Anda di halaman 1dari 49

Nama : Saripa Indira Syahraini Latuconsina

STB : 15020180193

Kelas : C10

Fakultas : Farmasi

RESUME PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Materi 1 : Pendidikan Agama Islam

a. Pentingnya Iman kepada Tuhan


Keimanan merupakan pondasi utama dalam kehidupan seorang manusia.
Keimanan kepada Allah, kecintaan(Mahabbah) pengetahuan (Ma’rifah),
ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal
sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu
diperhatikan dan harus diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang
keimanan. Dan itulah yang akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat
kelak. Amalan lahiriyah, berupa Ibadah Mahdhah dan muamalah tidak akan
mencapai kesempurnaan kecuali didasari dengan nilai keikhlasan hanya
semata karena menuntut Rahmat (Ridha) Allah swt.
Seorang muslim paripurna, nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal
dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi
dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang
lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat
kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun
kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir
teologis yang meyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat
diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus Pilar akal dan
rasiolnalitas dalam aqidah Islam tercermin dalam aturan muamalah dan
dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi.
Ajaran Ibadahnya didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan
keikhlasan, cinta dan bersih dari dorongan hawa nafsu, egois dan ingin
menang sendiri. QS Ali Imran 3: 190-191:
َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
ً ‫ُون هّللا َ قِ َياما‬ َ ‫﴾ الَّذ‬١٩٠﴿ ‫ب‬ ْ ‫ت أِّل ُ ْولِي‬
ِ ‫األل َبا‬ ِ ‫اخ ِتالَفِ اللَّي ِْل َوال َّن َه‬
ٍ ‫ار آل َيا‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواألَر‬ ِ ‫نَّ فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬
َ b‫ا َع‬bb‫ك َفقِ َن‬
َ ‫ت َهذا بَاطِ الً ُسب َْحا َن‬َ ‫ض َر َّب َنا َما َخلَ ْق‬ َ ْ
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ذ‬b ِ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ُون فِي َخل ِق ال َّس َم َاوا‬ ِ ‫َوقُعُوداً َو َعلَ َى ُج ُن‬
َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬
١٩١﴿﴾
Ulul Albab itu, menggunakan pikir dan Zikir ; akal untuk berfikir dan hati untuk
berzikir.
b. Filsafat Ketuhanan dalam Islam
Tuhan, dalam al-Qur’an antara lain disebut dengan Ilah ( ‫ )اله‬untuk
menyebutkan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya QS. Al-Jatsiyah 45: 23.
‫ه مِن‬bِ b‫ص ِر ِه غِ َش َاو ًة َف َمن َي ْهدِي‬ َ َ‫ْت َم ِن ا َّت َخ َذ إِلَ َه ُه َه َواهُ َوأ‬
َ ‫ضلَّ ُه هَّللا ُ َعلَى عِ ْل ٍم َو َخ َت َم َعلَى َس ْم ِع ِه َو َق ْل ِب ِه َو َج َع َل َعلَى َب‬ َ ‫أَ َف َرأَي‬
٢٣﴿ ‫ُون‬ َ ‫﴾ َبعْ ِد هَّللا ِ أَ َفاَل َت َذ َّكر‬
demikian pula Firaun menggunakan kata ilah untuk dirinya sendiri QS al-
Qashash 28: 38. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa kata Ilah bisa
mengandung arti berbagai benda baik abstrak maupun benda nyata.

038. Dan berkata Fir`aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat,
kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik
melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia
termasuk orang-orang pendusta". Berdasarkan definisi ; Tuhan bisa
berbentuk apa saja yang dipentingkan manusia. Pada dasarnya tidak ada
manusia yang tidak ber-Tuhan, hanya saja mereka salah alamat, misalnya
komunis, juga bertuhan, tuhannya adalah idiologi (angan-angan-utopia
mereka).
Dalam Islam di temukan ( ‫) الاله االهللا‬, susunan kalimatnya dimulai dengan
peniadaan kemudian diikuti penegasan (biasa disebut nafi – isbat.) Artinya
seorang muslim harus mengosongkan hatinya dari kepercayaan kepada
tuhan selain Allah swt.

c. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1. Max Muller dan Andrew Lang tentang monoteisme
2. Pemikiran Islam tentang monoteisme
3. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu
4. Pembuktian Wajud Tuhan
Max Muller dkk menganut teori evolusionisme tentang
kepercayaan kepada Tuhan, ia berpendapat bahwa manusia pada
mulanya percaya kepada;
 Dinamisme, manusi sejak primitif yakin adanya kekuatan pada
benda, dan memberi pengaruh kepada manusia, ada yang positif
ada juga negatif. Benda itu dianggap memiliki mana (kekuatan
gaib) dan misterius. Meski tdk dapat diindera, tapi dapat dirasakan
keberadaannya.
 Animisme, disampin percaya pada dinamisme, ia menganut
animisme, percaya adanya roh dalam hidupnya.
 Politeisme, tidak puas dg dinamisme dan animisme, ia beralih
kepada kepecayaan terhadap dewa, dengan tugas dan kekuasaan
tertentu sesuai bidangnya.
 Henoteisme, karena dewa-dewa itu tentu tdk meiliki kekuatan yg
sama, akhirnya diseleksi dan bersifat definitif, satu bangsa satu
dewa sebagai tuhan, namun mengakui tuhan bangsa lain.
 Monoteisme. Henoteisme melangkah menuju monoteisme
Pandangan evolusionisme kepercayaan Max Muller,
ditantang oleh Andrew Lang, ia menekankan adanya monoteisme
dalam masyarakat primitif. Mnurutnya orang berbudaya rendah
juga sama monoteismenya dengan orang Kristen, ia percaya pada
wujud yang Agung dan sifat-sifat khas terhadap tuhan mereka,
yang mereka tidak berikan kepada wujud lain.
Pendapat ini kemudian diikuti oleh sarjana agam di Eropa
Barat, bahwa kepercayaan agama tidak bersifat evolusi, tetapi
dengan relevansi atau wahyu, kesimpulan ini diambil setelah
melakukan penelitian kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan
masyarakat primitif, bahwa kepercayaan mereka monoteisme, yang
berasal dari wahyu.
Pemikiran terhadap Tuhan, yang melahirkan ilmu tauhid,
ilmu kalam atau Teologi Islam, di kalangan umat Islam timbul sejak
wafatnya Rasulullah saw,. Secara garis besar, ada aliran liberal,
tradisional dan ada pula yang bersifat tengah-tengah diantara
keduanya.
Timbulnya aliran tersebut disebabkan perbedaan metodologi
dalam memahami al-Qur’an dan al-Hadis. Pendekatan
kontekstual, lahir aliran yang bersifat liberal. Menggunakan
pendekatan tekstual, melahirkan aliran tradisional dan Pendekatan
antara kontekstual dan tekstual, ini melahirkan pemikiran antara
liberal dan tradisional. (Ahli Sunnah).

Ketiga pemikiran yang mewarnai sejarah pemikiran Ketuhanan dalam Islam


adalah:
1. Muktazilah, aliran ini dikenal dengan rasionalisme dalam Isalm, dan
menekankan penggunaan akal dalam memahami ajaran dan keimanan dalam
Islam . Orang berbuat dosa besar tidak kafir dan tidak mukmin, ia berada antara
posisi mukmin dan kafir. Dalam menganalisis Ketuhanan, memakai ilmu logika
Yunani, atau sisten teologi dalam mempertahankan kedudukan keimanan. Dari
hasil paham muktazilah yang bercorak rasional munculnya abad kemajuan ilmu
pengetahuan dalam Islam, namun kemajuan ilmu pengetahuan menurun
dengan kalahnya mereka oleh kelompok ortodok. Muktazilah lahir dari pecahan
Qadariyah, dan qadariyah dari Khawarij.
2. Qadariyah berpendapat, manusia mempuanyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri menghendaki apakah ia akan kafir
atau mukmin. Karenanya manusia harus bertanggung jawab atas berbuatannya.
3. Jabariyah, pecahan dari Murji’ah, manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dan berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan
dipaksa oleh Tuhan.
4. Asy’ariyah dan Maturidiyah, pendapatnya berada antara Qadariyah dan
Jabariyah.
Kesemua aliran ini mendasarkan diri pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
saw, karena itu sekarang perlu dilakukan koreksi ilmu berdasarkan al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah saw. Aliran Teolog yang ada:
1. Khawarij, dan Murji’ah
2. Qadariyah dan Free will free act
3. Jabariyah, (fatalism)
4. Muktazilah (Rasionalis dalam Islam)
5. Aswaja (al-Asyariyah dan al-Maturidiyah)
6. Syi’ah berbagai aliran yang ada (Isyna asyry)
7. Salafiyah : 1. Ibnu Taimiyah, Muh. Abduh dan Muhammad bin Abdullah bin
Abdul Wahab (Wahabiyah)

d. Tuhan Menurut Agama Wahyu


Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain:
1. QS, 21. al-Ambiya’ 92
2. QS, 5 al-Maidah; 72,
3. QS 112 al-Ikhlas; 1-4,
Tuhan yang hak dalam konsep al-Qur’an adalah Allah, hal ini dinyatakan antara
lain. Surat 3, Ali Imran, 62, s 38 Shad, 35 dan 65, juga diberitakan tentang
tuhan yang dipercaya oleh para nabi sebelum Muhammad adalah juga Allah,
antara lain: QS, 29, al-Angkabut, 46, QS, 20 Thaha, 98, dan QS, 38 Shad, 4.
e. Pembuktian Wujud Tuhan
Ada dua dalil yang bisa digunakan, yaitu dalil naqli dan dalil akli. Untuk
pembuktian diluar wahyu, dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah antara lain:
1. Metode pembuktian ilmiah,
2. Pembuktian adanya Allah dg adanya alam,
3. Pembuktian dengan pendekatan fisika,
4. Pembuktian dengan pendekatan astronomi
Ada dua dalil :
- Naqli: Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (Inayah dan Ihtira’)
- Aqli: Dalil ontology, Dalil Kosmologi, Teleologic. (Dalil tujuan /serba tujuan)
dan Dalil Moral .

f. Keimanan dan Ketakwaan


- Pengertian Iman,
- Wujud Iman,
- Proses Terbentuk Iman,
- Tanda Orang Beriman,
- Korelasi Keimanan dan Ketakwaan

1. Implementasi Iman Dalam Kehidupan


Iman kepada Allah berarti amat rindu kepada ajaran Allah, yaitu al-Qur’an
dan Sunnah Rasul-Nya. Karena apa yang dikehendaki Allah menjadi
kehendak orang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk
mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawanya. (Ibnu
Majah dan Tabari; Iman adalah keyakinan dalam hati diikrarkan dengan
lisan , dibenarkan oleh hati dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Jadi
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara, ucapan , dan perbuatan.
Sehingga menjadi pandangan atau sikap hidup
2. Wujud Iman
Aqidah atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Sehingga menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur ajaran
Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Tanda-tanda orang berimana, Al-Qurt’an menjelaskan tanda-tanda orang
beriman:
- Jika disebut nama Allah hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta bila dibacakan ayat-ayat Allah
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya,
- Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah diiringi doa, dengan harapan tetap hidup dengan ajaran Allah
dan Rasul-Nya, kemudian menyerahkan segala hasil serta ikhlas
menerima hasilnya sekalipun mungkin berbeda dengan harapannya.
- Tertib dalam melaksanakan salat dan selalu menjaga keutamaannya,
- Menafkahkan sebagian rizki diterimanya, sebagai upaya pemerataan
ekonomi agar tidak terjadi ketimpangan antara kaya dan si miskin,
- Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan,
- Memelihara amanah dan menepati janji,
- Berjihad di jalan Allah (bersungguh-sungguh dalan menegakkan ajran
Allah baik dengan harta benda maupun jiwa) dan suka menolong,
- Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.

 Menurut al-Maududi, keyakinanmembentuk perilaku dan menentukan kualitas


kehiodupan seorang mukmin:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yg sempit dan picik
2.Mempunyai kepercayaan diri dan tahu harga diri,
3. Rendah hati dan hidmat,
4. Jujur dan adil,
5. Tidak murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan yang
dihadapi,
6. Teguh dalam pendirian, sabar, tabah dan optimis,
7. Kesatria, bersemangat, berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak
takut kepada maut,
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha,
9. Patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan Allah

g. Korelasi iman dan ketakwaan:


Tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis;
- Tauhid teoritis membahas tentang keesaan Zat, sifat dan perbuatan
Allah berkaitan kepercayaan, pengetahuan, persepsi dan pemikiran
atau konsep tentang Allah, konsekwensi lagis tauhid adalah
pengakuan secara ikhlas bahwa Allah satu-satunya wujud mutlak,
yang menjadi sumber semua wujud.
- Tauhid praktis, disebut juga tauhid ibadah, Yaitu merupakan
penerapan tauhid teoritis. Tauhid ibadah, adalah ketaatan hanya
kepada Allah, yaitu tidak ada disembah selain Allah dan
menjadikannya sebagai tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan
langkah.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan


amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan
konteks. Sehingga seseorang baru dikatakan beriman dan bertakwa
kepada Allah swt, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam
syahadat, kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan semua larangann Allah swt.

h. Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern


- Problema, Tantangan dan Risiko dalam Kehidupan Modern,
- Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
1. Problema, Tantangan dan Risiko dalam Kehidupan Modern,
Problema dimasa modern adalah, masalah sosial yang sudah estabilished
dan sulit memperbaikinya. Masalah sosial budaya berarti berbicara soal alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa ini yang majemuk
telah dipenuhi oleh konflik, baik sesama muslim maupun dg non muslim.
Masyarakat dirasuki sikap saling bermusuhan (QS. 3. Ali Imran 103. kehidupan
yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan, dan berada dalam ancaman
kehancuran (adanya adopsi westernisme), bangsa semakin menjadi semi
naturalis, disisi lain adanya adopsi idealisme, menjadikan bangsa ini penghayal.
Adanya kedua kekuatan (naturalisme vs idealisme) menjadikan bangsa tidak
menentu dan selalu terombang ambil diantara kedua isme tersebut.
Disisi lain diadopsinya sisten ekonomi kapitalis menyuburkan korupsi, di
bidang politik partai-partai semakin menanmpakkan konflik dan sikap pragmatis
dan sikap oportunis, sehingga nilai-nilai qur’ani semakin jauh, walaupun ada
partai yang memperatas namakan dirinya partai Islam.
2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Untuk mengatasi masalah tersebut iman kepada Allah yang kokohlah
diharap mampu; berikut beberapa manfaat iman:
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut,
3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa,
* Iman mewujudkan kehidupan yang baik, (QS. An-Nahl 97.
* Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen, (QS. Al-An’am, 162.
* Iman memberikan keberuntungan, (QS. Al-Baqarah, 5)
* Iman mencegah penyakit.

2. Materi 2 : Konsep Manusia Menurut Islam


Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep
manusia adalah dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam
kehidupan ini. Sebagian ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta
sendirinya dan melakukan hidup dengan apapun yang mereka inginkan,
sebebas-bebasnya. Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara mengenai
konsep manusia tentunya tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan
penciptaannya di muka bumi oleh Allah SWT.
A. Beribadah kepada Allah
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan,
semata-mata adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah
artinya kita menganggap Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk
disembah, menjadi tempat bergantung, diagungkan, dan diikuti seluruh
perintahnya. Tanpa melakukan ibadah kepada Allah niscaya manusia akan
tersesat dan kehilangan arah hidupnya.
Ibadah bukan saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah ritual atau
yang sifatnya membangun spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi, menjadikan
diri kita sebagai abada atau budak dalam hidup untuk Allah SWT. Ibadah artinya
bukan hanya saat shalat saja melainkan semua aspek diri kita bisa dijadikan
ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.
Orang yang menikah,  bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik
anak, dan lain sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan
bukan hanya untuk dirinya namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam
artinya mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk
kehidupan kita.
Sejatinya, Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan
Allah sendiri. Jika dipikirkan lebih mendalam beribadah kepada Allah dengan
ikhlas adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah
kepada Allah, menjadikannya sebagai Illah dalam hidup kita, maka akan datang
kebaikan dalam hidup ini. Penyebab hati gelisah dalam islam biasanya karena
memang manusia tidak menggantungkan hidupnya pada Allah dan mencari
keagungan lain selain Allah. Hal tersebut tentu tidak akan membuat tenang,
malah risau karena tidak pernah menemukan jalan keluarnya.
Untuk itu ibadah kepada Allah dengan meyakini rukun Iman dan
menjalankan rukun Islamadalah bagian dari beribadah kepada Allah. Ibadah
kepada Allah masih banyak lagi dilakukan di berbagai bidang kehidupan
manusia dengan mendasarkannya pada fungsi iman kepada Allah SWT.
B. Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS.
Al-Baqarah: 155-157).
Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa
manusia diciptakan adalah untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa
melalui ujian di dunia dengan berbagai tantangan dan kesulitannya, maka Allah
akan memberikan pahala akhirat dan rahmat bagi yang benar-benar
melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah dalam islam hakikatnya
adalah menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan kesabaran. Maka itu
islam melarang berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa dalam islam.
Salah satunya adalah tidak bisa optimis untuk menjalankan hidup di dunia untuk
masa depan akhirat yang baik.
Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa
mengikuti dan mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan
usahanya untuk menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin
yang harus tetap diisi agar kelak sebelum masa pembalasan, proses
penghisaban (perhitungan) kita mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia.
Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk
kebahagiaanpun adalah ujian di dunia. Termasuk orang yang memiliki harta
melimpah, jabatan yang tinggi, kekuasaan, anak-anak, dan lain sebagainya.
Manusia diuji apakah ia mampu tetap mengabdi dan menyembah Allah
walaupun sudah seluruhnya diberikan kenikmatan oleh Allah SWT.
Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu
mengusahakan hidup untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik
pada kita. Harta dalam islam bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan
selalu membahagiakan. Ia hanyalah alat dan tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya
dan bisa habis kenikmatannya suatu saat nanti.
C. Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat Kerusakan
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah
: 30)
Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa
manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Khalifah di atas bukan berarti hanya sekedar pemimpin. Manusia yang hidup
semuanya menjadi pemimpin. Pemimpin bukan berarti hanya sekedar status
atau jabatan dan tidak perlu mendapatkan jabatan tertentu untuk menjadi
khalifah di muka bumi.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada
jabatan kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di
organisasi/kelompok. Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah
diturunkan sejam Nabi Adam sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini
bermaksud sebagai fungsi.
Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem
dan perusahaannya menjadi baik dan tidak berantakan. Pemimpin juga menjadi
figur atau teladan, tidak melakukan sesuatu dengan semena-mena atau tidak
adil. Pemimpin membuat segalanya berjalan dengan baik, teratur, dan bisa
tercapai tujuannya.
Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola,
mengatur segala kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya
mengelola alam atau diri sendiri saja, melainkan seluruh kehidupan yang ada di
bumi termasuk sistem ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, IPTEK,
pendidikan, dan lain sebagainya. Maka itu manusia manapun dia wajib
menghidupkan, mengembangkan, dan menjalankan seluruhnya dengan baik
agar adil, sejahtera, dan sesuai fungsi dari bidang tersebut (masing-masing).
D. Menegakkan Keadilan di Muka Bumi
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
(QS. Al-Qasas [28] : 77)
Menjalankan misi khalifah fil ard bukan berarti kita mengerjakannya
seorang diri. Keutamaan adil terhadap diri sendiri memang sangat banyak,
namun lebih bermanfaat lagi jika adil juga terhadap manusia yang lain.
Melakukan misi khalfiah fil ard berarti kita berbagi tugas dengan manusia
lainnya, saling membantu, dan memberikan manfaat. Untuk menjalankan misi
khalifah fil ard  maka manusia harus memiliki kemampuan, skill, pengetahuan
yang dengan keahluannya tersebut ia mampu membangun bidang-bidang yang
ada di muka bumi. Untuk itu penting sekali bagi umat islam untuk menjalankan
tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan islam, agar bisa melaksanakan secara
optimal bidang-bidang di muka bumi.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan


dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka
dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat
kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)
Dari ayat diatas sangat terlihat bahwa Allah menyuruh kepada manusia
untuk berbuat adil, melaksanakan hak-hak manusia dan tidak berbuat kejahatan
yang berakibat kerusakan di muka bumi. Kita dapat lihat bahwa orang-orang
yang tidak menjalankan misi kekhalifahan pasti akan binasa. Seperti misalnya
orang yang membuka lahan perhutanan untuk dijadikan tempat berbelanja atau
mall oleh orang asing. Selain kerugian material yang besar tentunya ada resiko
juga bahwa dibukanya hal tersebut mengundang asing semakin banyak
berusaha di Indonesia dengan proses monopoli atau kapitalisasi ekonomi
mereka.
Tugas khalifah artinya adalah tugas semua manusia termasuk wanita.
Untuk itu, wanita karir dalam pandangan islam tidak jadi masalah. Wanita bisa
berkarir sebagai langkahnya dalam melakukan misi kekhalifahan juga di muka
bumi yang bisa bermanfaat untuk ummat banyak. Hal ini tetap memperhatikan
tugas wanita dalam keluarga pula. Wanita yang baik menurut islam adalah yang
mampu menyeimbangkan perannya dalam keluarga, masyarakat, dan terhadap
dirinya sendiri.
E. Hikmah dari Konsep Manusia dalam Islam
Konsep manusia dalam islam adalah konsep yang utuh dan integral
mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari perangkat fisik
hingga perangkat akal dan psikologisnya. Konsep manusia dalam islam juga
tidak menghalangi manusia untuk memilih, menggunakan kehendak bebasnya,
dan melakukan apapun yang diinginkan manusia. Hanya saja segala sesuatu
yang diperbuat oleh manusia pasti akan ada efek dan resikonya. Tentu hal
tersebut tidak bisa dihindari dan harus diterima atau dilakukan oleh manusia.
Untuk itu, konsep manusia dalam islam tidak timpang sebelah. Konsep
manusia dalam islam juga tidak menganggap bahwa manusia boleh sebebas-
bebasnya. Untuk itu, ada aturan bagi manusia. Aturan tersebut bukan dalam
rangka untuk membatasi atau membuat manusia tersiksa. Hakikatnya aturan
tersebut dibuat agar manusia terhindar dari keterpurukan dan kesesatan.
Manusia sengaja diberikan aturan agar tidak melakukan hal yang merugikan
dirinya. Maka itulah fungsi agama memberikan petunjuk agar manusia bisa
benar-benar selamat hidup di dunia dan akhirat.
Itulah konsep manusia dalam islam. Sangat seimbang dan integral.
Memperhitungkan semua aspek dalam kehidupan manusia. Dari konsep
manusia islam, maka tidak ada manusia yang bisa menyombongkan dirinya.
Sifat sombong dalam islam itu sendiri sangat dibenci, karena sejatinya tidak ada
yang bisa disombongkan dari manusia. Manusia senantiasa memiliki kelemahan.
3. Materi 3 : Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Islam
A. Konsep Hukum Islam
Hukum adalah seperangkat peraturan, norma, kaidah yang mengatur
tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik aturan atau norma itu
berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat maupun
peraturan, norma yg dibuat dg. Cara tertentu ditegakkan oleh penguasa. Tertulis
atau tidak, misalnya hukum adat.
Hukum Islam, kerangkanya ditetapkan oleh Allah swt, hukum tersebut
tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam
masyarakat dan benda dalam masyarakat, tapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, dengan dirinya sendiri , dan alam sekitarnya.
Hukum adalah norma, kaidah artinya ukuran, patokan, pedoman yang
dipergunakan untuk menilai tingkah laku atau perbuatan manusia atau benda.
Ketika berbacara tentang hukum suatu benda atau perbuatan, dimaksudkan
adalah patokan, tolok ukur, ukuran, atau kaidah mengenai perbuatan atau benda
itu.
Di Indonesia sering kita kenal istilah; Syri’at Islam, Fikih Islam, Hukum
Islam. Dalam kepustakaan Hukum Islam ber- bahasa Inggris, syari’at Islam
diartikan “Islamic Law” sedan fikhi Islam “Islamic Jurisprudence. Dalam bahasa
Indonesia biasa digunakan Hukum Syari’at atau Hukum Syara’ untuk fiqhi Islam
digunakan istilah Hukum Fikih, kadang juga Hukum Islam. Ruang Lingkup HI,
Hukum Islam, dalam arti syariat maupun fikhi, mencakup 2 hal pokok, yaitu:
Ibadan dan Muamalat.
a. Ibadah, tata carat dan upacara yang wajib dilakukan seorang muslim dalam
berhubungan dengan Allah (shalat, puasa, zakat, haji dll), dan tidak ada
perubahan.
b. Muamalat, yaitu ketatapan Allah yang berkaitan kehidupan sosial manusia.
B. Tujuan syari’at Islam:
1. Memelihara agama (Al-Baqara 256)
2. Memelihara Jiwa, (Qishash)
3. Memelihara akal, (Al-Maidah:90(
4. Memelihara keturunan, (An-Nisa :23) al-Isra’32
5. Memelihara harta. (Haramnya Riba)
C. Sumber hukum Islam
1. Al-Qur’an (Sumber utama & pertama)
2. Sunnah (Sumber utama kedua)
3. Ijtihad / Qiyas (Sumber ketiga)
Sumber hukum Islam dinyatakan Allah swt, dalam QS An-Nisa:59
َ ‫ِين آ َم ُنو ْا أَطِ يعُو ْا هّللا َ َوأَطِ يعُو ْا الرَّ سُو َل َوأ ُ ْولِي األَمْ ِر مِن ُك ْم َفإِن َت َن‬
ِ b‫ ُردُّوهُ إِلَى هّللا ِ َوالرَّ ُس‬b‫يْ ٍء َف‬b‫ازعْ ُت ْم فِي َش‬
‫ول إِن‬ َ ‫يا أَ ُّي َها الَّذ‬
٥٩﴿ ً‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ َتأْ ِويال‬
َ ِ‫ون ِباهّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر َذل‬
َ ‫﴾ ُكن ُت ْم ُت ْؤ ِم ُن‬
” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Sabda Rasulullah saw; Ya Muaz dengan apakah kamu memutuskan perkara,
Muaz bin Jabal menjawab dg kitab Allah, jika tdk ada, dg Sunnah Rasul, jika tdk
ada, aku berijtihad menggunakan akal pikiran
D. Fungsi Hukum Islam
1. Fungsi Ibadah,
2. Amar ma’ruf nahi mungkar
3. Fungsi zawajir
4. Fungsi Tandhim wa Islah al Ummah
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat,
1. Ibadah
2. Amar ma’ruf nahi mungkar
3. fungsi zawajir, (pemaksa)
4. fungsi tandhim wa islah al-ummah (sarana untuk mengatur dan memperlancar
proses interaksi sosial) menuju masyarakat harmonis, damai dan sejahtera.
E. KONSEP HAM DALAM ISLAM
1. Sejarah HAM
Menurut Jan Materson, dari komisi HAM PBB. Hak asasi manusia adalah
hak-hak yang melekat pada manusia yang tanpa dengannya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia.
Menurut Baharuddin Lopa, kalimat mustahil dapat hidup sebagai manusia
hendaknya diartikan mustahil dapat hidup sebagai manusia yang
bertanggungjawab. Penambahan istilah tanggungjawab, ialah di samping
manusia memiliki hak, ia memiliki tanggungjawab atas segala yang
dilakukannya. Hak asasi manusia adalah hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta (sifatnya kodrati). Karena itu tidak ada kekuasaan
apapun di dunia ini yang dapat mencabutnya. Namun demikian tidak berarti
manusia dengan hak-haknya dapat berbuat semaunya, sebab apabila
melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan memperkosa hak asasi orang lain,
maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dengan Hak asasi
yang secara kodrati tanpa ada perbedaan antara satu dengan lainnya, manusia
dapat mengembangkan dirinya menciptakan kesejahteraan hidup manusia.
Menurut para ahli lahirnya HAM, dimulai dengan lahirnya Magna Chatra
tahun 1215 M. di Inggris. Magna Chatra mengandung antara lain, bahwa raja
yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (ia menciptakan hukum tapi ia tidak
terikat dengan hukumnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat
dimintai pertanggungjawabannya di muka hukum. Disinilah lahir doktrin “Raja
tidak kebal hukum”, harus bertanggung jawab di muka hukum. Sehingga jika
raja melanggar hukum maka ia akan diadili. Dari sini pula raja sudah mulai harus
mempertanggungjawabkan kebijakannya di hadapan parlemen, dan raja terikat
oleh undang-undang dan bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun
kekuasaan membuat undang undang berada di tangannya, kekuasaan raja mulai
dibatasi.
Lahirnya magna chatra diikuti lahirnya Bill of Rights di Inggris tahun 1689.
muncul anggapan bahwa manusia sama di muka hukum, selanjutnya mendorong
munculnya demokrasi dan negara hukum. Bill of Rights melahirkan persamaan.
Selanjutnya muncul The American Declaration of Independence, lahir dari
paham Rousseau dan Monterqueau, selanjutnya tahun 1789 lahir “The French
Declaration, disini hak-hak lebih dirinci, kemudian lahir “The Rule of Low”.
2. Perbedaan konsep HAM dalam Islam dengan HAM Barat,
HAM Islam: Prinsip martabat manusia, Persamaan, Kebebasan
berpendapat, kebebasan beragama, Hak atas jaminan sosial, hak atas harta
benda.
3. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam
• HAM menurut barat bersifat Antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat
pada manusia, HAM dalam Islam disamping memiliki nilai antroposentris, juga
yang lebih penting adalah nilai Teosentris, artinya berpusat pada Tuhan. Prinsip
HAM dalam Islam:
a. Prinsip martabat manusia,
Manusia mempunyai kedudukan atau martabat yang tinggi yang telah
diberikan Allah, martabat ini tidak dimiliki oleh makhluk lain, hanya diberikan
Allah kepada manusia QS. al-Isra’ 33 dan 70:
ِ b‫ ِرف ِّفي ْال َق ْت‬b ‫ ْل َطانا ً َفالَ ي ُْس‬b‫الح ِّق َو َمن قُ ِت َل َم ْظلُوما ً َف َق ْد َج َع ْل َنا ل َِولِ ِّي ِه ُس‬
َ b‫ل إِ َّن ُه َك‬b
‫ان‬b َ ‫س الَّتِي َحرَّ َم هّللا ُ إِالَّ ِب‬ َ ‫َوالَ َت ْق ُتلُو ْا ال َّن ْف‬
٣٣﴿ ً‫﴾ َم ْنصُورا‬
﴿ ً‫يال‬b‫ض‬ ٍ ‫ت َو َفض َّْل َنا ُه ْم َعلَى َكث‬
ِ ‫ا َت ْف‬b‫ير ِّممَّنْ َخلَ ْق َن‬bِ ِ ‫الط ِّي َبا‬َّ ‫َولَ َق ْد َكرَّ ْم َنا َبنِي آ َد َم َو َح َم ْل َنا ُه ْم فِي ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ر َو َر َز ْق َناهُم م َِّن‬
ِ
٧٠﴾
b. Persamaan
Pada dasarnya manusia semua sama, ia adalah hamba Allah, yang
mebedakan-nya hanya taqwanya kepada Allah swt. QS. 49: Al-Hujurat: 13:
َ b‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ إِ َّنا َخلَ ْق َنا ُكم مِّن َذ َك ٍر َوأُن َثى َو َج َع ْل َنا ُك ْم ُشعُوبا ً َو َق َبا ِئ َل لِ َت َع‬
‫ا ُك ْم إِنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم‬bb‫ َد هَّللا ِ أَ ْت َق‬b‫ َر َم ُك ْم عِ ن‬b‫ارفُوا إِنَّ أَ ْك‬
١٣﴿ ‫﴾ َخ ِبي ٌر‬
c. Kebebasan menyatakan pendapat
Al-Qur’an memerintahkan kepada umat manusia agar menggunakan akal
pikirannya untuk menyatakan kebenar- an. Islam menghargai pikiran,
manusia sesuai martabat dan sebagai makhluk berpikir berhak menyatakan
pendapat dengan bebas, selama tidak bertentangan prinsip-prinsip Islam dan
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Kebebasan beragama
Manusia sepenuhnya mempunyai kebe-basan menganut suatu keyakinan
atau aqidah agamayang disenanginya. QS 2. Al-Baqarah: 256:

e. Hak atas jaminan sosial,


f. Hak atas harta benda.
4. Materi 4 : Etika, Moral dan Susila hubungannya dengan Akhlaq
Akhlaq, berbicara tentang konsep al-husn dan al-Kubh. Muktazilah, al-
Husn, sesuatu menurut akal bernilai baik, sedang al-Kubh, sesuatu yang
menurut akal bernilai buruk. Bagi Muktazilah ukuran baik dan buruk adalah
akal manusia. Ahlu Sunnah yang menentukan baik-buruk bukan akal, tapi
wahyu. Jadi apa yang dikatakan baik oleh al-Qur’an dan Sunnah, itulah baik
sebaliknya yang dinyatakan buruk itulah buruk. Akhlak --- dalam diri manusia
ada 3 nafs, yaitu: 1. Nafs Syahwani, (jiwa tumbuhan), 2. Nafs Ghadabiyyah
dan 3. Nafs al-Nathiqah, yang membedakan manusia dengan binatang.
Etika, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus etika diartikan ilmu tentang asas-
asas akhlak (moral). Etika menurut istilah, Ahmad Amin mengartikan, ilmu
yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat. Soegarda, Etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik dan buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan juga
merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Dari pegertian yang
ada, etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:
- Dilihat dari obyek pembahasannya, etika membahas perbuatan yang
dilakukan manusia,
- dilihat dari sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran atau filsafat.
Sebagai filsafat etika tidak bersifat mutlak, absolut dan universal.
- Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia,
apakah baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
- Etika bagaikan wasit, sebagai konseptor, penilai dan penentu posisi
atau status pebuatan manusia.
- 4. Etika bersifat relatif, dapat berubah-ubah, sesuai tuntutan zaman.
Moral, berasal dari kata mores, jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral menentukan baik-buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Dilihat dari istilah, moral digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak
dikatakan baik atau buruk. Dalam buku The Advanced . . . . Menyatakan: Prinsip-
prinsip yang berkenaan dengan benar-salah baik dan buruk, Kemampuan untuk
memahami perbedaan antara benar dan salah, Ajaran atau gambaran tingkah
laku yang baik. Moral, tolok ukur yang digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh, berkembang dan berlangsung di masyarakat, dan berada pada tataran
realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Tolok
ukurnya adat-istiadat, kebiasaan yang berlaku dimasyarakat. Kata moral sering
didahului kata kesadaran, sehingga menjadi istilah kesadaran moral. Misalnya
orang yang memiliki kesadaran moral akan selalu berlaku jujur, orang bermoral
tidak akan menyimpang, selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut. Tindakan
orang yang bermoral berdasar atas kesadaran, yang timbul dari dalam diri orang
yang bersangkutan.

• Kesadaran moral erat kaitannya dengan hati nurani, yang biasa disebut dengan
qalb atau fuad. Kesadaran moral mencakup tiga hal: Pertama; perasaan wajib
atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, perasaan ini telah ada
dalam hati nurani setiap manusia siapapun, dimanapun dan kapanpun.
Kewajiban tersebut tidak bisa ditawar-tawar, andaikata tidak dilaksanakan, maka
itu termasuk pelanggaran moral. Kedua; kesadaran moral dapat juga berwujud
rasional dan obyektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima
oleh masyarakat. Sebagai hal obyektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang
yang berada dalam situasi sejenis. Ketiga; kesadaran moral dapat pula muncul
dalam bentuk kebebasan. Atas kesadaran moral orang bebas mentaatinya,
bebas dalam menentukan perilakunya, dan dalam penentuan itu sekaligus
terpanpang nailai manusia itu. Dari hal tersebut dapat ditegaskan bahwa moral
lebih mengacu pada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau
dilakukan oleh masyarakat, dan sistem nilai tersebut diyakini akan memberikan
harapan kebahagiaan dan ketenteraman. Nilai tersebut bisa bersifat perasaan
wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan.

Hubungan tasawuf & Akhlaq, Tasawuf adalah proses pendekatan diri


kepada Tuhan (Allah) dengan cara mensucikan hati (tashfiyatu al-qalb). Hati suci
bukan hanya bisa dekat dg Tuhan malah dapat melihat Tuhan (ma’rifah).
Ma’rifar ada 3 tingkatan, Pengetahuan awam; Tuhan satu melalui ucapan,
Ulama; Tuhan satu menurut logika akal, sufi; Tuhan satu dg perantaraan hati
sanubari. Akhlak menjelaskan nilai baik dan buruk, juga bagaimana mengubah
akhlak buruk menjadi baik secara lahir, yakni dg cara-cara yang tampak seperti
keilmuan, keteladanan, pembiasaan dll, maka ilmu tasawuf menerangkan cara
mensucikan hati (tashfiyatu al-qalb), agar setelah hati suci yang muncul perilaku
baik (akhlak al-karimah). Keadaan hati ada 3 (sufi) yaitu: 1. hati yang mati, 2.
hati yang hidup, dan 3. hati kadang-kadang hidup dan kadang2 mati.

Indikator manusia berakhlak baik (husnul khuluk) (Ghazali) adalah


tertanamnya iman dalam hatinya, sebaliknya yang tidak berakhlak adalah
manusia yang ada nifak dalam hatinya. Manusia beriman berdasar al-Qur’an dan
sunnah menurut Ghazali:

1. Khusu’ dalam salatnya

2. Berpaling dari hal-hal tidak berguna

3. Selalu kembali kepada Allah

4. mengabdi hanya kepada Allah

5. selalu memuji dan mengagumkan Allah

6. bergetar hatinya jika nama Allah disebut

7. bersikaf arif menghadapi orang-orang awam

8. mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya

9. menghormati tamu,
10. menghargai dan menghormati tetanggal

11. berbicara selalu baik, santun dan penuh makna

12. tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala
persoalan

13. tidak menyakiti orang lain dengan sikap maupun perbuatan.


5. Materi 5 : Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam
A. Konsep Ilmu Pengetahuan , Teknologi dan Seni dalam Islam
Pengetahuan dapat di artikan sebagai hasil tahu manusia terhadap
sesuatu objek yang dihadapi, hasil usaha manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Maka , pengetahuan adalah segala fenomena alam
yang dapat dicapai oleh indra manusia . Konsekwensi logis dari
pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman manusia , akan
tetapi pengalaman manusia ini terkadang kebenarannya tidak mutlak dan
perlu diuji lagi.
Kata sains disadur dalam bahasa Indonesia menjadi ilmu
pengetahuan , sedangkan dalam sudut pandang filsafat ilmu,
pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tanggapan panca
indera dan instuisi, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang telah diinterpretasi , diorganisasi dan disistematisasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif , sudah diuji kebenarannya dan dapat
diuji ulang secara alamiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan ,
karena segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri
kejelasan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut
pandang budaya , teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya
teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi
tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak
dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan
dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negative berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia
dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas
teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu kebenaran ipteks sangat relatif. Sumber ipteks
dalam islam adalah wahyu allah. Ipteks yang islami selalu mengutamakan
kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Untuk itu ipteks dalam pandangan islam tidak bebas nilai. Integrasi ipteks
dengan agama merupakan suatu keniscayaan untuk menghindari
terjadinya proses sekularisasi yaitu pemisah antaradoktrin-doktrin agama
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Tujuh factor yang menjadi pendorong bagi kemajuan IPTEK di
dunia islam pada abad yang lalu, antara lain:
a. kesatuan agama dan budaya agama islam
b. arabisasi dan peranan bahasa arab
c. akademi, sekolah, observasi, dan perpustakaa
d. kebijakan Negara tentang pengembangan IPTEK
e. Perlindungan Negara sangat jelas terhadap para ilmuan dan para
insinyur
f. Penelitian, eksperimen dan penemuan baru
g. Perdagangan internasional

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa
tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki
nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari ketuhanan tidak akan
abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.

Menurut Ernst Diez dalam Muhammad abdul jabbar cirri ciri seni islam
atau seni islamisadalah seni yang mengungkapkan sikap pengabdian kepada
allah. Syarat-syarat ilmu. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu
apabila memenuhi tiga unsure pokok sebagai berikut:

a. Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang
jelas. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek
formal.
b. Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja
yag jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi,
induksi dan edukasi.
c. Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai
teoritis,hukum—hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep,
dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren.
B. Iman , ilmu dan Amal Sebagai Kesatuan
Islam merupakan ajaran agama yang landasan pengembangannya
adalah iman. Iman adalah kepercayaan terhadap wujud zat yang maha
mutlak yang menjadi tujuan hidup manusia. Iman merupakan fundamen
dalam sistem ajaran islam. Iman merupakan potensi dasar yang harus di
kembangkan dan pengembangannya adalah dalam bentuk amal. Iman
tanpa amal sama saja potensi yang tak dikembangkan.
Di dalam pengetahuan teknologi , dan seni terdapat hubungan
yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang
disebut dinul islam, yang terkandung tiga unsure pokok yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak. Dengan kata lain ilmu , dan amal sholeh. Ada tiga inti
ajaran islam yaitu iman , islam , dan ikhsan. Ketiga inti ajaran itu
terintegrasi didalam sebuah sistem ajaran yang disebut dinul islam Dalam
QS 14 (ibrahim) :24-25 yang artinya : “tidaklah kamu perhatikan
bagaimana allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul
islam)seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam
kebumi)dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap musim dengan seizing tuhannya,. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu
ingat”.
Ayat diatas menggambarkan keutuhan antara iman , ilmu dan amal
atau aqidah. Syari’ah dan akhlak dengan menganalogikan bangunan dinul
islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Akarnya menghujam ke bumi ,
bbatangnya menjulang tinggi ke langit , cabangnya atau dahannya
rindang, dan buahnya amat lebat.
Islam melihat bahwa IPTEKS dan agama adalah sesuatu yang
memiliki kaitan. Sains tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keagamaan.
Agama menjadi landasan segala prilaku manusia termasuk didalam sains
dan teknologi . islam melihat sains sebagai suatu perkara yang amat
penting karena dengan sains dan teknologi manusia dapat :
a. Mengenal tuhannya
b. Menegakkan hakikat kebenaran
c. Membawa manusia kepada sikap tafakkur dan berfikir
d. Membantu manusia memenuhi keperluan material untuk kehidupannya
e. Membantu manusia dalam melaksanakan syariat
f. Menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam
Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila
perbuatan tersebut tidak di bangun di atas landasan iman dan takwa.
Sama halnya pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan , tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Apabila
IPTEKS tidak dikembangkan di atas dasar iman , maka yang akan timbul
adalah kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan umat manusia.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-
Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah


dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah
tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada


Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat
tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu,
beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

C. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu


Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila
perbuatan tersebut tidak di bangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang
benar. Sama halnya pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna.
Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang
paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir hasil pemikirannya
adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan
kepada allah Swt, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi
kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji
dalam QS 58(al-Mujadalah) :11 yang artinya “allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat”
Disamping itu Rasullulah SAW banyak memberikan perumpamaan
tentang keutamaan orang yang berilmu dengan sabdanya : “carilah ilmu
walaupun di negeri china, mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-
laki dan perempuan sejak dari ayunan sampai ke liang lahat”.
Berikut ini adalah beberapa ayat al-Qur’an dan hadist yang dapat
dijadikan sebagai dalil orang yang beriman dan berilmu memiliki
keutamaan dan derajat yang istimewa.
a. Surat az-Zumar ayat : 9 yang artinya “katakanlah : “adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?”
b. Surat father ayat : 28 yang artinya : “sesungguhnya yang takut kepada
allah diantara hamba-hambNya adalah ulama.
c. Hadits riwayat bukhori yang artinya : “barang siapa melalui sesuata
jalan untuk mencari ilmu, maka allah memudahkan jalan baginya
kesurga.
d. Hadist riwayat tirmidzi (sunan tirmidzi juz 4) yang artinya : “dunia
dilaknat, dilaknat apa yang ada di dalamnya kecuali zikir kepada allah
Taa’ala dan orang alim (berilmu)atau penuntut ilmu
e. Hadits riwayat tirmidzi yang artinya :”keutamaan orang pandai
terhadap orang yang beribadah adalah sebagai mana keutamaanku
atas orang yang paling rendah diantara
kalian.”dilanjutkan :”sesungguhnya allah , malaikatNya, penghuni
langit dan bumi sampai semut didalam lubangnya dan juga ikan ,
mendoakan kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia (ulama).

Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan


dan mensistematisasikan usaha untuk mengorganisasikan yang berasal
dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehai-hari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif,


tujuannya untuk menggambarkan dan member makna terhadap dunia
faktual. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsure pribadi ,
pemikiran logika diutamakan , netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh
sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta. Ilmu
merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai
hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu yang jauh dan dapat
diamati panca indera manusia.

Dari sejumlah pengertian yang ada , sering ditemukan kerancuan


antar pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut memiliki arti
yang sama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan
artinya dengan pengetahuan. Dari asal katanya bahwa pengetahuan
diambil dari kata bahasa inggris yaitu knowledge , sedangkan ilmu diambil
dari kata science dan peralihan dari kata arab ilm.

Menjelaskan keutamaan-keutamaan orang yang berilmu , Al-Gazali


mengatakan “barang siapa berilmu , membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain
menerangi dirinya uga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi
yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang
berpapasan dengannya.

Dan menurut al-Gazali mengatakan juga “seluruh manusia akan


binasa, kecuali orang yang berilmu. Orang-orang berilmu pun akan celaka
jika tidak mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya
pun akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas”

D. Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Alam Lingkungan

Kemajuan IPTEK tidak dipungkiri telah mengantar manusia kepada


kemudahan, efektivitas Sdan efisiensi hidup. Dengan IPTEK manusia
telah mampu meraih apa yang dulu dianggap sebagai suatu yang
mustahil.

Namun disisi lain kemajuan IPTEK juga telah membawa akses


yang negative dan destruktif yang merugikan dan mengancam
kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungannya. Dalam (QS. Ar-
Rum:45) menyebutkan “telah timbul kerusakan di darat di lautan karena
ulah tangan manusia”.
Untuk itu ilmuan memiliki tanggung jawab untuk menjaga
kelestarian alam dari kelompok-kelompok perusak (ya’juj dan ma’juj).
Ilmuan harus mempunyai tanggung jawab karena diberi amanahAllah
untuk berbuat baik terhadap lingkungan Ada dua fungsi manusia didunia
yaitu sebagai ‘abdun (hamba allah)dan sebagai khalifah allah di bumi.
Tugas utama seorang abdun adalah mengaktualisasikan ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan allah. Adapun
tugas utamanya sebagai khalifah allah di muka bumi adalah
memakmurkan dunia ini sekaligus menjaga keseimbangan alam dan
lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia diberi kebebasan untuk
mengeksplorasi , menggali sumber daya alam , serta memanfaatkannya
dengan sebesar-beesar kemanfaatanuntuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan , karena alam
diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri.
Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Tanpa menguasai
IPTEKS , fungsi hidup manusia sebagai khalifah akan menjadi kurang dan
kehidupan yang lebih baik tidak akan terwujud dan kehidupan manusia
akan tetap terbelakang. Allah menciptakan alam karena allah
menciptakan manusia. Seandainya allah tidak menciptakan manusia.
Maka tidak perlu menciptakan alam. Oleh karena itu maka manusia
mendapat amanah dari allah untuk memelihara alam agar terjaga
kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia
itu sendiri.

6. Materi 6 : KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Toleransi Merupakan hal yang sering disalah pahami oleh sebagian umat
Islam, Dengan pemahaman yang benar tentang toleransi dalam Islam,
mahasiswa bisa bersikap tolerans dalam hal yang memang boleh berlaku
toleran, Menjadikan toleransi sebagai sarana beramar ma’ruf dan nahi
mungkar.
A. Agama Islam merupakan rahmat Allah
a. Makna agama Islam
Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan
patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah
agama yang mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan umat manusia dan semua makhluk
Tuhan. Kondisi tersebut bisa terwujud jika manusia sebagai penerima
amanah menjalankan aturan Allah dengan benar dan kaffah (Menyeluruh
– lahir bathin). Inti dari semua agama yang diturunkan oleh Allah kepada
para nabi dan rasul sebelum Muhammad saw, adalah Islam, namun
belum disebutkan secara eksplisit, tetapi makna dan substansinya secara
implisit ada persamaan, hal tersebut dipahami dari QS al-Baqarah; 132.

Karena agama ini sudah disempurnakan oleh Allah, maka nama


“Islam” dijadikan sebagai nama bagi agama terakhir ini. Agama Islam
mempunya beberapa karakteristik, yaitu :
1) Sesuai dengan fitrah manusia QS al-Rum 30
2) Ajarannya sempurna, karena Islam berisi petunjuk pada seluruh
aspek, baik disebut secara implisit maupun eksplisit. Ajaran
yang bersifat implisit dilakukan ijtihad, sehingga lebih
jelas.Kesempurnaan agama Islam Allah menjelaskannya dalam
QS al-Maidah;3.
3) Kebenarannya mutlak. Kemutlakan ini dipahami karena Islam
dari Allah Yang Maha Benar, dapat pula dipahami melalui bukti-
bukti materil serta bukti riilnya. Karenanya Allah mengingatkan
agar jangan meragukannya QS al-Baqarah 147.
4) Mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.
Walaupun manusia diciptakan untuk beribadah, tetapi
kesempurnaan ibadah itu harus memperhatikan berbagai aspek
kepentingan dalam hidup manusia, sebagaimana QS al-
Qashash, 77.
5) Fleksibel dan ringan. Islam bersifat pleksibel dan ringan dan
tidak memberatkan manusia, sehingga dalam menjalankan
ajaran Islam tidak dipaksakan untuk melakukan diluar
kemampuan manusia. QS al-Baqarah, 286.
6) Berlaku secara universal. Karena Islam diturunkan untuk
seluruh manusia hingga akhir zaman. QS al-Ahzab 40.
7) Bersifat rasional dan supra rasional. Artinya ajaran Islam dapat
dipahami berdasarkan akal pikiran manusia dalam batas-batas
kemampuan akal manusia, dan sebagian bersifat supra rasional
atau hanya butuh kepercayaan semata (imani). Ajaran seperti
ini harus diterima dan diyakini tanpa memberi komentar. Allah
memerintahkan manusia memikirkan segala sesuatu sebatas
kemampuan akal, QS. Al-Mujadilah, 11.
8) Inti ajarannya Tauhid. Semua ajaran Islam, mencerminkan
ketauhidan Allah, namun meman ada ayat yang secara khusus
menjelaskan keesaan Allah misalnya QS al-Ikhlas, 1.
9) Bersifat Rahmatan lil alamin. Islam diturunkan untuk
mewujudkan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap makhluk-
Nya, seperti ketenangan hidup, kedamaian dan kebahagiaan
dan kemaslahatan bagi semua makhluk-Nya. QS al-Fath, 4.
dan QS al-Anbiya’ 107.
b. Kebenaran Agama Islam
Allah swt, memberikan petunjuk kepada manusia sejak Nabi Adam
as. Supaya manusia menempuh jalan yang benar, dan menjamin
terciptanya kemaslahatan dalam hidup bagi manusia dan makhluk
lainnya. Ajaran ini diakhir penurunannya pada saat Nabi Muhammad saw,
dinamai Agama Islam dan Allah melarang kita meragukannya. QS al-
Baqarah 147. Kebenaran identik dengan kemaslahatan, karena hanya
kebenaranlah yang mampu mewujudkan kemaslahatan dan mencegah
timbulnya kerusakan yang mengakibatkan timbulnya penderitaan, baik
bagi manusia maupun alam secara keseluruhan. QS Ali Imran 3.3.
c. Kerahmatan Islam bagi Seluruh Alam
Islam pada mulanya dianggap asing oleh orang Quraisy, karena
berbeda bahkan bertentangan tradisi yang diterima dari nenek moyang
mereka. Nabi mengatakan Islam pada mulanya dianggap asing dan ganjil
dan kembali dianggap asing dan ganjil, namun berbahagialah orang yang
dianggap asing dan ganjil tersebut. Islam menjadi rahmat bagi semua,
dan tidak bergantung pada penerimaan dan penilaian. Substansi rahmat
terletak pada fungsinya, dan baru bisa dirasakan baik oleh manusia
maupun makhluk lainnya, apabila manusia menaati ajaran Islam tersebut.
QS al-Anbiya’ 107. Bentuk-bentuk kerahmatan Islam al:
a. Allah menunjuki manusia jalan kebenran,
b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan
potensi yang diberikan Allah secara bertanggungjawab,
c. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba
Allah, baik muslim maupun non muslim,
d. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional,
e. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan
perlakuan yang spesifik pula.

B. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah berarti persaudaraan oleh dua pihak, masing-masing pihak
memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama baik suka & duka, senang
maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap saling membagi
kepada pihak lain yang mengalami kesenangan maupun kesusahan. Jika
perasaan tersebut sesama umat Islam disebut ukhuwah Islamiah, dan jika
perasaan itu berlaku kepada umat manusia secara universal tanpa melihat
perbedaan agama, suku, ras, maka disebut ukhuwah insaniah.
Persaudaraan sesama muslim, berarti saling menghormati dan saling
menghargai relativitas (relatif dalam kebenaran) masing-masing sebagai sifat
dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, pendapat, sehingga tidak
menjadi penghalang saling menolong, karena diantara mereka terikat satu
keyakinan dan jalan hidup yaitu “ISLAM” Allah memberikan petunjuk untuk
memelihara persaudaraan sesama muslim.
C. Ukhuwah Insaniyah
Konsep Islam tentang persaudaraan sesama manusia (ukhuwah
insaniah), bahwa semua manusia adalah makhluk Allah, sekalipun Allah
memberi petunjuk kepada manusia lewat Islam, namun Allah tetap
memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya
berdasarkan pertimbangan rasionalnya. Padahal seandainya Allah mau
menjadikan manusia satu keyakinan bisa saja, tetapi Allah tidak
melakukannya. Ketegangan biasa terjadi karena
1) Sifat dari ajaran masing-masing agama yang mengandung tugas
dakwah atau misi,
2) Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan ajara agamanya
sendiri dan ajaran agama pihak lain.
3) Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain,
4) Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat,
5) Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat
beragama, antara umat beragama, maupun antara umat beragama
dengan pemerintah,
6) Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat.

D. Kebersamaan umat Beragama dalam kehidupan social


a. Pandangan Agama Islam terhadap non Islam.
Menghendaki kehidupan sosial yang aman, tenteram, rukun dan
damai. Untuk mewujudkan kehidupan yang ideal itu, perlu usaha keras
disertai wawasan yang benar tentang ajaran Islam dalam masalah
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dikaji secara
mendalam, sebagai berikut:
1. Pandangan agama Islam terhadap umat non Islam,
2. Tanggungjawab sosial umat Islam,
3. Amar ma’ruf nahi mungkar.
b. Tanggungjawab Sosial Umat Islam
1. Menjalin silatrurahim dg tetangga,
2. Memberikan infak sebagian dari hartanya,
3. Menjengut apabila ada anggota masyarakat yang sakit,
4. Memberi bantuan menurut kemampuan apabila ada anggota
masyarakat yang memerlukan bantuan.
5. Penyusunan sistem sosial yang efektif dan efisien untuk
membangun masyarakat.
c. Amar ma’ruf Nahy mungkar
1. Mendirikan masjid,
2. Menyelenggarakan majlis ta’lim,
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga zis,
5. Mendirikan lembaga pendidikan Islam
6. Mendirikan lembaga keuangan atau
7. Perbankan Syari’ah
8. Mendirikan media massa Islam, seperti koran, radio, televisi dan
yang lainnya
9. Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal atau cacat
10. Mendirikan Pesantren,
11. Menyelenggarakan kajian-kajian Islam
12. Membuat jaringan informasi social.
7.Materi 7 : Kebudayaan Islam

1. Pengertian kebudayaan,

Kebudayaan, Geertz, ( Abdullah, 2002; 1-2) pola dari pengertian-


pengertian atau makna-makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-
simbol dan ditransmisikan secara historis, juga merupakan sistem mengenai
konsep-konsep yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini
manusia berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan. Kebudayaan merupakan tempat dimana hakikat
manusia memperkembangkan diri. Antara hakikat dan perkembangan diri terjadi
korelasi yang tdk dapat dipisahkan.
Dalam Islam aktifitas Akal budi dan nurani dalam bentuk kebudayaan
atau pradaban diharapkan aktifitasnya harus selalu dan lalu dibimbing oleh
wahyu, agar kebudayaan dan pradaban yang dihasilkan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai universal kemanusiaan yang dinilai hanya menguntungkan
sekelompok masyarakat, tapi merugikan masyarakat lainnya. Perkembangan
kebudayaan yang dilandasi nilai-niali ketuhanan yang disebut perdaban Islam

2.Konsep Kebudayaan dalam Islam

Dalam perkembangannya kebudayaan dipengaruhi banyak faktor, seperti


tempat, waktu, dan kondisi masyarakat.maka lahirlah kebudayaan khusus,
misalnya Islam, Barat dll. Kebudayaan lahir dari akal budi, jiwa atau hati nurani
manusia. Bentuk kebudayaan tersebut selalu mencerminkan nilai-niali kehidupan
yang diyakini, dirasa, dan diharapkan memberikan kebaikan dalam hidup. Nila-
nilai kehidupan tersebut juga disebut pradaban. Kebudayaan dan pradaban yang
dipengaruhi nilai-nilai ajaran Islam disebut kebudayaan dan pradaban Islam.

3. Perkembangan Kebudayaan Islam

4. Nilai nilai kebudayaan Islam

a. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi, az-Zariyah 56. al-Baqarah,


147.

b. Berfikir kritis dan inovatif, (berpikir kritis artinya obyektif dan analitis. Berpikir
innovatif, berpikir ke depan menemukan pemikiran-pemikiran baru

c.Bekerja keras

Manusia adalah makhluk terbaik, memiliki potensi akal pikiran an rohani,


dan seluruh aktifitas kehidupannya dinilai oleh Allah swt. QS 28 : al-Qashash, 77.

َ‫ا َد فِي‬b ‫غ ْال َف َس‬b َ b‫ك م َِن ال ُّد ْن َيا َوأَحْ سِ ن َك َما أَحْ َس َن هَّللا ُ إِلَ ْي‬
ِ b‫ك َواَل َت ْب‬b َ ‫اك هَّللا ُ الد‬
َ ‫َّار اآْل خ َِر َة َواَل َت‬
َ ‫نس َنصِ ي َب‬ َ ‫ا ْب َت ِغ فِي َما آ َت‬
ِ ْ‫﴾اأْل َر‬
َ ‫ض إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ د‬
٧٧﴿ ‫ِين‬
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”

d. Bersikap terbuka

5. Masjid Sebagai pusat Kebudayaan Islam


8.Materi 8 : Sistem Politik Islam dan Demokrasi

A. Pengertian Demokrasi

Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi,
di antaranya seperti yang dikutip  Hamidah1 adalah sebagaimana di bawah ini:
Menurut Joseph A. Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik  di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan  cara perjuangan kompetitif  atas
suatu rakyat. Sidney Hook dalam Encyclopaedia Americana mendefinisikan
demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan  di mana keputusan-keputusan 
pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak langsung  didasarkan
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa2.
Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl, demokrasi adalah suatu
sistem  pemerintahan dimana pemerintah dimintai pertanggungjawaban atas
tindakan-tindakan mereka pada wilayah publik oleh warga negara yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka
yang terpilih3.

Dari tiga definisi tersebut di atas jelaslah bagi kita bahwa demokrasi
mengandung nilai-nilai, yaitu adanya unsur keperacayaan yang diberikan oleh
pemerintah kepada rakyat, adanya pertanggungjawaban bagi seorang pemimpin.
Sementara menurut Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai,
yaitu nilai yang bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut Abdurrahman
Wahid, nilai pokok demokrasi adalah kebebasan, persamaan, musayawarah dan
keadilan. Kebebasan artinya kebebasan individu di hadapan kekuasaan negara
dan adanya keseimbangan antara hak-hak individu warga negara dan hak
kolektif dari masyarakat.4 Nurcholish Majid, seperti yang dikutip Nasaruddin5
mengatakan, bahwa suatu negara disebut demokratis sejauhmana negara
tersebut menjamin hak asasi manusia (HAM), antara lain: kebebasan
menyatakan pendapat, hak berserikat dan berkumpul. Karena demokrasi
menolak6 dektatorianisme, feodalisme dan otoritarianisme. Dalam negara
demokrasi, hubungan antara penguasa dan rakyat bukanlah hubungan
kekuasaan melainkan berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia (HAM).

B. Demokrasi Dalam Al-Qur’an


Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-
prinsip utama demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang
berbicara tentang musyawarah); al-Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan);
al-Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang amanah); Ali Imran:
104 (tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang
kebebasan berpendapat) dst. 6 Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab
Mahasin7, agama dan demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu
sementara demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran manusia. Dengan
demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun begitu menurut
Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan
demokrasi. Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok
demokrasi dalam perspektif Islam meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-
amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian apakah makna masing-
masing dari elemen tersebut?

1. as-Syura
Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan
yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut
dalam QS. As-Syura: 38: “Dan urusan mereka diselesaikan secara
musyawarah di antara mereka”. Dalam surat Ali Imran:159 dinyatakan:   “Dan
bermusayawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. Dalam praktik
kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura
adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin.

Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala
negara atau khalifah8 Jelaslah bahwa musyawarah sangat diperlukan
sebagai bahan pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap
mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama.
Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari pemberian penghargaan
terhadap orang lain karena pendapat-pendapat yang disampaikan menjadi
pertimbangan bersama. Begitu pentingnya arti musyawarah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga Nabi sendiri juga
menyerahkan musyawarah kepada umatnya.

2.      al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum
termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus
dilakukan secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan nepotis. Arti
pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam
surat an-Nahl: 90:     “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”. (Lihat pula, QS.
as-Syura:15; al-Maidah:8; An-Nisa’:58 dst.). Ajaran tentang keharusan
mutlak melaksanakan hukum dengan adil tanpa pandang bulu ini, banyak
ditegaskan  dalam al-Qur’an, bahkan disebutkan sekali pun harus
menimpa kedua orang tua sendiri dan karib kerabat. Nabi juga
menegaskan, , bahwa kehancuran bangsa-bangsa terdahulu ialah karena
jika “orang kecil” melanggar pasti dihukum, sementara bila yang
melanggar itu “orang besar” maka dibiarkan berlalu.
Betapa prinsip keadilan dalam sebuah negara sangat diperlukan,
sehingga ada ungkapan yang “ekstrem”  berbunyi: “Negara yang
berkeadilan akan lestari kendati ia negara kafir, sebaliknya negara yang
zalim akan hancur meski ia negara (yang mengatasnamakan) Islam” 10
3.al-Musawah
al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak
yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan
kehendaknya. Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap
rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalam
suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni penguasa atas
rakyat. Dalam perspektif  Islam, pemerintah adalah orang atau institusi 
yang diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan
yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
undang-undang yang telah dibuat.
Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di
hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu pemerintah
harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur
dan adil.
Sebagian ulama’ memahami 11 al-musawah ini sebagai
konsekuensi logis dari prinsip al-syura dan al-‘adalah. Diantara dalil al-
Qur’an yang sering digunakan dalam hal ini adalah surat al-Hujurat:13,
sementara dalil Sunnah-nya cukup banyak antara lain tercakup dalam
khutbah wada’ dan sabda Nabi  kepada keluarga Bani Hasyim. Dalam hal
ini Nabi pernah berpesan kepada keluarga Bani Hasyim sebagaimana
sabdanya: “Wahai Bani Hasyim, jangan sampai orang lain datang
kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian datang hanya
membawa pertalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah adalah
ditentukan oleh kualitas takwanya”.
4.al-Amanah
al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan
seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah
tersebut harus dijaga dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin
atau pemerintah yang diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu
melaksanakan kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil. Sehingga Allah SWT.
menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:   “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu supaya menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil”.  
Karena jabatan pemerintahan adalah amanah, maka jabatan tersebut
tidak bisa diminta, dan orang yang menerima jabatan seharusnya merasa
prihatin bukan malah bersyukur atas jabatan tersebut. Inilah etika Islam.
5.  al-Masuliyyah
al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui,
bahwa kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai,
bukan nikmat yang harus disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi
seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi.  Dan kekuasaan
sebagai amanah ini memiliki dua pengertian, yaitu amanah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang harus
dipertenggungjawabkan di depan Tuhan.
Sebagaimana Sabda Nabi:   Setiap kamu adalah pemimpin dan
setiap pemimpin dimintai pertanggung jawabannya. Seperti yang
diakatakn oleh Ibn Taimiyyah12, bahwa penguasa merupakan wakil
Tuhan dalam mengurus  umat manusia dan sekaligus wakil umat manusia
dalam mengatur dirinya. Dengan dihayatinya prinsip pertanggungjawaban
(al-masuliyyah) ini diharapkan masing-masing orang berusaha untuk
memberikan sesuatu yang terbaik bagi masyarakat luas.
Dengan demikian, pemimpin/ penguasa tidak ditempatkan pada
posisi sebagai sayyid al-ummah (penguasa umat), melainkan sebagai
khadim al-ummah (pelayan umat). Dus dengan demikian, kemaslahatan
umat wajib senantiasa menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan
keputusan oleh para penguasa, bukan sebaliknya rakyat atau umat
ditinggalkan.

6.  al-Hurriyyah
al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap
warga masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan
pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan
memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf 
wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka  tidak ada alasan bagi penguasa untuk
mencegahnya.
Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak
adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi
tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol  dalam suatu
masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela. Patut disimak
sabda Nabi yang berbunyi:   “Barang siapa yang melihat kemunkaran,
maka hendaklah diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu, maka
dengan lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati, meski yang terakhir
ini termasuk selemah-lemah iman”. Jika suatu negara konsisten dengan
penegakan prinsip-prinsip atau elemen-elemen demokrasi di atas, maka
pemerintahan akan mendapat legitimasi dari rakyat. Dus dengan demikian
maka roda pemerintahan akan berjalan dengan stabil.

C. Realitas Demokrasi Di Negara Muslim

Watak ajaran Islam sebagaimana banyak dipahami orang adalah inklusif


dan demokratis. Oleh sebab itu doktrin ajaran ini memerlukan aktualisasi dalam
kehidupan kongkret di masyarakat. Pertanyaannya kemudian, bagaimana
realitas demokrasi di dunia Islam dalam sejarahnya? Dalam realitas sejarah
Islam memang ada pemerintahan otoriter yang dibungkus dengan baju Islam
seperti pada praktik-praktik yang dilakukan oleh sebagian penguasa Bani
‘Abbasiyyah dan Umayyah.

Tetapi  itu bukan alasan untuk melegitimasi  bahwa Islam agama yang
tidak demokratis. Karena sebelum itu juga ada eksperimen demokratisasi dalam
sejarah Islam, yaitu pada masa Nabi dan khulafaurrasyidin. Adalah merupakan
dalil sosial, bahwa dalam setiap masyarakat terdapat pemimpin dan yang
dipimpin, penguasa dan rakyat, serta muncul stratifikasi sosial yang berbeda.

Demikian pula pada zaman  pra-Islam (Jahiliyyah) muncul kelas sosial


yang timpang, yaitu kelas elit-penguasa dan  kelas bawah yang tertindas. Kelas
bawah ini seringkali menjadi ajang penindasan dari kelompok elit. Pada masa
jahiliyah kekuasaan dan konsep kebenaran milik penguasa. Konsentrasi
kekuasaan dan kebenaran di tangan penguasa tersebut mengakibatkan
terjadinya manipulasi nilai untuk memperkuat dan memperkokoh posisi mereka
sekaligus menindas yang lemah. Proses seperti ini berlangsung cukup lama
tanpa ada perubahan yang berarti. Dalam kondisi seperti itu, terdapat dua
stratifikasi sosial yang berbeda, yaitu maysarakat kelas atas (elit) yang
hegemonik, baik sosial maupun ekonomi bahkan kekerasan fisik sekalipun, dan
kelas bawah (subordinate) yang tak berdaya. Demikianlah setting sosial-politik
yang terjadi pada masyarakat Arab (Makkah-Madinah)  pra-Islam.

Dan seperti kata Guillaume, komunitas Yahudilah yang telah


mendominasi kekuasaan politik dan ekonomi saat itu, hingga kemudian nabi
Muhammad datang merombak struktur masyarakat yang korup tersebut. Nabi
hadir membawa sistem kepercayaan alternatif yang egaliter dan membebaskan.
Karena ajaran  yang disampaikan nabi membawa pesan bahwa segala
ketundukan dan kepatuhan hanya diberikan kepada Allah, bukan kepada
manusia. Karena kebenaran datang dari Allah, maka kekuasaan yang
sebenarnya juga berada pada kekuasaan-Nya, bukan kepada raja. Secara
empirik kemudian Nabi melakukan gerakan reformasi dengan mengembalikan
kekuasaan dari tangan raja (kelompok elit) kepada kekuasaan Allah melalui
sistem musyawarah. Kehadiran Nabi tersebut membawa angin segar bagi
“masyarakat baru” yang mendambakan sebuah kondisi sosial masyarakat yang
adil dan beradab.

Karena apa yang dibawa Nabi sebetulnya sistem ajaran yang


menegakkan nilai-nilai sosial: persamaan hak, persamaan derajat di antara
sesama manusia, kejujuran dan keadilan (akhlaq hasanah). Selain itu, sesuai
posisinya sebagai pembawa  rahmat, Nabi terus berjuang merombak masyarakat
pagan-jahiliyah menuju masyarakat yang beradab, atau dalam bahasa al-Qur’an
disebut min-’l-Dhulumat ila-’l-Nur (lihat QS. Al-Baqarah:257, al-Maidah:15, al-
Hadid: 9, al-Thalaq:10-11 dan al-Ahzab:41-43). Masyarakat Arab sebelum Islam
(Jahiliyah) terdiri dari kabilah-kabilah, setiap kabilah mengembangkan fanatisme
(‘ashabiyyat) kabilahnya, sehingga diantara mereka terjerumus dalam
pertentangan, kekecauan politik dan sosial.

Diantara mereka tidak mengenal persamaan, tetapi bersaing dan saling


mengunggulkan keleompoknya dan terjadi diskriminasi. Kondsisi seperti ini
kemudian menggugah Nabi Muhammad untuk merubahnya dan mengarahkan
kepada persamaan dan kesetaraan antar mereka. Sebab persamaan tersebut
sejalan dengan kemaslahatan umum yang menjamin hak-hak istemewa diantara
mereka,  sebab prinsip persamaan dalam Islam adalah pengakuan hak-hak yang
sama antara kaum muslimin dan bukan muslim14 Selama kurang lebih 10 tahun
(di Madinah) Nabi telah melakukan reformasi secara gradual untuk menegakkan
Islam, sebagai sebuah agama yang memiliki perhatian besar terhadap tatanan
masyarakat yang ideal.

Dan masyarakat yang dibangun Nabi saat itu adalah masyarakat


pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan. Masyarakat
seperti yang dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah adalah masyarakat
yang memiliki kesatuan kolektif dan ingin menciptakan masyarakat muslim yang
berperadaban tinggi, baik dalam konteks relasi antar manusia maupun dengan
Tuhan. Sebagai seorang pemimpin, Nabi memiliki kekuatan moral yang tinggi.
Kasih sayang terhadap golongan  yang lemah seperti kaum feminis, para janda
dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang
pemimpin umat yang plural. Dalam kesempatan pidato terakhirnya di padang
Arafah misalnya,  beliau berpesan kepada para pengikutnya supaya
memperlakukan kaum wanita dengan baik dan bersikap ramah terhadap mereka.
“Surga di bawah telapak kaki ibu”, jawab nabi ketika salah seorang sahabat
bertanya tentang jalan pintas masuk  surga.

Kalimat tersebut diulang sampai tiga kali. Salah satu sifat pemaaf dan
toleransi nabi yang luar biasa adalah tampak pada kasus Hindun, salah seorang
musuh Islam yang dengan dendam kusumatnya tega memakan hati Hamzah,
seoarng paman nabi sendiri dan pahlawan perang yang terhormat. Kala itu orang
hampir dapat memastikan bahwa nabi tidak akan pernah memaafkan seorang
Hindun yang keras kepala itu. Ternyata tak diduga-duga ketika kota Makkah
berhasil dikuasai oleh orang Islam dan Hindun yang menjadi tawanan perang itu
pada akhirnya dimaafkan.

Melihat sikap nabi yang begitu mulia tersebut dengan serta merta Hindun
sadar dan menyatakan masuk Islam seraya menyatakan, bahwa Muhammad
memang seorang rasul, bukan manusia biasa.Tidak hanya itu saja, sikap politik
nabi yang sangat sulit untuk ditiru oleh seorang pemimpin modern adalah,
pemberian amnesti kepada semua orang yang telah berbuat kesalahan besar
dan berlaku kasar kepadanya. Tetapi dengan sikap nabi yang legowo dan lemah
lembut itu  justru membuat mereka tertarik dengan Islam, sebagai agama
rahmatan lil-’alamin.

Seperti yang dicatat oleh  Akbar S. Ahmed 15 seorang penulis sejarah


Islam kenamaan dari Pakistan, bahwa penaklukan Makkah oleh nabi yang hanya
menelan korban  kurang dari 30 jiwa manusia itu merupakan kemenangan
perang yang paling sedikit menelan  korban jiwa di dunia dibanding dengan
kemenangan beberapa revolusi besar lainnya seperti Perancis, Rusia, Cina dan
seterusnya. Hal ini bisa dipahami karena perang dalam perspektif Islam bukan
identik dengan penindasan, pembunuhan dan penjarahan, seperti yang
dituduhkan sebagian kaum orientalis selama ini, melainkan lebih bersifat
mempertahankan diri.

Oleh sebab itu secara tegas nabi pernah menyatakan: “Harta rampasan
perang tidak lebih baik dari pada daging bangkai”. Demikian juga larangannya
untuk tidak membunuh kaum perempuan, anak-anak dan mereka yang
menyerah kalah. Nilai-nilai islami yang tercermin dalam figur nabi yang
melampaui batas ikatan primordialisme dan sektarianisme memberikan rasa
aman dan terlindung bagi masyarakat yang pluralistik. Perkawinan nabi dengan
seorang istri dari luar rumpun keluarga, kecintaannya terhadap Bilal, seorang
budak kulit hitam yang menjadi muazzin pertama Islam dan pidatonya pada
kesempatan haji wada’ di Arafah yang menentang pertikaian suku dan kasta
telah membuktikan sikap arif dan bijak kepemimpinannya.

Pengalaman demokrasi telah dipraktikkan Nabi dalam memimpin


masyarakat Madinah. Dalam hal keteguhan berpegang kepada aturan hukum
misalnya, masyarakat Madinah yang dipimpin Nabi telah memberi teladan yang
sebaik-baiknya. Sejalan dengan perintah Allah kepada siapa pun agar
menunaikan amanah yang diterima dan menjalankan hukum dan tata aturan
manusia dengan tingkat kepastian yang sangat tinggi.

Dimana dengan kepastian hukum tersebut melahirkan rasa aman pada


masyarakat, sehingga masing-masing warga dapat menjalankan tugasnya
dengan tenang dan mantap. Karena seperti ungkap Nurcholis Majid16 kepastian
hukum itu pangkal dari paham yang amat teguh, bahwa semua orang adalah
sama (sawasiyyat) dalam kewajiban dan hak dalam mahkamah, dan keadilan
tegak karena hukum dilaksanakan tanpa membedakan siapa terhukum itu, satu
dari yang lain.

Kebijakan-kebijakan Nabi dalam memimpin umat di Madinah tertuang


dalam Piagam Madinah, yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Piagam Madinah menjadi dasar kehidupan bermasyarakat yang
mengatur berbagai persoalan umat, meliputi: persatuan dan persaudaraan,
hubungan antar umat beragama, perdamaian, persamaan, toleransi, kebebasan
dst.

Prinsip-prinsip tersbut telah diterapkan Nabi dan berhasil dengan baik,


sehingga tercipta suasana kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berbegara
dengan aman dan penuh kedamaian dalam masyarakat yang majmuk, baik
ditinjaua dari aspek, agama, etnis maupun budaya. Sampai pada masa
khulafaurrasyidin, praktik demokrasi itu masih berlangsung dengan baik, meski
ada beberapa kekurangan. Kenyataan ini menunjukkan, bahkwa demokratisasi
pernah terwujud dalam pemerintahan Islam. Memang harus diakui, pasca Nabi
dan khulafaurrasyidin --karena kepentingan  dan untuk melanggengkan status
quo raja-raja Islam-- demokrasi sering dijadikan tumbal. Seperti pengamatan
Mahasin, bahwa di beberapa bagian negara Arab misalnya, Islam seolah-olah
mengesankan pemerintahan raja-raja yang korup dan otoriter.

Tetapi realitas seperti itu ternyata juga dialami oleh pemeluk agama lain.
Gereja Katolik misalnya, bersikap acuh-takacuh ketika terjadi revolusi Perancis.
Karena sikap tersebut, kemudian agama Katolik disebut sebagai tidak
demokratis. Hal yang sama ternyata juga dialami oleh agama Kristen Protestan,
dimana pada awal munculnya, dengan reformasi Martin Luther, Kristen memihak
elit ekonomi, sehingga merugikan posisi kaum tani dan buruh.

Tak mengherankan kalau Kristen pun disebut tidak demokratis. Melihat


kenyataan sejarah yang dialami oleh elit agama-agama di atas, maka tesis
Huntington dan Fukuyama yang mengatakan, “bahwa realitas empirik
masyarakat Islam tidak kompatibel dengan demokrasi” adalah tidak sepenuhnya
benar. Bahkan Huntington mengidentikkan demokrasi dengan The Western
Christian Connection 18 Mengikuti perspektif  Akbar S. Ahmed19, dengan
menggunakan paradigama tipologi, maka dalam sejarah Islam terdapat dua tipe:
ideal dan non-ideal. Tipe ideal bersumber dari kitab suci dan kehidupan Nabi
(sirah Nabawiyah, sunnah). Tipe ideal adalah tipe yang paling abadi dan taat
azaz (konsisten).

Sejarah Islam (sosial umat Islam) mengandung banyak bukti yang


menunjukkan adanya hubungan dinamis antara masyarakat dengan upaya para
ulama’ dan para intelektual Muslim untuk mencapai model ideal. Wawasan dan
tipe ideal tersebut membuka peluang timbulnya dinamika dalam masyarakat
Muslim. Ketika dalam proses pergumulan sejarahnya inilah umat Islam
menghadapi tantangan yang berat dan kerapkali jauh dari wilayah yang ideal
tadi. Itulah maka ada term Islam ideal dan Islam historis.
Dengan demikian, betapa sulitnya menegakkan demokrasi, yang  di 
dalamnya menyangkut soal: persamaan hak, pemberian kebebasan bersuara,
penegakan musyawarah, keadilan, amanah dan tanggung jawab. Sulitnya
menegakkan praktik demokratisasi dalam suatu negara oleh penguasa di atas,
seiring dengan kompleksitas problem dan tantangan yang dihadapinya, dan lebih
dari itu adalah menyangkut komitmen dan moralitas sang penguasa itu sendiri.
Dengan demikian, memperhatikan relasi antara agama dan demokrasi dalam
sebuah  komunitas sosial menyangkut  banyak variabel, termasuk variabel 
independen non-agama. Sementara itu Bahtiar Effendy20 menegaskan, bahwa
kurangnya pengalaman demokrasi di sebagian besar negara Islam tidak ada
hubungannya dengan dimensi “interior” ajaran Islam.

Secara teologis menurut Effendy, bahwa kegagalan banyak negara Islam


untuk mengembangkan mekanisme politik yang demokratis antara lain karena
adanya pandangan yang legalistik dan formalistik dalam melihat hubungan
antara Islam dan politik. Oleh karenanya menurut Effendy perlu pendekatan
substansialistik  terhadap ajaran Islam  agar dapat mendorong terciptanya
sebuah sintesa yang memungkinkan antara Islam dan demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai