Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 16

Insersi, Pemeliharaan, dan Kegagalan GTP

Modul 3

Tutor

drg. Aria Fransiska, MDSc

KELOMPOK 3

DIMAS GUSRIZAL

SHAVIRA SYARIFATUL ERDIN

ANGELY KARLITA

TRI WAHYUNI FAJRI

PRATIWI HAPSARI NINGSIH

MUTIARA VERONICA

SALSABILLA SEPTIA IRSYADI

SYIFA NISRINA HARVI

M RYAN MAULANA JUSUG

ANDHINI ARDI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2014/2015
MODUL 3

PEMASANGAN, KONTROL, SERTA KEGAGALAN GTP

SKENARIO 3

Senangnya dalam hati..

Ibu keken (63 tahun) sangat bersemangat menemui Ahmad, seorang mahasiswa co-ass di
RSGMP UNAND, karena hari ini gigi palsu barunya akan dipasang. Sebenarnya ibu Keken
sudah menggunakan GTP selama hamper 10 tahun, tetapi sekarang gigi tiruan tersebut sudah
sangat jelek sekali dan longgar. Ahmad menyarankan padanya untuk dibuatkan gigi tiruan yang
baru karena gigi tiruan lamanya tidak bisa direlining maupun rebasing.

Setelah dilakukan insersi dan sedikit penyesuian, Ahmad menjelaskan instruksi


pemeliharaan gigi tiruan yang harus dilakukan ibu Keken. Dia juga mengingatkan ibu Keken
harus datang kembali untuk melakukan control. Ibu Kekekn menyetujuinya dan terlihat sangat
puas dengan penampilannya setelah memakai gigi tiruan yang baru ini.

Ahmad semakin tertarik mempelajari mengenai prostodonsia, karena jika gigi tiruan
penuh dibuat dengan tidak tepat akan berdampak buruk bagi pasien
I. Terminologi

1. Relining

- Penambahan bahan/ lapisan akrilik baru pada tepi sayap gigi tiruan bagian permukaan dalam
atau impression surface gigi tiruan local maupun menyeluruh.

-Proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan gigi tiruan terhadap mukosa.

2. Rebasing

- Penggantian seluruh basis gigi tiruan dengann yang baru, dimana anasir gigi tiruan yang lama
tetap digunakan tanpa merubah letak gigi dan relasi oklusi.

II. Masalah

1. Apa yang menyebabkan GTP lama ibu keken jelek dan longgar?
2. Apa tujuan relining dan rebasing?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi dari relining?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan relining?
5. Apa yang menjadi Indikator keberhasilan relining?
6. Apa indikasi dan kontra indikasi rebasing?
7. Bagaimana penatalaksanaan rebasing?
8. Apasaja hal yang perlu diperhatikan sebelum insersi?
9. Apasaja keluhan yang dapat dirasakan pasien setelah insersi GTP?
10. Bagaimana instruksi pemeliharaan GTP?
11. Kapan waktu control yang disarankan untuk GTP?
12. Apasaja macam- macam kesalahan dan kegagalan GTP?
13. Apasaja dampak penggunaan GTP yang tidak tepat?
III. Analisa Masalah

1. Jelek dan menjadi longgar, karena

Merupakan keluhan yang paling umum terjadi.

Disebabkan oleh permasalahan bentuk gigi tiruan, bentuk ruang palatal yang luas, bagian tepi
bawah yang kurang lebar dan dalam, bagian perifer yang terlalu dalam dan lebar, permukaan
dipoles tidak di daerah netral, posisi intercuspal tidak seimbang dengan kontak posisi retensi,
adanya kontak premature, kesalahan pada bidang oklusal.

 Dimensi vertical yang salah


 Gigi tiruan pennuh yang perforasi
 Post dam yang tidak memadai
 Pemakaian dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan terjadinya resorpsi tulang
alveolar

2. Tujuan relining dan rebasing

 Untuk memperbaiki adaptasi basis


 Memperoleh permukaan jaringan pada mukosa secara akurat supaya fit
 Memperpanjang pemakaian gigi tiruan

Faktor penyebab resorpsi tulang

 Osteoporosis
 Gangguan hormonal
 TBC
 Penyakit ginjal
 Gangguan gastrointestinal
 Gangguan kesimbangan darah (leukemia)

Menyebabkan perubahan klinis

 Hilangnya retensi dan stabilitas


 Hilangnya dimensi vertikal dan oklusi
 Hilangnya jaringan pendukung wajah
 Pergeseran arah horizontal gigi tiruan- relasi oklusal yang salah
3. Indikasi dan kontra indikasi relining

Indikasi

 Ketika GTP kurang adaptasi terhadap mukosa


 Hilangnya retensi GTP
 Akumulasi makanan di bawah GTP
 Iritasi mukosa pendukung
 Underextended gigi tiruan
 Membentuk post dam
 Resorpsi tulang alveolar

Kontra Indikasi

 Estetis GTP jelek


 Relasi rahang bawah dan atas jelek
 Kelainan sendi rahang (kelainan TMJ)
 GTP yang sudah lama
 Dimensi vertical berkurang 7 mm
 Jika relining menyebabkan gangguan pengucapan
 Resorpsi yang banyak
 Kelainan pada jaringan lunak
 Estetis jelek

Syarat

 Dimensi vertical masih baik


 Oklusi sentrik dan relasi sentrik masih baik
 Estetik baik
 Mukosa mulut sehat
 Tidak ada undercut
4. Penatalaksanaan relining

 Direct; langsung melakukannya pada mulut pasien dengan menggunakan bahan self
curing acrylic
 indirect; dengan heat cure acrylic
- Relining satu kali kunjungan dapat menggunakan cold cure acrylic namun warna
tidak stabil
- Relining konvensional pada lab menggunakan bahan heat cure acrylic

5. Indikator keberhasilan relining

 Pasien tidak ada keluhan


 Retensi dan stabilisasi tercapai
 Tidak ada ungkitan
 Pasien nyaman

6. Indikasi dan kontra indikasi rebasing

Indikasi

 Immediate denture
 Dimensi vertikal dan relasi sentrik tetap
 Gigi anasir tidak abrasi
 Tidak memungkinkan dilakukannya relining
 Under ekstended GTP
 Resorpsi tulang alveolar
 GTP longgar tapi masih bisa diperbaiki
 Oklusi baik
 Dasar resin buruk sehingga tidak bisa direlining
 Porositar terlalu banyak
 Stain terlalu tebal

Kontra indikasi

 Elemen gigi tiruan rusak, aus, atau patah


 Estetis tidak baik lagi
7. Penatalaksanaan rebasing

 Bagian sayap perifer GTP dikasarkan


 Potong dataran oklusal 1mm dari gigi anasir
 Cetak rongga mulut pasien dengan GTP yang lama
 Buat model kerja
 Letakkan pada articulator
 Flasking, packing, dan curing

8. Diperhatikan saat melakukan insersi

 Permukaan polis dan mekanis dicek apakah ada permukaan yang tajam, maka harus
dipoles
 Pada saat insersi, arah pemasangan dan hambatan harus diperhatikan
 Lakukan pemeriksaan retensi, kenyamanan, oklusi, dan fungsi fonetik
 Stabilitas juga perlu dicek pada saat menelan dan mengunyah
 Diperhatikan pada articulating paper ada atau tidaknya premature contact

9. Keluhan pada saat insersi

 Rasa sakit akibat sayap landasan


 Kesalahan oklusi
 GTP longgar
 Ketidak puasan pasien terhadap estetik
 Kesulitan dalam berbicara
 Masalah pengunyahan
 Tersedak

10. Instruksi pemeliharaan GTP

 Instruksi bahwa protesa hanrus dijaga kebersihannya


 Protesa harus dilepas pada malam hari
 Bila ada gangguan atau rasa kurang nyaman kunjungi dokter gigi
 Pasien harus melakukan kontrol sesuai jadwal
 Instruksi harus dilakukan secara verbal dan tertulis

11. Waktu control yang baik

Kontrol dilakukan satu minggu setelah pemasangan, dilakukan pemasangan. Lakukan anamnesis
kepada pasien apakah pasien merasa nyaman atau ada keluhan selama pemakaian. Lalu lakukan
pemeriksaan objektif pada rongga mulut pasien, perhatikan apakah ada mukosa yang tertekan,
lesi, atau tanda- tanda adanya mukosa yang teriritasi protesa. Serta perhatikan pula retensi dan
stabilisasi dari gigi tiruan.

24 jam setelah insersi pasien diinstruksikan untuk tidak melepaskan pretesanya, agar si pasien
dapat beradaptasi dengan protesa barunya.

12. Kesalahan dan keluhan GTP

 Gigi atas konkaf sehingga mempengaruhi estetis


 Iritasi jaringan lunak, dimana dimensi vertikal terlalu tinggi sehingga menyebabkan
gangguan oklusi dan puncak linggir tajam
 Rasa nyeri terus menerus pada mukosa
 Mulut pasien terasa penuh dikarenakan dimensi vertikal yang salah
 Kurang cekatnya GTP
 Fraktur pada GTP karena kesalahan kontruksi dan resorpsi linggir tulang alveolar
 Kesulitan dalam berbicara
 Masalah pengunyahan
 Bruxism dikarenakan dimensi vertikal yang terlalu tinggi
 Tersedak dikarenakan bagian posterior basis GTP yang terlalu panjang
 Mukosa bukal yang tergigit

13. Penggunaan GTP yang tidak tepat

 Adanya ulserasi di bawah GTP


Ex: Cheilitis, denture stomatitis (terjadi pada 50% pengguna GTP)
 Adanya inflamasi
 GTP tidak stabil

V. LO

1. Insersi (Instruksi Perawatan Pasca Insersi)


2. Keluhan dan Permasalahan GTP
3. Rebasing dan Relining
4. Dampak Penggunaan GTP yang tidak tepat
VI. Pembahasan

1. Insersii (Instruksi Perawatan Pasca Insersi)

Prosedur pemasangan gigi tiruan harus dijadwalkan karena memerlukanwaktu yang cukup untuk
melakukan pemasangan gigi tiruan dan konsultasi untukmenjawab setiap pertanyaan dn
kekhawatiran pasien. Pasien diintruksikan untukmenanggalkan gigi tiruan lamanya selama 12-24
jam sebelum gigi tiruan yang baru dipasangkan agar gigi tiruan baru dapat beradaptasi pada
jaringan yang sehatdan tidak dalam keadaan distorsi.

Sebelum pemasangan gigi tiruan lakukan pemeriksaan pada permukaan basis gigi tiruan yang
menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipolesharus bebas dari porus serta goresan
tajam untuk menghindari trauma padamukosa mulut serta tumpukan plak.

Pemeriksaan gigi tiruan dilakukan satu persatu secara terpisah untukretensi stabilitas dan
kenyamanan didalam rongga mulut kemudian oklusi dan!onetik diperiksa setelah gigi tiruan
atas dan bawah berada dalam rongga mulut.Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan
artikulating paper untuk mengoreksi kontak  prematur. "ulut harus dapat ditutup secara
bersamaan tanpa adanya hambatan.

Pasien dianjurkan untuk memakai selama 24 jam setelah pemasangan untuk menyesuaikan gigi
tiruan di dalam rongga mulut. Pasien diberikan informasi dan petunjuk secara ferbal maupun
intruksi tertulis mengeni pemakaiangigi tiruan cara pembersihan dan pemeliharaan gigi tiruan
yang dipakainya sertat entang pemeriksaan secara periodik yang diperlukan.

Hal- hal yang Perlu Diperhatikan


Sebelum Insesi

Yaitu tahap persiapan pemasangan gigi tiruan penuh factor yang harus diperhatikan adalah
pengamatan terhadap gigi tiruan berupa:

1. Permukaan polis/ permukaan mekanis


Tidak ada bagian yang tajam/ kasar
Dipakai untuk menghindari:
 Terhindarnya penumpukan plak
 Terhindarnya dari iritasi pada lidah dan pipi

2. Permukaan anatomis/ permukaan yang menghadap jaringan

Pada saat Insersi

a. Arah pemasangan
b. Hambatan saat pemasangan

Setelah Insersi

Setelah protesa dibersihkan dalam mulut dan diperhatikan


a. Retensi
Dicek dengan menggerak- gerakkan pipi dan bibir, dilihat apakah protesa lepas atau tidak.
b. Oklusal
Dicek ada atau tidaknya premature kontak. Apabila oklusinya terganggu dilakukan grinding.
Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada saat oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah. Pengurangan menggunakan hokum BULL dan
MULD (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan
lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan diketahui dengan kertass artikulasi yang
diletakkan pada oklusi kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.

c. Stabilisasi
Dicek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi
wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan


RETENSI & STABILISASI Periksa Oklusi
֎Gigi tiruan rahang atas
Gigi tiruan jatuh saat dibuka lebar yang disebabkan oleh kesalahan oklusi sentrik, kurang
luasnya basis posterior, kurangnya posterior palatal seal, perluasan yang berlebihan di
daerah notch
Gigi tiruan jatuh ataubergeser pada sisi seimbang

- Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat/ baik


- Gangguan diatas tonjol bukal gigi rahang atas dan gigi rahang bawah pada sisi
working side atau fungsional
- Kontak oklusal defleksi pada tonjol- tonjol sisi seimbang

Hilangnya retensi saat tertawa

- Perluasan tepi gigi tiruan yang tidak tepat


- Aktivitas otot wajah yang ekstream

Hilangnya retensi saat bersiul

- Perluasan berlebihan atau ketebalan dari tepi labial gigi tiruan


- Gangguan pada border seal

Kurangnya retensi yang menyeluruh

- Gangguan oklusi yang berlebihan


- Kurangnya border seal
- Bentuk gigi tiruan yang salah
- Menurunnya jaringan daerah pendukung utama

Instruksi Khusus Kepada Pasien

Penjelasan tentang

 Keterbatasan gigi tiruan


 Kesulitan pemakaian gigi tiruan
 Cara pemeliharaan gigi tiruan
 Individualitas masing- masing pasien
 Perubahan penampilan dengan gigi tiruan baru
 Pengunyahan dengan gigi tiruan baru biasanya butuh latihan agar terbiasa selama6- 8
minggu untuk melatih otot- otot pipi dan bibir
 Mengunyah pada kedua sisi, mulai dari makanan lunak dan dipotong kecil- kecil
 Menggigit makanan diantara gigi pada sudut mulut, jaringan di anterior, kemudian
makanan didorong ke dalam dan ke atas, bukan sebaliknya
 Posisi lidah lebih ke anterior selama pengunyahan agar lebih stabil
 Bicara dengan gigi tiruan baru, berlatih membaca keras dan mengucapkan kata- kata
yang sulit
 Kebersihan mulut dengan gigi tiruan. Dimana gigi tiruan dicuci setiap setelah makan,
sekali sehari gigi tiruan direndam dalam cairan pembersih selama 30 menit
 Jangan anjurkan pasien membersihkan gigi tiruan dengan pasta gigi
 Permukaan mukosa dari tulang alveolar dan dorsal lidah disikat untuk meningkatkan
aliran darah dan menghilangkan debris
 Memertahankan sisa alveolar, apabila mengalami iritasi lepas gigi tiruan, control
kembali, dan gigi tiruan dipakai sebelum ke klinik sehingga dapat diketahui titik- titik
yang sakit
 Gigi tiruan dilepas pada malam hari
 Kontrol sekurang- kurangnya sekali setahun
 Beri informasi tertulis
Secara garis besar pemeriksaan pada waktu pemasangan gigi tiruan lengkap didalam
mulut dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : pemeriksaan retensi, estetika, dan kestabilan.

RETENSI
Menurut A. Roy MacGregor dan David M.Watt, retensi dapat didefinisikan sebagai
ketahanan gigi tiruan untuk melawan gaya-gaya yang melepaskannya dari mulut. Di
dalam
bukunya digambarkan dengan sederhana mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
retensi gigi tiruan lengkap sebagai berikut : Gigi tiruan lengkap diibaratkan dua balok
yang
mempunyai berat yang sama tetapi ukuran berbeda, menempel pada dasar suatu bak. Diantara
balok dan dasar bak terdapat selapis tipis air (lapisan saliva), ternyata balok yang lebih besar
mengalami hambatan yang lebih besar saat dikeluarkan, karena permukaan yang berkontak lebih
luas dan karena adanya gaya-gaya dalam cairan.
Menurut A. Roy MacGregor dan David M.Watt gaya yang berhubungan dengan lapisan
saliva ( gaya-gaya fisik ) yang berhubungan dengan retensi suatu gigi tiruan secara garis besar
dapat dibagi atas tiga :
1. Adhesi
Gaya tarik-menarik antara saliva dengan basis gigi tiruan dan antara saliva dengan
mukosa
2. Gaya-gaya dalam cairan
Gaya-gaya dalam cairan ( tegangan permukaan saliva, gaya kohesi dalam cairan saliva,
dan viskositas saliva), semua mempengaruhi retensi gigi tiruan dan berhubungan dengan
ketepatan kontak basis terhadap kontak mulut.
3. Tekanan atmosfir
Tekanan atmosfir yang lebih rendah dalam cairan saliva dapat menahan gaya-gaya yang
akan melepaskan gigi tiruan asal peripheral seal utuh.

A. Roy MacGregor juga menjelaskan bahwa, retensi gigi tiruan lengkap dipengaruhi juga oleh
tiga faktor utama dalam desain gigi tiruan yaitu :

1. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut.


Ketepatan antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut tergantung pada aktivitas
gaya fisik dari adhesi dan kohesi yang bersama-sama. Untuk mendapatkan retensi
yang maksimal dari gigi tiruan, gigi tiruan harus pas atau tepat dengan permukaan
mukosa yang tidak tertekan.
2. Perluasan basis gigi tiruan.
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh
basis gigi tiruan.
3. Peripheral seal.
Peripheral seal adalah kontak antara mukosa dan tepi serta permukaan gigi tiruan
yang dipoles yang mencegah keluar masuknya udara.
Sifat utama yang harus dimiliki oleh daerah ini adalah kontinuitas sepanjang tepi
gigi tiruan, sehingga penutupan benar-benar utuh. Mengenai hubungan peripheral-
seal dengan gaya dalam saliva serta retensi gigi tiruan lengkap dikatakan bahwa;
Retensi berhubungan dengan aliran saliva yang melalui tepi gigi tiruan. Retensi
bertambah dengan adanya faktor-faktor yang menghalangi aliran cairan dan
berkurang dengan adanya faktor-faktor yang membantu aliran tersebut, dalam hal
ini adalah peripheral seal.
Pemeriksaan terhadap retensi dapat dilakukan dengan cara memasang gigi tiruan kuat-kuat
di dalam mulut dan mencoba melepaskan gigi tiruan dengan gaya yang tegak lurus pada
bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya tersebut, gigi tiruan mempunyai
retensi yang cukup.

ESTETIKA
Pada pemerikasaan estetika menurut A. Grant (1) terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Dukungan dari gigi tiruan terhadap bibir dan pipi sehingga memperlihatkan
ekspresi wajah yang wajar.
2. Garis median muka berhimpit dengan garis median gigi tiruan.
3. Bidang oklusal sejajar dengan garis inter pupil dan alatragus, serta pada saat
istirahat setinggi bibir atas
4. Gigi anterior rahang atas dan rahang bawah cukup terlihat pada saat mulut
setengah terbuka.
5. Terdapat keharmonisan antara ukuran, bentuk, kontur, warna, serta susunan gigi
tiruan dengan wajah pasien.
6. Tidak ada gigi tiruan yang berubah posisi.
7. Susunan gigi anterior tidak terlalu ke anterior, palatal atau lingual, tetapi tersusun
pada daerah neutral zona ( daerah penyusunan gigi yang tidak mengganggu fungsi
otot ). Permukaan labial dari gigi incisive sentral atas berada kira-kira 8 – 10 mm
sebelah anterior dari pertengahan papilla incisive. Bila penyusunan gigi terlalu ke
posterior ( berjarak kurang dari 8 mm ) menyebabkan dukungan gigi tiruan papda
bibir berkurang yang ditandai dengan penurunan sudut bibir, berkurangnya bagian
vermillion border yang terlihat, penurunan dan pendalaman sulcus nasolabialis,
garis-garis vertical kecil atau kerutan-kerutan diatas vermillion border, philtrum
tidak Nampak dengan nyata, dan juga dapat diperkirakan adanya ruang lidah yang
sempit di anterior. Bila penyusunan terlalu ke anterior mengakibatkan penampilan
wajah yang Nampak kaku, bibir Nampak tegang, perubahan bentuk bibir, sulcus
dan philtrum, dan gigi tiruan cenderung lepas sewaktu berfungsi.

Estetis yang kurang memuaskan dapat disebabkan oleh kesalahan penentuan hubungan
rahang, kesalahan prosesing sehingga susunan gigi geligi kurang bagus, atau kontur gigi yang
kurang baik. Keadaan ini tidak dapat diperbaiki di ruang praktek, tetapi harus melalui
pengulangan proses laboratorium atau dengan pembuatan gigi tiruan baru.

KESTABILAN
Dalam Glossary of Prosthodontic terms ( 1962 ) kestabilan didefinisikan sebagai gigi
tiruan untuk tetap bertahan di tempat, melawan tekanan functional yang menggerakkannya dan-
tidak sebagi subjek yang mudah berubah posisi bila tekanan jatuh padanya.
Sedang kestabilan gigi tiruan menurut A. Roy MacGregor adalah daya tahan gigi tiruan
untuk bertahan pada tempatnya melawan gerakan-gerakan, dan sifat gigi tiruan untuk
tetap
dalam keadaan seimbang terhadap jaringan pendukung.
Selain faktor retensi kestabilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi juga oleh :

1. Faktor jaringan pendukung.


Jaringan pendukung adalah jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu, yang
terdiri dari jaringan yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan, yaitu
mukosa mulut serta tulang dibawahnya. Dalam pembuatan gigi tiruan diusahakan
jaringan pendukung yang seluas mungkin.

2. Keseimbangan terhadap otot-otot.


Permukaan gigi tiruan yang berkontak dengan otot-otot bibir, pipi dan lidah harus
disesuaikan dengan aktivitas otot-otot tersebut, karena aktifitas otot-otot diatas secara
aktif maupun pasif dapat mempengaruhi gigi tiruan dengan cara menekan gigi tiruan.
Ketidakstabilan gigi tiruan biasanya dihubungkan dengan kontraksi otot yang melampaui
batas fungsi normal.

3. Penyusunan gigi geligi.


Sehubungan dengan kestabilan gigi tiruan pada waktu penyusunan gigi-geligi perlu
diperhatikan posisi gigi terhadap sumbu processus alveolaris dan puncak processus
alveolaris.
 Posisi gigi terhadap sumbu processus alveolaris
Kestabilan yang baik akan diperoleh bila sumbu gigi sejajar atau berhimpit
dengan sumbu processus alveolaris karena tekanan akan jatuh pada puncak
alveolar. Gigi yang disusun terlalu ke bukal akan mengurangi kestabilan karena
tekanan akan jatuh pada lereng alveolar, disamping itu akan mengganggu gerakan
otot-otot sehingga gigi tiruan akan mudah terangkat.
 Posisi gigi terhadap puncak processus alveolaris.
Permukaan bidang oklusal gigi tiruan bawah yang disusun terlalu jauh dari
puncak alveolaris akan mengakibatkan lidah terpaksa harus menggunakan
kekuatan yang lebih besar untuk menempatkan makanan ke permukaan oklusal,
sehingga memperbesar kemungkinan terangkatnya gigi tiruan bawah.

4. Hubungan rahang
Hubungan rahang terbagi menjadi dua :
 Hubungan rahang dalam arah vertical ( dimensi vertical ).
Yaitu jarak antara rahang atas dan bawah yang memberikan ekspresi wajah
normal
Saat rahang atas dalam keadaan instirahat gigi geligi agak terpisah, dan tinggi
wajah sedikit lebih besar daripada saat gigi berkontak, sehingga terdapat ruangan antara
permukaan oklusal gigi yang disebut free way space. Free way space ini
penting artinya untuk kelancaran pengucapan huruf, dan sebagai pedoman dalam-
mengembalikan tinggi wajah pasien yang sudah tidak bergigi. Besarnya free way
space yang dianggap normal adalah 2 – 4 mm. untuk mendapatkan dimensi
vertical yang tepat dilakukan pengukuran dan diperiksa dengan cara fonetik,
dimana pasien diinstruksikan untuk mengucapkan kata-kata yang banyak
mengandung bunyi desis misalnya missisipi.

A. Roy MacGregor mengatakan umumnya pasien lebih bias menerima dimensi


vertical yang lebih kecil daripada yang lebih besar, karena dimensi vertical yang
lebih besar free way spacenya menjadi kurang sehingga pada waktu berbicara gigi
atas dan bawah sering menimbulkan benturan antar tonjol gigi-geligi sehingga
mengganggu proses bicara dan fonetiknya. Pada keadaan yang lebih parah
terdengar suara benturan yang lebih keras. Sedang menurut Sheldon Winkler
(1975) selain hal diatas, kemampuan pengunyahan berkurang serta estetika
kurang memuaskan, karena mulut tampak penuh, otot muka terlihat tegang dan
penderita sukar menutup mulut, menelan, serta pasien akan mengeluh sakit pada
jaringan pendukung gigi tiruan. Pada dimensi vertical yang besar karena
kemungkinan otot-otot tidak rileks, akan mengakibatkan otot-otot merasa lelah

 Hubungan rahang dalam arah horizontal (relasi sentrik)


Relasi sentrik adalah hubungan paling posterior dari mandibula terhadap maksila
dimana kondilus terletak paling posterior dan rileks dalam fossa glenoidea pada
dimensi vertical oklusal tertentu.
Relasi sentrik dapat diperiksa dengan melihat kontak gigi posterior. Pada waktu
pasien menggigit dalam keadaan relasi sentrik, gigi atas dan bawah harus
menggigit dalam oklusi sentrik ( maximal intercuspation ). Jadi harus sama
dengan oklusi sentrik dalam articulator, karena oklusi sentrik dibuat sama dengan
relasi sentrik dalam pembuatan. Bila oklusi sentrik tidak sama dengan relasi
sentrik, gigi tiruan tidak akan stabil, karena pada saat menggigit tonjol-tonjol
lingual gigi tidak jatuh dalam fossa atau marginal ridge lawannya, tetapi jatuh
pada lereng tonjol dulu dan setelah menggigit keras baru masuk ke fossa sehingga
terjadi pergeseran yang disebut “Slide in Centric”

5. Oklusi dan artikulasi.


Oklusi adalah hubungan kontak statis antara tonjol-tonjol atau permukaan kunyah gigi-
gigi atas dan bawah.
Pada saat sekarang ini oklusi cenderung diartikan sebagai tiap hubungan kontak antara
gigi atas dan bawah karena kontak yang benar-benar statis itu tidak ada.
Secara klinis terdapat empat posisi dari oklusiyang dapat dicari :
1) Oklusi sentries ( posisi kontak mundur )
2) Oklusi protrusive
3) Oklusi lateral kanan
4) Oklusi lateral kiri
Artikulasi adalah kontak geser yang dinamis antara tonjol gigi atas dan bawah pada saat
rahang melakukan gerakan dengan mulut tertutup.

Sedangkan yang dimaksud dengan artikulasi yang seimbang adalah kontak geser yang
terus-menerus antar tonjol gigi atas dan bawah di seluruh lengkung rahang pada setiap
gerakan mandibula dengan mulut tertutup.
Ketidakseimbangan oklusi dan artikulasi akan mempengaruhi kestabilan gigi tiruan,
karena gigi tiruan akan terasa longgar, dan bergeser pada ridge setelah kontak oklusi.
Akibatnya pasien hanya dapat memakai gigi tiruan dengan nyaman pada waktu tidak
makan, tetapi akan terasa longgar dan menimbulkan nyeri pada saat makan.
Keseimbangan oklusi harus diperiksa pada tahap mencoba gigi tiruan malam, tetapi
artikulasi baru bisa dibuat lebih sempurna setelah melakukan pengasahan secara selektif
pada permukaan gigi tiruan. Pengasahan secara selektif maksudnya adalah memodifikasi
permukaan gigi-geligi dengan mengasah pada tempat-tempat tertentu, setelah ditentukan
tempatnya dengan menggunakan kertas artikulasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
oklusi dan artikulasi yang seimbang

2. Keluhan dan Permasalahan GTP

Pada tahap pemasangan gigi tiruan penuh sering timbul masalah- masalah yang meliputi evaluasi
dan perawatan terhadap estetis, fonetik, iritasi, dan kurangnya retensi dan stabilisasi

a.Estetik, seperti

 Kesempurnaan di bawah hidung


 Bibir atas konkaf
 Gigi dan basis terlihat secara berlebihan

b. Fonetik, untuk sesaat cara berbicara akan berubah

c. Iritasi jaringan lunak

Iritasi merata pada daerah pendukung gigi tiruan. Hal ini disebab kan oleh:

 Dimensi vertikal oklusi yang tinggi


 Disharmoni antara relasi sentrik dan oklusi sentrik
 Gangguan oklusi pada posisi sentrik
 Kebiasaan jelek, muncul berpu bruxism dan xerostomia
 Iritasi pada puncak linggir alveolus
 Tulang yang tajam
 Kontak oklusal yang defleksi
 Tidak teratur permukaan gigi tiruan
 Puncak linggir yang tajam
 Penekanan basis gigi tiruan

Iritasi dekat vestibulum

 Tepi gigi tiruan tajam


 Tepi gigi tiruan tidak dipoles

Iritasi pada lereng lingual anterior dan lereng lateral dari linggir rahang bawah

 Relasi sentrik dan oklusi sentrik tidak serentak


 Kontak oklusall defleksi pada molar dua
 Kontak oklusal defleksi unilateral
 Penekanan dari basis gigi tiruan

Iritasi pada daerah retro milohioid

 Perluasan berlebihan dari tepi gigi tiruan


 Gangguan oklusal anterior pada gerakan protrusive
 Kontak oklusal

Iritasi pada daerah tuberositas

 Perubahan dimensi dari gigi tiruan rahang atas


 Penekanan dari basis gigi tiruan

Iritasi pada daerah raphe mediana

 Hilang dukungan
 Relief tidak cukup
 Kontak incisal berlebihan pada relasi sentrik

Iritasi mukosa labial

 Bentuk berlebihan dari permukaan labial gigi tiruan


 Tekanan dari bibir

Iritasi yang seiringan pada sulkus labial, daerah retro milohioid

 Kebiasaan mengunyah yang jelek


 Gigi tiruan rahang atas longgar

d. Hilangnya Retensi dan Stabilisasi

Rahang atas

Gigi tiruan jatuh saat mulut dibuka lebar

Basis posterior kurang luas


 Kurang post palatal seal
 Perluasan berlebihan pada bukal, labial, hamula notch

Gigi tiruan jatuh saat bernyayi atau berbicara

 Kesalahan oklusi
 Kurang posterior palatal seal
 Perluasan kurang
 Perluasan berlebihan

Gigi tiruan jatuh atau bergeser dari sisi seimbang

 Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat


 Gangguan di atas tonjol bukal, rahang atas, dan gigi rahang bawah, pasa satu sisi kerja
atau fungsional
 Kontak oklusal defleksi pada tonjol satu sisi seimbang
 Hilangnya retensi kalau ketawa
 Perluasan gigi tiruan tidak tepat
 Aktivitas otot wajah ekstream
 Hilang retensi bila mencoba bersiul
 Gangguan pada border seal
 Kurangnya retensi menyeluruh
 Gangguan oklusi berlebihan
 Kurang border seal
 Bentuk tepi gigi tiruan yang salah
 Menurunnya jaringan daerah pendukung gigi tiruan
Rahang bawah

 Gigi tiruan terlepas


 Gangguan oklusal
 Hubungan susunan gigi dengan otot di sekitarnya
 Bentuk permukaan gigi tiruan dipoles
 Posisi lidah yang retraksi
 Masalah psykogenik
Gigi Tiruan adalah suatu alat  yang digunakan untuk memperbaiki beberapa fungsi terbuat dari
bahan artifisial yang kegunaan utamanya menggantikan bagian gigi yang hilang dari tubuh kita.1
Mulut adalah suatu bagian terpenting dalam tubuh kita serta merupakan pintu masuk utama
dalam penjalaran suatu penyakit. Menurut Applegate pergantiaan gigi digunakan untuk
memperbaiki ekspresi penampilan wajah.
Dalam pembuatan suatu gigi tiruan penuh terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
usia, jenis kelamin, kondisi umum , sistemik dan keadaan sosial ekonomi serta pskikologi. Hal
tersebut diatas sangat penting dalam menentukan perawatan seperti diagnosis, perencanaan
desain dan menetapkan rencana perawatan sehingga  gigi tiruan tersebut  dapat berfungsi
semaksimal mungkin.
Geriatri adalah salah satu cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dimana merawat problem
dan masalah yang sering dijumpai pada pasien orang tua terutama dalam kelemahan fisiknya.Â
 Proses menua adalah akumulasi dari keseluruhan morfologi, fungsi yang terjadi pada mahkluk
hidup dimana biasanya terjadi penurunan fungsi organ.2 Faktor yang mempengaruhi penuaan :
faktor genetik dan faktor lingkungan. Ada beberapa manifestasi dari proses menua terutama :
pada Central Nervous System, Neuromuskular , Cardiovaskular, dsb.
Pada rongga mulut pun terjadi perubahan baik dari jaringan lunak (oral mucosa, gingiva, lidah
dsb) serta jaringan keras (tulang alveolar,sendi rahang, dsb) . Pada pasien geriatri umumnya
mukosa mulut lebih tipis dan elastisitasnya berkurang. Apalagi pada kasus tidak bergigi
daerahnya akan terlihat mucosa cenderung lebih flabby dan gampang terjadi peradangan
demikian juga halnya dengan tulang alveolar biasanya sudah terjadi resorbsi. Pada daerah
sudut mulut sering dijumpai Angular Cheilitis,  lidah akan tampak membesar sertaÂ
kelenjar liur biasanya alirannya menjadi berkurang dan jumlahnya lebih sedikit sehingga oral
higiene (kebersihan mulut) sering kurang baik. 2
Hal tersebut di atas seringkali menimbulkan beberapa masalah seperti protesa / gigi tiruan yang
dibuat sulit untuk adaptasinya, Â mucosa mudah terjadi iritasi dan terjadi perubahan jaringan
tulang serta resorbsi tulang (pengeroposan tulang) sehingga daerah netral dan penahannya
berkurang.
Masalah yang sering terjadi setelah pemasangan gigi tiruan penuh antara lain timbulnya rasa
sakit dan tidak enak (kurang cekat dan  nyaman ) bila digunakan berfungsi.
A.Rasa Nyeri Terus Menerus di Bawah Gigi Tiruan
Rasa nyeri dan sakit merupakan suatu respon yang paling sering dirasakan oleh pasien. Kadang-
kadang pasien mengeluh nyeri di bawah gigi tiruan walaupun desain dan konstruksinyaÂ
tampak sudah memuaskan.
Beberapa penyebab yang memungkinkan timbulnya rasa sakit berhubungan dengan keadaan
jaringan seperti atrofi mukosa karena keadaan patologis di dalam jaringan tulang serta beban
yang berlebihan karena adanya clenching/bruksisme antara gigi.
Gambar:Â Gigi Tiruan Penuh dengan Tissue Conditioner
Penatalaksanaan yaitu  pada bagian yang tajam dan menekan dilakukan pengasahan dengan
stone bur serta mengurangi luas permukaan oklusal misalnya dengan membuang gigi premolar 2
serta mengurangi lebar buko-lingual gigi.
Selain itu dapat pula digunakan bahan pelunak pelapis lunak jangka panjang yang berfungsi
sebagai bantalan yang dapat mengurangi trauma pada jaringan.
Bahan pelapis ini sekurangnya harus memiiliki ketebalan 2 mm agar sifat bahan ini efektif.
Bahan pelapis lunak ini dapat digunakan supaya diperoleh ikatan yang lebih baik antara gigi
tiruan dengan mucosa mulut di sekitarnya.2Â Jika keadaan jaringan yang mengalami inflamasi
dan sakit sudah baik dapat dilakukan penambahan bahan akrilik secara permanen (relining)
B. Kurang Cekat dan Nyaman
Kurangnya kecekatan gigi tiruan berkaitan dengan retensi dan resistensi gigi tiruan penuh (GTP).
Salah satu penyebabnya karena salah duplikasi (pencetakan) dan  penentuan hubungan rahang.
Hubungan rahang dapat diartikan sebagai hubungan posisi mandibula terhadap maksilla.
Terdapat 2 arah yaitu hubungan dalam arah vertikal dikenal dengan dimensi vertikal (DV) dan
horizontal (relasi sentrik). DV terbagi menjadi 2 yaitu dimensi vertikal istirahat / fisiologis dan
dimensi vertikal oklusal (DVO). Akibat DVO yang tidak pas dan dapat dijumpai adanya Â
luka/lesi di mulut.
Selain itu kesalahan menentukan ukuran dan bentuk gigi juga mempengaruhi kestabilan suatu
gigi tiruan penuh. Bentuk gigi yang non anatomis disarankan untuk digunakan untuk mengurangi
beban yang dapat mempercepat terjadinya resorbsi tulang.
Kurang cekat dan nyaman bila digunakan pada waktu berfungsi dapat diperbaiki dengan 2
cara yaitu cara kuno / tradisional yaitu dengan dibuatkan tissue conditioner misalnya Viscogel.
Bila didapati protesa yang dirasakan lebih nyaman dan stabil, dapat diganti dengan bahan yang
lebih rigid misalnya Hillon- QC20Â yaitu dengan teknik relining dan rebasing.
Cara modern yaitu dengan penambahan bone support seperti dilakukan pembuatan implant gigi
tiruan yang disesuaikan dengan kondisi tulang sehingga dapat dimaksimalkan. Dalam
penanganan kasus seperti ini ada beberapa hal yang harus diketahui seperti pemilihan jenis
dan macam implant, seleksi kasus dan berbagai kondisi pasein baik sistemik maupun dentalnya
serta kooperasi pasien dalam menjalankan sebelum dan sesudah perawatan.
Dari sisi dentalnya beberapa hal penting dalam pembuatan implant adalah tersedianya ruang
protesa yang memenuhi syarat bagi implant , ketinggian dan kepadatan tulang (bone density)
serta keadaan oklusi gigi geliginya sangat mendukung keberhasilan suatu perawatan .
B.1 Mulut terasa penuh dan tidak nyaman
Bila pasien merasakan mulutnya terasa penuh salah satu akibatnya adalah penentuan hubungan
rahang (DV) yang tidak baik. Jaringan pendukung yang secara langsung akibat pengukuran DV
yang tidak tepat adalah muskulus (otot), mukosa mulut , prosessus alveolaris dan sendi TMJ.Â
Pada DV yang terlalu tinggi, otot akan dipaksa meregang melebihi titik puncaknya. Akibatnya
otot akan kehilangan efisiensi sehingga estetik pasien terlihat kurang baik dan pasien sukar untuk
menutup mulutnya
DVO yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya tekanan kunyah sehingga dapat
terjadi penurunan efisiensi kunyah dan menimbulkan trauma yang besar bagi jaringan
penyangganya. Adanya trauma terus menerus dapat menyebabkan luka pada mukosa di bawah
gigi tiruan yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya resorbsi prosesus alveolaris.
DV yang tinggi juga menyebabkan rasa sakit terus-menerus terutama pada daerah persendian
yang lambat laun akan menyebabkan kerusakan sendi yang lebih hebat. Posisi sendi akan terjadi
perubahan dimana kedudukannya tidak pada keadaan normal yaitu condilus tidak berada
konsentris pada fosaa artikularis.
DV yang rendah juga menimbulkan akibat sehingga dapat terjadi Sindroma Costen dengan
berbagai gejala seperti sakit kepala, neuralgia serta krepitasi pada TMJ. Akibatnya pasien akan
terlihat lebih tuadan ekspresi wajahnya menjadi terlihat tidak normal. Selain itu DV yang terlalu
rendah mengakibatkan terjadinya gangguan bicara misalnya pada pengucapan pada huruf S
( terjadi perubahan lafal saat pengucapan ). Koreksi dengan metode fonetik ini merupakan cara
yang paling akurat, mudah dan praktis. Hal ini berhubungan dengan closest speaking space.
Rumus DVO Prsotodonsia sebagai sarana / indikator untuk melihat DVO pasien relatif aman
atau tidak baik dari segi oklusi / artikulasi.
Rumus DVOÂ dibuat berdasarkan hasil penelitian Prof Hayakawa (pada masyarakat Jepang)
Sn-Gn = 16.0 + 0.65 (p-Ch)
Sn: subnasion (tepi inferior pertengahan hidung)
Gn: gnathion : tepi inferior dagu
P(pupil) : titik pertengahan pupil mata.
Ch( chelion ) : bagian tepi sudut mulut.
Dari hasil rumus tersebut disesuaikan pada kondisi masyarakat Indonesia yaitu dengan
rumus DVO Prostodonsia
Sn-Gn : 36.653+4.576 (jenis kelamin) +0.46 (p-p)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai DVO sangat individual dan tidak
terdapat nilai baku/standar. Rumus ini dianggap cukup sederhana dan mudah dihitung untuk
mendapatkan nilai DVO tentaif / semnetara.
Bila GTP kurang cekat dan nyaman dapat ditanggulangi dengan beberapa cara seperti cara yg
non invasif (koncvensional) yaitu dengan pencetakan ulang , pemberian tissue conditioner dan
bila keadaan mukosa sudah baik dilakukan relining/ rebasing (teknik reparasi)
Bila kondisi pasien memungkinan dapat dilakukan alternatif untuk penambahan bone support
yaitu dengan pembuatan dental implant. Keadaan pasien yang sangat optimal dapat dilakukan
implant gigi dimana harus dikerjaan seteliti mungjin dan perlu perencanaan yan matang.
Gigi Tiruan lebih enak dan nyaman dipakai terutama bila pasien dalam kondisi yang
memungkinkan perlu dilakukan perawatan bolak-balik (membutuhkan waktu yang cukup lama).
 Perawatan pemeliharaan seperti kontrol periodik dan dental check-up mempunyai bagian
penting untuk mendukung kualitas gigi tiruan. Perawatan pembersihan plak dan karang gigi
biasanya merupakan perawatan rutin yang dilakukan minimal 6 bulan sekali. Penggunaan alat –
alat khusus seperti sikat gigi tiruan, super floss, sikat gigi interdental , obat pembersih protesa
dan obat kumur dapat memperbaiki keadaan kebersihan mulut (OH) pasien . Di sinilah peran
dental check-up rutin untuk tetap menjaga kondisi gigi tiruan sehingga dapat bertahan selama
mungkin.
Gambar :Â Protesa yang kurang higienis
C. Gangguan fungsi bicara.
Pada pemasangan GTP dapat terjadi perubahan ucapam seseorang karena artikulasi terpengaruh .
sejumlah bunyi dibentuk dengan cara lidah berkontak dengan palatum dan kadang-kadang
dengan gigi. Yang terpenting adalah kontak ujung lidah dan prosessus alveolaris yang diperlukan
untuk membentuk bunyi-bunyi s,z,t,d,n
Bunyi s biasanya dibentuk dengan ujung lidah berada di belakang gigi-gigi anterior. Jika palatum
terlalu tebal atau bila gigi insisif dipasang terlalu ke palatal maka bunyi s akan terdengar menjadi
th. Artikulasi dan pengucapan akan terjadi perubahan . Bila gigi anterior tidak ditempatkan
dalam posisi anterior-posterior pasien akan mengalami kesulitan pada pengucapan bunyi-bunyi
tersebut.
Penanggulangan dari hal tersebut dapat diatasi dengan membuat GTP setipis mungkin dan pasien
dimotivasi supaya terbiasa dan lebih mudah beradaptasi. Untuk itu sangat dibutuhkan kooperasi
baik dari pasien dan keluarganya, dokter gigi serta staff sehingga diharapkan adaptasi terhadap
gigi tiruan sehingga gigi tiruan dapat memperbaiki komunikasi dalam aktivitas sehari-hari.

3. Rebasing dan Relining


5. Relining dan Rebasing
A.Relining
Relining yaitu melapisi permukaan untuk mengoreksi adaptasi gigi tiruan dengan penambahan
bahan di bawah basis gigi tiruan tanpa mengubah hubungan oklusal.
Indikasi :
 Kehilangan retensi
 Tidak stabil
 Sisa makanan di bawah gigi tiruan
 Trauma pada mukosa
 Estetis berkurang

Cara melakukan relining :


 Ukur dimensi vertikal sebenarnya
 Kerok bagian tepi/ perifer/ permukaan anatomik landasan gigi tiruan sebanyak mungkin dan
hilangkan semua gerongannya supaya mudah memasang dan melepas gigi tiruan
 Buat stop pada tiga tempat stabil, setebal kekurangan dimensi vertikal pasien dengan
pedoman dimensi vertikal pasien sebelum tepi landasan gigi tiruan dikerok. Pembuatan stop di
dalam mulut sambil mengukur ketinggian tadi. Bahan yang dipakai xantigen, yang mudah
dibentuk dalam mulut dengan ketebalan yang minim
 Bahan untuk mencetak harus bersifat mukostatik dan mempunyai daya alir yang tinggi, yang
lazim digunakan adalah zinc oxide eugenol pasta; keuntungan pasta ini adalah dapat
memperbaiki kekurangan tanpa mengulang secara menyeluruh. Lalu aduk bahan cetak dan
oleskan di bagian permukaan anatomik landasan gigi tiruan secara merata dan lakukan
pencetakan,dengan memasukkan ke dalam mulut dan tempatkan pada kedudukan sebenarnya.
Pasien diminta menggigit perlahan-lahan tanpa tekanan, operator mengukur dimensi vertikal
sampai mencapai dimensi vertikal sebenarnya, lalu pasien diminta menghentikan gigitannya
 Lakukan trimming untuk mendapatkan daerah peripherial seal yang baik
 Setelah bahan cetak mengeras, gigi tiruan dikeluarkan dari mulut pasien. Periksa hasil cetakan
dan hasilnya harus merata, tidak ada bagian sendok yang tampak dan tidak boleh menutupi stop
 Buat model kerja dengan cara boxing
 Buang malam untuk boxing dan haluskan tepi sayap model rahang, tetapi jangan lepaskan
gigi tiruan dari model kerja/rahang
 Lakukan flasking dan boiling out sehingga terdapat ruangan.semua bahan cetak zink oxide
eugenol pasta dibuang dan diganti dengan akrilik
 Kemudian lakukan packing, curing, deflasking, penyelesaian dan pemolesan gigi tiruan

 Gigi tiruan dipasang dalam mulut pasien sambil dinilai ketepatan duduknya dan diukur
kembali dimensi vertikalnya.

B. Rebasing
Rebasing adalah proses mengganti landasan gigi tiruan secara menyeluruh karena sudah rusak
sama sekali, sedangkan susunan gigi geligi masih baik,dan mencekatkan kembali gigi tiruan
dengan mengganti bahan landasan gigi tiruan tanpa mengubah hubungan oklusinya/ susunan
gigi-giginya.
Syarat lain untuk rebasing adalah gigi tiruan tersebut masih memenuhi syarat estetik,fungsi
mengunyah, dan fonetik. Gigi tiruan mungkin perlu di rebasing karena perubahan dari jaringan
penyangganya di dalam mulut, selama pemakaian gigi tiruan lengkap lepas dalam jangka waktu
yang lama, dan untuk mengembalikan retensi dan fungsinya.
Rebasing dilakukan karena :
 Landasan gigi tiruan mengalami:
o Porusitas dalam yang terlalu bayak
o Perubahan warna karena pemakaian yang terlalu lama
o Bau yang kurang begitu disenangi pada gigi tiruan yang sudah lama dipakai
o Staining/ pewarnaan yang terlalu tebal
 Resorbsi tulang alveolar, yang mengakibatkan gigi tiruan tidak tepat lagi

Cara melakukan rebasing adalah :


 Bagian perifer sayap gigi tiruan lengkap dikasarkan dahulu
 Buat cetakan rahang pasien dengan menggunakan gigi tiruan lama sebagai sendok cetaknya
dan gunakan bahan cetak yang bersifat mukostatik yaitu zink oxide eugenol pasta atau viscogel
 Buat model kerja dari stone/ gips batu dengan cara boxing, dasar model kerjanya dibuat
takikan sebagai indeks bagi penempatan kembali
 Letakkan gigi tiruan pada model kerja/rahangnya pada bagian atas articulator dan siapkan
indeks oklusal pada bagian bawahnya dari gips. Seperti pada proses relining articulator
digunakan hanya untuk gerakan embuka dan menutup saja. Jika gips dari indeks telah keras,
bukalah articulator dan trimlah permukaan indeks sampai susunan gigi-gigi mempunyai
kedalaman 1/8 inci
 Gigi tiruan dilepaskan dari model kerjanya. Bahan cetak dibuang dan trimlah landasan akrilik
gigi tiruan dan tinggalkan secukupnya saja landasan gigi tiruan untuk menahan gigi-gigi. Gigi-
gigi tersebut dibersihkan dan ditempatkan kembali dalam indeks oklusalnya

 Lakukan modifikasi seal daerah posterior palatal dan relief bila diperlukan
 Buat landasan gigi tiruan yang baru dari malam, lakukan waxing
 Uji coba dalam mulut pasien dan periksa estetik, oklusi sentrik, dan ukur dimensi vertikalnya
 Setelah sesuai dan pasien menyukainya, lakukan flasking, packing, curing, deflasking dan
remounting gigi tiruan yang belum dilepas dari model rahangnya dalam articulator.gunakan
takikan pada dasar model rahang untuk menempatkan kembali model rahang pada posisi asalnya
dan gunakan indeks oklusal untuk menemukan dan memperbaiki setiap perubahan dimensi
vertikal oklusi atau oklusi sentrisnya yang terjadi dari proses pembuatan gigi tiruan.
 Gigi tiruan dilepaskan dari model rahangya,selesaikan dan poles
 Lalu pasang dalam mulut pasien, periksa mengenai kekokohan, kemantapan, estetik, dan
fonetik. Pasien diminta datang kembali setelah 3 hari, kecuali terdapat luka boleh kembali
sebelum waktunya
Relining

Adalah proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan gigi tiruan (basis


gigi tiruan) terhadap mukosa pendukungnya dengan cara menambah resin
akrilik baru pada permukaan tersebut tanpa mengubah relasi oklusal gigi
geliginya.
Tujuan : untuk memperbaiki adaptasi basis gigi tiruan terhadap mukosa
pendukungnya.
Indikasi :
1. Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa
pendukungnya sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik,
DVO dan material basis GT baik.
2. Hilangnya retensi GT
3. Ketidakstabilan GT
4. Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT)
5. GT longgar sedikit
6. Sayap GT ‘underextended’
7. Dimensi Vertikal masih baik
8. Relasi sentrik = oklusi sentrik
9. Tepi posterior gigi tiruan rahang atas baik
10. Tepi-tepi perluasan basis cukup
11. Tepi-tepi sesuai dengan gaya otot kunyah
12. Pengucapan/susunan gigi baik
13. Kondisi jaringan tulang dan mukosa sehat

Kontraindikasi :
1. Resorbsi banyak
2. Jaringan mukosa luka
3. Kelainan pada sendi rahang
4. Estetis GT sangat jelek
5. Hubungan relasi RA & RB tidak baik

Prosedur Relining
Direct / Langsung pada mulut pasien dengan ‘SELF CURING ACRYLIC’
Cara :
1. Daerah resorpsi linggir dikurangi dan dibuat retensi (½basis lama)
2. Dengan ‘self curing acrylic’ pada daerah retensi tadi ditekankan
langsung pada mulut pasien sampai komposisi akrilik plastis lalu
dikeluarkan dari mulut
3. Instruksi pasien untuk kumur dengan air dingin,sisa akrilik dibuang
4. Masukkan kembali ditunggu hingga keras ±12-15 menit), lalu poles dan
siap dipakai
Kerugian :
1. Akrilik mudah porus dan warna tidak stabil
2. Mudah menimbulkan bau yang tidak enak
3. Mudah terjadi iritasi mukosa

Indirect / tidak langsung dengan ‘HEAT CURING ACRYLIC’


Cara :
1. Sendok cetak adalah GTSL lama yang telah dibuang daerah resorpsi dan
dibuatkan retensi
2. Tanam dalam cuvet
3. Buang sisa cetakan
4. Packing,curing,finishing dan polishing

Rebasing
Adalah proses penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan
yang baru, dengan tetap menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan
tanpa merubah posisi gigi serta oklusi gigi tiruan.
Indikasi :
1. Under extended basis gigi tiruan
2. Untuk membuat post-dam
3. Terjadi resorpsi tulang alveolar yang lokal ataupun menyeluruh
4. Gigi tiruan sudah longgar
5. Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi pengunyah
6. Elemen tiruan tidak aus berlebihan, patah, atau rusak
7. Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk
jangka waktu lama
8. Relining berkali-kali
Prosedur rebasing :
1. Bagian perifer sayap gigi tiruan dikasarkan dulu
2. Membuat cetakan rahang pasien dengan menggunakan gigi tiruan lama
sebagai sendok cetaknya dan gunakan bahan cetak mukostatik yaitu
Zinc Oxide Eugenol
3. Membuat model kerja dengan stone dengan cara boxing
4. Meletakkan gigi tiruan dan model kerja pada bagian atas articulator dan
diberi indeks oklusal dari gips pada bagian bawah. Jika gips sudah keras,
articulator dibuka
5. Gigi tiruan dilepas dari model kerja. Bahan cetak dibuang dan di trim
landasan akrilik gigi tiruannya dan disisakan secukupnya untuk menahan
geliginya
6. Membuat landasan gigi tiruan baru dari malam dan lakukan waxing
7. Uji coba dalam mulut pasien dan permeriksaan estetik, fonetik, ukur
dimensi vertical
8. Setelah sesuai, lakukan flasking, packing, curing, deflasking, dan
remounting
9. Gigi tiruan di poles dan pasang dalam mulut pasien

4. Dampak Penggunaan GTP yang tidak tepat

a. Gigi tiruan yang patah


Penyebab patahnya harus diidentifikasi dan koreksi sebelumm gigi tiruan
diperbaiki atau diganti dengan gigi tiruan lain biasanya gigi tiruan akan
patah kembali dengan sebab yang sama – tekanan pengunyahan yang
terlalu besar
Keretakan sebuah gigitiruan biasanya terjadi akibat dari keletihan (Fatique
Failure) dan kerusakan karena beban yang berat (Impact Failure).
Fatique Failure ; keletihan berat ini terjadi mengikuti beban yang mempusat
ke sebuah titik di bawah tegangan kerusakan. Hal ini biasanya timbul
secara klasik pada garis tengah gigitiruan penuh rahang atas dan
dipengaruhi oleh beberpa faktor:
1.           Bentuk desain gigitiruan yang menyebabkan konsentrasi tekanan.
Dalam hal ini termasuk lekukan-lekukan (notches) dan garis-garis
(grooves) pada permukaan dalam atau polished gigitiruan yang melalui
frenulum pada rahang atas di daerah midline. Bentuk frenulum labialis
yang gterlalu tinggi biasanya harus dibuatkan lekukan yang dalam pada
basis gigitiruan dan lekukan ini yang dapat menyebabkan fraktur.
2.           Resorpsi alveolar; pada kasus gigitiruan rahang atas dapat
menyebabkan gigitiruan goyang (rocking) di sekitar midline karena
resorpsi yang terjadi lebih sedikit.
3.           Perpindahan gigitiruan terhadap daerah dukungan jaringan
(denture-bearing tissue). Bila gigitiruan tidak mendapat dukungan
mucosa yang cukup maka dapat menyebabkan gigitiruan goyang (tip)
dan melentur (flex).
4.           Pemakaian permukaan oklusal; jika permukaan oklusal gigi rahang
atas digunakan sedemikian sehingga permukaan oklusal menghadap ke
medially, maka setiap kali pasien beroklusi, maka gigitiruan akan
cenderung lentur disekitar midline.
5.           Tekanan/ beban oklusal yang berat; dapat terjadi bila gigitiruan
beroklusi dengan gig asli atau pada pasien yang cenderung memiliki
beban kunyah berat.
Impact Failure; pada gigitiruan biasanya terjadi bila dijatuhkan oleh pasien
saat membersihkan gigitiruan atau tekanannya berlebihan saat
pembersihan gigitiruan sehingga dapat menyebabkan fraktur. Hal ini
dapat dicegah jika pasien diminta membersihkan gigitiruannya diatas
panci dengan cara direndam dalam air saat dilepas. Selain itu dapat juga
terjadi patahnya lengan cengkeram, karena bagian ini sering disesuaikan
sendiri oleh pasien, bila cengkeram menjadi longgar, disamping itu
lengan cengkeram sering digunakan sebagai pegangan pada saat
memasukkan dan mengeluarkan gigitiruan dalam mulut. Maka sebaiknya
gigitiruan ini dipasang dan dilepas dengan jalan memegang salah satu
bagian kerangkanya, atau lengan cengkeramnya atau bisa juga pada
bagian sayapnya.
Klasifikasi patahnya protesa dapat digolongkan:
1. Patah plat atau basis geligi tiruan dan gigi. Hal ini dapat dikarenakan :
-          Kesalahan konstruksi
a.       bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun di luar puncak
lingir sisa, maka sebagian besar komponen gaya kunyah akan disalurkan
ke bagian tengah geligi tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab
patahnya bagian tengah protesa rahang atas.
b.      Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum, akan
memperlemah protesa. Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi
depan yang terbuat dari resin. Bila bagian singulum gigi dibentuk secara
anatomis, maka pada waktu pembuatan plat malam, sering dilakukan
penipisan bagian ini untuk mempertahankan bentuk gigi tadi.
c.       Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis protesa, karena tidak
tepatnya konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu
polimerisasi yang tak memadai, dan atau kuvet terlalu cepat didinginkan
setelah pemasakan (curing).
d.      Berbagai faktor yang menyebabkan patahnya gigi porselen. Gigi
porselen yang mungkin saja patah pada saat pemrosesan protesa resin.
-          Faktor penyebab dari dalam mulut
a.       Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau
karena mengertak, atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau grinding).
Dalam hal ini, basis resin geligi tiruan perlu diganti dengan bahan metal.
b.      Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi tiruan
akan menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibat mudah
terjadi fraktur.
c.       Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan
yang dalam pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya
merupakan tempat awal terjadinya fraktur.
d.      Relif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian
tengah palatum pada penderita-penderita yang perbedaan ketebalan
mukosanya menyolok, dapat menyebabkan geligi tiruan melengkung
pada bagian tengah palatum selama berfungsi. Proses inindapat berakhir
dengan fraktur.
2. Elemen Lepas, tetapi tidak pecah
a.       Kekurangan resin akrilik pada waktu packing
b.      Terdapatnya selapis tipis minyak, medium pemisah (separating
medium) atau lilin pada gigi resin
c.       Melakukan packing resin pada saat dough stage sudah dilampaui,
sehingga monomer bebas yang bisa bergabung dengan gigi resin, tidak
cukup
3. Lengan cengkeram patah
Lengan cengkeram dapat patah sebagai akibat hal-hal berikut ini.
a.       Patah karena sering dikeluar-masukkan melalui gerong yang terlalu
dalam. Bila dukungan jaringan periodontal gigi lebih besar, maka
cengkeramannya yang patah. Sebaliknya, bila cengkeramannya yang
lebih kuat, maka gigilah yang menjadi goyang. Hal ini dapat dihindarkan
dengan jalan menempatkan lengan cengkeram hanya pada daerah
dengan retensi minimum seperti yang telah ditentukan dalam proses
survey yang teliti dan benar.
b.      Kegagalan structural. Suatu lengan yang tidak dibuat tidak dengan baik
atau kerena proses penghalusan dan pemolesan yang tidak hati-hati,
patah pada titik terlemahnya karena sering melentur pada tempat ini.
Bila dalam proses pembuatan, lengan cengkeram terlalu sering dilekuk-
lekukkan dengan tang, maka bagian ini pun mudah patah.
c.       Kesalahan penderita atau pemakai, misalnya terjadi distorsi karena
pada saat dicuci. Yang sering sekali terjadi adalah patahnya lengan
cengkeram, karena bagian ini sering disesuaikan sendiri oleh penderita,
bila cengkeraman menjadi longgar. Selain itu, lengan cengkeram juga
sering digunakan sebagai pegangan pada saat pengeluaran dan
pemasukan geligi tiruan. Protesa sebaiknya dipasang dan dilepas dengan
jalan memegang salah satu bagian berangkanya, atau hanya pada
lengan cengkeram, atau bisa pula pada bagian sayapnya.
4. Sandaran oklusal patah
Sandaran Oklusal patah hampir selalu terjadi pada titik di mana ia melintasi
linger marginal gigi, sebab bagian inilah yang merupakan titik terlemah.
Suatu kedudukan sandaran oklusal yang tidak dipreparasi dengan betul,
merupakan salah satu contoh kegagalan seperi ini. Ketidak-tepatan
preparasi atau kurangnya pembuangan jaringan gigi untuk tempat
kedudukan sandaran pada waktu persiapan dalam mulut, menyebabkan
terlalu tipisnya sandaran. Lalu, sandaran yang sudah tipis ini akan
berkurang lagi ketebalannya pada saat penyesuaian dalam mulut, untuk
menghindari hambatan oklusal pada saat artikulasi.
5. Penambahan elemen tiruan
Penambahan semacam ini untuk suatu geligi tiruan sebagian lepasan
dengan basis terbuat dari resin, merupakan pekerjaan yang sederhana.
Lain halnya dengan penambahan serupa untuk geligi tiruan kerangka
logam. Di sini perlu dilakukan pengecoran bagian retensi untuk
menempelkan elemen tiruan baru dan penyolderan bagian ini ke
kerangka yang sudah ada. Di samping itu dibuat juga bagian retensi
untuk resin basis atau sadel baru.
Bila yang direparasi adalah geligi tiruan dengan perluasan distal, perlunya
suatu tindakan pelapisan kembali hendaknya menjadi bahan
pertimbangan pula. Pelapisan kembali ini perlu untuk memperoleh
dukungan jaringan yang optimal.
Pada penggantian suatu pendukung, yang biasanya dipilih adalah gigi
berikutnya. Dalam hal ini, perlu pemeriksaan sek$sama apakah gigi
pilihan ini memang memenuhi syarat untuk dipakai sebagai gigi
pendukung.

Penyebab Gigi Tiruan Patah


a. Kesalahan Konstruksi
- Bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun di luar puncak lingir
sisa,
maka sebagian besar komponen gaya kunyah akan disalurkan ke bagian
tengah geligi
tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab patahnya bagian tengah protesa
rahang atas.
- Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum, akan
memperlemah
protesa. Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi depan yang terbuat
dari resin.
Bila bagian singulum gigi dibentuk secara anatomis, maka pada waktu
pembuatan
plat malam, sering dilakukan penipisan bagian ini untuk mempertahankan
bentuk gigi
tadi.
- Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis protesa, karena
tidak tepatnya
konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu
polimerisasi yang tak
memadai, dan atau kuvet terlalu cepat didinginkan setelah pemasakan
(curing).
b. Faktor penyebab dari dalam mulut
- Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau karena
mengertak,
atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau grinding). Dalam hal ini, basis
resin geligi
tiruan perlu diganti dengan bahan metal.
- Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi
tiruan akan
menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibat mudah terjadi
fraktur.
- Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan yang
dalam
pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan tempat
awal
terjadinya fraktur.
- Relif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian tengah
palatum
pada penderita-penderita yang perbedaan ketebalan mukosanya
menyolok, dapat
menyebabkan geligi tiruan melengkung pada bagian tengah
palatum selama
berfungsi. Proses inindapat berakhir dengan fraktur.
c. Faktor yang berasal dari luar mulut
- Tekanan berlebihan selama pembersihan.
- Kecelakaan, umpamanya geligi tiruan jatuh ke lantai.
Faktor-faktor yang menentukan desain gigi tiruan :
- Dukungan/resistensi terhadap beban
Desain dari gigi tiruan sebagian harus dapat menahan beban fungsional.
- Stabilitas
Perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan sebagian
dalam arah
horizontal dalam keadaan berfungsi.
- Retensi
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan kea rah
oklusal.
Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, sandaran oklusal,
kontur,
landasan gigi tiruan, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer.
- Bahan yang digunakan sebagai basis
- Kondisi penyangga
- Sikap pasien terhadap oral hygiene
- Status ekonomi pasien

Anda mungkin juga menyukai