Anda di halaman 1dari 17

MONITORING DALAM PROYEK

● Monitoring adalah kegiatan mengamati/meninjau kembali mempelajari secara terus


menerus atau berkala dan kegiatan mengawasi, yang dilakukan oleh pengelola proyek di
setiap tingkatan pelaksanaan kegiatan, untuk memastikan bahwa pengadaan dan
penggunaan input, jadwal kerja, hasil yg ditargetkan dan tindakan lainnya yang
diperlukan berjalan sesuai rencana
● Monitoring berfokus pada
● Pengendalian pekerjaan ke arah tujuan
● Penggunaan secara efektif sumberdaya yang ada
● Perbaikan/koreksi masalah
● Pemberian imbalan pencapaian tujuan
● Sumber data pada umumnya merupakan dokumen internal seperti: laporan bulanan /
triwulanan, catatan kerja dan perjalanan, catatan pelatihan, notulen rapat dan
sebagainya.
● TUJUAN MONITORING
● mengkaji apakah kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
rencana
● mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
● melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah
tepat untuk mencapai tujuan proyek.
● mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan,
● menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang
dari tujuan.

 TIPE DAN JENIS MONITORING


1. Aspek masukan (input) proyek antara lain mencakup : tenaga manusia, dana, bahan,
peralatan, jam kerja, data, kebijakan, manajemen dsb. yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan proyek.
2. Aspek proses / aktivitas yaitu aspek dari proyek yang
mencerminkan suatu proses kegiatan, seperti penelitian, pelatihan, proses produksi,
pemberian bantuan dsb.
3. Aspek keluaran (output), yaitu aspek proyek yang
mencakup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan kuantitas (jumlah)
EVALUASI DALAM PROYEK
 PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja
program/proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
program/proyek.
 Tujuan evaluasi
untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai
pengelolaan proyek, keluaran, manfaat, dan dampak dari proyek pembangunan yang baru
selesai dilaksanakan, maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi
pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
pengendalian proyek selanjutnya.
 Jenis evaluasi
a. Evaluasi awal kegiatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan proyek atau
mendeteksi kelayakan proyek.
b. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai
selama proses kegiatan proyek dilaksanakan. Waktu pelaksanaan
dilaksanakan secara rutin (per bulan, triwulan, semester dan atau tahunan)
sesuai dengan kebutuhan informasi hasil penilaian.
c. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai secara
keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Waktu pelaksanaan
pada saat akhir proyek sesuai dengan jangka waktu proyek dilaksanakan.
Untuk proyek yang memiliki jangka waktu enam bulan, maka evaluasi
sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk evaluasi yang
menilai dampak proyek, dapat dilaksanakan setelah proyek berakhir dan
diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata.

PELAPORAN DALAM PEROYEK


 PENGERTIAN
Laporan merupakan kumpulan informasi mengenai setiap aktivitas dan pencapaian hasil
pelaksanaan pekerjaan yang disusun pada periode-periode tertentu selama masa
pelaksanaan pekerjaan secara obyektif dan akuntabel.
Laporan yang menyajikan hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan proyek pada dasarnya
merupakan pertanggungjawaban tugas yang diberikan pemberi tugas kepada pihak yang
diberi tugas.
 MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan aktivitas pengendalian,
pengawasan, pemantauan, dan pengambilan keputusan. Selain itu, laporan ini juga dapat
dipergunakan dan bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan pemeriksaan terhadap
akuntabilitas kinerja baik dari sisi manajemen proyek maupun hasil pekerjaan tersebut.
Selanjutnya, laporan-laporan tersebut akan menjadi suatu catatan sejarah pelaksanaan
konstruksi.
Menurut tujuannya, laporan disusun untuk memberi keterangan, memulai suatu
tindakan, mengkoordinasi proyek, menyarankan sesuatu langkah dan tindakan, dan
merekam kegiatan.
o Laporan untuk memberi keterangan
terdiri dari laporan berkala dan laporan khusus. Laporan berkala memuat
keterangan yang bersifat rutin dan bentuk serta susunannya biasanya telah
ditentukan. Namun jika belum ditentukan, terlebih dahulu diidentifikasi pokok-
pokok masalah yang perlu dimasukkan, seperti tentang personalia, peralatan,
bahan, keuangan, kelancaran pekerjaan, volume pekerjaan, waktu pelaksanaan
dan permasalahan lainnya. Laporan khusus dibuat untuk menyampaikan suatu
kejadian atau keadaan yang khusus, seperti kejadian keterlambatan pelaksanaan
proyek, kejadian kegagalan pekerjaan konstruksi, bencana alam dan permasalahan
khusus lain di luar hal yang bersifat rutin.
o Laporan untuk memulai suatu tindakan
memusatkan perhatian kepada suatu tindakan termasuk alasannya. Laporan ini
harus bersifat tegas, terperinci, dan jelas.
Penekanan diberikan pada apa, bagaimana, siapa, kapan,, dan di mana termasuk
perincian kegiatannya.
o Laporan untuk mengkoordinasi
proyek hanya mengemukakan pokok yang berhubungan dengan semua hal yang
harus dikoordinasi. Untuk maksud koordinasi tersebut, maka laporan ini memuat
hal-hal yang mutakhir dan yang bersifat pokok- pokok yang berkaitan dengan
tindakan yang harus dikoordinasikan saja, sedangkan selebihnya tidak perlu
dimuat. Dalam hal jenis laporan ini, unsur waktu sangat penting. Keterlambatan
penyampaian data mutakhir dapat menyebabkan kekeliruan dalam penafsiran dan
dapat berakibat merugikan kepentingan proyek.
o Laporan untuk menyarankan
suatu langkah atau tindakan berisi langkah atau tinadakan yang harus diperbuat
penerima laporan termasuk alsannya, manfaat yang akan diperoleh, serta hal-hal
lain yang terkait misalnya waktu, uang, alat, tenaga dan alat. Dalam laporan jenis
ini juga perlu dimuat resiko yang harus dihadapi apbila saran tersebut ditolak atau
diterima.
o Laporan untuk merekam kegiatan
terbagi dalam laporan kemajuan dan laporan akhir.Laporan kemajuan dapat
berupa laporan berkala maupun setiap waktu. Sesuai jangka waktu yang ditetukan
seperti bulanan, triwulanan, atau tahunan, laporan ini menyajikan semua kegiatan
selama masa laporan termasuk rincian yang perlu disampaikan berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan. Laporan akhir merangkum semua aspek pekerjaan setelah
semua pelaksanaan pekerjaan selesai. Rangkuman tersebut bersifat menyeluruh
terhadap hal-hal yang telah lewat. Laporan ini tidak terlepas dari laporan
kemajuan dan pembuatannya mengacu pada laporan kemajuan sebelumnya.

 SYARAT PENYUSUNAN LAPORAN


Untuk dapat mendukung maksud dan tujuan pembuatan laporan seperti disebutkan di
atas, maka setiap jenis laporan yang telah ditentukan dalam kontrak, perlu disusun secara
tepat waktu, obyektif, lengkap, akurat, dan akuntabel dalam menggambarkan keseluruhan
informasi mengenai realisasi aktivitas dan pencapaian hasil pelaksanaan pekerjaan,
termasuk di dalamnya semua permasalahan dan penanganan yang diambil

 MANFAAT DAN KONSEKUENSI


Laporan yang disusun secara tepat waktu, objektif, lengkap, dan akurat sangat bermanfaat
untuk:
o memenuhi persyaratan dan ketentuan dokumen kontrak;
o mempermudah penyusunan laporan selanjutnya; dan
dapat dipergunakan sebagai:
o bahan pemantauan, evaluasi, dan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan; dan
o dokumen pendukung pada proses serah terima pekerjaan.

 FUNGSI DAN SYARAT LAPORAN


Ditinjau dari siklus pengendalian, laporan merupakan salah satu unsur penting dalam
pengawasan dan merupakan umpan balik bagi perencanaan. Dengan sistem laporan yang
baik, pimpinan akan mampu membandingkan hasil-hasil nyata dengan hasil- hasil yang
seharusnya dicapai dan berarti pula pi,pinan mampu bertanggung jawab secara sempurna
atas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan padanya.
Sebagai salah satu alat mekanisme pengawasan, maka laporan bertujuan agar kepada
pimpinan dapat disajikan informasi yang memuat fakta-fakta yang mencakup 3 pokok
dasar, yakni:
1. Mencerminkan kemajuan-kemajuan hasil yang dicapai dan menggambarkan
keadaan secara nyata dari proyek.
2. Mengetengahkan pelbagai masalah, kesulitan, dan hambatan yang dihadapai
proyek termasuk penyebabnya.
3. Memuat pemikiran, pertimbangan, dan pandangan serta saran-saran pemecahan
masalah secara tepat.
 Fungsi Laporan
Laporan sebagai salah satu alat manjemen yang mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. Pertanggungjawaban (Accountability)
Laporan yang disampaikan oleh pemimpin proyek kepada atasannya
merupakan suatu pertanggungjawaban sesuai dengantugas yang
dibebankan kepadanya. Di samping itu laporana merupakan salah satu alat
penilaian bagi pimpinan, oleh karenannya laporan harus berisi informasi
yang benar, tepat dan lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pengawasan (Control)
Laporan yang disampaikan secara teratur dan berkala akan memungkinkan
pimpinan mampu mengadakan evaluasi atas hasil nyata yang dicapai
terhadap hasil yang direncanakan. Sewaktu-waktu pimpinan dapat
melakukan pengecekan secara langsung ke lapangan atau melakukan
penelitian yang mendalam atas kebenaran isi laporan.
c. Penyampaian informasi
Bagi pimpinan, laporan merupakan salah satu sumber informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap kegatan mempunyai
hubunggan dengan unit-unit lain, oleh karenanya laporan selain
disampaikan secara vertikal, perlu juga disampaikan secara horisontal.
d. Alat/bahan pengambil keputusan
Setiap saat pemimpin proyek harus mengambil keputusan yang
diperlukan. Untuk itu dibutuhkan data dan informasi yang relevan.
Dengan demikian laporan harus memuat data yang lengkap, benar dan
terkini, sehingga pengembilan keputusan yang diperlukan dapat segera
dilakukan dan tindakan yang tepat dapat diambil untuk pelaksanaan
pekerjaan lebih lanjut.

 Syarat Laporan
Agar laporan memberikan daya guna yang optimal, maka laporan harus memenuhi
syarat-syarat dan berisi informasi yang baik, sesuai kebutuhan bagi pimpinan atau pihak
yang berkepentingan untuk pengambil keputusan atau tindakan.
Syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
a. Laporan harus benar dan obyektif
Laporan yang benar-benar obyektif akan mampu menggali dan menyajikan kondisi-
kondisi nyata, kemampuan pelaksanaan, kekurangan/hambatan yang terjadi dan lain-
lain. Apapun obyeknya, faktor laporan harus dapat dimengerti oleh si penerima. Data
yang dimasukkan harus erat hubungannya atau relevan dengan masalah yang akan
dikemukakan, sehingga keputusan yang akan diambil pimpinan banyak tergantung
pada kualitas laporan tersebut.
b. Laporan harus jelas dan cermat
Laporan harus memuat data yang diseleksi dari sekian banyak dan ragam data agar
permasalahan yang disampaikan cukup jelas dan tidak kabur. Informasi yang bebas
dari kesalahan dan tepat atu akurat akan lebih berguna bagi penerima laporan dalam
menilai permasalahan dan mengambil keputusan tindak lanjutnya. Penyusun laporan
harus menempatkan dirinya pada penerima/pembaca laporan sehingga susunan
kalimat, materi serta istilah yang digunakan harus dapat benar- benar dimengerti.
c. Laporan harus lengkap
Kelengkapan suatu laporan banyak ditentukan oleh kemampuan penyusun dalam
menghimpun, mengolah dan menyajikan masalah yang diperluakan, di samping cara
mengemukakannya yang komprehensif. Penyusunan laporan dalam bentuk uraian
yang komprehensif berdasarkan data yang selektif akan lebih lengakap jika disukung
oleh data pendukung seperti: data statistik, skema, foto, dan sebagainya.
Oleh karenanya laporan yang lengkap harus:
1) Mencakup segala segi dari masalah yang dikemukakan.
2) Uraiannya tidak memberikan kesempatan untuk menimbulkan masalah- masalah
atau pertanyaan baru.
3) Disertai data penunjang.

d. Laporan harus tepat mengenai sasaran


Dalam rangka efisiensi waktu pembacaan laporan oleh pimpinan sebagai penerima
laporan, maka laporan haruslah tidak terlalu panjang yang sekedar memberikan kesan
tebal. Laporan hendaklah bersifat singkat dan padat serta langsung mengenai
persoalan.
e. Laporan harus tepat pada waktunya
Sebagai bahan bagi pimpinan untuk menentukan kebijakan dan pengambilan
keputusan atas suatu masalah, maka ketepatan dan kecepatan waktu penyampaian
menjadi hal sangat penting, agar tindakan korektif atas suatu penyimpangan yang
terjadi dapat diberikan oleh pimpinan secara tepat waktu. Keterlambatan pengambilan
keputusan sering berakibat terkatung-katungnya penyelesaian masalah bahkan
mendapatmenimbulkan masalah baru yang lebih parah.
f. Laporan harus tepat penerimaanya
Pada dasarnya laporan mengandung pengertian komunikasi timbal balik antara yang
meminta laporan dan yang memberi laporan. Sebagai atasan imgin mengetahui
sampai di mana pelaksanaan tugas yang diberikan, sebaliknya bawahan ingin
mendapatkan tanggapan atas laporan yang disampaikan. Untuk menjamin pengertian
tersebut maka laporan harus diyakini telah sampai pada pihak yang seharusnya
menerima laporan. Laporan yang tidak tepat sampai pada penerima laporan akan
da[pat menimbulkan hal-hal negatif seperti: kebocoran rahasia, keterlambatan
penyelesaian masalah, atau penilaian negartif atasan.
Untuk keperluan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
maka sesuai ketentuan kontrak perlu dibuat laporan hasil pekerjaan berupa Laporan
harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, dan Laporan
Akhir. Untuk dapat memberikan informasi yang lengkap, maka ruang lingkup laporan
harus meliputi aspek-aspek teknis, finansial, dan manajemen proyek agar dapat
digunakan sebagai masukan bagi pengendali dan pengawas proyek dalam
pengambilan keputusan dan tindak turun tangan.

 LAPORAN PELAKSANAAN

1. LAPORAN HARIAN
Pelaksana proyek harus membuat buku harian yang mencacat seluruh
rencana dan realisasi kegiatan pekerjaan yang selanjutnya akan dipakai
sebagai bahan penyusunan lapran harian. Laporan harian ini mencakup
informasi harian mengenai semua kelengkapan yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pekerjaan, realisasi kemajuan pekerjaan,
perbandingan antara realisasi pekerjaan terhadap rencana kerja, dan
permasalahan yang ada, yang antara lain terdiri dari:
• Tenaga kerja: tugas, penempatan, dan jumlah;
• Bahan: jenis dan jumlah;
• Peralatan: jenis, kapasitas, jumlah, dan kondisi;
• Perubahan desain, gambar rencana;
• Perintah dan persetujuan untuk melaksanakan pekerjaan;
• Realisasi pekerjaan, termasuk perbandingan dengan rencana
terhadap jenis dan kuantitas pekerjaan terlaksana;
• Cuaca dan kondisi alam yang mempengaruhi pelaksanaan;
• Dokumentasi foto hasil pelaksanaan pekerjaan, yang diambil dari
satu titik tetap untuk satu obyek yang sama;
• Permasalahan yang mempengaruhi produksi pekerjaan.
Dari laporan harian harus dapat diperoleh informasi sebab-sebab
terjadinya keterlambatan pekerjaan.
Sebagai tambahan, laporan harian ini merupakan dasar bagi penyusunan
pelaporan lainnya. Oleh karena itu, suatu laporan harian yang lengkap dan
akurat akan sangat bermanfaat untuk keperluan penyusunan laporan
mingguan.

2. LAPORAN MINGGUAN
Laporan mingguan berupa tabel perhitungan pencapaian kemajuan fisik
pekerjaan (volume dan bobot) setiap mata pembayaran selama satu
minggu dengan memperbandingkan hasil tersebut terhadap Dokumen
Kontrak, rencana kerja dan deviasi, hasil minggu yang lalu, dan kumulatif
pencapaian kemajuan fisik terakhir.
Selain hal tersebut di atas, perlu dicantumkan juga mengenai hasil analisa
atas identifikasi permasalahan yang telah dilakukan, dengan
mengelompokkan permasalahan: personil, material, peralatan, dan metoda
kerja, beserta upaya pemecahan permasalahan yang berupa tindakan nyata
sesuai action plan yang telah ditetapkan dalam rapat mingguan.
Penyusunan laporan mingguan ini sangat dipengaruhi oleh kelengkapan
dan akurasi laporan harian yang bersangkutan serta laporan mingguan
sebelumnya.

3. LAPORAN BULANAN
Laporan bulanan secara umum merupakan rangkuman laporan mingguan
yang berisi hasil kemajuan pekerjaan bulanan. Penyusunan laporan
bulanan ini juga sangat dipengaruhi oleh kelengkapan dan keakurasian
laporan mingguan yang telah disusun sebelumnya.
Secara garis besar, laporan bulanan merupakan rangkuman informasi
mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan bulanan secara teknis,
finansial, dan manajemen, yang antara lain terdiri dari:
• Ringkasan kemajuan pelaksanaan pekerjaan;
• Sketsa kemajuan pelaksanaan pekerjaan;
• Perbandingan realisasi dan rencana kemajuan pelaksanaan
pekerjaan (kurva-S), serta deviasi yang terjadi;
• Sertifikat dan perincian pembayaran bulanan;
• Foto dokumentasi, rangkuman kondisi cuaca harian,
• Review design, CCO, dan perubahan Kontrak (bila ada);
• Rangkuman tentang berbagai permasalahan yang timbul beserta
upaya pemecahannya sesuai dengan hasil penetapan dalam rapat bulanan.
Seyogyanya, hal ini dibuat dalam suatu format yang berisi, antara lain:
o Rencana kerja, realisasi kemajuan pekerjaan, dan deviasi yang
terjadi;
o Permasalahan yang timbul, beserta cara dan tingkat
penyelesaiannya;
o Tindak lanjut penyelesaian permasalahan, yang mencakup
penunjukan penanggung jawab dan batas waktu penyelesaian
permasalahan.

4. TUGAS & TANGGUNG-JAWAB PEMBUAT LAPORAN

Setiap jenis laporan seperti tersebut di atas, kecuali laporan


direksi teknis dan laporan akhir direksi pekerjaan, dibuat dengan
melalui 3 (tiga) tahapan proses sebagai berikut:
 dibuat oleh penyedia jasa,
 diperiksa oleh direksi teknis, dan
 disetujui oleh direksi pekerjaan.
Proses pembuatan laporan direksi teknis lebih sederhana, yaitu:
 dibuat langsung oleh direksi teknis, dan
 diperiksa untuk mendapat persetujuan direksi pekerjaan.
Untuk keperluan distribusi laporan, maka setiap laporan dibuat dalam
jumlah rangkap tertentu, yaitu sebagai berikut:

LAPORAN
URAIAN DIREKSI
HARIAN MINGGUAN BULANAN AKHIR
TEKNIS
Direksi Pekerjaan
Asli Asli Asli Asli Copy-3
(Pengguna Jasa)
Atasan Pengguna Jasa - - Copy-1 Copy-1 Asli
Atasan Langsung
- - Copy-2 Copy-2 Copy-1
Pengguna Jasa
Penyedia Jasa (Kontraktor) Copy-1 Copy-1 Copy-3 - Copy-2
Direksi Teknis (Konsultan
Copy-2 Copy-2 Copy-4 - -
Supervisi)
Jumlah 3 3 5 3 4

5. ARSIP DOKUMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan (direksi


pekerjaan, penyedia jasa, direksi teknis, dan perencana), wajib
menyimpan dan memelihara dokumen pelaksanaan pekerjaan
selama umur rencana konstruksi atau maksimal 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan. Hal ini diperlukan untuk
dapat memenuhi ketentuan-ketentuan dibawah ini:

• UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi:


o Sehubungan dengan kegagalan bangunan, maka
pertanggungjawaban pihak- pihak yang terkait dalam
pelaksanaan konstruksi (pemilik, perencana, pelaksana, dan
pengawas) masih terus berlanjut setelah penyerahan akhir
pekerjaan;
o Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan
tersebut ditentukan sesuai dengan umur rencana konstruksi
dengan paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi.

• PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi:


o Kegagalan bangunan adalah merupakan keadaan dimana
bangunan tidak dapat berfungsi, baik secara keseluruhan
maupun sebagian ditinjau dari sisi teknis, manfaat, keselamatan
dan kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum, sebagai
kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah
penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Kegagalan bangunan
dapat terjadi karena kesalahan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, ataupun pengelolaan; yang selanjutnya menjadi
tanggungjawab masing-masing pihak.
o Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan
harus dinyatakan secara tegas dalam Dokumen Kontrak.

Dokumen pelaksanaan pekerjaan yang harus disimpan oleh direksi


pekerjaan dan diserahkan kepada penyelenggara jembatan, antara
lain terdiri dari:
• Dokumen kontrak, termasuk addendum/amandemen;
• Seluruh laporan pelaksanaan pekerjaan;
• Seluruh korespondensi selama pelaksanaan pekerjaan;
• Berita Acara pembayaran, beserta lampirannya;
• Berita acara dan notulen rapat;
• Foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan (sebelum, sedang,
selesai dikerjakan);
• Gambar terlaksana (as-built drawing);
• Laporan akhir.

Dokumen-dokumen tersebut di atas diperluan untuk kegiatan


penyelenggaraan jembatan dalam hal-hal sebagai berikut:
• Catatan sejarah penanganan jembatan;
• Perencanaan, pemrograman, penganggaran;
 Pemeliharaan; dan
 Pengoperasian.
 RUJUKAN LAPORAN
Pada prinsipnya, pembuatan laporan telah diatur dan harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang tercakup dalam berbagai keputusan sebagai berikut:
o Keppres No. 80/2003: Lampiran I, Bab II.D.2.c mengenai Laporan hasil Pekerjaan;
o Kepmen Kimpraswil No. 257/2004 mengenai Syarat-syarat Umum Kontrak, Bab

IV.A.26 mengenai Laporan Hasil Pekerjaan;


o Kepmen Kimpraswil No. 349/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI Huruf R angka 12 mengenai
Laporan Hasil Pekerjaan
o Kepmen Kimpraswil No. 349/2004, Bab V.R.12 mengenai Laporan Hasil Pekerjaan;

UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi;


o PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; dan
o Syarat Umum Dokumen Kontrak.

 LAPORAN PENGAWASAN
Laporan pengawasan pekerjaan jembatan diperlukan untuk mengendalikan kelancaran
pelaksanaan pekerjaan yang sedang dikerjakan, sehingga didapat hasil kerja yang sesuai
dengan bestek dan persyaratan teknis lainnya serta dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan yang
berlaku.
Pengawasan yang dilakukan menyangkut masalah kuantitas, kualitas, biaya dan waktu
pelaksanaan sehingga terwujudnya bangunan dan kelengkapannya sesuai dengan
dokumen kontrak.
Secara keseluruhan lingkup yang masuk dalam pekerjaan pengawasan proyek adalah
meliputi :
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Penggerakan (Motivating)
d. Pengawasan (Controlling)
Rencana terperinci adalah sebuah dokumen dimana di dalamnya terdapat segala sesuatu
yang direncanakan dari awal termasuk segala usaha yang dilakukan dalam menyelesaikan
proyek.

o LAPORAN YANG DIHASILKAN

Dokumen yang dihasilkan selama proses pengawasan adalah sbb :


1. Program kerja, alokasi tenaga dan konsep pekerjaan pengawasan;
2. Buku Harian Lapangan (BHL) yang memuat kejadian, perintah atau petunjuk
yang penting konsultan pengawas atau direksi yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan, konsekwensi keuangan, keterlambatan penyelesaian dan
tidak terpenuhinya syarat teknis;
3. Laporan Harian Lapangan yang berisikan keterangan tentang tenaga kerja,
bahan- bahan yang datang, diterima atau ditolak, alat-alat, pekerjaan yang
diselesaikan,waktu pekerjaan dan laporan cuaca;
4. Laporan Mingguan, sesuai resume laporan harian yang berisi kemajuan
pekerjaan, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan
yang telah dilakukan;
5. Laporan Bulanan yang merupakan resume laporan mingguan;
6. Berita Acara kemajuan pekerjaan untuk angsuran pembayaran serta dilengkapi
dengan photo visual;
7. Surat Perintah Perubahan Pekerjaan (addendum) dan Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan Tambah/Kurang bilamana terdapat perubahan pekerjaan;
8. Surat Perintah Perubahan Waktu Pelaksanaan (adendum) dan Berita Acara
Perubahan Waktu Pelaksanaan bila terdapat perubahan waktu pelaksanaan
pekerjaan;
9. Gambar Kerja terinci (Shop Drawing), Bar Chart dan S Curve serta Network
Planing yang dibuat sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai;
10. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Pertama (Provisional Hand Over);
11. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan Kedua (Final Hand Over);
12. Laporan Gambar Terlaksana (As Built Drawing).

o LINGKUP KEGIATAN PENGAWASAN

Secara umum lingkup pengawasan suatu proyek konstruksi adalah dalam kegiatan
membandingkan antara rencana dengan realisasi yang meliputi :
1. Pengawasan kualitas pekerjaan konstruksi
2. Pengawasan kesesuaian gambar dengan spesifikasi
3. Pengawasan waktu penyelesaian proyek sesuai dengan yang diharapkan
4. Pengawasan biaya sesuai dengan biaya yang tersedia
5. Melakukan tindakan koreksi atas penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan
berlangsung.
o SASARAN DALAM PENGAWASAN
Untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan diperlukan sumberdaya, dengan demikian
pengawasan yang dilakukan diarahkan pada sumberdaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan bersangkutan yaitu :

1. Bahan
• Pengawasan terhadap mutu bahan, tanggal pengadaan, jumlah bahan yang dibeli
untuk suatu periode tertentu.
• Pengawasan terhadap penggunaan bahan.
2. Tenaga Kerja
• Pengawasan terhadap pengadaan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga tersebut.
• Pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja.

3. Peralatan
• Pengawasan terhadap mobilisasi peralatan, jumlah dan jenis peralatan.
• Pengawasan terhadap penggunaan peralatan, bahan bakar dan hasil kerja.
• Pengawasan terhadap pemeliharaan.
4. Hasil Kerja
• Pengawasan terhadap kemajuan hasil pelaksanaan.
• Pengawasan terhadap mutu hasil pelaksanaan.
5. Metode Kerja
Pengawasan terhadap metoda kerja yang dilakukan di lapangan apakah sesuai dengan
kondisi lapangan yang ada.

o LAPORAN DIREKSI TEKNIS

Laporan ini disusun oleh direksi teknis dan terdiri dari:


• Laporan Harian Direksi Teknis (Engineer Daily Report) dibuat oleh personil inti
(key personel), mulai dari inspector, Engineer (highway, material, bridge, dan
structure), site engineer (Engineer Representative), Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.
Dalam laporan ini dicatat:
1. Hari dan tanggal
2. Keadaan cuaca
3. Aktivitas kegiatan di hari itu, termasuk instruksi-instruksi dan tindakan turun
tangan kepada Kontraktor.
4. Kegiatan pekerjaan kontraktor di lapangan
5. Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
6. Diskusi-diskusi dengan Kontraktor yang dianggap penting.
7. Tamu-tamu resmi yang diinspeksi ke proyek.
8. Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya
9. Jam mulai dan selesainya operasi hari itu dari personil dan peralatan.
10. Kedatangan dan pemindahan peralatan.
11. Kemajuan survei (staking out) dan pekerjaan.

Laporan tugas inspektur lebih detail dari lingkup tugas yang menjadi tanggung
jawabnya laporan pemimpin proyek atau site Engineer merupakan kondisi secara
umum. Semua laporan harian tersebut merupakan arsip permanen pada penyelesaian
proyek.

• Laporan Bulanan diperlukan sebagai dasar pembayaran, terdiri dari rangkuman


data berupa:
 Kemajuan fisik di lapangan, termasuk perbandingan bobot realisasi dan
rencana, serta deviasi yang terjadi;
 Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan;
 Hasil pengujian kualitas pekerjaan;
 Hasil perhitungan kuantitas pekerjaan;
 Permasalahan yang terjadi di lapangan dan penanganan yang telah dilakukan
sesuai hasil penetapan dalam rapat bulanan;
 Kelengkapan dokumen berupa foto dokumentasi, kondisi cuaca, perubahan
Kontrak (bila ada).
• Laporan Triwulan merupakan rangkuman laporan bulanan yang berisi hasil
kemajuan pekerjaan triwulan. Penyusunan laporan triwulan ini sangat dipengaruhi
oleh kelengkapan dan akurasi laporan bulanan yang telah disusun sebelumnya.
 Ringkasan kemajuan pelaksanaan pekerjaan;
 Sketsa kemajuan pelaksanaan pekerjaan;
 Perbandingan realisasi - rencana pelaksanaan (kurva-S);
 Rekapitulasi sertifikat pembayaran bulanan;
 Ringkasan pengendalian mutu pekerjaan;
 Ringkasan perhitungan kuantitas dan pembayaran pekerjaan; dan
 Permasalahan yang terjadi selama triwulan yang bersangkutan dan
penanganan yang telah dilakukan sesuai hasil penetapan dalam rapat bulanan;
• Laporan Akhir merupakan rangkuman seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan
yang telah dicapai sampai dengan serah terima pekerjaan sementara (PHO).
Secara teknis laporan ini terdiri dari:
 Justifikasi teknik/Review Design;
 Rekapitulasi kemajuan pekerjaan;
 Monitoring penggunaan peralatan;
 Kegiatan mata pembayaran utama;
 Rangkuman sertifikat pembayaran bulanan;

 Ringkasan pengendalian mutu;
 Ringkasan kuantitas akhir, yang harus sesuai dengan kuantitas dalam Kontrak;
 Petunjuk pemeliharaan, pengoperasian, dan pemanfaatan;
 Hal-hal khusus tentang pekerjaan perlu penanganan yang berkaitan dengan
kondisi tanah, drainase, dan perkerasan;
 Status perintah perubahan (Change Order) dan adendum kontrak;
 Program masa pemeliharaan;
 Hal ikhwal tentang AMDAL; dan
 Lampiran - lampiran, yang terdiri dari:
o Jadwal pelaksanaan;
o Berita Acara PHO;
o Gambar tipikal;
o Gambar kerja (Shop drawing);
o Gambar terlaksana (As-built drawing);
o Rekapitulasi pekerjaan;
o Daftar lokasi pekerjaan perlu penanganan;
o Dokumentasi photo pada kondisi awal, selama masa pelaksanaan, dan
akhir pekerjaan.
o Laporan Khusus dibuat oleh konsultan dan diserahkan kepada Pemimpin Proyek atas
kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti:
 Persoalan-persoalan penting mengenai kondisi tanah antara lain, longsoran,
erosi karena banjir.
 Perpanjangan waktu pelaksanaan
 Penyimpangan terhadap spesifikasi
 Hal-hal lain yang dianggap perlu.

 LAPORAN AKHIR PROYEK

 Laporan Akhir Proyek disusun oleh direksi pekerjaan berdasarkan Laporan


Akhir direksi teknis, dilengkapi dengan informasi kegiatan yang dilakukan
selama masa pemeliharaan sampai dengan serah terima pekerjaan akhir
(FHO). Tambahan informasi ini antara lain terdiri dari:
 Hasil pemeriksaan terhadap pekerjaan pemeliharaan, dan penyelesaian sisa
 pekerjaan;
 Ringkasan dan perincian perhitungan akhir; dan
 Lampiran tambahan, yang terdiri dari:
 Sertifikat Berakhirnya Masa Pemeliharaan;
 Berita Acara Penyerahan Akhir (FHO);
 Gambar terlaksana (as-built drawing); dan
 Dokumentasi photo pada kondisi awal, selama masa pelaksanaan, dan akhir
pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai