Anda di halaman 1dari 133

“ TUTORIAL INSISIVUS 6

MODUL 3 (LESI PUTIH DAN BUKAN PUTIH,SERTA KELAINAN PADA BIBIR, LIDAH,
DAN MASALAH MULUT LAINNYA)

Instruktur : drg. Desy Purnamasari,Mkes

Valdelrama Gatra Pratama Nugraha


Amirah Salsabilla

Raihan Ryoza
Raudhah Ramadiyantika
Niki Claudya Liliana
Kerin Irawan
Dwitesa Harisona
Aaron Michele Duval
Zuha Daffa Ulhaq
Fani Anjela
SKENARIO 3 :
LESINYA BERANEKA WARNA
Bagus, seorang dokter gigi muda di RSGM, menerima seorang pasien laki-laki bernama Panjul usia 53 th
dengan lesi berupa plak merah pada lateral lidah kanan dan terasa perih bila makan. Pasien menyadari
lesi tersebut sejak 4 bulan yang lalu. Pasien merasa khawatir karena lesi makin bertambah besar. Pasien
seorang perokok berat sejak usia 18 tahun. Pemeriksaan EO tidak ada kelainan. Pemeriksaan IO tampak
plak merah irreguler berukuran 2,5 X 1,5 cm dengan tepi berbatas tajam, konsistensi kenyal, tekstur
permukaan tidak rata, dengan sedikit indurasi. Pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan penunjang.
Tampak juga pigmentasi kehitaman, difus pada mukosa bukal dan gingiva dihampir semua regio gigi.
Bagus juga melihat pasien lainnya dengan lesi berupa plak putih yang dapat diseka/diangkat, yang
meninggalkan jejas kemerahan maupun yang tidak meninggalkan jejas. Tidak semua lesi yang ia
temukan merupakan kelainan patologis.
Temannya sesama dokter gigi muda juga sedang menerima pasien bernama Ibu Seri berusia 56 th
dengan keluhan lidah rasa terbakar sejak 6 bulan yang lalu dan makin parah sejak 1 bulan terakhir. Dia
juga mengeluhkan 2 tahun belakangan mulutnya sering terasa kering, pengecapan berkurang, dan bau
mulut kurang enak, padahal dia rajin menyikat gigi. Dari anamnesis diketahui Ibu Seri sudah manopause
sejak 3 th yang lalu, dan minum obat antihipertensi sejak 5 th yang lalu. Dokter gigi lalu melakukan
pemeriksaan laju alir saliva dan didapatkan hasil laju alir 0,15 ml/menit. Pemeriksaan intraoral tidak
tampak kelainan pada lidah dan mukosa mulut.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus-kasus tersebut?
TERMINOLOGI

 Indurasi : Pengerasan patologis pada jaringan lunak/organ yang normal


terutama pada kulit dan jaringan mukosa.
RUMUSAN MASALAH

6. Apa kemungkinan rencana perawatan pada


kasus pasien lain dengan adanya lesi berupa
1. Apa hubungan merokok dengan lesi Pak plak putih?
Panjul?
7. Mengapa Ibu Seri merasa bau mulut, mulut
2. Apa hubungan merokok dengan pigmentasi kering,dan lidah terasa terbakar padahal ibu
pada mukosa mulut Pak Panjul? seri rajin menyikat giginya?
3. Apa Differential diagnosis dan final diagnosis 8. Apa faktor yang mempengaruhi penurunan
yang tepat pada kasus Pak Panjul? laju alir saliva?
4. Apa rencana perawatan pada kasus yang 9. Apakah ada hubungan manopause pada ibu
diderita Pak Panjul? Seri dengan keluhan lidah rasa terbakar?
5. Apa kemungkinan differential diagnosis yang 10. Apa hubungan obat antihipertensi yang
bisa diambil dari kasus pasien lain yang dikonsumsi ibu seri dengan keluhan yang
dilihat bagus? dideritanya?
11. Apa hubungan mulutnya sering terasa
kering,pengecapan berkurang dan bau mulut
kurang enak dengan keluhan lidah rasa
terbakar pada ibu Seri?
ANALISIS MASALAH

1. Apa hubungan merokok dengan lesi pak Panjul ?


 Jawab : karena di dalam asap rokok mengandung komponen toksik dan agen
karsiogen yang dapat menyebabkan kelainan jar. lunak mulut. pak panjul
juga sudah merokok dari umur 18 tahun kirakira sudah 35 tahun dia merokok
dari durasi lamanya pak panjul merokok bisa mempengaruhi karna
etiopatologi eritroplakia itu tobacco dan alkohol lalu asap rokoknya bisa
membuat high temperature.
2. Apa hubungan merokok dengan pigmentasi pada mukosa mulut pak
Panjul?
 Jawab : Pada perokok, panas dari rokok atau efek langsung dari nikotin rokok
akan menstimulasi melanosit mukosa mulut sehingga memproduksi melanin
berlebihan. Melanin kemudian mengendap pada lapisan sel basal mukosa,
sehingga terjadi pigmentasi kehitaman pada mukosa bukal dan gingiva.
ANALISIS MASALAH

3. Apa Differential diagnosis dan final diagnosis yang tepat pada kasus Pak
Panjul?
 Kemungkinan diagnosis utamanya adalah Ertyhoplasia (Erythoplakia) dengan
factor etiologi, merokok, dan mempunyai ciri-ciri plak merah adanya ada
indurasi. Pasien mengeluhkan lesinya bertambah besar. Berdasarkan sumber
pada buku Crispian Scully, Oral and Maxiofacial Medicine, malignant potential
pada penyakit Ertyhoplasia termasuk dalam kategori tinggi (high) dengan
persentase >60%.
 DD :candidiasis erythematous
-OLCR
-OLDR
-Stomatitis Contact
ANALISIS MASALAH

4. Apa rencana perawatan pada kasus pak Panjul?


 Jawab : jika diketahui diagnosis dari penyakit pak panjul adalah erytroplakia maka bisa kita
lakukan rencana perawatan berupa :
 Eliminasi dari kemungkinan penyebab seperti merokok karna adanya kandungan tembakau
pada rokok, dan diketahui juga bahwa pak panjul merupakan seorang perokok berat sejak
usianya masih 18 tahun
 lesi dicurigai mengacu ke keganasan karna diketahui pada lesi terdapat sedikit
indurasi,dilakukan pemeriksaan penunjang sehingga bisa juga dilakukan eksisi bedah pisau
dingin dan bedah leser namun setelah itu lesi terus diobservasi dan dilakukan follow
up. (sumber: burket red and white lesion of the oral mucosa).
5. Apa kemungkinan diagnosis banding pada kasus pasien lain yang ditemui bagus?
 Jawab : (gambaran klinis : plak putih yang dapat di seka meninggal jejas kemerahan maupun
tidak meninggalkan jejas)
 DD :oral lichen planus plaque like (dapat diseka dan menimbulkan jejas), pseudomembranous
candidiasis (dapat diseka dan meninggalkan jejas kemerahan), dan food debris (dapat diseka
dan tidak menimbulkan jejas).
ANALISIS MASALAH

6. apa kemungkinan rencana perawatan pada pasien lain dengan adanya lesi berupa plak
putih?
 Jawab : - eliminasi atau kurangi faktor predisposisi penyakit
- obat Anti fungal seperti Polyenes dan azole (Burket’s oral medicine ed 12th)
7. Mengapa Ibu Seri merasa bau mulut, mulut kering,dan lidah terasa terbakar padahal ibu
seri rajin menyikat giginya?
 Jawab : Keadaan merasa mulut kering disebut xerostomia, penyebabnya terbagi atas
penyebab primer seperti kerusakan kelenjar saliva dan penyebab sekunder seperti dehidrasi,
kebiasaan bernafas lewat mulut, malnutrisi, obat-obatan terntentu dan lainnya. Sedangkan
bau mulut atau halitosis dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik yang bersifat fisiologis
maupun patologis. Beberapa faktor patologis penyeba bau mulut adalah Dry Mouth
(xerostomia), adanya kelainan ulcer, gingivitis, periodontitis dan OH buruk. Sehingga
kebiasaan menyikat gigi tidak terlalu berpengaruh ke keluhan Ibu seri, karena keadaan oral
hygiene hanya sebagai salah satu dari berbagai faktor penyebab bau mulut. (Burket’s oral
medicine ed 12th)
ANALISIS MASALAH

8. Apa faktor yang mempengaruhi penurunan laju alir saliva :


 Jawab :- Derajat hidrasi merupakan factor yang paling mempengaruhi lajualir saliva. Ketika
tubuh mengalami kekurangan air 8%, laju alir saliva berkurang hingga mencapai nol.
- Posisi tubuh dan cahaya. Pada posisi berdiri laju alir saliva lebih tinggi bila
dibandingkan dengan posisi duduk atau berbaring. Pada posisi berdiri laj ualir saliva 100% pada
posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%. Pada ruangan gelap laju alir saliva berkurang 30-
40%.
- Obat-obatan. Penggunaan obat-obat tertentu yang mempunyai aksiantikolonergik
(antidepresan, antihistamin, antihipertensi) dapat mengurangi laju alir saliva.
- Usia. Laju alir saliva akan mengalami penurunan pada orang yang usianya lebih tua karena
proses aging yang terjadi pada kelenjar saliva.
- Jenis kelamin. Laju alir saliva pada pria lebih tinggi disbanding wanita karena ukuran
kelenjar salivanya lebih besar.
- Efek psikis
ANALISIS MASALAH

9. Apakah ada hubungan manopause pada ibu Seri dengan keluhan lidah rasa
terbakar?
 Jawab : Ada hubungannya, yaitu pada saat seseorang menopause maka
terjadi perubahan status hormonseks. Gangguan hormonal yang dialami
adalah defisiensi hormone estrogen yang mengakibatkan sekresi saliva
menurun sehingga radang pada mukosa mulut meningkat. Oleh karena itu
pasien merasakan keluhan mulut kering dan lidah terasa terbakar.
ANALISIS MASALAH

10. Apa hubungan obat antihipertensi yang dikonsumsi ibu seri dengan
keluhan yang dideritanya?
 Jawaban : Ada 9 kelas obat antihipertensi : Diuretik, penyekat beta,
penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor
angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi
utama.
 Diuretik merupakan senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang
lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi air,terjadi juga peningkatan
ekskresi garam- garam. Mekanisme efek diuretik terhadap xerostomia dapat
dijelaskan dengan dehidrasi. Diuretik mempengaruhi transport air dan
elektrolit yang melalui sel membrane pada sel asinar saliva dengan
menyebabkan vasokonstriksi pada kelenjar saliva. Sehingga hal ini akan
menyebabkan hiposalivasi, dan berujung pada xerostomia. Xerostomia sendiri
merupakan sensasi atau perasaan kering pada rongga mulut.
ANALISIS MASALAH

11. Apa hubungan mulutnya sering terasa kering,pengecapan berkurang dan


bau mulut kurang enak dengan keluhan lidah rasa terbakar pada ibu Seri?
 Jawab : Berkurangnya saliva karena konsumsi obat antihipertensi
menyebabkan mengeringnya selaput lendir,mukosa mulut menjadi kering dan
lengket,mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan karena
tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi saliva. Kekeringan pada mulut juga
menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang. Akibatnya, terjadi radang
kronis dari selaput lendir yang disertai keluhan lidah terasa terbakar pada
mukosa mulut atau lidah.
SKEMA Lesi putih dan bukan putih serta
kelainan bibir, lidah dan masalah
mulut lainnya
Lesi putih

Lesi putih-
Lesi Oral Kelainan dan masalah mulut lainnya
merah

Lesi pigmentasi Kelainan bibir


Kelainan lidah Masalah mulut lainnya
Non Patologis OLP
patologis
imunopatologik ankyloglossia
Cheilitis
SLE & DLE
Variasi normal glandularis

Marsicatio BMS Dys-


Cheilitis macroglossia
Reaksi toksik, alergi, geusia
White sponge granulomatosa
Fordyce’s dan mekanik OLCR
nevus Halito-
granules
Leuko- Nicotine sis xerosto
Linea stomatitis angioedema Hairy
edema Fissure mia
alba BMG tongiue
tongue premalignant
Leuko-
Exfoliative
plakia
cheilitis
OSF

infeksius Erythro- Actinic


Pigmentasi endogen plakia cheilitis Laju allr saliva

Oral Hairy
Pigmentasi eksogen candidiasis leukoplakia

akut kronik

Pseudomembra- Chronic plaque type


nous candidiasis candidiasis

Lesi dapat Lesi tidak dapat


diseka diseka
PERTANYAAN
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang lesi rongga mulut


variasi normal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi,
pathogenesis, gejala & tanda klinis, DD, pemeriksaan penunjang, dan rencana
perawatan dari lesi putih-merah, lesi premalignan, dan lesi pigmentasi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi,
pathogenesis, gejala & tanda klinis, DD, pemeriksaan penunjang, dan rencana
perawatan dari kelainan pada bibir, lidah, dan masalah lain pada rongga
mulut
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang lesi rongga mulut
variasi normal
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi,
pathogenesis, gejala & tanda klinis, DD, pemeriksaan penunjang, dan
rencana perawatan dari lesi putih-merah, lesi premalignan, dan lesi
pigmentasi

LESI MERAH-PUTIH PENYAKIT IMMUNOPATOLOGI


 Oral lichen planus
penyakit kronik mukokutan yang etiologinya belum diketahui dan berkaitan
dengan respon imunopatologi
pathogenesis : limfosit T sitotoksik secara langsung menyerang antigen pada
lapisan sel basal.
prevalensi : pada usia pertengahan dan P : L = 2 : 1,5
faktor predisposisi : genetik ( alel HLA )
stress
hepatitis C
tobacco chewing
metabolisme obat yang buruk
ORAL LICHEN PLANUS

 Di bagi menjadi 6 type :


1. reticular type : terdapat white striae pada mukosa bukal(bilateral) dan
pada gingiva
2. erythematous/atropic type : terdapat area eritematus yang dikelilingi
komponen retikular
3. ulcerative/erosive type : terdapat area eritematus yang dikelilingi
elemen retikular dengan tendensi ulser
4. plaque like type : adanya plak putih yang berikatan dengan white
striae dan sangat mirip dengan leukoplakia homogen
5. papular type : small white dot
6. bullous type : tipe yang jarang ditemukan
TANDA KLINIS (OLP)

 Pasien merasa kasar


 Pada type eritema dan erosi umumnya terasa sakit
 Kronik, ada periode (remisi dan eksaserbasi) erat kaitannya dengan stress
 Kecemasan dan depresi memperburuk penyakit
 OLP yang terjadi bisa berupa eritematus tanpa ada kehadiran papula
DIAGNOSIS DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

 Diagnosis : papules or reticular/striae components


biopsy untuk histopathologic examination
 DD : OLCR/OLDR
DLE
chronic ulcerative stomatitis
keratosis
MMP
EM
Management (OLP)

 Topical steroid
 Retinoid
 Ultraviolet phototherapy
ORAL LICHENOID DRUG REACTION

 Pathogenesis : belum diketahui


mekanisme immunopathologi hipersensitivitas yang tertunda
metabolisme obat yang buruk, karena adanya variasi dari mayor
citotoksik
 Manajemen : pnghentian/penggantian obat/konsultasi medis
terapi pendukung : topikal steroid,takrolimus atau psoralens
KIE ttg obat pemicu
jika obat tidak bisa dihentikan (manajemen OLP)
LUPUS ERYTEMATOSUS

 Suatu penyakit jaringan penghubung dimana host menghasilkan zat antibodi


pada unsur nuclear.
 Disebut penyakit multisistem karena dapat menyerang jaringan dan organ
yang berbeda
 Sering terjadi pada wanita P : L = 9 : 1
 Insiden sering pada masa pubertas
 Dibedakan menjadi :
1. sistemik (akut) = berdampak pada banyak organ tubuh
2. diskoid (kronik) = terbatas hanya pada kulit dan mukosa mulut
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)

 Etiologi : etiologi spesifiknya tidak diketahui, tetapi secara signifikan


immunocomplexes, autoantibodi, genetik, infeksi, dan faktor endokrin
berpengaruh
 Faktor yang mempercepatnya : FH dan sinar matahari
 Manifestasi klinis : fase awal yang paling sering dirasakan adalah demam dan
nyeri otot yang biasa disebut “flu like syndrome”
seperti ada rasa terbakar pada lesi dikulit
adanya kemerahan pada wajah (butterfly rash)
adanya lesi papular atau urtikuria pada wajah, telapak
tangan, bahu, dan leher
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)

 Manifestasi oral : lesi oral disebabkan karena vaskulitis


lesi purpuric yang nekrosis pada palatum (80%), mukosa
bukal, dan gingiva
DISCOID LUPUS ERYTHEMATOUS (DLE)

 Manifestasi oral : adanya daerah atropic eritematus atau area keputihan atau
tanpa ulser pada mukosa bukal, lidah, palatum, dan daerah vermilion pada
bibir
ada seperti perasaan terbakar
Lesi putih merah –
infectious disease
Oral candidiasis

 Etiologi: candida sp. (candida albicans)


 Patogenesis : belum sepenuhnya dipahami, tetapi sejumlah faktor predisposisi
telah terbukti mengubah candida albicans dari flora normal menjadi
organisme patogen.
Faktor predisposisi:
1. lokal : pemakaian gt, merokok, ketidakseimbangan mikroflora oral, kualitas
dan kuantitas saliva.
2. Sistemik : penyakit imunosupresis, status kesehatan terganggu, obat-obatan
imunosupresif, kemoterapi, gangguan endokrin, defisiensi hematinic.
ORAL CANDIDIASIS

 Gejala : candidiasis tipe pseudomembran : no symptom, some discomfort,


bad taste. candidiasis tipe acute erythematous (atropic) : rasa terbakar, sakit
tenggorokan
 Gambaran klinis:
a. Pseudomembran candidiasis: extensive white, pseudomembran, atau plak
putih, difus, velvety, dapat diseka dengan kapas meninggalkan area
eritematus.
b. Acute pseudomembran (atrophic) candidiasis : patch merah, batas difus,
biasanya pada palatum dan dorsum lidah dan pada orang yang menggunakan
corticosteroid / antibiotik jangka panjang
c. Chronic erytematous candidiasis : denture wearing. 15-16% kasus dengan
angular cheilitis
ORAL CANDIDIASIS

d. Chronic plaque type and nodular candidiasis: candida leukoplakia, hyperplastic


candidiasis): sebuah plak putih yang tidak bisa dilepas menyerupai oral
leukoplakia . Lesi dapat berupa tekstur kasar. Plg sering di regio comisura,
mukosa bukal, bilateral
 DD: pseudomembran candidiasis: food debris, cheek biting, white sponge
nevus, leukoplakia.
 Pemeriksaan penunjang : swab, scrapping
 Penatalaksanaan : eliminasi / mengurangi faktor predisposisi, obat antifungal
( polyenes, azole)
Oral hairy leukoplakia

 Etiologi : EBV and with low levels of CD4+ T lymphocytes.


 Gejala : Asymptomatic
 Gambaran klinis: lipatan putih vertikal disepanjang batas lidah, tetapi dapat
juga diamati pada dorsum lidah dan di mukosa bucal. Kadang juga terlihat
sebagai plak putih yang tinggi, tidak bisa diseka.
Oral hairy leukoplakia

 DD: candidiasis oral hipertropi, lichen planus, leukoplakia hiperkeratotik,


keratosis friksional
 Pemeriksaan penunjang: biopsi, PCR
LESI TRAUMA , TOXIC,
DAN ALLERGIC, DALAM
RONGGA MULUT
Dalam rongga mulut dapat timbul lesi yang salah satunya disebabkan karena
adanya trauma. Biasanya trauma tersebut diakibatkan oleh kerusakan mekanik
seperti kontak dengan makanan yang tajam, tergigit ketika makan, bicara,
bahkan tidur. Lesi ini juga bisa terjadi akibat luka bakar benda panas, listrik atau
kimia. Lokasi lesi traumatik bisa terjadi pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum
dan tepi perifer dari lidah (Bricker dkk., 1994).
Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan dengan tepi
eritema disertai rasa nyeri (Regezi dkk., 2003). Pada beberapa kasus tepi ulkus
berwarna putih dikarenakan adanya hiperkeratosis (Neville dkk., 2009). Ulkus
traumatik dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu setelah etiologi
terjadinya ulkus dihilangkan. Rasa nyeri hilang dalam waktu 3-4 hari dan sembuh
dalam waktu 10-14 hari (Wood dan Goaz, 1997).
Ulkus traumatik dapat disebabkan oleh berbagai macam trauma, yaitu trauma
fisik, trauma termal, trauma elektrik, trauma kimiawi, dan trauma radiasi
(Bricker dkk., 1994).
Lesi Trauma Fisik

Linea Alba
Linea alba (white line) adalah kondisi yang paling sering muncul di sepanjang
mukosa bukal setinggi dataran oklusal gigi rahang atas dan rahang bawah yang
disebabkan adanya tekanan, iritasi gesekan, dan trauma dari permukaan gigi
(Neville dkk., 2009). Linea alba berbentuk garis putih keabuan memanjang di
mukosa bukal, biasanya bilateral di kanan dan kiri, berawal dari sudut mulut
hingga gigi posterior. Penampakan klinis berupa warna putih keabuan disebabkan
hiperkeratosis epitel. Lesi ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan
berarti (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Morsicatio Buccarum
Lesi putih pada rongga mulut ini disebabkan adanya iritasi kronis akibat mengisap-isap
atau menggigit-gigit pipi. Hal tersebut akan menyebabkan area trauma menjadi lebih
tebal, luka, dan lebih pucat daripada jaringan di sekitarnya. Lesi ini seringkali muncul
pada orang yang sedang mengalami stress tinggi atau orang yang mempunyai
kebiasaan menggigit-gigit pipi, bibir maupun lidah (Greenberg dan Glick, 2003).
Penampakan klinis dari lesi ini sering ditemukan bilateral pada mukosa bukal, namun
ada juga yang unilateral dikombinasikan dengan adanya lesi pada bibir, lidah, atau
keduanya. Area putih menebal seperti bekas cabikan didominasi dengan area
eritematous dan permukaan yang kasar. Pemeriksaan histopatologis hasil biopsi
menyatakan adanya hiperkeratosis yang menyebar dengan jumlah keratin yang
banyak. Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan selama lesi dirasa tidak
mengganggu pasien. Apabila pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan dengan
membuat cetakan akrilik yang menutupi permukaan fasial gigi untuk menghindari
akses mukosa bukal (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Frictional (Traumatic) Keratosis


Traumatic keratosis didefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan
terluka yang disebabkan iritasi mekanis dari gigi tiruan yang kasar atau tepi gigi
yang tajam. Pemeriksaan histologis menyatakan lesi dengan hiperkeratosis dan
akantosis. Lesi ini tidak mengacu pada keganasan. Lokasi lesi biasanya pada
mukosa bukal, bibir, dan lidah (Greenberg dan Glick, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Toothbrush Injury
Trauma dari sikat gigi disebabkan iritasi mekanis dari bulu sikat gigi pada margin
gingiva dan gingiva cekat. Lokasi lesi ini dapat ditemukan pada seluruh
permukaan gingiva, namun yang paling sering terjadi pada gingiva rahang atas di
antara gigi kaninus dan premolar (karena pada lokasi ini biasanya menggunakan
tekanan maksimal selama menyikat gigi). Penampakan klinis lesi berupa erosi
tunggal dengan area eritematous, berwarna putih atau merah, dan beberapa
menyebabkan rasa sakit. Lesi ini tidak memerlukan perawatan, namun
mengurangi faktor lokal dengan memperbaiki cara menyikat gigi (Purkait, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Hematoma
Traumatic hematoma pada mukosa oral terjadi karena adanya tekanan mekanis
yang menyebabkan perdarahan pada jaringan di rongga mulut. Penampakan klinis
berupa lesi irreguler berwarna kemerahan. Lokasi yang paling sering terjadi lesi
ini adalah lidah dan bibir, penyebab utamanya adalah tergigitnya mukosa oral
dan penggunaan yang tidak benar dari instrumen kedokteran gigi. Tidak ada
perawatan yang perlu dilakukan, lesi akan sembuh dalam waktu 4-6 hari
(Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Cotton Roll Stomatitis


Cotton roll sangat biasa diaplikasikan pada praktek kedokteran gigi untuk
menjaga permukaan gigi tetap kering. Kekeringan yang berlebihan pada
permukaan mukosa akan tampak setelah gulungan kapas dilepas. Penampakan
klinis lesi adalah erosi yang tertutupi pseudomembran putih, yang akan sembuh
dalam 4-6 hari dan tidak memerlukan perawatan yang berarti (Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Denture Stomatitis
Denture stomatitis atau denture sore mouth sering terjadi pada pasien yang
menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama. Lesi ini biasanya ditemukan pada
palatum. Penampakan klinis berupa mukosa yang tertutup plat gigi tiruan edema
berwarna merah dengan titik-titik putih yang merupakan akumulasi Candida
albicans atau sisa makanan. Beberapa kasus tidak menimbulkan gejala pada
pasien, namun ada beberapa yang mengeluhkan sensasi rasa terbakar dan nyeri.
Penyebab yang biasa terjadi karena iritasi gigi tiruan, sisa-sisa makanan yang
menumpuk di bawah permukaan plat gigi tiruan, dan infeksi C. albicans.
Perawatan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki gigi tiruan dan menjaga
kebersihan mulut dengan baik (Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Submucosal Hemorrhage (Petechiae, Ecchymosis, Hematoma)


Hemoragi intraoral disebabkan karena rupturnya pembuluh darah yang terjadi
akibat trauma fisik (ekstraksi gigi, tergigit, fellatio, batuk kronis, muntah),
trauma sekunder pasca pembedahan, dan kelainan perdarahan seperti hemofilia,
leukemia, trombositopenia, dan terapi antikoagulan. Petechiae adalah area
perdarahan kecil yang tidak meninggi, purpura adalah area hemoragi yang lebih
besar dan tidak meninggi, ecchymosis adalah area hemoragi dengan diameter
lebih dari 2 mm. Hematoma adalah sekumpulan darah yang berekstravasasi dari
pembuluh darah lokal ke jaringan dan secara klinis menyebabkan pembengkakan.
Hemoragi submukosal biasanya berwarna merah-keunguan, ungu, atau biru-
kehitaman. Hemoragi biasanya terbentuk bersama jaringan granulasi dan sembuh
dengan sendirinya tanpa perawatan. Hematoma yang ukurannya sangat besar
dapat diinsisi dan dilakukan drainase (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Atrophic Glossitis


Traumatic atrophic glossitis berupa area eritematous pada lidah yang disebabkan
adanya iritasi atau trauma fisik, di antaranya restorasi gigi yang tidak tepat, gigi
tiruan yang patah atau rusak, tepi insisal gigi yang tajam, kalkulus yang
berlebihan pada gigi-gigi anterior rahang bawah, dan gigi yang crowded. Lokasi
lesi pada ujung dan lateral lidah dengan area yang terlibat trauma akan menipis
dan berwarna merah, papilla filliformis menghilang, papilla fungiformis
membesar dan memerah. Pemeriksaan histopatologis menyatakan adanya
penipisan papilla lidah, vasodilatasi jaringan ikat di bawahnya dengan infiltrasi
sel inflamasi kronis yaitu limfosit dan sel plasma. Perawatan yang dilakukan
adalah mengurangi faktor iritasi dan meminimalisasi pergerakan lidah (Purkait,
2003).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Ulcerations
Ulkus traumatik paling sering terjadi di pipi, bibir, dan lidah. Tergigitnya lidah
merupakan ulkus tunggal yang seringkali terjadi pada tepi lateral lidah (Bricker
dkk., 1994). Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan
dengan tepi eritema disertai rasa nyeri (Regezi dan Sciubba, 2003). Lokasinya
bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi tiruan atau
ortodontik. Ulkus traumatik biasanya tunggal, ukurannya bervariasi, bentuknya
bulat atau oval. Dasar lesi kekuningan, tepinya merah dan tidak ada indurasi.
Ulkus traumatik sembuh dalam beberapa hari, setelah penyebabnya dihilangkan
(Birnbaum dan Dunne, 2009). Ulkus traumatik yang ditemukan pada area anterior
lidah bayi disebabkan oleh natal teeth disebut Riga-Fede disease (Regezi dan
Sciubba, 2003).
Lesi Toxic
Stomatitis Nikotina
Stomatitis Nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut
sebagai akibat kebiasaan pengunaan tembakau dalam jumlah besar dan waktu yang
lama. Kelainan ini sering terjadi pada palatum keras. Mula-mula dengan gejala
kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan dan kemungkinan mengalami
pengerutan pada waktunya, terlihat banyak papula-papula keratotik khas dengan
tengah yang merah cekung dan berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur
minor yang melebar serta meradang, papula –papula yang terpisah tetapi dengan yang
tengah merah yang menonjol adalah umum.
Lesi Allergic

Lichenoid Contact Reaction


Reaksi lichenoid (LCR) adalah sekelompok lesi heterogen pada mukosa oral yang
menunjukkan kesamaan klinis dan histopatologis dengan lichen planus, namun
memiliki penyebab yang berbeda (Laskaris, 2006). Penyebab LCR ada beberapa
macam, seperti hipersensitivitas terhadap material restorasi dental (amalgam,
resin komposit) dan akumulasi plak (Laskaris, 2006). Dapat juga terjadi karena
obat-obatan, atau manifestasi oral dari penyakit graft versus host (Glick, 2015)
Reaksi lichenoid diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Glick, 2015) :
Lesi Allergic

a. Reaksi lichenoid karena bahan restorasi


LCR dianggap jenis reaksi hipersensitivitas tertunda terhadap kandungan yang berasal
dari bahan tambalan terutama amalgam. Gambaran klinis LCR lesi menunjukkan pola
reaksi yang sama dengan lichen planus, yaitu reticulum, papula, plak, eritema, dan
ulcer. Perbedaan lichen planus dengan LCR karena kontak adalah pada perluasan lesi.
Kebanyakan reaksi lichenoid ini terdapat pada area yang berkontak dengan dental
material seperti mukosa bukal dan tepi lidah. Lesi sangat jarang ada di gingival,
palatum, dasar mulut, atau dorsal lidah. Kebanyakan reaksi lichenoid ini asimtomatik,
tapi ketika ada lesi eritema dan ulcer, pasien merasakan ketidaknyamanan dari
makanan panas dan pedas (Glick, 2015).
Reaksi lichenoid yang berkontak dengan komposit juga telah dilihat pada sisi mukosa
bibir atas dan bawah. Kebanyakan tipe reaksi lichenoid ini sembuh dengan
klorheksidin (Glick, 2015).
Lesi Allergic

b. Reaksi lichenoid diinduksi obat-obatan (Drug Induced Lichenoid Reaction -


DIRL)
Drug-induced lichenoid reactions adalah lesi mukosa oral yang memiliki karakteristik
klinis dan histopatologi yang sama dengan lichen planus, dan yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan dan sembuh setelah penggunaan obat-obatan tersebut. Beberapa
obat yang mampu menyebabkan reaksi lichenoid (Serrano, 2010) :
Lesi biasanya unilateral dan tampak pola reaksi ulser. Karakteristik ini tidak konsisten
dan tidak berguna dalam membedakan lichen planus atau LCR.
Lesi Allergic
Jenis Obat Nama Obat
Antihipertensi Methyldopa
Oxprenolol
Practolol
Propanolol
Anti Malaria Chloroquine
Phyrimethamine
Quinacrine
Cetoconazole
Antimikrobial Para-aminosalicylic acid
Tetracycline
Sulfamethoxazole
Fenclofenac
NSAID Phenylbutazone
Nonspecific NSAID
Naproxen
Rofecoxib
Tolbutamide
Hypoglicemic drugs Chlorpropamide
Penicillamine Penicillamine
ACEI Captopril
Enalapril
Obat Lainnya Allopurinol
Lesi Allergic

c. Reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host


Penyakit graft versus host kronis atau GVHD kronis terjadi pada 15-50% pasien yang
berhasil melakukan transplantasi. GVHD dapat didefinisikan sebagai penyakit
yang terjadi 100 hari paska transplantasi,umumnya sebagai transisi dari GVHD
akut. Penyebab utama penyakit GVHD yaitu transplantasi sel allogenik yang
hematopoetik, bahkan transplantasi autologus juga memiliki kemungkinan
terjadinya GVHD. Pada GVHD, jaringan yang ditransplantasikan berusaha menolak
jaringan host (Cawson, 2002).
Gambaran klinis lesi lichenoid pada GVHD sangat sulit dibedakan dengan lesi pada oral
lichen planus, di mana pada lesi ini juga terdapat tipe retikular, eritema dan ulseratif.
Tetapi lesi lichenoid memilikiciri khas yaitu melibatkan daerah yang lebih luas pada
mukosa rongga mulut. Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus,
yaitu reticulum, eritema, dan ulcer. Namun reaksi lichenoid yang berhubungan dengan
GVHD biasaaanya berhubungan dengan keterlibatan mukosa oral yang lebih luas
(Cawson, 2002).
Lesi Allergic

c. Reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host


Penyakit graft versus host kronis atau GVHD kronis terjadi pada 15-50% pasien yang
berhasil melakukan transplantasi. GVHD dapat didefinisikan sebagai penyakit
yang terjadi 100 hari paska transplantasi,umumnya sebagai transisi dari GVHD
akut. Penyebab utama penyakit GVHD yaitu transplantasi sel allogenik yang
hematopoetik, bahkan transplantasi autologus juga memiliki kemungkinan
terjadinya GVHD. Pada GVHD, jaringan yang ditransplantasikan berusaha menolak
jaringan host (Cawson, 2002).
Gambaran klinis lesi lichenoid pada GVHD sangat sulit dibedakan dengan lesi pada oral
lichen planus, di mana pada lesi ini juga terdapat tipe retikular, eritema dan ulseratif.
Tetapi lesi lichenoid memilikiciri khas yaitu melibatkan daerah yang lebih luas pada
mukosa rongga mulut. Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus,
yaitu reticulum, eritema, dan ulcer. Namun reaksi lichenoid yang berhubungan dengan
GVHD biasaaanya berhubungan dengan keterlibatan mukosa oral yang lebih luas
(Cawson, 2002).
Lesi Allergic

Diagnosis Banding
LESI TRAUMA , TOXIC,
DAN ALLERGIC, DALAM
RONGGA MULUT
Dalam rongga mulut dapat timbul lesi yang salah satunya disebabkan karena
adanya trauma. Biasanya trauma tersebut diakibatkan oleh kerusakan mekanik
seperti kontak dengan makanan yang tajam, tergigit ketika makan, bicara,
bahkan tidur. Lesi ini juga bisa terjadi akibat luka bakar benda panas, listrik atau
kimia. Lokasi lesi traumatik bisa terjadi pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum
dan tepi perifer dari lidah (Bricker dkk., 1994).
Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan dengan tepi
eritema disertai rasa nyeri (Regezi dkk., 2003). Pada beberapa kasus tepi ulkus
berwarna putih dikarenakan adanya hiperkeratosis (Neville dkk., 2009). Ulkus
traumatik dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu setelah etiologi
terjadinya ulkus dihilangkan. Rasa nyeri hilang dalam waktu 3-4 hari dan sembuh
dalam waktu 10-14 hari (Wood dan Goaz, 1997).
Ulkus traumatik dapat disebabkan oleh berbagai macam trauma, yaitu trauma
fisik, trauma termal, trauma elektrik, trauma kimiawi, dan trauma radiasi
(Bricker dkk., 1994).
Lesi Trauma Fisik

Linea Alba
Linea alba (white line) adalah kondisi yang paling sering muncul di sepanjang
mukosa bukal setinggi dataran oklusal gigi rahang atas dan rahang bawah yang
disebabkan adanya tekanan, iritasi gesekan, dan trauma dari permukaan gigi
(Neville dkk., 2009). Linea alba berbentuk garis putih keabuan memanjang di
mukosa bukal, biasanya bilateral di kanan dan kiri, berawal dari sudut mulut
hingga gigi posterior. Penampakan klinis berupa warna putih keabuan disebabkan
hiperkeratosis epitel. Lesi ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan
berarti (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Morsicatio Buccarum
Lesi putih pada rongga mulut ini disebabkan adanya iritasi kronis akibat mengisap-isap
atau menggigit-gigit pipi. Hal tersebut akan menyebabkan area trauma menjadi lebih
tebal, luka, dan lebih pucat daripada jaringan di sekitarnya. Lesi ini seringkali muncul
pada orang yang sedang mengalami stress tinggi atau orang yang mempunyai
kebiasaan menggigit-gigit pipi, bibir maupun lidah (Greenberg dan Glick, 2003).
Penampakan klinis dari lesi ini sering ditemukan bilateral pada mukosa bukal, namun
ada juga yang unilateral dikombinasikan dengan adanya lesi pada bibir, lidah, atau
keduanya. Area putih menebal seperti bekas cabikan didominasi dengan area
eritematous dan permukaan yang kasar. Pemeriksaan histopatologis hasil biopsi
menyatakan adanya hiperkeratosis yang menyebar dengan jumlah keratin yang
banyak. Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan selama lesi dirasa tidak
mengganggu pasien. Apabila pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan dengan
membuat cetakan akrilik yang menutupi permukaan fasial gigi untuk menghindari
akses mukosa bukal (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Frictional (Traumatic) Keratosis


Traumatic keratosis didefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan
terluka yang disebabkan iritasi mekanis dari gigi tiruan yang kasar atau tepi gigi
yang tajam. Pemeriksaan histologis menyatakan lesi dengan hiperkeratosis dan
akantosis. Lesi ini tidak mengacu pada keganasan. Lokasi lesi biasanya pada
mukosa bukal, bibir, dan lidah (Greenberg dan Glick, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Toothbrush Injury
Trauma dari sikat gigi disebabkan iritasi mekanis dari bulu sikat gigi pada margin
gingiva dan gingiva cekat. Lokasi lesi ini dapat ditemukan pada seluruh
permukaan gingiva, namun yang paling sering terjadi pada gingiva rahang atas di
antara gigi kaninus dan premolar (karena pada lokasi ini biasanya menggunakan
tekanan maksimal selama menyikat gigi). Penampakan klinis lesi berupa erosi
tunggal dengan area eritematous, berwarna putih atau merah, dan beberapa
menyebabkan rasa sakit. Lesi ini tidak memerlukan perawatan, namun
mengurangi faktor lokal dengan memperbaiki cara menyikat gigi (Purkait, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Hematoma
Traumatic hematoma pada mukosa oral terjadi karena adanya tekanan mekanis
yang menyebabkan perdarahan pada jaringan di rongga mulut. Penampakan klinis
berupa lesi irreguler berwarna kemerahan. Lokasi yang paling sering terjadi lesi
ini adalah lidah dan bibir, penyebab utamanya adalah tergigitnya mukosa oral
dan penggunaan yang tidak benar dari instrumen kedokteran gigi. Tidak ada
perawatan yang perlu dilakukan, lesi akan sembuh dalam waktu 4-6 hari
(Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Cotton Roll Stomatitis


Cotton roll sangat biasa diaplikasikan pada praktek kedokteran gigi untuk
menjaga permukaan gigi tetap kering. Kekeringan yang berlebihan pada
permukaan mukosa akan tampak setelah gulungan kapas dilepas. Penampakan
klinis lesi adalah erosi yang tertutupi pseudomembran putih, yang akan sembuh
dalam 4-6 hari dan tidak memerlukan perawatan yang berarti (Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Denture Stomatitis
Denture stomatitis atau denture sore mouth sering terjadi pada pasien yang
menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama. Lesi ini biasanya ditemukan pada
palatum. Penampakan klinis berupa mukosa yang tertutup plat gigi tiruan edema
berwarna merah dengan titik-titik putih yang merupakan akumulasi Candida
albicans atau sisa makanan. Beberapa kasus tidak menimbulkan gejala pada
pasien, namun ada beberapa yang mengeluhkan sensasi rasa terbakar dan nyeri.
Penyebab yang biasa terjadi karena iritasi gigi tiruan, sisa-sisa makanan yang
menumpuk di bawah permukaan plat gigi tiruan, dan infeksi C. albicans.
Perawatan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki gigi tiruan dan menjaga
kebersihan mulut dengan baik (Laskaris, 2003).
Lesi Trauma Fisik

Submucosal Hemorrhage (Petechiae, Ecchymosis, Hematoma)


Hemoragi intraoral disebabkan karena rupturnya pembuluh darah yang terjadi
akibat trauma fisik (ekstraksi gigi, tergigit, fellatio, batuk kronis, muntah),
trauma sekunder pasca pembedahan, dan kelainan perdarahan seperti hemofilia,
leukemia, trombositopenia, dan terapi antikoagulan. Petechiae adalah area
perdarahan kecil yang tidak meninggi, purpura adalah area hemoragi yang lebih
besar dan tidak meninggi, ecchymosis adalah area hemoragi dengan diameter
lebih dari 2 mm. Hematoma adalah sekumpulan darah yang berekstravasasi dari
pembuluh darah lokal ke jaringan dan secara klinis menyebabkan pembengkakan.
Hemoragi submukosal biasanya berwarna merah-keunguan, ungu, atau biru-
kehitaman. Hemoragi biasanya terbentuk bersama jaringan granulasi dan sembuh
dengan sendirinya tanpa perawatan. Hematoma yang ukurannya sangat besar
dapat diinsisi dan dilakukan drainase (Neville dkk., 2009).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Atrophic Glossitis


Traumatic atrophic glossitis berupa area eritematous pada lidah yang disebabkan
adanya iritasi atau trauma fisik, di antaranya restorasi gigi yang tidak tepat, gigi
tiruan yang patah atau rusak, tepi insisal gigi yang tajam, kalkulus yang
berlebihan pada gigi-gigi anterior rahang bawah, dan gigi yang crowded. Lokasi
lesi pada ujung dan lateral lidah dengan area yang terlibat trauma akan menipis
dan berwarna merah, papilla filliformis menghilang, papilla fungiformis
membesar dan memerah. Pemeriksaan histopatologis menyatakan adanya
penipisan papilla lidah, vasodilatasi jaringan ikat di bawahnya dengan infiltrasi
sel inflamasi kronis yaitu limfosit dan sel plasma. Perawatan yang dilakukan
adalah mengurangi faktor iritasi dan meminimalisasi pergerakan lidah (Purkait,
2003).
Lesi Trauma Fisik

Traumatic Ulcerations
Ulkus traumatik paling sering terjadi di pipi, bibir, dan lidah. Tergigitnya lidah
merupakan ulkus tunggal yang seringkali terjadi pada tepi lateral lidah (Bricker
dkk., 1994). Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan
dengan tepi eritema disertai rasa nyeri (Regezi dan Sciubba, 2003). Lokasinya
bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi tiruan atau
ortodontik. Ulkus traumatik biasanya tunggal, ukurannya bervariasi, bentuknya
bulat atau oval. Dasar lesi kekuningan, tepinya merah dan tidak ada indurasi.
Ulkus traumatik sembuh dalam beberapa hari, setelah penyebabnya dihilangkan
(Birnbaum dan Dunne, 2009). Ulkus traumatik yang ditemukan pada area anterior
lidah bayi disebabkan oleh natal teeth disebut Riga-Fede disease (Regezi dan
Sciubba, 2003).
Lesi Toxic

Stomatitis Nikotina
Stomatitis Nikotina merupakan salah satu kelainan pada mukosa mulut
sebagai akibat kebiasaan pengunaan tembakau dalam jumlah besar dan waktu yang
lama. Kelainan ini sering terjadi pada palatum keras. Mula-mula dengan gejala
kemerahan yang difus, kemudian menjadi keabuan dan kemungkinan mengalami
pengerutan pada waktunya, terlihat banyak papula-papula keratotik khas dengan
tengah yang merah cekung dan berhubungan dengan duktus ekskretorius kelenjar liur
minor yang melebar serta meradang, papula –papula yang terpisah tetapi dengan yang
tengah merah yang menonjol adalah umum.
Lesi Allergic

Lichenoid Contact Reaction


Reaksi lichenoid (LCR) adalah sekelompok lesi heterogen pada mukosa oral yang
menunjukkan kesamaan klinis dan histopatologis dengan lichen planus, namun
memiliki penyebab yang berbeda (Laskaris, 2006). Penyebab LCR ada beberapa
macam, seperti hipersensitivitas terhadap material restorasi dental (amalgam,
resin komposit) dan akumulasi plak (Laskaris, 2006). Dapat juga terjadi karena
obat-obatan, atau manifestasi oral dari penyakit graft versus host (Glick, 2015)
Reaksi lichenoid diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Glick, 2015) :
Lesi Allergic

a. Reaksi lichenoid karena bahan restorasi


LCR dianggap jenis reaksi hipersensitivitas tertunda terhadap kandungan yang berasal
dari bahan tambalan terutama amalgam. Gambaran klinis LCR lesi menunjukkan pola
reaksi yang sama dengan lichen planus, yaitu reticulum, papula, plak, eritema, dan
ulcer. Perbedaan lichen planus dengan LCR karena kontak adalah pada perluasan lesi.
Kebanyakan reaksi lichenoid ini terdapat pada area yang berkontak dengan dental
material seperti mukosa bukal dan tepi lidah. Lesi sangat jarang ada di gingival,
palatum, dasar mulut, atau dorsal lidah. Kebanyakan reaksi lichenoid ini asimtomatik,
tapi ketika ada lesi eritema dan ulcer, pasien merasakan ketidaknyamanan dari
makanan panas dan pedas (Glick, 2015).
Reaksi lichenoid yang berkontak dengan komposit juga telah dilihat pada sisi mukosa
bibir atas dan bawah. Kebanyakan tipe reaksi lichenoid ini sembuh dengan
klorheksidin (Glick, 2015).
Lesi Allergic

b. Reaksi lichenoid diinduksi obat-obatan (Drug Induced Lichenoid Reaction -


DIRL)
Drug-induced lichenoid reactions adalah lesi mukosa oral yang memiliki karakteristik
klinis dan histopatologi yang sama dengan lichen planus, dan yang berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan dan sembuh setelah penggunaan obat-obatan tersebut. Beberapa
obat yang mampu menyebabkan reaksi lichenoid (Serrano, 2010) :
Lesi biasanya unilateral dan tampak pola reaksi ulser. Karakteristik ini tidak konsisten
dan tidak berguna dalam membedakan lichen planus atau LCR.
Jenis Obat Nama Obat
Antihipertensi Methyldopa

Lesi Allergic Oxprenolol


Practolol
Propanolol
Anti Malaria Chloroquine
Phyrimethamine
Quinacrine
Cetoconazole
Antimikrobial Para-aminosalicylic acid
Tetracycline
Sulfamethoxazole
Fenclofenac
NSAID Phenylbutazone
Nonspecific NSAID
Naproxen
Rofecoxib
Tolbutamide
Hypoglicemic drugs Chlorpropamide
Penicillamine Penicillamine
ACEI Captopril
Enalapril
Obat Lainnya Allopurinol
Amiphenazole
Carbamazepine
Cyanamide
Levamisole
Lesi Allergic

c. Reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host


Penyakit graft versus host kronis atau GVHD kronis terjadi pada 15-50% pasien yang
berhasil melakukan transplantasi. GVHD dapat didefinisikan sebagai penyakit
yang terjadi 100 hari paska transplantasi,umumnya sebagai transisi dari GVHD
akut. Penyebab utama penyakit GVHD yaitu transplantasi sel allogenik yang
hematopoetik, bahkan transplantasi autologus juga memiliki kemungkinan
terjadinya GVHD. Pada GVHD, jaringan yang ditransplantasikan berusaha menolak
jaringan host (Cawson, 2002).
Gambaran klinis lesi lichenoid pada GVHD sangat sulit dibedakan dengan lesi pada oral
lichen planus, di mana pada lesi ini juga terdapat tipe retikular, eritema dan ulseratif.
Tetapi lesi lichenoid memilikiciri khas yaitu melibatkan daerah yang lebih luas pada
mukosa rongga mulut. Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus,
yaitu reticulum, eritema, dan ulcer. Namun reaksi lichenoid yang berhubungan dengan
GVHD biasaaanya berhubungan dengan keterlibatan mukosa oral yang lebih luas
(Cawson, 2002).
Lesi Allergic

c. Reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host


Penyakit graft versus host kronis atau GVHD kronis terjadi pada 15-50% pasien yang
berhasil melakukan transplantasi. GVHD dapat didefinisikan sebagai penyakit
yang terjadi 100 hari paska transplantasi,umumnya sebagai transisi dari GVHD
akut. Penyebab utama penyakit GVHD yaitu transplantasi sel allogenik yang
hematopoetik, bahkan transplantasi autologus juga memiliki kemungkinan
terjadinya GVHD. Pada GVHD, jaringan yang ditransplantasikan berusaha menolak
jaringan host (Cawson, 2002).
Gambaran klinis lesi lichenoid pada GVHD sangat sulit dibedakan dengan lesi pada oral
lichen planus, di mana pada lesi ini juga terdapat tipe retikular, eritema dan ulseratif.
Tetapi lesi lichenoid memilikiciri khas yaitu melibatkan daerah yang lebih luas pada
mukosa rongga mulut. Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus,
yaitu reticulum, eritema, dan ulcer. Namun reaksi lichenoid yang berhubungan dengan
GVHD biasaaanya berhubungan dengan keterlibatan mukosa oral yang lebih luas
(Cawson, 2002).
Lesi Allergic

Oral Reaction Lichen Planus Leukoplakia Candidiasis


Diagnosis Banding Lichenoid
Penyebab : Penyebab : Penyebab : Penyebab :
 Bahan restorasi Tidak diketahui Trauma, Jamur Candida
 Obat tapi selama merokok albicans
 GVHD beberapa tahun
terakhir
disebabkan oleh
gangguan system
Lokasi : imun Lokasi :
 Berdekatan Lokasi : Lokasi : Mukosa lining
dengan bahan Mukosa, Kulit Mukosa, dasar
PIGMENTASI EKSOGEN
Pigmentasi eksogen
• Merupakan perubahan warna karena adanya
pertambahan pigmen dalam lapisan sel epitel
mukosa mulut atau kulit dimana substansinya
berasal dari luar tubuh.
3 Cara :
1. GIT ( gastro intestinal tract)
2. Inhalasi ( di hirup)
3. Suntikan
Faktor eksogen :
• Berupa zat asing
1. Bistmuth
2. Amalgam Tatoo
3. Graphit Tatoo
4. Timah /plumbum
5. Argyria
6. Mercurialism
7. Arsenic
8.Minosiklin
BISTMUTHISM
• Bistmuth digunakan dalam pengobatan mis :
diare dalam jangka waktu lama
• Menyebabkan warna biru , abu-abu pada
mukosa
• Menyebabkan rasa logam
• Menyebabkan Gingivitis Ulseratif Nekrotik
Akut
• Menimbulkan garis bistmuth pada papila
interdental dan garis biru pada gingiva
Bistmuthism
Perawatan :

• Pertahankan oral hygiene


• Mengganti obat yang mengandung bistmuth
Amalgam Tatoo
• Etiologi & Insidens :

• Terutama pada dewasa


• Partikel amalgam atau abu dapat menyatu
dalam luka setelah pencabutan gigi atau
apicoectomi dan berada dibawah mukosa
Amalgam Tatoo
Ro & Pa
• Gambaran klinis :
• Hitam atau biru kehitaman berupa titik kecil
• Biasa terletak pada ridge rahang bawah atau
bagian vestibulum
• Asimtomatik , biasanya radiopak
• Diagnosis :
• Bedakan dengan melanoma secara
mikroskopis
• Perawatan : exsisi bila diperlukan
Graphite Tatoo

• Sering terjadi pada palatum


• Trauma karena pensil
• Lesi biasanya iirguler, focal atau abu-abu,
hitam
• Sering terjadi pada anak sekolah
• Secara makroskopis mirip amalgam
• Riwayat injuri diperlukan untuk membantu
diagnosa
Graphite Tatoo
Keracunan Timah /Plumbisme

• Terpapar timah dalam dosis berlebih yang


terdapat dalam cat atau pipa air
• Perubahan mencolok terdapat garis timah
yang kelabu hitam dalam tepi gusi karena
endapan timah sulfida .
• Pada mukosa pipi dan lidah berbentuk makula
abu-abu
• Pengobatan:
• Tentukan sumber toksik
• Jauhkan dari sumber toksik
• Plumbisme reversibel
• Diagnosis :
• Pemeriksaan klinis / sel darah merah
menunjukkan basophilic stippling pada butir
darah merah berbintik-bintik karena
keracunan timah
Basophilic stippling
ARGYRIA

• Karakteristik karena pewarnaan permanen di


kulit dan membran mukosa sebagai hasil
penyerapan silver compound secara lokal atau
sistemik.
• Penyebab : obat tetes hidung mengandung
silver, pengobatan syphilis dengan silver-
arsphenamine atau gastrik ulser yang dirawat
dengan silver nitrat
• Tanda dan gejala :
• Permukaan tubuh mengalami discolorisasi
umumnya sakit
• Tubuh berwarna abu-abu, violet atau cytotik
• Pigmentasi di rongga mulut difuse sepanjang
gingiva dan jaringan mukosa
• Pigmentasi yang diawali di mulut jarang
disadari pasien, karakteristik pigmentasi biru.
• Diagnosa :

• Pemeriksaan objektif
• Riwayat pekerjaan
• DD perlu dipertimbangkan cyanosis karena
penyakit jantung
• Cyanosis karena obat-obatan
• Jaringan terlihat ungu kebiruan dan pucat bila
ditekan
Mercurialism
• Mercury diserap tubuh secara inhalasi, oral
atau suntikan
• Hasil kontak dengan pekerjaan, percobaan
bunuh diri, overdosis.
• Risiko pekerjaan dokter gigi
• Patogenesis mirip bistmuth tetapi
mercuricsulfida lebih mengiritasi pada
jaringan mulut
• Aspek sistemik :
• Gejala umum sakit perut, diare, sakit kepala,
insomnia,tremor
• Keracunan pada ginjal menyebabkan kematian

• Aspek oral :
• Mulut terasa panas, gatal, ada rasa logam
• Pigmentasi pada gingiva berwarna ke abu-
abuan
• Diagnosa :
• Analisa pada saliva dan urin
• Diagnosa berdasarkan :
• riwayat pekerjaan dan riwayat pemakaian
obat (diuretik)
• Perawatan :
• Istirahat dan pola makan sehat
• Konsulkan kedokter yang memberi diuretik
ARSENIC
• Gejala hampir sama dengan mercuri
• Keratosis pada telapak tangan dan kaki
• Dermatitis, pigmentasi atau ulserasi di kulit
• Mulut terasa sakit dan berwarna merah

• Perawatan :
• Anastetikum topikal atau kumur
Arsenic
MINOSIKLIN
• Semisintetik tetrasiklin
• Biasa digunakan untuk pengobatan acne
vulgaris
• Pigmentasi pada tulang, gigi karena tetrasiklin
• Minosiklin menyebabkan pigmentasi di
mukosa
• Warna coklat, hitam ke-biri biruan, atau abu-
abu pada pipi dan lidah, masalah estetik
• Perawatan :

• Hentikan pemakaian obat, memudar setelah


obat dihentikan terutama pada jaringan lunak
• Penyinaran bila pada gigi
• Bedah plastik bila menyebabkan jaringan
periodontal terlibat
PIGMENTASI ENDOGEN
LESI BERPIGMEN
ENDOGEN

1. Ephelis (Bintik-bintik)

Etiologi : -belum diketahui


- Akibat deposisi aktif dari melanin yang dipicu oleh paparan sinar matahari

Gambaran klinis : - Berupa macula kecil berwarna coklat muda sampai coklat tua
- Biasanya muncul pada kulit atau bibir
- Lesinya tidak menonjol
- Ukuran biasanya < 5mm

Pemeriksaan penunjang : - Pemeriksaan histopatologi

Differential diagnosis : - Lentigo, pigmented nevi, melanoma, drug-as-sociated pigmentation, Peutz–


Jeghers syndrome, Albright syndrome.

Treatment : - Tidak dibutuhkan perawatan kecuali untuk estetika dan pertimbangan diagnostik
2. Makula Melanotik Labial

Etiologi : - Trauma

Gambaran Klinis : - Pigmentasi kecil dan rata


- Biasanya tunggal
- Ukurannya < 1cm
- Sering terkena pada bibir bawah dan gingiva
- Berbentuk oval atau irregular
- Biasanya banyak terjadi pada wanita
- Sering terjadi pada orang kulit putih
- Biasanya terjadi pada rentang usia 25-45 tahun

Pemeriksaan Penunjang : - Biopsy

Treatment : - Dilakukan pemantauan secara berkala


3. Melanotic Nevus

Etiologi : - Genetik
- Paparan sinar matahari

Patogenesis : - Sintesis dari pigmen melanin

Gambaran klinis : - Asimptomatik


- Berukuran kecil < 1cm
- Umumnya berwarna gelap, coklat atau biru
- Tampak seperti papula yang sedikit menonjol
- Terdiri atas kumpulan sel nevus pada epitelium atau dermis

Pemeriksaan Penunjang : - Biopsy

Differential diagnosis : - Melanotic macule


- Amalgam tattoo
- Malignant melanoma
4. Malignant Melanoma

Etiologi : - Belum diketahui


- Radiasi ultraviolet adalah penyebab penting.

Gambaran Klinis : - Berupa makula hitam atau coklat, plak, atau nodul yang mungkin mengalami ulserasi
- Lesi biasanya ditandai dengan margin yang tidak teratur dan kecenderungan untuk menyebar
- Langit-langit mulut, gingiva atas, dan mukosa alveolar paling sering terkena
- Lebih umum pada orang berkulit putih
- Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun

Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan histopatologi

Differential Diagnosis : - Pigmented nevi, ephelis, lentigo, lentigo maligna, amalgam tattoo, pyogenic granuloma,
Kaposi sarcoma.

Treatment : - Surgical excision


- Radiotherapy
- Chemotherapy
LESI PREMALIGNAN
Premalignant

 Precancerous lesions of oral mucosa are the diseases that have malignant
transformation risk at different ratios. Clinically, these diseases may
sometimes resemble each other.
 The most common oral precancerous lesions are oral leukoplakia, oral
submucous fibrosis (OSMF), and oral erythroplakia.
Leukoplakia

 Etiopatogenesis :
Idiopatik (Tidak diketahui).
 Faktor yang paling sering dihubungkan dengan terjadinya leukoplakia :
 merokok ( 6X lebih tinggi resiko)
 konsumsi alkohol
 iritasi kronis
 Kandidiasis
 kekurangan vitamin
 gangguan endokrin
 virus.
 Gambaran Klinis :
 Plak putih
 Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lingual, labial, palatum,
daerah dasar cavum oris, gingiva, mukosa lipatan buccal, serta mandibular
alveolar ridge.
 Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang agak transparan,
berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar. batasnya tegas tetapi
dapat juga berbatas tidak tegas.
 Lesi dapat berkembang dalam minggu sampai bulan 6 menjadi tebal, sedikit
meninggi dengan tekstur kasar dan keras.
 Tidak Sakit
 Sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan lainnya.
Tipe Leukoplakia

 1. Leukoplakia Homogen
 leukoplakia dapat menjadi semakin meluas, menebal.
 lesi putih yang datar dan tipis.
 lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan yang halus
atau berkerut.
 Teksturnya konsisten.
 asimptomatik
 2.Leukoplakia non homogen :
 lesi putih atau putih disertai merah (eritroplakia).
 Permukaan lesi ireguler, bisa rata, nodular (speckled leukoplakia) atau
exophytic(exophytic atau verrucous leukoplakia).
 Pada verrucous leukoplakia, permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna
putih, tetapi tidak mengkilat.
 biasanya disertai dengan keluhan ringan berupa ketidaknyamanan atau nyeri
yang terlokalisir.
 3. Proliferative verrucous leukoplakia :
 agresif yang hampir selalu berkembang menjadi malignansi.
 manifestasi multifokal dan menyebar luas, sering terjadi pada pasien dengan
faktor risiko yang tidak diketahui.
 Diagnosis Banding :
1.Hairy Leukoplakia
2.Lichen Planus
3.Oral Squamous Cell Carcinoma
4.DLE
5. White Sponge Nevus

• Risk factors of malignant transformation

1. Female gender
2. Long duration of leukoplakia
3. Leukoplakia in non-smokers
4. Location on the tongue and/or floor of the mouth
5. Size > 200 mm2
6. Non-homogenous type
7. Presence of epithelial dysplasia
Penatalaksanaan
 Pengobatan Konservatif
1. Anti fungal
2. Vitamin (vitamin A, C, E)
3. fenretinide (vitamin A analog)
4. carotenoids (beta-carotene, lycopene)
5. Bleomycin
6. protease inhibitor
7. obat-obatan antiinflamasi.

Regresi keparahan penyakit dapat terjadi jika mengeleminasi faktor


resiko seperti menghentikan rokok (60% Pasien membaik setelah
menghentikan) dan menghilangkan jamur kandida.
Erytroplakia

 Etiologi : Tidak di Ketahui


 Ciri Khas : Patch Merah dengan perubahan eritematosa mukosa yang datar
atau tanpa patch lesion.
 Faktor Resiko :
 Mengunyah tembakau
 Konsumsi Alkohol
 Kekurangan Nutrisi
 Gambaran Klinis :
 Diameter : kurang dari 1,5 cm, tetapi juga kurang dari 1 cm dan lebih besar dari 4
cm.
 Intermixed dengan Area putih (Ertyroleukoplakia).
 Tekstur : Velvet
 Asimptomatik
 Burning Sensation in food intake
 Lokasi : dasar mulut,lidah, dan retromolar pad.
 Differential diagnosis :
-erythematous candidiasis
-early SCC
-local irritation
-mucositis
-lichen planus
-lupus erythematosus
 Penatalaksanaan
- eksisi pisau dingin atau CO2Terapi laser (eksisi atau penguapan).
Eksisi memiliki kelebihan dalam menyediakan spesimen untuk
evaluasi histopatologis tambahan.
-Beberapa subsitus oral lebih mudah diobati dengan CO2 Laser,
seperti itu seperti lantai mulut, langit-langit mulut atau
bukalmukosa.
Oral Submucous Fibrosis

 Fibrosis submukosa oral adalah penyakit kronis yang melemahkan rongga


mulut yang ditandai oleh peradangan dan fibrosis progresif dari jaringan
submukosa (lamina propria dan jaringan ikat yang lebih dalam).

 Etiologi :
belum diketahui secara pasti, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa
kerentanan genetik dan respon fibroblastik terhadap kebiasaan
mengunyah pinang dapat menjadi faktor pemicu.
 Faktor Predeposisi :
1. Cabai
2. Tembakau
3. Lemon
4. defisiensi nutrisi
5. metabolisme zat besi yang tidak efektif
6. infeksi bakteri
7. gangguan kolagen
8. Gangguan imunologis
9. perubahan komposisi saliva.

 Clinical Findings :
-Tanda Awal : Lesi Eritema dengan petekie,pigmentasi dan vesikel

-Selanjutnya : Benang Fibrotis dibawah epitel atropik


-Lokasi : Mukosa Bukal,Palatal,Retromolar pad, lidah dan lain-lain (Uvula,bibir,faucicular
pillar,dasar mulut).
 Diagnosis Banding :
-lichen planus
-scleroderma
-squamous cell carcinoma
 Penatalaksanaan :
 Tergantung tingkat keparahannya.Jika di deteksi pada tahap awal dapat dengan
memperbaiki habit.
 Medical Treatment : Simptomatik dengan steroid,Hyaluronidase,Suplemen
dengan Fe,vit a dan vit b.
 Surgery : Biopsy untuk menentukan peruubahan(Dysplastic/neoplastic)
 Physical Therapy : Streching otot mulut.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi,
pathogenesis, gejala & tanda klinis, DD, pemeriksaan penunjang, dan
rencana perawatan dari kelainan pada bibir, lidah, dan masalah lain pada
rongga mulut

MASALAH MULUT LAINNYA


BMS
BMS  nyeri orofacial kronik yang ditandai sensasi terbakar di mukosa
mulut. Tanpa kehadiran tampilan klinis atau pemeriksaan labor untuk
memastikan gejalanya.
Insidensi  pertengahan umur dan sebelum monopouse
Klasiknya disertai gangguan pengecapan,xerostomia.

Klasifikasi dan subtipe


Tipe 1 : nyeri progresif, pada saat bangun tidur tidak ada rasa sakit,tapi
sakit bertambah sepanjang hari
Tipe 2 : gejala konstan sepanjang hari dan sulit untuk tidur, biasanya
berkaitan dengan penyakit psikologis
Tipe 3 : gejala interminten,pasien tidak bisa menunjukan secara pasti rasa
sakitnya
 Etiopatogenesis
 Penyebab tidak diketahui
 Interaksi abnormal antara fungsi sensori dan nervus trigeminus
 Hipofungsi chorda tympani (rasa) unilateral menyebabkan hiperfungsi saraf lingual
 Perubahan dalam memodulasi pemrosesan nosiseptif mengakibatkan pengurangan
penekanan nyeri
 Disfungsi sensori berkaitan dengan kecil atau besar neuropathy fiber
 Gangguan dalam inervasi autonomik dan aliran darah oral

 Symptom
 Simptom mayor : sakit,xerostomia, dygeusia
 Rasa sakit dalam mukosa mulut
 Rasa sakit : terbakar,gatal dan kebas
 Gejala konstan
 Umumnya mengenai area lidah
 Tidak ada faktor presipitasi
 Simptom bertambah ketika minum atau makan
 Gangguan emosi
Glositis
Keadaan lidah merah dan halus
Umur pertengahan tahun dan tua
Bisa primer dan sekunder
 Primer
 Bakteri / virus infeksi
 Iritasi mekanik dari gigi dan gigi tiruan
 Tembakau,makanan panas dan alkohol
 Alergi pasta gigi, obat kumur
 Sekunder
 Difesiensi hematinik
-difesiensi besi
- Vit B group ( B 12 )
- Difisiensi asam folat
 Pernicious anemia
 Anemia aplastika
 Candidosis
 Oral lichen planus
 Syphilis
 Apthous ulser

 Gambaran klinis
-Rasa sakit pada lidah  lidah tampak normal
- kombinasi dari tanda ( merah dan kehalusan )
- depapilasi dimulai dari margin lidah kemudian dibagian dorsum lidah
candidasis glositis

 lidah sakit disebabkan candidiasis


 faktor predisposisi
- topikal kotrtikosteroid
- xerostomia
- immune defect
- broad – spectrum antibiotik
 Gambaran klinis
- eritema menyebar dan sakit di lidah
 khas pada antibiotik glositis akut : lidah warna merah, halus dan sakit seperti
pada glositis anemia, tetapi penampakannya sebagian karena udem inflamasi dan
sering dikaitkan dengan angular stomatitis dan gambaran lain dari candidiasis
Dysgeusia

 perubahan rasa pengecapan


 tanda awal terjadi ketika demam
 Hypogeusia : penurunan pengecapan
 Ageusia : tidak bisa merasakan apa- apa
 Penyebab
- infeksi orodental
- infeksi saluran pernafasan
- idiopatik dygeusia
- gangguan mental
- obat-obatan
Dry Mouth ( Xerostomia )

merupakan perasaan subjektif dari pasien


 penyebab
Primer
- sjogren syndrom
- penyakit kelenjer saliva
- kondisi endokrin, termasuk DM, penyakit tyroid, kindisi adrenal
- irradiasi
- penyakit hepatic
- sarcoidosis
- amylosis
- infeksi dengan hepatitis C
- deposisi iron
Sekunder
- malnutrisi dan protein
- hemoragi
- tembakau,merokok
- obat-obatan
- dehidrasi
- minum alkohol
- bernafas dengan mulut
- menggunakan inhalers
- sakit kronik atau neurogenik
- kondisi psikologis
- stress
Halitosis

 gejala dimana terdapat bau yang tidak sedap,ketika nafas dihembuskan


 umumnya pada orang tua > 60 tahun
 kasifikasi
-Genuine halitosis
-pseudohalitosis
-halitophobia
 Penyebab halitosis
- 90% disebabkan oleh intraoral halitosis
 lokasi utama
- posterior dorsal lidah
- crevikular area
 Faktor lokal
- OH buruk
- gingivitis
- periodontitis/ penyakit periodontal
- perikoronitis/ oral sepsis lain
- ulsers
- mulut kering
 faktor ektra oral
- penyakit sistemik
- beberapa makanan : bawang putih,bawang merah
- obat-obatan
- kebiasaan merokok dan alkohol
 Management
- Edukasi pasien - obat kumur
- makan buah segar - makan permen karet
- mengobati penyebabnya
- menjaga oral hygeine

Anda mungkin juga menyukai