggi pada
hari 14 setelah vaksinasi yaitu 87%. Vaksin yang lain, yaitu Nobivac, disebutkan
menginduksi kekebalan yang lebih seragam yang mencapai 100% (CDC, 2012).

2.3.3 Etiologi

Penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk family Rhabdovirus


genus Lyssa. Bentuk virus menyerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter
75 nm, dan ada permukaannya terlihat bentuk paku dengan panjang 9 nm, jarak
antara spikes 4-5 nm, berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk
bulat atau elip (lonjong). Virus ini tersusun dan protein, lemak, RNA, dan
karbohidrat.Sifat virus adalah peka terhadap panas, namun dapat mati bila berada
pada suhu 50oC selama 15 menit.Ada dua macam antigen, yaitu antigen
glikoprotein dan antigen nucleoprotein. Virus tersusun dari ribonukleokapsid
dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dan bagian luarnya yang
pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500
buah, pada membrane selubung (amplop) terdapat kandungan lemah yang tinggi.
Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemah, alcohol 70%, yodium,
fenol dan klorofrom.Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan
gliserin 50%. Virus mati dalam waktu 1 jam pada suhu 600 oC dan dalam
19

penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40oC dapat tahan selama
beberapa tahun (Akoso Tri Budi, 2008).

2.3.4 Gejala Klinis dan Tanda


2.3.4.1 Pada Hewan
Hewan yang menderita penyakit tersebut biasanya ditemukan virus dengan
konsentrasi tinggi pada air ludahnya, oleh karena itu, penularan umumnya melalui
suatu luka gigitan. Infeksi rabies pada hewan ditandai dengan mencari tempat
yang dingin diikuti dengan sikap curiga dan menyerang apa saja yang ada
disekitarnya, hipersalivasi, paralisa dan mati, sedangkan gejala rabies pada
manusia yang menyolok berupa takut air (hydrophobia) dan gejala encephalitis.
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium:
1. Stadium prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung
antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan tempramen yang
masih ringan. Hewan mulai mencari tempat yang dingin/gelap, menyendiri,
reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap
tuannya.Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila
ada provokasi.Keadaan tersebut perubahan perilaku mulai diikuti oleh
kenaikan suhu badan.
2. Stadium eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan
dapat berlangsing selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain
ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada
provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti
ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehinga bila ada
cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.
3. Stadium paralisis
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk
dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian.Hewan
mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh
dan mati.
20

2.3.4.2 Pada Manusia


Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium, yaitu:
1. Stadium prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat
adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa
terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan
selama beberapa hari.
2. Stadium sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas
luka kemudial disusul dengan gejala lemas dan reaksi yang berlebihan terhadap
rangsangan sensoris.
3. Stadium eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap
rangsangan cahaya, tiupan angina atau suara keras. Umumnya selalu merintih
sebelum kesadaran hilang.Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak
nyaman dan tidak teratur.Kebingungan menjadi semakin hebat dan
berkembang menjadi agresif, halusinasi, dan selalu ketakutan.Tubuh gemetar
atau kaku kejang.
4. Stadium paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.Kadang-
kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis
otot-otot bersifat progresif.Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang
yang memperlihatkan gejala paresis otot-ototpernapasan.

2.3.5 Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing berkisar antara 10 sampai 8
minggu.Masa inkubasi rabies pada sapi, kambing, kuda dan babi berkisar antara 1
sampai 3 bulan. Biasanya berlangsung 3-8 minggu, jarang sekali sependek 9 hari
atau 7 tahun; masa inkubasi sangat tergantung pada tingkat keparahan luka, lokasi
luka yang erat kaitannya dengan kepadatan jaringan saraf dilokasi luka dan jarak
luka dari otak, dan tergantung pula dengan jumlah dan strain virus yang masuk,
21

serta tergantung dari perlindungan oleh pakaian dan faktor-faktor lain. Masa
inkubasi yang panjang terjadi pada individu prepubertal.

2.3.6 Patogenesis
Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi,
kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau
mukosa).Cakaran oleh kuku hewan penular rabies adalah berbahaya karena
binatang menjilati kuku-kukunya.Saliva yang ditempatkan pada permukaan
mukosa seperti konjungtiva mengkin infeksius.Ekskreta kelelawar yang
mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya rabies pada mereka
yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang diciptakan oleh
kelelawar.Penularan rabies melalui transplan kornea dari penderita dengan
ensefalitis rabies yang tidak didiagnosis pada resipen/penerima sehat telah
direkam dengan cukup sering.
Penularan dari orang ke orang secara teoritis mungkin tetapi kurang
terdokumentasi dan jarang terjadi. Luka gigitan biasanya merupakan tempat
masuk virus melalui saliva, virus tidak bias masuk melalui kulit utuh. Setelah
virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal
pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung
serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan fungsinya. 21 bagian otak
yang terserang adalah medulla oblongata dan annon’s hoorn. Sesampainya di
otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian
neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus dan batang otak.Setelah memperbanyak diri dalam neuron sentral,
virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter
maupun saraf otonom. Dengan demikian, virus tersebut menyerang hampir tiap
organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti
kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam
infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam
sitoplasma sel ganglion besar.

2.3.7 Cara Penularan


22

Air liur binatang sakit yang mengandung virus menularkan virus melalui
gigitan atau cakaran (dan sangat jarang sekali melalui luka baru di kulit atau
melalui selaput lender yang utuh).Penularan dari orang ke orang secara teoritis
dimungkinkan oleh karena liur dari orang yang terinfeksi dapat mengandung
virus, namun hal ini belum pernah didokumentasikan.Transplantasi organ
(cornea) dari orang yang meninggal karena penyakit system saraf pusat yang tidak
terdiagnosis dapat menularkan rabies penerima organ tadi.
Penyebaran melalui udara telah dibuktikan terjadi di suatu gua dimana
terdapat banyak kelelawar yang hinggap dan pernah juga terjadi di laboratorium,
namun kejadiannya sangat jarang.Penularan rabies di Amerika Serikat kelelawar
pemakan serangga jarang menularkan rabies kepada binatang didarat baik kepada
binatang domestic maupun biantang liar. Sumber penularannya 90% dan anjing,
6% dan kucing, dan 4% dan monyet dan hewan lainnya. Setelah menyerang dan
mengakibatkan radang otak, virus akan menyebar ke air liur penderita rabies.
Rabies pada anjing, virus ditemukan kurang dan lima hari sebelum munculnya
gejala. Gigitan hewan terinfeksi bias langsung menularkan penyakit. Cakaran
kuku hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati
cakarnya.

2.3.8 Cara Pemberantasan


2.3.8.1 Cara Pencegahan
1. Lakukan pendaftaran, berikan lisensi dan imunisasi kepada semua anjing di
Negara enzootik; tangkap dan bunuh binatang yang tidak ada pemiliknya dan
berkeliaran di jalanan. Imunisasi semua kucing dan anjing (bahwa hewan
peliharaan harus diikat bila berada di tempat ramai kalau tidak bisa
dikandangkan, bahwa kalau ada hewan yang berkelakuan aneh atau yang sakit
baik hewan domestik maupun hewan liar), hewan ini mungkin berbahaya dan
sebaiknya tidak diambil atau disentuh. Kalau ditemukan anjing atau binatang
lainnya segera laporkan kepada polisi dan atau petugas kesehatan setempat.
Binatang tersebut harus ditangkap, dikandangkan untuk diobservasi sebagai
upaya pencegahan terhadap rabies; dan binatang liar tadi jangan dipelihara
sebagai binatang peliharaan. Oleh karena upaya memberantas dan mengurangi
populasi anjing secara terus-menerus marupakan upaya yang efektif.
23

2. Pertahanan kegiatan surveilans aktif terhadap rabies pada binatang. Kapasitas


laboratorium harus dikembangkan untuk dapat melakukan pemeriksaan FA
pada semua jenis binatang liar yang terpajan denagn manusia atau terpajan
dengan binatang peliharaan dan pemeriksaan terhadap semua binatang
peliharaan yang secara klinis diduga mengidap rabies. Berikan penyuluhan
kepada dokter, dokter hewan dan petugas pengawasan binatang agar
menangkap atau membunuh atau melakukan pemeriksaan laboratorium pada
binatang yang terpajan dengan manusia atau terpajan dengan binatang
peliharaan.
3. Penahanan dan observasi klinis selama 10 hari dilakukan terhadap anjing atau
kucing yang walaupun tampak sehat dan diketahui telah menggigit orang
(sedangkan anjing atau kucing yang tidak ada pemiliknya dapat langsung
dibunuh dan diperiksa untuk rabies dengan mikroskop fluorescence); anjing
dan kucing yang menunjukkan gejala mencurigakan terhadap kemungkinan
rabies harus dibunuh dan diperiksa untuk rabies. Bila bintang yang menggigit
terinfeksi pada waktu menggigit, gejala rabies akan muncul dalam waktu 4-7
hari, dngan timbulnya perubahan perlakuan dan eksitabilitas atau terjadi
kelumpuhan dan diikuti dengan kematian. Semua binatang liar yang telah
menggigit manusia harus dibunuh segera dan otaknya diambil dan diperiksa
untuk pembuktian rabies. Pada kasus gigitan oleh binatang peliharaan yang
berperilaku normal atau oleh binatang sangat mahal atau oleh binatang di
kebun binatang maka lebih tepat untuk dipertimbangkan pemberian profilaksis
paca pajanan keadaan korban gigitan dan sebagai ganti pemusnahan binatang
dilakukan karantina selama 3-12 minggu.
4. Segera kirim ke laboratorium, kepala utuh dari binatang yang mati dan kepada
yang dicurigai rabies, dikemas dalm es (tidak beku), untuk dilakukan
pemeriksaan antigen viral dengan pewarnaan FA, atau bila pemeriksaan ini
tidak tersedia, dengan pemeriksaan mikroskopis untuk badan negri, diikuti
dengan inokulasi pada tikus.
5. Segera bunuh anjing atau kucing yang tidak diimunisasi dan yang telah digigit
oleh binatang liar, apabila pilihannya adalah mengurung maka kurunglah
binatang tersebut pada kandang atau kurungan yang terbukti aman untuk paling
24

sedikit 6 bulan di bawah pengawasan dokter hewan dan diimunisasi dengan


vaksin rabies 30 hari sebelum dilepas. Bila binatang tersebut sudah pernah
diimunisasi, lakukan imunisasi ulang dan tahan (diikat atau dikurung) binatang
tersebut paling sedikit selama 45 hari.
6. Imunisasi dengan vaksin oral untuk reservoir binatang liar yaitu vaksin yang
berisi virus yang telah dilemahkan atau vaksin recombinant telah terbukti
efektif dapat mengeliminasi rabies pada rubah di sebagian Eropa dan Kanada.
Teknik tersebut sedang dievaluasi di Amerika Serikat dengan menggunakan
droping dari udara dengan umpan yang berisi vaksin recombinant.
7. Koordinasi program pemberantasan rabies dengan bekerja sama dengan
otoritas suaka binatang liar untuk menguarngi populasi rubah, skunk, raccoon,
dan binatang darat liar lainnya yang merupakan host dari sylvatic rabies di
daerah enzootik yang mengitari daerah perkemahan atau daerah hunian
manusia. Apabila kegiatan depopulasi terhadap binatang tersebut secara lokal
telah dilakukan, harus dipertahankan untuk menahan terjadinya peningkatan
kembali populasi binatang tadi dari daerah sekitarnya.
8. Orang yang beresiko tinggi (dokter hewan, petugas suaka alam dan petugas
keamanan taman didaerah enzootic atau epizootic, petugas pada karantina,
laboratorium dan petugas lapangan yang bekerja dengan rabies dan wisatawan
yang berkunjung dalam waktu yang lama ke daerah endemis rabies) harus
diberi imunisasi prapajanan. Ada 3 jenis vaksin rabies yang beredar di pasaran
Amerika Serikat yaitu Human Diploid Cell Rabies Vaccine (HDCV), satu jenis
vaksin inaktivasi yang dibuat dari virus yang ditumbuhkan pada kultur sel
diploid manusia; kemudian Rabies Vaccine Adsorbed (RVA), yaitu jenis vaksin
inaktivasi yang ditumbuhkan pada sel diploid rhesus; dan juga vaksin yang
ketiga adalah Purified Chick Embryo Cell Vaccine (PCBC), vaksin inaktivasi
yang ditumbuahkan pada kultur primer dari fibroblast ayam (vaksin kultur sel
poten dari jenis lain tersedia di Negara lain). Setiap jenis vaksin dapat
diberikan dalam tiga dosis masing-masing 1, cc (IM) pada hari 0, 7 dan hari ke-
21 atau ke-28. Regimen ini cukup emmuaskan sehingga pemeriksaan serologis
pasca imunisasi tidak dilakukan secara rutin kecuali pada kelompok tertentu
yang beresiko tinggi atau orang yang mengalami immunodeficiency.Bila resiko
25

pajanan berlanjut, maka pemberian booster dosis tunggal atau pemeriksaan


serum untuk melihat antibody neutralizing dilakukan setiap 2 tahun, dengan
dosis booster kalau ada indikasi. HDCV juga telah disetujui untuk dipakai
untuk imunisasi prapajanan dengan pemberian intradermal (ID) sebesar 0,1 cc
diberikan pada hari ke-0, 7 dan 21 atau 28. Bila imunsiasi diberikan untuk
persiapan perjalanan ke aderah endemis rabies, 30 hari atau lebih dilewati
terlebih dahulu setelah dosis ketiga diberikan sebelum berangkat, kalau tidak
maka pemberian imunisasi harus IM. Imunisasi ID, secara umum memberikan
hasil yang sangat bagus di Maerika serikat, namun respons antibodi rata-rata
agak rendah dan durasinya mungkin lebih pendek dibandingkan dengan dosis 1
cc IM. Namun respons antibodi untuk imunisasi ID berubah-ubah pada
beberapa kelompok yang sedang mendapatkan pengobatan chloroquine sebagai
chemoprophylaxis antimalarial, sehingga pemakaian ID tidak dianjurkan pada
situasi ini kecuali 432 tempat tersebut tersedia fasilitas untuk pemeriksaan sera
untuk melihat titer antibodi neutralizing. Walaupun respons kekebalan tidak
pernah dievaluasi secara structural untuk antimalarial sejenis chloroquine
(mefloquine, hydrochloroquine), maka kewaspadaan serupa bagi individu yang
menerima obat ini harus dilakukan RVA dan PCBC jangan diberikan
intradermal.
9. Pencegahan rabies setelah gigitan binatang (profilaksis pasca pajanan) seperti
berikut.
1) Pengobatan luka gigitan
Cara yang paling efektif untuk mencegah rabies adalah dengan segera
dan dengan secara seksama membersihkan luka gigitan atau cakaran
binatang dengan sabun atau detergen lalu dibasuh dengan air mengalir
selama 10-15 menit kemudian kasih antiseptik (alkohol 70%, betadine, obat
merah).Luka sebaiknya tidak dijahit kecuali dengan alasan kosmetik yang
tidak dapat dihindarkan atau untuk alasan dukungan jaringan.Bila
diperlukan jahitan, dilakukan setelah pemberian infiltrasi local antiserum;
jahitan tidak boleh terlalu erat dan tidak menghalangi pendarahan dan
drainase.
26

2) Proteksi imunologi spesifik


Pencegahan imunologis terhadap rabies pada manusia adalah dengan
memberikan Human Rabies Immunoglobulin (HRIG) secepat mungkin
setelah terpajan untuk menetralisir virus pada luka gigitan, kemudian
berikan vaksin pada tempat yang berbeda untuk mendapatkan imunitas
aktif. Hanya HRIG yang diijinkan di Amerika Serikat, sedangkan
Immunoglubulin (IG)equine murni (ERIG) tersedia di negara lain. Hasil
studi pada binatang didaptkan bahwa penyakit oada manusia yang
disebabkan Lyssavirus kelelawar Australia dapat dicegah dengan pemberian
vaksin rabies dan imunoglubulin rabies, dan profilaksis pasca paparan
direkomendasikan untuk orang yang digigit atau dicakar oleh semua jenis
kelelawar di Australia, sebaliknya vaksin rabies tidak efektif untuk
pengobatan lyssavirus kelelawar Afrika.
(1). Imunisasi pasif
HRIG digunakan dengan dosis tunggal 200 IU/kg BB; setengahnya
disuntikan kedalam dan sekitar luka jika memungkinkan, dan sisanya
diberikan IM.Bila serum binatang yang digunakan, maka intradermal atau
subkutan harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendeteksi sensitivitas
alergi dan dosisnya harus dinaikkan sampai dengan sebesar 40 IU/kg.
(2). Vaksin:
Sebaiknya yang dipakai adalah HDVC (atau RVA) dalam 5 dosis 1,0
cc IM pada daerah deltoid. Dosis pertama diberikan segera setelah gigitan
(pada saat yang sama diberika dosis tunggal HRIG, dan dosis lainnya pada
hari ke-3, 7, 14 dan 28-35 hari setelah dosis pertama (rute intradermal pada
banyak tempat selama ini telah banyak digunakan dibanyak Negara atau
tujuan profilaksis pasca paparan, namun cara ini tidak diijinkan di Amerika
Serikat). Dengan kemungkinan imunodefisiensi, specimen serum darah
harus diambil setelah pemberian dosis terakhir vaksin dan diperiksa untuk
melihat titer antibodi rabies. Apabila muncul reaksi sensitisasi setelah
imunisasi, konsulkan ke Departemen Kesehatan atau Konsultan penyakit
27

Infeksi untuk petunjuk selanjutnya. Bila orang tersebut sebelumnya telah


mendapatkan dosis lengkap imunisasi rabies dengan vaksin yang telah 433
mendapat lisensi, atau timbul antibodi neutralisasi setelah imunisasi
prapajanan atau setelah pemberian regimen pasca pajanan, maka hanya 2
dosis vaksin yang diperlukan, satu dosis diberikan segera dan satu dosis lagi
diberikan 3 hari kemudian. Pajanan yang hebat (misalnya gigitan di kepala)
dosis ketiga diberikan pad ahari ke-7. HRIG tidak digunakan dalam regimen
ini.
10. Hal yang diuraikan berikut ini adalah sebagai petunjuk umum yang harus
dilakukan dalam upaya profilaksis terhadap rabies dalam berbagai situasi
yang berbeda:
1) Apabila seseorang digigit binatang/anjing dan bukan karena provokasi,
dan binatang tersebut tidak tertangkap dan di daerah tersebut rabies
menyerang spesies binatang tersebut, maka kepada korban gigitan
diberikan HRIG dan vaksin. Gigitan oleh karnivora liar dan kelelawar
orang tersebut dianggap potensial terpajan dengan rabies, kecuali
dibuktikan negative dengan pemeriksaan laboratorium.
2) Apabila fasilitas pemeriksaan laboratorium tersedia, maka anjing yang
menggigit tersebut harus dibunuh segera (dihadiri oleh pemilik dan
petugas kesehatan) dan diambil otaknya untuk diperiksa dengan teknik
FA. Hasil pemeriksaan laboratorium ini untuk menentukan apakah
seseorang memerlukan pengobatan anti rabies ataukah tidak.
3) Keputusan untuk memnerikan HRIG atau vaksin segera setalah terpajan
dengan anjing atau kucing, atau selama dilakukan pengawasan terhadap
binatang tersebut didasarkan kepada perilaku binatang tersebut selama
dilakukan observasiapakah di daerah tersebut ada rabies dan kondisi
gigitan.
4) Pemberian imunisasi dengan vaksin rabies yang beredar saat ini risiko
terkena ensefalitis pasca imunisasi sangat kecil sekali.Selama ini hanya
ada 2 kasus transient neuroparalytic yang dilaporkan terjadi di Amerika
Serikat. Timbulnya reaksi lokal seperti rasa sakit, eritema dan
pembengkakan atau gatal di daerah suntikan dilaporkan terjadi pada 25%
28

dari mereka yang menerima dosis vaksin 1,0 cc. dan reaksi sistemik
sedang seperti sakit kepala, mual, sakit pada otot, pusing dan sakit perut
dilaporkan terjadi pada 20% penerima vaksin. Reaksi “serum sickness”
seperti urtikaria primer gatal di seluruh tubuh dan dengan ronchi pada
paru-paru jarang dilaporkan terjadi. Namun dilaporkan 6% dari orang
yang menerima dosis booster profilaksis prapajanan timbul reaksi
hipersensitivitas 2-21 hari setelah pemberian HDCV. Gejala
hipersensitivitas tersebut berupa timbul ruam seluruh tubuh disertai gatal,
urtikaria, arthralgia, arthritis, angioedema, nausea, muntah, demam,
dan malaise.
Gejala tersebut dapat diatasi dengan pemberian antihistamin,
responsnya cukup baik; namun beberapa kasus memerlukan
corticosteroid atau epinephrine.Mereka yang terpajan dengan rabies dan
menunjukkan reaksi hipersensitivitas seperti tersebut diatas, pemberian
imunisasi harus diteruskan sampai dosis lengkap dengan catatan reaksi
hipersensitivitas tersebut dapat diobati.Hanya 1% dari mereka yang
menerima dosis booster RVA yang menunjukkan reaksi alergi sistemik.
Belum pernah dilaporkan adanya reaksi hipersensitivitas yang bermakna
setelah pemberian HRIG (berasal dari manusia), namun 5-40% dari 434
mereka yang diberikan antisera yang berasal dari serum binatang
menunjukkan reaksi hipersensitivitas berupa “serum sickness”.
Globulin imun yang telah dimurnikan dan yang beredar saat ini
terutama yang dibuat dari serum kuda, hanya 1% dari orang yang
menerima globulin imun yang menunjukkan reaksi
hipersensitivitas.Seluruh risiko terhadap kemungkinan timbulnya reaksi
hipersensitivitas seperti yang diuraikan diatas harus dipertimbangkan
dengan risiko kemungkinan terkena rabies. Tatalaksana terhadap luka
gigitan binatang diambil dari “the Eight Report of the WHO Expert
Committee on Rabies”, tahun 1992 dan dari USPHS Advisory Committee
on Immunization Practice(MMWR, Rabies Prevention-United States,
1999;48 No.RR-1; Januari 1999). Tata laksana terhadap luka gigitan
seperti yang diuraikan berikut ini:
29

Check list untuk pengobatan terhadap gigitan binatang:


1) Bersihkan dan basuh luka dengan segera (pertolongan pertama).
2) Bersihkan luka dengan seksama dibawah supervisi medis.
3) Berikan rabies immunoglobulin dan atau vaksin anti rabies sesuai
dengan indikasi.
4) Berikan profilaksis terhadap tetanus dan berikan pengobatan
antibacterial bila diperlukan.
5) Luka jangan dijahit atau ditutup kecuali kalau tidak dapat dihindari.
2.3.8.2 Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
1. Laporkan ke instansi kesehatansetempat kasus wajib dilaporkan di
hampir seluruh negara bagian dan negara-negara di dunia.
2. Isolasi: lakukan isolasi kontak terhadap secret saluran pernapasan
selama sakit.
3. Desinfeksi serentakdilakukan desinfeksi saliva dan barang yang
tercemar saliva. Walaupun penularan dari penderita kepada petugas
yang merawat belum pernah dilaporkan terjadi, namun petugas
tersebut perlu diberikan peringatan tentang bahaya penularan dari liur
dan pada saat bertugas harus memakai sarung tangan karet, pakaian
pelindung dan proteksi muka untuk menghindari panjanan dari
penderita yang batuk ke muka petugas.
4. Imunisasi kontak yaitu kontak dengan luka terbuka atau mereka yang
terpajan dengan liur penderita terutama kalau yang terpajan adalah
selaput lendir harus menerima pengobatan khusus rabies.
5. Investigasi kontak sumber infeksiyaitu cari dan temukan binatang
yang menderita rabies serta orang atau binatang lain yang digigit oleh
binatang tersebut.
6. Pengobatan spesifik yaitu untuk penderita rabies klinis, dilakukan
perawatan suportif yang intensif.
2.3.8.3 Penatalsananaan awal digigit hewan penular rabies
Cara yang paling efektif untuk mencegah rabies, yaitu:
1. Segera membersihkan luka gigitan atau cakaran binatang dengan sabun atau
detergen.
30

2. Lalu dibasuh dengan air mengalir selama 10-15 menit.


3. Kemudian beri antiseptik (alkohol 70%, betadine, obat merah).

Anda mungkin juga menyukai