Anda di halaman 1dari 18

MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN PARIWISATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pariwisata dan Akomodasi

Dosen Pengampu :
Karina Rizka Mentari, SST. Par

Disusun oleh :
Daffa Alif Wiridhana NIM 194140314111129
Aisyah Faradiba Bibi NIM 194140314111131
Alma Athaya Wiyangga NIM 194140314111134
Farhan I’zaaz Septiansyah NIM 194140314111139
Rizky Putra Alexander NIM 194140314111147

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PERHOTELAN


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat
tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari
nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu
senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya. Kegiatan pariwisata sendiri juga
memiliki banyak manfaat bagi masyarakat bahkan negara sekalipun. Manfaatnya
dapat dilihat dari berbagai aspek atau segi seperti dari segi ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, nilai pergaulan, ilmu pengetahuan, serta peluang dan kesempatan
kerja. Dalam berwisata sendiri juga tidak bisa terlepas dari motivasi-motivasi wisata
itu sendiri, yang menyebabkan kita terdorong untuk melakukan pariwisata tersebut
ataupun tidak.

Rumusan Masalah

1. Mengapa seseorang tidak melakukan perjalanan wisata?


2. Apa teori – teori mengenai motivasi perjalanan wisata ?
BAB II

PEMBAHASAN

I. TEORI MOTIVASI
Ada beberapa teori tentang motivasi, di antaranya adalah :
1. Teori Hirarki Kebutuhan (Maslow)
Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini menyatakan
bahwa motivasi kerja ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
kerja baik secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi
maupun non-materi. Kebutuhan manusia ini dikategorikan dalam lima
tingkatan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, yaitu sebagai
berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang
berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Apabila kebutuhan ini
sudah terpenuhi maka dapat diikuti oleh pemenuhan kebutuhan lainnya.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai keinginan manusia untuk
mendapatkan kemanan saat bekerja, perasaan aman yang menyangkut
masa depan karyawan.
c. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Manusia adalah makhluk sosial sehingga suka, bahkan butuh untuk
berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari yang lain.
d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Melalui berbagai macam upaya, seseorang ingin dirinya dipandang
penting. Namun kebutuhan akan prestise ini pada dasarnya memiliki
batasan tertentu. Apabila seseorang merasa telah sampai pada tingkat yang
dianggapnya “puncak”, maka persoalannya bukan lagi pada peningkatan
prestise melainkan bagaimana cara mempertahankannya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Pada
hakekatnya kebutuhan ini mendorong orang untuk mampu melakukan apa
yang dia mampu lakukan dalam perwujudan diri yang terbaik.

2. Teori Erg
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer. Teori ini mengungkapkan
adanya tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu :
a. Existence (E) : yaitu kebutuhan untuk bisa hidup dan tetap eksis dengan
kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan.
b. Relatedness (R) : yaitu kebutuhan untuk berhubungan dan mempunyai
relasi dengan orang lain.
c. Growth (G) : yaitu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki
suatu kreativitas dan produktivitas terhadap diri sendiri dan lingkungan,
hal ini berguna dalam proses pertumbuhan seseorang.

3. Teori Kebutuhan McCleland


Teori ini juga disebut sebagai Teori Motivasi Prestasi, teori ini dicetuskan
oleh David McCleland. Teori ini menekankan bahwa kebutuhan seseorang
terbentuk melalui proses belajar dan diperoleh dalam interaksinya dengan
lingkungan.

4. Teori Dua Faktor


Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg yang menjelaskan 2 faktor
motivasi, yaitu :
a. Faktor Higienis : yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan ataupun
mencegah ketidak puasan. Faktor ini meliputi gaji, kondisi kerja, status,
dan lainnya.
b. Faktor Motivasi : yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan
atau sifat-sifat pekerjaan tersebut yang membawa pada pengembangan
sikap positif dan merupakan pendorong pribadi. Faktor ini meliputi
tanggung jawab, prestasi, tantangan pekerjaan, penghargaan, upaya
karyawan, pengembangan potensi, dan lainnya.

5. Teori Harapan/ Ekspentasi


Pencetus teori ini adalah Victor Vroom. Teori ini mengungkapkan bahwa
motivasi dapat muncul apabila seseorang mempunyai harapan atas apa yang
dikerjakannya. Dan saat mereka berupaya untuk mencapai pengharapan
tersebut, mereka yakin dan melakukan hal-hal tertentu guna mencapai apa
yang diharapkannya.

6. Teori X dan Y (Mc. Gregor)


Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc.Gregor. Douglas membedakan 2 tipe
pekerja, yaitu tipe X dan tipe Y. Tipe X adalah para karyawan yang rata-rata
malas bekerja, tidak mau bekerja sama, karyawan tidak mempunyai ambisi
untuk mencapai prestasi, dan terkadang lebih mementingkan dirinya sendiri.
Sedangkan Tipe Y adalah karyawan yang enerjik, mempunyai semagat kerja,
berorientasi kepada perkembangan, dan tertarik untuk menjadi lebih
produktif.

7. Teori Motivasi Klasik


Teori ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan bahwa
karyawan hanya termotivasi pada uang semata. Konsep ini menyatakan bahwa
seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa
terlalu sedikit atau tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
II. DETERMINAN WISATAWAN DALAM MELAKUKAN PERJALANAN
WISATA
Pengertian determinan dan motivasi.
Yang dimaksud dengan determinasi dalam perjalanan wisata adalah faktor yang
memungkinkan seseorang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat atau
daerah di luar tempat tinggalnya. Faktor adanya cukup biaya, adanya waktu yang
tersedia, dan faktor lainnya adalah merupakan determinan yang kuat untuk bisa
melakukan perjalanan wisata. Perjalanan wisata ini harus pula didorong oleh
adanya motivasi yaitu mengapa seseorang berwisata. Dengan kat lain motivasi
adalah sebab mengapa ingin mengunjungi tempat lain untuk tujuan tertentu antara
lain untuk berlibur, berobat, dan lain – lain.
A. Pengaruh faktor sosial ekonomi.
Di negara – negara maju seperti Amerika Utara, eropa Barat, Jepang, dan
Australia keinginan penduduk untuk berwisata sangat besar. Negara – negara
inilah yang merupakan pusat asal para wisatawan yang terbanyak di dunia
(main generating countries).
Ciri - ciri negara maju antara lain :
1. Jumlah simpanan yang besar dari penduduknya.
2. Berkurangnya jam kerja dan hak cuti yang dibayar makin panjang.
Jam kerja di negara – negara yang sudah maju adalah berkisar 40 jam
seminggu. Malahan ada 35 jam dan hal ini memberi kesempatan untuk
berwisata. Demikian pula cuti bagi mereka yang bekerja di sektor swasta
tetap dibayar.
3. Prosentase pemilihan kendaraan bermotor makin besar.
Pemilihan kendaraan bermotor bagi keluarga dapat mencerminkan
standar hidup penduduk yang lebih tinggi. Dengan kendaran bermotor
sendiri maka kemudian lebih terjamin untuk melakukan perjalanan
wisata dengan keluarga.

B. Pengaruh Faktor Demografi.


Yang dimaksud dengan demografi adalah hal – hal yang berhubungtua
dengan kependudukan seperti : umur, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan
konsentrasi penduduk di suatu daerah. Semua faktor ini dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan perjalanan wisata, contoh :
1. Umur.
Umur juga bisa mempengaruhi seseorang dalam berpariwisata. Semakin
tua umur seseorang tenaganya semakin berkurang, begitujuga dalam
pemilihan destinasi wisata yang dituju. Jika anak muda mereka akan
lebih memilih destinasi wisata yamg menantang dan seru seperti
mendaki ke gunung, dll. Sedangkan untuk para orang tua akan lebih
memilih destinasi wisata yang rileks dan santai seperti jalan jalan dll.
Untuk perjalanan wisata pun juga begitu, anak muda akan lebih memilih
melakukan perjalanan wisata secara bergrup dan menggunakan
kendaraan pribadi. Sedangkan untuk orang tua lebih sering menggunakan
kendaraan umum karena umur mereka yang tua sehingga mudah lelah.

2. Agen Perjalanan dan Biro Perjalanan umum

Agen Perjalanan berfungsi menjual jasa perusahaan penyedia jasa utama


seperti ; usaha penerbangan, perhotelan, restoran, dan usaha jasa lainnya.
Sedangkan biro Perjalanan umum berfungsi menyiapkan paket wisata
yang terdiri dari komponen – komponen jasa dalam satu kesatuan seperti
jasa angkutan, akomodasi, makanan, perjalanan wisata, dan lain – lain
dengan satu kesatuan harga turut pula membantu kelancaran orang yang
ingin berwisata.

3. Promosi Pariwisata
Promosi pariwisata dilakukan seiring dengan perkembangan media
komunikasi yang ada yang sudah semakin modern seperti TV, satelit,
dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan penjual jasa seperti agen
perjalanan, usaha akomodasi, restoran, dan lin – lain turut membantu
dalam perkembangan perjalanan wisata ke suatu tempat atau daerah lain.

4. Motivasi Wisatawan
Motivasi menyebabkan seseorang menyusun suatu tujuan atau mencapai
gerak yang yang dapat memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini,
kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dapat memotivasi seseorang
untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata ke tempat atau daerah lain.

C. Jenis – Jenis Motivasi Pariwisata


Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua jenis motif
wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian apakah semua jenis motif wisata telah
atau dapat diketahui. Tidak ada kepastian bahwa apa yang dapat diduga dapat
menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian – penelitian motivasi
wisata. Pada hakekatnya motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata
tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Mc. Intosh mengklasifikasikan motif –
motif wisata dapat dibagai menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Motif Fisik
Yaitu motif – motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah,
seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.

2. Motif Budaya.
Yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat budaya itu motif
wisatawan, bukan atraksinya. Atraksinya dapat berupa pemandangan
alam, flora dan fauna, meskipun wisatawan dengan motif budaya itu
sering datang di tempat wisata untuk mempelajari atau sekedar untuk
mengenal atau memahami tata caradan kebudayaan bangsa atau daerah
lain: kebiasaanya, kehidupannya sehari – hari, kebudayaannya yang
berupa bangunan, musik, tarian, dan sebagainya.
3. Motif Interpersonal
Yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga,
teman, tetangga, atau berkenalan dengan orang – orang tertentu, berjumpa
dengan teman – teman terkenal : penyanyi, penari, bintang film, tokoh
politik dan sebaginya.

4. Motif Status atau Motif Prestise.


Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi
tempat lain dengan sendirinya merasa lebih dari orang yang tidak pernah
bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah – daerah lain
dianggap atau merasa gengsinya atau statusnya naik.

Klasifikasi Mc. Intosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi


kelompok motif yang lebih kecil. Motif – motif yang lebih kecil itu oleh
IUOTO digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Dibawah ini
tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatawan yang sering
disebut – sebut.

1. Motif Bersenang – Senang atau Tamasya.


Motif bersenang – senang atau tamasya yang melahirkan tipe wisata
tamasya (pleasure tourism). Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan
pengalaman sebanyak – banyaknya dan mendengar serta menikmati apa
saja yang menarik perhatian mereka. Wisatawan tamasya berpindah –
pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menikmati pemandangan
alam, adat kebiasaan setempat, hiruk pikuk kota besar, atau ketenangan
tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah, dan sebaginya.
Wisatawan tipe ini susah dibedakan denga tipe wisatawan tipe berikutnya.

2. Motif Rekreasi
Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi (recreation tourism). Rekreasi
adalah kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk
memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan –
kegiatannya dapat berupa olahraga, embaca,mengerjakan hobi, dan
sebaginya; juga dapat didisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk
menikmati keadaan sekitar tempat menginap(sightseeing) atau dengan
bersantai – santai menikmati hari libur. Di negara – negara industri maju
darimana wisatawan berasal, motif rekreasi itu penting sekali. Juga tipe
wisatawan tamasya atau lainnya, sebenatnya sering mengadakan
perjalanan untuk rekreasi. Bedanya ialah wisatawan rekreasi itu biasanya
menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedangkan awisatawa
tamasya berpindah – pindah tempat.

3. Motif Kebudayaan
Dalam tipe wisata kebudayaan (culture tourism) orang tidak hanya
mengunjungi suatu tempat dan menikmati atraksi yang ada, akan tetatpi
lebih dari itu. Ia mungkin datangg untuk mempelajari atau mengadakan
penelitian tentang keadaan setempat. Seniman – seniman sering
mengadakan perjalanan untuk memperkaya diri, menambah pengalaman,
dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Jelaslah bahwa atraksi
wisata tidak selalu berupa kebudayaan, tetapi dapat juga berupa keindahan
alam, seniman, atau guru yang terkenal untuk mengadakan wawancara,
bertukarpikiran, dan sebagainya. Dalam wisata budaya ini juga termasuk
kunjungan wisatawan ke berbagai daerah khusus (special events) seperti
upacara agama, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukkan
rombongan kesenian yang terkenal, dan sebagainya.

4. Wisata Olahraga
Wisata olahraga ialah pariwisata dimana wisatawan mengadakan
perjalanan wisata karena motif olehraga. Olahraga dewasa ini merata di
kalangan rakyat dan tersebar di seluruh dunia dengan berbagai macam
organisasi baik bersifat nasional maupun internasional. Yang menjadi
wisatawan dalam hal ini tidak untuk menyaksikan olahraga tetapi
melakukan kegiatan olahraga itu sendiri. Wisatawan olahragawan
biasanya tinggal agak lama di satu tempat dan mengisi waktu
senggangnya dengan kegiatan – kegiatan sosial, makan malam bersama,
dansa bersama, berjudi, dan lain sebagainya.

5. Wisata Bisnis
Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi
antara orang – orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, pertemuan –
pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang, dan lain sebaginya. Kalau pekan
raya perdanganan, pameran bisnis, dan sebagainya diselenggarakan
dengan baik dan berhasil, arus kedatangan wisatawan akan terus terasa
dalam waktu yang lama dalam waktu lama. Kontak yang terjadi dalam
hubungan ini dapat berkembang menjadi hubungan bisnis yang mantap.

6. Wisata Konvensi
Banyak pertemuan – pertemuan nasional dan Internsional yang
memebicarakan bermacam – macam masalah : kelaparan dunia,
pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekedar untuk
pertemuan tahunan dengan antar ahli – ahli di bidang tertentu, dan
sebagainya. Perjalanan yang timbul karenanya pada umumnya disebut
wisata konvensi. Sedangkan kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan
untuk mengadakan sudtu konfrensi disebut wisata konfrensi (Confrence
Tourism). Kalau konfrensi diadakan oleh ahli – ahli seprofesi, perjalanan
wisata yang timbul juga disebut wisata profesi (Profession Tourism).
Dalam hal ini ada kecendrungan untuk membuat wisata profesi yang
berupa seminar, simposium, lokakarya dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan sebagai suatu usaha bisnis. Penyelenggarannya
tidak saja bersifat insidentil, akan tetapi secara terencana dan dijadwalkan
mengingat waktu para ahli yang bersangkutan.
7. Motif Spiritual.
Motif spiritual dan wisata spiritual (Spiritual Tourism) merupakan salah
satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mnegadakan perjalanan wisata
untuk bisnis, rekreasi, tamasya, olahraga dan sebaginya, orang sudah
melakukan perjalanan untuk berziarah dan untuk kepentinga keagamaan.
Tempat – tempat ziarah seperti Palestina, Roma, Mekah, dan Madinah
merupakan tempat – tempat tujuan perjalanan wisata. Di Indonesia banyak
kita jumpai tempat – tempat untuk kunjungan ziarah seperti Makam Sunan
Gunung Jati di Cirebon, Makam Sunan Bonang di Tuban, Sunan Giri di
Gresik, Sunan ampel di Surabaya, dan makam Bung Karno di Blitar yang
diresmikan Presiden Soeharto Tanggal 21 Juni 1979. Pada tahun 1984
Makam Bung Karno ini dikunjungi oleh 5.286.297 orang peziarah, dengan
yang berarti kunjungan rata – rata sehari lebih dari 3000 orang sehari.
Sebagai bagian dari wisata spiritual, maka wisata ke makam merupakan
tipe tersendiri yaitu wisata ziarah.

8. Motif Interpersonal
Yaitu mengadakan perjalanan dengan tujuan untuk bertemu dengan orang
lain. Dengan kata lain orang dapat menarik seseorang untuk mengdakan
perjalanan atau manusiapun merupakan salah satu atraksi wisata. Banyak
tepat – tepat wisata yang menarik disebabkan karena atraksi manusianya,
khususnya karena gadis – gadisnya. Dalam tahun 1983 di Filipina kamum
wanita beberapa kali mengadakan demonstrasi memprotes adanya
pariwisata seks di tempat – tempat tertentu. Protes ini disusul oleh protes
dan demonstrasi semaccam yang ditujukan kepada perusahaan –
perusahaan yang mengatur pariwisata semacam itu.
Pada umumnya yang menarik orang untuk mengadakan perjalanan adalah
orang – orang tertentu atau istimewa karena : kedudukannya,
pengaruhnya, keseniannya, kepandaiannya, dan prestasinya dalam satu
bidang tertentu seperti bidang olahraga, dan lain – lain.

9. Motif Kesehatan.
Wisata kesehatan (Health Tourism) pada jaman dulu merupakan tipe
wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan – kegiatan yang
berhubungan dengan pariwisata di tempat – tempat sumber air mineral
(spa) yang dianggap memiliki khasiat untk menyembuhkan penyakit.
Daya Terpeutik yang yang dianggap terdapat dalam air mineral semacam
ini dapat diperoleh dengan mudah, murah, dan manjur dibandingkan
dengan beberapa jenis obat yang tersedia. Sekarang bentuk – bentuk
wisata kesehatan sudah berkembang dengan sendirinya. Orang – orang
melakukan kegiatan wisata kesehatan ini dengan tujuan untuk check up
kesehatan ke negara – negara lain yang lebih modern, sehingga perjalanan
inipun dikatakan sebagai wisata kesehatan (Health Tourism). Di samping
itu spa kini berkembang menjadi pusat kebugaran jasmani yang
diselaraskan secara ekologis dengan alam yang sehat.

10. Wisata Sosial


Tipe wisata sosial (social tourism) itu bukan wisata yang berdasarkan
motif sosial. Motif wisata sosial diasanya adalah tamasya dan bersenang –
senang, atau sekedar mengisi liburan. Akan tetepai perjalanannya
dilaksanakan dengan bantuan pihak – pihak tertentu yang diberikan secara
sosial. Bantuan ini dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti
penanggrahan, wisma peristirahatan, hotel remaja (youth hostel) dan
sebagainya yang bertarif rendah. Misalnya wisata sosial buruh pabrik
untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan berupa
angkutan, makan, dan wisma peristirahatan. Jenis wisata sosial yang
penting dan mendapat perhatian penuh dari segi pendidikan adalah wisata
remaja. Dalam wisata remaja, bantuan yang diberikan itu berupa
penginapan murah dan khusus, dengan pengawasan agar perjalanan yang
dilakukan para remaja dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya sebagai
sarana pendidikan mereka. Pariwisata sosial ini mempunyai organisasi
Internasioanl tersendiri yaitu Bureau de Tourisme Social yang
berkedudukan di Swiss.

III. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG WISATAWAN UNTUK TIDAK


BERWISATA
Faktor pendorong wisatawan untuk tidak berwisata terdiri dari dua aspek yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal :
1. Ekonomi
Penyebab paling umum orang tidak melakukan perjalanan wisata adalah
faktor ekonomi. Dikarenakan tidak adanya budget yang mencukupi,
menjadikan orang-orang mengurungkan niatnya untuk melakukan perjalanan
wisata.

2. Tidak percaya diri


Malu ketika berinteraksi dengan orang-orang baru, bertanya, berdekatan,
meminta tolong dll. Hal inilah yang menjadikan ketidakpercayadirian
seseorang juga bisa menjadi penyebab seseorang tidak melakukan perjalanan
wisata.

3. Memiliki trauma
Memiliki trauma masa lalu yang berhubungan dengan perjalanan atau
kegiatan wisata, bisa menjadikan seseorang untuk takut dalam melakukan
perjalanan atau kegiatan wisata.
4. Terlalu nyaman dengan dunianya sendiri/antisosial
Orang tersebut sudah terlalu nyaman dengan dunianya sendiri, dalam arti
menurutnya kegiatan sehari-hari yang dilakukannya sendiri sudah cukup
membuatnya bahagia dan puas, sehingga tidak perlu melakukan perjalanan
wisata ataupun beranjak dari tempat tinggalnya.

5. Memiliki penyakit atau phobia tertentu


Berbagai penyakit dan phobia tertentu juga bisa menjadi penyebab seseorang
tidak melakukan perjalanan wisata. Misalnya seseorang yang memiliki phobia
di keramaian atau memiliki penyakit tertentu seperti lumpuh dll

Faktor Eksternal :

1. Konflik
Adanya konflik yang sedang memanas menyebabkan seseorang
mengurungkan niatnya untuk keluar rumah apalagi berwisata. Mereka lebih
mengedepankan keselamatan terlebih dahulu dan menunggu sampai situasi
telah kondusif dan memungkinkan untuk melakukan kegiatan berwisata.
2. Adanya rumor
Adanya rumor mengenai destinasi wisata yang dituju menjadikan seseorang
kehilangan niatnya untuk melakukan perjalanan wisata.
3. Tidak adanya infrastruktur yang memadai dari pemerintah
Pemerintah tidak menyediakan fasilitas umum untuk berpergian untuk
masyarakat dengan golongan ekonomi menengah kebawah.
4. Tidak adanya audit dari pemerintah
Tidak adanya audit dari pemerintah menyebabkan ketidakjelasan bagi para
wisatawan mengenani keselamatan, kenyamanan, keamanan, kebersihan,
pelayanan dan manejemen dari lokasi wisata tersebut hal tersebut
menyebabkan urungnya niat untuk berwisata.
5. Faktor alam
Seprti cuaca yang tidak kondusif atau terjadi bencana alam di daerah wisata
dan sekitarnya menjadikan seseorang untuk mengurungkan niatnya dalam
berwisata dan lebih mementingkan keselamatannya, karena ditakutkan terjadi
hal yang tidak-tidak ketika melakukan perjalanan wisata atau ketika kegiatan
wisata.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya perjalanan atau kegiatan pariwisata seseorang selalu didasari
oleh motivasi-motivasi tertentu, mulai dari faktor eksternal maupun internal.
Akan tetapi tidak semua orang terdorong untuk selalu melakukan perjalanan
wisata dihidupnya. Ada beberapa aspek dan penyebab seseorang
mengurungkan niatnya dalam melakukan perjalanan wisata tersebut.

Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/pp2u2q5/E-FAKTOR-FAKTOR-
PENDORONG-WISATAWAN-UNTUK-BERWISATA-Faktor-faktor-
pendorong/
https://online-journal.unja.ac.id/index.php/JSSH/article/view/3719
http://madebayu.blogspot.com/2010/02/determinan-dan-motivasi-
perjalanan.html
http://tugaspariwisata.blogspot.com/2010/06/motivasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai