Anda di halaman 1dari 38

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN

ANALISA KERUSAKAN PATAHNYA SUDU BLADE HIGH PRESURE


TURBIN DI PLTU BANJARSARI 2 X 135 MW

PROPOSAL SKRIPSI

Indra Febriyanto
20151070

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK MESIN
JAKARTA, 20 MARET 2020

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Mengajukan proposal skripsi dengan judul :

“ ANALISA KERUSAKAN PATAHNYA SUDU BLADE HIGH PRESSURE


TURNIN DI PLTU BANJARSARI 2 X 135 MW“
Identitas Peneliti
a. Nama Mahasiswa : Indra Febriyanto
b. NIM : 2015 – 12 – 070
c. Program Studi : S1 Teknik Mesin
d. No. HP : 085213389481
e. E-Mail : febri.indra68.if@gmail.com
Jangka Waktu Penelitian
a. Mulai Tanggal : 17 Februari 2020
b. Selesai Tanggal : 17 Mei 2020
Lokasi Penelitian : PT BUKIT PEMBANGKIT INNOVATIVE
Nama Instansi Mitra IT PLN :-
Alamat : Jl. Lintas Tengah Sumatera, Desa Prabu
Menang, Kec. Merapi Timur, Kab. Lahat,
Sumatera Selatan
Nama Dosen Pembimbing : Eko Sulistyo, ST, M.Si.

Jakarta, 17 April 2020

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa

(Eko Sulistyo, S.T, M.Si) (Indra Febriyanto)

Menyetujui,
Kepala Program Studi Sarjana Teknik Mesin

(Roswati Nurhasanah, S.T, M.T)

DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Siding Proposal......................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................................
Daftar Table .............................................................................................................................
Daftar Gambar ........................................................................................................................
Daftar Lampiran.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................


1.2 Permasalahan Penelitian ............................................................................................
1.2.1 Identifikasi Masalah ...........................................................................................
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................................
1.2.3 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian.....................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Turbin Uap....................................................................................................................


2.1.1 Komponen-Komponen Turbin Uap ...................................................................
2.1.2 Prinsip Kerja Turbin Uap ...................................................................................
2.1.3 Jenis-Jenis Turbin Uap ......................................................................................
2.2 Tinjauan Pustaka.......................................................................................................
2.2.1 Material Teknik ................................................................................................
2.2.2 Material Baja.....................................................................................................
2.2.3 Komposisi Baja.................................................................................................
2.2.4 Perubahan Fasa Dalam Baja...........................................................................
2.2.5 Terjadinya kegagalann material.......................................................................
2.2.6 Lerusakan Akibat Kelelahan (Fantique) ..........................................................
2.2.7 Kerusakan Mulur ..............................................................................................
2.2.8 Kerusakan Akibat Coran...................................................................................
2.2.9 Kerusakan Akibat Pengelasan........................................................
2.2.10 Kerusakan Akibat
Korosi..................................................................
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Perencangan Penelitian.....................................................................................................


3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah..........................................................
3.1.2 Teknik Pegumpulan Data....................................................................
3.1.2.1 Metode Pengumpulan Primer............................................................
3.1.2.2 Metode Pengumpulan Sekunder.......................................................
3.1.3 Pengujian...........................................................................................
3.1.3.1 Pebngamatan Visual..........................................................................
3.1.3.2 Pengujian SEM ( Sceampling Electromicroscop)...............................
3.1.3.3 Pengujian Komposisi Kimia ...............................................................
3.1.3.4 Teknik Pengolahan Data ...................................................................
3.2 Analisa Data.....................................................................................................
3.2 Teknik Analisis...................................................................................................................
3.3 Jadwal Penelitian.............................................................................................

Daftar Gambar
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

PLTU merupakan salah satu jenis pembangkit yang menggunakan batu


bara sebagai sumber energi primer, penggunaan batubara sebagai bahan
bakar PLTU di indonesia termasuk yang paling besar selain bahan bakar
minyak, gas, panas bumi dan lainnya karena di indonesia masih memiliki
cadangan batubara yang melimpah terutama di kalimantan dan sumatera
khususnya di bukit asam sebagai sumber energi sebagai bahan bakar di pltu,
pada umumnya pltu (pusat listrik tenaga uap) di indonesia dibangun di daerah
pesisir atau dekat dengan lautan agar memudahkan dalam hal pengangkutan,
akan tetapi ada juga PLTU ada yang dibangun di daratan yang jauh dari pesisir
atau laut karena dekat dengan sumber utama bahan bakar batu bara atau yang
lebih dikenal dengan PLTU mulut tambang, PLTU jenis ini dapat kita temukan di
daerah sentra penghasil batu bara khususnya di sumatera selatan, seperti
PLTU Banjarsari 2 X 135 MW yang berlokasi tidak jauh dari tambang PT. Bukit
Asam Tbk yang mana bahan bakar batubara yang diperoleh menggunakan
batubara yang berasal dari lokasi tambang untuk dimanfaatkan termal dari
pembakaran di dalam boiler yang menghsilkan uap, uap yang dihasilkan
berasal dari air sungai yang diolah water treatment plant (WTP) untuk
menjernihkan air agar air yang digunakan tidak mempengaruhi turbin yang
kemudian air dari WTP dipanaskan di boiler untuk menghasilkan uap, di dalam
boiler terjadi perubahan fasa air yang semula cair manjadi fasa uap untuk
memutarkan sudu turbin.
PLTU Banjarsari 2 X 135 MW merupakan pembangkit yang berlokasi di
desa prabu menang, merapi timur, kabupaten lahat, sumatera selatan, PLTU
banjarsari terhubung dengan interkoneksi 150 kv gardu induk lahat untuk
kemudian masuk ke sistem interkoneksi sumatera bagian selatan yang meliputi
jambi, sumatera selatan, lampung dan bengkulu, kebutuhan listrik terutama di
pulau sumatera berasal dari berbagai jenis pembangkit listrik, yaitu PLTU,
PLTA, PLTGU dan PLTMG sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki. Pada
pembahasan ini, kita akan membahas mengenai patahnya turbin yang terjadi
pada unit 1 stage 9, penyebab terjadinya patahan turbin ini bisa diakibatkan
oleh kandungan air dan deposit yang masuk ke boiler, air yang belum
sepenuhnya diolah di water treatment plant (WTP) dapat menyebabkan
terjadinya kotor pada turbin dan hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi
turbin tersebut.
Korosi turbin yang disertai retak dan patahnya blade turbin ditemukan pada
LP Turbin (low pressure turbine) unit 1 diakibatkan oleh deposit terutama akibat
dari kualitas air sungai yang dipanaskan oleh boiler, berbagai wujud pantogen,
karat dan silika. Pengolahan di water treatment plant (WTP) yang buruk dapat
menyebabkan kotornya permukaan turbin yang berujung pada keroposnya
turbin hingga terjadinya patahnya blade turbin disebabkan oleh steamatau uap
yang membawa zat berbentuk silika kompleks dan beragam zat kontamina
tertempel pada turbin dan air yang telah terkontaminasi oleh zat kontamina
tertentu berupa uap dahi hasil berubahnya fas cair menjadi uap yang mana uap
steam masih terkandung butiran air dapat mempengaruhi turbin untuk korosi
serta dapat menyebabkan terjadinya retakan retakan pada turbin.
Tujuan dari penyusunan laporan berupa makalah ini yaitu untuk
mengetahui penyebab dari patahnya blade turbin High pressure turbine stage 9
unit 1, selanjutnya hasil yang digunakan sebagai bahan evaluasi agar kejadian
tersebut kedepannya tidak terulang kembali.

Gambar 1.1 Turbine yang akan dilakukan analisa kerusakan

Putaran turbin yang dihasilkan berasal dari air yang dipanaskan boiler
dari fasa cair menjadi fasa uap, pada PLTU Banjarsari 2 X 135 MW bahan baku
air berasal dari sungai lematang yang dipompa menuju water treatment plant
(WTP) untuk diolah dengan foagulan dan koagulan untuk menggumpalkan
kotoran dan air, kemudian aliran air tersebut dibuang kadar oksigen dan mineral
dengan aerator, kadar oksigen pada air boiler tidak baik bagi keberangsungan
operasi pltu. Hal tersebut dapat berakibat terjadinya korosi hingga rusaknya
turbin yang berakibat pada terganggunya operasional pembangkit.

1.2 Permasalahan Penelitian


1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang didapatkan penulis pada penelitian yang
dilakukan, maka peneliti akan mengidentifikasi masalah yang diakibatkan oleh ;
1. Patahnya blade turbin yang diakibatkan over heating pada high
pressure turbin stage 9
2. Meningkatnya kinerja turbin secara terus menerus dan pengaruh
dari segi operasional turbin terhadap trip yang terjadi saat
overhaul
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari judul dan terlalu luas dari
pembahasan utama, maka penulis hanya akan membahas ;
a. Mengenai penyebab patahnya blade turbin stage sembilan unit 1
PLTU Banjarsari
b. Cara peneliti untuk melakukan analisa dan penelitian agar penyebab
patahnya blade turbin stage sembilan dapat diketahui akibatnya
c. Penggunaan batu-bara sebagai bahan bakar utama dan solar high
speed diesel untuk awal mula pengoperasian

1.2.3 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah di lapangan yang harus kita tentukan,
maka dapat dirumuskan beberapa hal, yaitu :
1. Bentuk kerusakan yang terjadi akan seperti apa pada blade
turbin stage 9 PLTU Banjarsari?
2. Apakah dapat Mengetahui faktor penyebab terjadinya
kerusakan pada sudu turbin stage 9 PLTU Banjarsari?
3. Apakah dampak yang terjadi akibat terjadinya kerusakan pada
sudu turbin stage 9 PLTU Banjasari ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun beberapa tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu :
1. Mengetahui jenis kerusakan yang dialami material sudu turbin
stage 9 pada unit 1 PLTU Banjarsari 2 X 135 MW
2. Mengetahui faktor penyebab pada sudu turbin stage 9 unit 1
PLTU Banjarsari
3. Dampak yang terjadi akibat kerusakan sudu turbin stage 9 unit 1
PLTU Banjarsari
4. Dapat dijadikan bahan evaluasi dalam pengoperasian PLTU
Banjarsari agar dapat dilakukan mitigasi untuk mencegah
terjadinya kerusakan yang parah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Turbin Uap
Turbine uap (Steam Turbine) adalah mesin mekanik atau penggerak
mula yang berfungsi untuk mengkonversi energi potensial uap, menjadi energi
kinetik dalam bentuk putaran pada poros turbine. Poros turbin langsung atau
dengan bantuan elemen lain, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakan.
Turbin uap yang baik akan mempengaruhi komponen yang ada pada turbin
tersebut, kerusakan turbin bisa dipengaruhi oleh korosi, deposit, dan erosi yang
menjadi penyebab rusaknya turbin uap, dampak kerusakan pada turbin dapat
menyebabkan penurunan kapasitas daya pada pembangkit tersebut sehingga
kinerja pembangkit tersebut menjadi terhambat. Pada dasarnya siklus yang
dkgunakan PLTU yakni menggunakan siklus rankine dengan putara turbin
untuk memutarkan generator yang akan menghasilkan daya, dalam
pengoperasiannya turbin uap
Gambar 2.1 siklus rankine, salah satu siklus yang digunakan pada PLTU

Korosi yang diakibatkan dari deposit terutama dapat diakibatkan oleh


kualitas air sungai yang dipanaskan oleh boiler, berbagai wujud pantogen dan
kotoran yang masuk ke dalam turbin dapat menyebabkan kotornya permukaan
turbin yang dibawakan oleh uap yang berbentuk silika kompleks dan berbagai
pantogen dapat menempel pada turbin dan air yang telah berubah fasa dapat
mempengaruhi turbin untuk korosi serta dapat menyebabkan terjadinya retakan
retakan pada turbin, sebenarnya saat pengecekan kualitas air di wtp, harus
memperhatikan kadar air yang terkandung agar saat pengoperasian nanti bisa
berjalan dengan optimal, dibandingkan dengan jenis pembangkit lainnya, PLTU
dibandingkan dengan jenis pembangkit lainnya memiliki berbagai kelebihan,
diantaranya
 komponen Dari segi harga batu bara terbilang murah
 Dapat diandalkan
 Berlimpah, jumlah cadangan batubara di dunia masih sangat
melimpah
 Mudah terbakar, sehingga mudah untuk menghasilka energi
 Load factor atau baban yang dihasilkan tinggi
 Indonesia merupakan negara penghasil batubara terbesar di
indonesia, sehingga tidak perlu mengimpor batu bara

2.1.1 Komponen-Komponen Utama Turbin PLTU

Gambar 2.2 Komponen Turbin uap


Adapun bagian utama komponen yang ada di pltu, yaitu ;
1. Casing
2. Pipa pancar (Nozzle)
3. Curtis stage
4. Sudu Diam (Static Blade)
5. Sudu gerak (Moving Blade)
6. Poros/shaft
7. Labirynth
8. Bantalan (Bearing)
9. Coupling
10. Governing valve
11. System minyak pelumas
12. Turning gear

1.Casing
Casing turbine merupakan rumah turbine yang membentuk ruangan
disekeliling rotor, sehingga memungkinkan uap untuk mengalir melintasi sudu-
sudu turbine. Casing turbine juga sekaligus sebagai tempat dudukan
pemasangan sudu-sudu diam turbine, labirynth, governing valve, dan pipa
pancar. Pada turbine tekanan rendah, umumnnya memeiliki casing lapisan
tunggal (single shell) sedangkan pada turbine tekanan tinggi, bisa tersusun atas
dua lapisan (doubel shell).

Gambar 2.3 Casing

2.Pipa Pancar (Nozzle)


Uap yang dialirkan ke turbine uap setelah melewati Governing Valve
akan masuk ke pipa-pipa pancar (nozzel). Fungsi pipa-pipa pancar ini adalah
untuk meningkatkan kecepatan (velocity) sekaligus mengarahkan aliran uap ke-
sudu-sudu Custis Stage atau Regulating Stage turbine. Sehingga dapat
diperoleh energy kinetik yang cukup besar untuk memutar sudu-sudu turbine.
3.Curtis stage
Curtis stage memiliki dua baris sudu-sudu gerak paralel yang terpasang
pada sebuah piringan. Dan di atara kedua sudu tersubut dipasang satu baris
sudu diam untuk mengarahkan aliran uap yang keluar dari baris sudu pertama
ke baris sudu kedua. Tahap ini merupakan tahap impuls dan ekspansi thermal
hanya terjadi pada baris sudu pertama.

4.Sudu Diam (Static Blade)


Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan aliran uap dari tingkatan sudu
sebelumnya ke permukaan sudu gerak tingkat berikutnya. Untuk tingkatan
turbine sisi tekanan tinggi (HP Stage), sudu diam ini di rancang agar aliran uap
seminimal mungkin mengalami penurunan tekanan maupun perubahan
kecepatan.

5.Sudu gerak (Moving Blade)


Sudu gerak merupakan sudu yang bergerak bersama rotor yang
melingkari rotor, berfungsi untuk mengkonversi energi potensial uap menjadi
energi kinetik dalam bentuk putaran. putaran sudu gerak memiliki pengaruh
yang besarterhadap putaran turbin karena uap dalam turbin akan menabrak
sudu sudu-turbin untuk mengubah energi gerak mejadi energi putar.

6.Poros (Shaft)
Poros merupakan bagian turbine yang berputar, yaitu tempat
dipasangnya sudu-sudu gerak turbine, penyeimbang putaran tutbin, pompa
minyak pelumas utama (main oil pump) dan kopel ke poros generator.
Sepanjang poros dibuat alur-alur melingkat yang boiasa disebut root sebagai
tempat dudukan, sudu-sudu gerak moving blade).

7.Labyrint
labyrinth adalah salah satu bentuk mechanical seal yang meembentuk
lintasan berliku, berfungsi sebagai penyekat uap agar tidak terjadi kebocoran di
sela-sela atau celah poros turbine pada tiap tingkatan sudu.
Gambar 2.4 Labyrint

8.Bearing
Bantalan (bearing) memiliki fungsi untuk menyangga berat turbine
serta untuk menjaga radial dan axial aligment poros turbine agar tidak terjadi
pergeseran pada turbin. Ada dua type bantalan (bearing) untuk turbine uap,
yaitu : Journal bearing dan Thrust bearing. Adanya bantalan penyangga turbin
untuk menjaga rotor turbin tetap pada pada posisinya. Turbin uap umumnya
dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal axial) dan bsntalan axial (thrust bearing)
9.Coupling
Coupling adalah komponen yang digunan sebagai penggerak dalam
turbin, berfungsi untuk menghubungkan poros turbine dengan mesin yang akan
digerakanya (compressor, pompa dan generator).

Gambar 2.5 coupling


10.Governing valve
Governing valve merupakan komponen berfungsi untuk mengatur jumlah
masuknya uap menuju sudu-sudu turbin, sesuai dengan kebutuhan pada
pembebanan turbin. Sehingga dapat diperoleh putaran turbine yang konstan
(stabil).

11.Sistem minyak pelumas


Sistem minyak pelumas pada turbine uap berfungsi untuk menyuplai
kebutuhan minyak pelumas untuk seluruh bantalan (bearing) turbine dan
generator. Sekaligus untuk mensuplai minyak pengendali ke sistem hydrolik
rangkaian kontrol atau governor turbine. System ini terdiri dari :
 Pompa minyak utama, pompa minyak pelumas AC, pompa minyak
pelumas DC,
 Tangki minyak pelumas,
 Pendingin minyak pelumas.
 Filter minyak pelumas
 Purifier minyak pelumas.

12.Turning gear
Turning gear merupakan perangkat yang ditempatkan poros utama atau
rotor turbin, berfungsi untuk memutar poros turbine, pada saat turbine akan
dioperasikan maupun setelah turbine baru distop. Tujuanya agar rotor turbine
mendapat proses pemanasan dan pendinginan yang merata. Sehingga poros
turbine tidak mengalami depleksi (bending).

Gambar 2.6 Turning Gear

2.1.2 Prinsip kerja PLTU


Dalam prinsip kerja dasar PLTU terutama pembangkit berbasis fosil
bahan bakar berupa batubara bisa dikatakan sebagai sumber energi penghasil
panas, pada pltu banjarsari 2 X 135 mw, panas yang dihasilkan dari
pembakaran batubara untuk memanaskan pipa-pipa air yang mana pada
proses tersebut terjadi perubahan fasa dari fasa cair berubah menjadi fasa uap,
kemudian uap yang telah berubah fasa harus dipanaskan ulang di superheater
agar uap yang mengandung buih-buih air atau embun dapat berubah menjadi
uap sehigga uap tersebut telah benar-benar kering untuk memutarkan turbin,
kemudian uap kering tersebut memutarkan sudu-sudu turbin untuk mengubah
energi putaran turbin menjadi energi gerak, pada tahap awal uap kering akan
memutarkan high presure turbin atau turbin bertekanan tinggi, setelah
memutarkan turbin bertekanan tinggi aliran uap kering tersebut masuk ke
reheater atau pemanasan ulang untuk menaikan kembali temperatur uap,
setelah dari low presure turbine dan reheater uap turbin tersebut memutarkan
intermedit presure turbine dan low presur turbine. setelah memutarkan ketiga
jenis turbin tersebut, uap tersebut lalu dikondensasikan di kondenser dimana
pada kondenser terjadi perubahan fasa dari fasa uap menjadi cair, air yang
digunakan untuk proses kondensasi menggunakan air cooling water untuk
menyerap panas yang mana panas dari kondenser didinginkan di cooling tower
dimana pada cooling tower terjadi penurunan temperatur sehingga kembali
menjadi dingin kembali untuk digunakan kondensasi kembali. Air hasil
kondensasi uap kemudian ditampung di hotwell yang berfungsi untuk
menampung air hasil kondensasi uap, kemudian setelah itu air dari hotwel
dialirkan kembali menuju boiler melalui high pressure hiter untuk dipanaskan
kembali.

Gambar 2.7 Siklus Dasar PLTU

2.1.3 Jenis-jenis turbin uap


Pada dasarnya turbin uap dapat dibedakan dari berbagai macam jenis dan
spesifikasi, yaitu :
1.Berdasarkan perubahan energy

 Turbin impuls : merubah arah dari aliran fluida berkecepatan tinggi


sehingga menghasilkan putaran impuls dari turbin
 Turbin reaksi : terjadinya ekspansi uap pada sudu diam dan sudu gerak

2.Berdasarkan keluarnya tekanan uap

 Back pressure : adalah uap yang telah digunakan dan kembali diproses
di reheater untuk memutar intermedite pressure turbin
 Condensing : merupakan uap masuk turbin langsung turun keproses
pendingin.

3.Berdasarkan masuknya tekanan uap

 Konstan dengan mengatur trotle valve (dengan cara di trotle) dimana


tekanan uap dati bolier digunakan untuk memutarkan turbin yang diatur
turbin utama, akan tetapi valve tidak memutar turbin secara penuh.
 Konstan dengan cara mengatur nozzle dimana tekanan uap dari boiler
digunakan untuk memutar turbin yang diatur oleh control valve atau
governor valve agar valve atau katup utama dapat terbuka dengan
penuh.
 Menggunakan sistem sliding control yaitu uap yang masuk ke turbin
akan terkontrol oleh stu valve

4.Berdasarkan tekanan uap masuk

 Tekanan uap rendah : yaitu tekanan uap di bawah 10 bar


 Tekanan uap meengah : yaitu tekanan uap antara 15 bar hingga 88 bar
 Tekanan uap tinggi : yaitu tekanan uap antara 88 bar hingga 224 bar
 Tekanan uap super kritial : yaitu tekanan uap di atas 224 bar

5.Berdasarkan aliran uap

 Fluida axial merupakan fluida yang bekerja dengan arah sejajar dengan
turbin
 Fluida radial adalah fluooda yang bekerja dengan gaya yang tegak lurus
dengan turbin

6. Berdasarkan pengaturan uap

 Konstan dengan mengatur possi control valve dengan cara ditrotle agar
tekan uap dari boiler untuk memutar turbin dapat diatur pada valve
utama (valve utama tidak terbuka penuh) tetapi pengaturan putran
masih mengunaka control valve / gavenor valve.
 Konstan dengan cara mengatur nozzle agar tekan uap yang berasal dari
boiler dapat digunakan untuk memutar turbin diatur pada control valve
atau gavenur valve sehinnga valve utama dapat terbuka pada posisi
penuh.
 Dengan menggunakan sistem sliding control pada uap masuk turbin,
maka akan terkontrol langsung oleh satu valve.

7. Berdasarkan tipe turbin

 Type single casing yaitu tipe turbin yang digunakan pada turbin berskala
kecil denga kapasitas di bawah 500 MW, misalnya : fan, boiler dan
generator dengan kapasitas dibawah 500 MW
 Type double casing yaitu tipe turbin yang digunakan untuk turbin
bersekala besar dengan kapasitas diatas 500 MW, turbin jenis ini
digunakan untuk memutarkan generator pembangkit listrik

8. Berdasarkan pada penggunaan di dunia industri

 Turbin stasioner dengan bertekanan konstan, turbin ini biasanya


digunakan untuk menggerakan generator terutama di pembangkit listrik
 Turbin stasioner dengan bertekanan variatif, turbin ini digunakan untuk
memutar pompa, blower dan lain sebagainya
 Turbin non stasioner, turbin dengan radius putar bervariasi tergantung
dari putaran yang di hasilkan, seperti turbin yang dipakai dalam dunia
perkapalan.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Material Teknik

Bahan atau material merupakan kebutuhan manusia yang telah ada dari
zaman dahulu hinngga sekarang. Dalam dunia teknik, terutama teknik mesin
terutama material besi dan baja merupakan material yang paling banyak
dipakai, akan tetapi material jenis lain tidak dapat diabaikan terutama untuk
komponen pendukung. Material adalah segala sesuatu yang memiliki massa
dan ruang, secara garis besar material teknik klasifikasi menjadi dua, yaitu
material logam dan material non logam.

1. Material non logam


Material non logam adalah material yang tidak mengandug
unsur logam atau elektromagnetik, material logam dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu polimer, komposit dan keramik.
2. Material logam
Material logam adalah material bahan yang mengandung zat
elektromagnetik, kimia dan memiliki struktur yang kuat tergantung
dari spesifikasi material logam tersebut, material logam memiliki sifat
yang dapat di bentuk dengan berbagai cara, mulai dari cara
penempaan (forging) hingga proses peleburan (casting).

2.2.2 Material baja

Baja merupakan material paduan antara besi dengan karbon dengan


kadar karbon 0.2 % hingga 2.1 %sesuai dengan tingkatan dari keseluruhan
berat baja tersebut, dalam baja terdapat berbagai elemen penting yang
terkandung di dalamnya, seperti : karbon (C), fosfor (P) sulfur (S), silikon (Si)
dan sebagian kecil oksigen (O), nitrogen (N) dan alumunium (Al). Namun
presentasi campuran ini hanya dalam jumlah presentae yang kecil. Untuk
membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya ; mangan
(Mn), nikel (Ni), krom (Cr), molybdenum (Mo), boron (B), titanium (Ti), vanadium
(V) dan niobium (Nb). Pada struktur mikro baja dipengaruhi oleh komposisi baja
dan perlakuan panas. Campurn karbon yang beraneka jenis unsur dapat
meningkatkan kekuatan baja agar baja tersebut memiliki tingkat ketahanan
yang tinggi seperti tahan terhadap temperatur tinggi, tahan korosi, tahan
terhadap goresan dan tidak mudah patah. untuk kebutuhan konstruksi baja
yang digunakan adalah baja paduan, baja paduan dengan komposisi paduan
yang baik dapat meningkatkan mutu dari baja tersebut agar tingkat
kekuatannya semakin kuat dan tahan lama.

Berdasarkan dari kandungan karbon, baja terdiri dari empat macam, yaitu :

 Baja karbon rendah (low carbon steel) mempunyai kadar besi dan
karbon dengan komposisi karbon dibawah 0,3 %
 Baja karbon medium (medium carbon steel) mempunyai kadar besi dan
karbon dengan komposisi karbon antara 0,3 % −¿0,8 %
 Baja karbon tinggi (high carbon steel) mempunyai kadar besi dan karbon
dengan komposisi karbon diatas 0,8 %−¿2 %
 Baja karbon paduan (alloy steel) baja yang memiliki unsur paduan selain
jenis paduan lainnya, seperti chrom, molybdenum, vanadium dan lain
sebagainya

2.2.3 Komposisi Kimia Baja

Dalam dunia teknik jarang kita temui penggunan logam besi murni, hal
tersebut terjadi karena dari segi kekuatan dan ketahanan kurang baik juga dari
segi evektifitas tidaklah efektif, rata-rata penggunaan logam di dunia industri
menggunakan logam paduan dangan menggabungkan berbagai unsur dan
karbon agar dapat digunakan secara efktif dari segi kekuatan bahan. Kadar
karbon dalam baja dapat menentukan kekerasan maupun keuletan logam,
apablia semakin tinggi kadar karbon pada baja, maka kekerasan akan semakin
kuat, manun tingkat keuletan pada baja justru sebaliknya akan semakin rendah
Disamping karbon, pada baja karbon juga mengandung unsur-unsur pemadu
lain, seperti Si, Mn, P, S atau lainnya dalam jumlah yang rendah. Penambahan
unsur pemadu ke dalam baja karbon yakni agar mendapatkan sifat-sifat
mekanis yang diinginkan, tetapi ada juga unsur-unsur yang bersifat impuritas.
Fungsi dari unsur unsur pemadu yang terkandung dalam baja karbon adalah
sebagai berikut ini :
1.Karbon (C)
Karbon merupakan elemen utama yang berpengaruh terhadap kekerasan
dan dalam penentuan jenis baja. Semakin tinggi kandungan karbon dalam baja
maka kekuatan meningkat namun keuletan, kemampuan las, dan kualitas
permukaan baja tersebut menurun. Baja dengan kualitas buruk butuh proses
khusus untuk memperbaiki kualitas baja tersebut, tanpa harus mengubah
kandungan karbon. Karbon juga berpengaruh terhadap adanya cacat pada baja
(seperti batas butir dan dislokasi).

2.Mangan (Mn)

Persentase mangan dalam baja berkisar antara 0,30%, berfungsi sebagai


deoksidasi dari baja. Unsur ini dapat mengikat sulfur dengan membentuk
senyawa MnS yang memiliki titik cair lebih tinggi dari titik cair baja. Dengan
demikian dapat mencegah pembentukan FeS yang titik cairnya lebih rendah
dari titik cair baja. Sehinga unsur Mn dapat mencegah kegetasan pada suhu
yang tinggi.

3.Molybdenum (Mo)

Paduan molibdenum pada baja akan meningkatkan kekerasan kekuatan


fatik, dan ketahan korosi. jika Molibdenum di gabungkan dengan Cr, Ni maka
akan membentuk ketahanan korosi yang lebih baik.

4.Kromium (Cr)

Kromium merupakan unsur paduan paling penting pada baja karena dapat
meningkatkan kekerasan, ketahanan aus, ketahanan korosi, meningkatkan
kekuatan suhu tinggi, ketahanan terhadap tekanan tinggi.

5.Nikel (Ni)

Nikel adalah salah satu paduan baja yang dapat meningkatkan nilai
kekerasan pada material, hal tersebut apabila di gabungkan dengan Cr dan Mo
maka akan terbentuk baja dengan kekerasan, kekuatan impak, ketahan fatik
dalam baja. Nikel juga dapat meningkatkan ketahanan korosi.
6.Wolfram (W)

Dapat membentuk karbida yang stabil dan keras, sehinga dapat


meningkatkan kekuatan dan ketahanan creep dari baja pada suhu tinggi.

7.Vanadium

Vanadium memberikan efek pengerasan sekunder yang sangat kuat pada


saat tempering, meningkatkan kekuatan aus, tahan suhu tinggi. Oleh karena itu
baik untuk paduan tambahan pada baja.

8.Sulfur (S) dan Phospor (P)

Unsur sulfur dan phosfor merupakan impuritas yang umumnya tidak


digunakan karena dapat menurunkan kekuatan, keuletan dan sifat-sifat lain dari
baja. Kadar P dan S biasanya kurang dari 0,05%, tetapi pada unsur P memiliki
efek positif, yaitu dapat menaikkan fluiditas yang membuat baja mudah di rol
panas.

9.Silikon (Si)

Silikon merupakan salah satu pengikat oxida utama yang digunakan untuk
pembuatan baja karena itu, volume silikon juga dapat menentukan jenis baja
yang dihasilkan. Jika Mn dan Mo di gabungkan maka kemampuan baja akan
lebih keras, Si merupakan unsur paduan penting, dan meningkatkan kekerasan,
ketahanan aus, batas elastis, keuletan, dan ketahan panas.

2.2.4 Perubahan fasa pada baja

Pada baja terjadi perubahan fasa yang terjadi akibat dari perubahan
temperatur, perubahan fasa baja dapat dilihat di diagram fasa Fe-Fe3C dengan
menampilkan hunungan antara temperatur selama proses perubahan fasa
brupa proses pendinginan lambat dan proses pemanasan lambat dengan
kandungan karbon. Diagram ini menjadi parameter dalam menetukan segala
jenis fasa yang ada di dalam baja serta barbagai hal yang terjadi pada baja
paduan.
Gambar 2.8 Diagram fasa FE-Fe3C

Struktur yang terkadung dalam besi dan baja terdiri dari berbagaki fasa-fasa,
sebagai berikut :
1.Ferit (ferrite)
Ferit adalah larutan padat dari instersiti dari atom-atom karbon pada besi
murni, fasa ferit mulai terbentuk pada temperatur antara 300°C hingga 727°C,
struktur besi yang dimiliki oleh ferit memiliki struktur BCC (body centered cubic)
dengan sifat ulet dan lunak.

Gambar 2.9 Struktur Ferit


(ASM International, 2004)
2.Cementit (cementite)
Cementit atau Besi karbida adalah baja paduan carbon yang melebihi
batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau Fe3C dan mempunyai
struktur kristal BCT (Body Centered Tetragonal) kandungan karbida pada ferit
akan meningkatkan struktur kekuatan yang kuat dan keras, hal ini dkarenakan
sementit memiliki sifat yang sangat keras. Pada fasa ini, kelarutan padatnya
dapat mencapai 6,7 %

Gambar 2.10 Struktur mikro besi karbida atau sementit


(ASM International, 2004)

3. Austenit (austennite)
Austenit adalah larutan padat karbon internsiti karbon dan besi yang memiliki
FCC (Face Centered Cubic) fase austenite terbentuk antara temperatur 912°C
hingga 1394°C, larutan autenit merupakan larutan padat yang berisi karbon dan
besi. Kelarutan karbon terjadi pada saat fasa austenit sekitar 2,14 %

Gambar 2.11 Struktur mikro austenit


(ASM International, 2004)
4. Perlit
perlit merupakan fasa campuran antara ferit dengan cementit yang
berbentuk seperti plat-plat yang tersusun secara bergantian antara sementit
dan ferit, sifat baja pada fase perlit cenderung keras, ulet dan kuat. Fasa perlit
terbentuk pada saat kandungan karbon mencapai 0,6 %

Gambar 2.12 Struktur mikro perlit


(ASM International, 2004)

5.Bainit
Bainit merupakan struktur mikro pada baja yang dihasilkan oleh
dekomposisi antenit menuju ke sementit dan ferit. Perubahan austenit ke bainit
dapat terjadi apabila baja didingikan ke temperatur antara 300°C hingga 550°C

Gambar 2.13
Struktur mikro bainit
(ASM International, 2004)

6.Martensit
Martensit merupakan suatu fasa yang terjadi akibat pendinginan yang
cepat. pada fasa ini tidak akan terjadi difusi, krena terjadinya proses difusi yang
sangat cepat. Baja yang berada pada fasa materrsit mempunyai sifat yang
keras dan kuat. Namun baja jenis ini bersifat rapuh dan getas.

Gambar 2.14 Struktur mikro martensit


(ASM International, 2004)

2.2.5 Penyebab Terjadinya Kegagalan Material


Material dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik kegagalan akibat
faktor alam maupun non alam, hal hal tersebut harus diatasi agar tidak terjadi
kegagalan material yang dapat berakibat pada penurunan kualitas Peyebab
terjadinya kerusakan atau kegagalan pada material tersebut.
2.2.6 Kerusakan akibat kelelahan (fantique)
Kelelahan atau Fatigue merupakan kecenderngan dari logam untuk patah
apabila menerima tegangan berulang-ulang yang besrannya masih jauh
dibawah batas kekuatan elastiknya. Beberapa kerusakan yang terjddi pada
komponen mesin diakibatkan oleh kelelahan ini. Karena kelelahan merupakan
sifat yang penting, tetapi untuk mengukur sifat kerusakan ini sangat sulit karena
banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi kesulitan
dala menentukan faktor fantique yaitu : beban, kondisi material, proses
pengerjaan, bentuk dan ukuran komponen, temperatur saat pengoperasian dan
kondisi lingkungan.
2.2.7 Kerusakan mulur (craap)
Creap atau mulur adalah yang dialami oleh material pada tegangan
tetap, mulut terjadi akibat dari pengaruh temperatur yang tinggi, meskipun pada
saat pengujian temperaturnya tetap, akan tetapi saat temperatur mencapai
suhu yang tinggi dapat terjadi mulur atau creep yang berakibat kelelahan atau
fantique, hal tersebut juga berpengaruh pada komponen yang dipergunakan.
Untuk menanggulanginya maka temperatur logam tersebut harus diatasi
dengan diberikan penambahan dimensi dan pengaturan suhu yang tepat agar
tidak terjadi mulur yang berakibat fantique atau penurunan kualitas dari material
tersebut.
2.2.8 Kerusakan akibat coran
Cacat coran adalah cacat kerusakan yang terjadi pada benda cor yang
diakibatkan oleh perencanaan cetak yang salah serta perencanaan cetak yang
tidak menyebabkan turbulen pada aliran logam cair, pemakaian pasir dengan
kadar air berlebih, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecacatan pada
besi tuang berupa cetakan kopong atau bergelembung yang dapat
menyebabkan kerusakan material cor, sdehingga dapat mempengaruhi kualitas
material baja iitu sendiri . Maka saat percetakan baja cor harus diperhatikan
pasir cetak yang digunakan sehingga cetakan material yang dihasilkan
sempurna sehingga tidak terjadi kecacatan yang diakibatkan oleh coran.
2.2.9 Kerusakan akibat pengelasan
Cacat pengelasan atau defct weld merupakan kerusakan yang
dakibatkan oleh pengelasan yang harusnya untuk meningkatkan kekuatan
justru yang ada penurunan kualitas bahan tersebut, pengelasan yang terlalu
kuat juga dapat menyebabkan terjadinya patah atau kelelahan sambungan las,
juga elektroda las yang tidak menemus ke permukaan dasar saat dilakukan
pengelasan juga mempengaruhi kekuatan sambungan las itu sendiri, sehingga
dapat menurunkan kualitas pengelasan yang berujung terjadinya rapuh pada
sambungan hasil pengelasan, untuk menanggulangi hal tersebut maka
elektroda yang digunakan serta bersihkan permukaan yang akan digunakan.
2.2.10 Kerusakan Akibat Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yang pertama Berasal dari Faktor bahan yang meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Yang kedua Berasal dari Faktor
lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang
dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam
bentuk senyawa anorganik maupun organik. cara untuk menanggulangi korosi
antara lain adalah melapis permukaan logam dengan cat, melapis permukaan
logam dengan proses pelapisan atau Electroplating, membuat lapisan yang
tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant, membuat sistem perlindungan
dengan anoda korban dan membuat logam paduan tahan terhadap korosi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perancangan Penelitian


Metode penelitian sangat dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan
penyusunan tugas akhir untuk menjelaskan objek yang akan diteliti sesuai
dengan kondisi real di lapangan. Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan
metode kualitatif, dimana penggunaan metode ini sangat cocok digunakan
untuk penelitian yang berkaitan dengan bidang teknik, terutama di fakultas
teknik mesin. Tujuan penulis menggunakan metode kualitatif ini mempunyai
tujuan untuk melakukan analisa kerusakan patahnya sudu blade turbin.
Pada penelitian ini penulis dapat melakukan analisa kerusakan yang
berkaitan dengan pengujian faktor penyebab kerusakan yang terjadi, agar hasil
yang diperoleh dapat diuji dengan akurat sehingga data yang diperoleh tepat
dan memiliki tingkat validitas yang akurat.
3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Mulai

Patahnya blade Identifikasi


Turbin stage 9 Masalah

o Data Kerusakan
Pengumpulan data
o Data operasi

Uji Bahan :
 Pengamatan
secara visual
 Uji sem
 Uji komposisi
kimia
 Uji kekerasan

B BA
A

Analisa dan
Pembahasan

Kesimpulan
dan saran

Selesai
Gambar 3.1 alur diagram Flowchart

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mempermuda dalam memperoleh data hasil penelitian, maka
diperlukan data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Metode
pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi penelitian baik itu secara langsung (primer) maupun tidak langsung
(sekunder) yang didapatkan di PLTU Banjarsari 2 X 135 MW, adapun metode
yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu :
3.1.2.1 Metode Pengumpulan Primer
Peneliti melakukan penelitian secara langsung dengan menguji sampel
patahan blade yang dilakukan bersama pihak dari PT. Sulzer Indonesia
Purwakarta untuk mengetahui penyebab dari patahnya HP turbin stage 9.
3.1.2.2 Metode Pengumpulan Sekunder
Peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui bahan dan struktur
yang bersumber dari data-data mengenai data spesifikasi turbin, komposisi
kimia, kekerasan dan uji metalografi atau struktur mikro terhadap material
turbin. Peneliti juga mendapatkan data pengaruh uap terhadap turbin yang
berpengaruh terhadap kekuatan material turbin serta membaca jurnal mengenai
turbin, korosi dan operasional turbin dari berbagai sumber yang akurat.
Untuk mempermudah prnulis dalam melakukan pengolahan data, maka
pemulis membutuhkan data aktual agar dapat memperoleh hasil pengujian
yang valid, dan informasi yang dapat dipercaya. Berikut teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan oleh penulis sebagai daftar acuan dalam melakukan
penelitian :
1. Pengarahan
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan pengarahan dari dosen pembimbing
dan dosen lapangan berupa tahapan-tahapan, serta informasi-informasi yang
akan dijalani dan harus dipahami dalam memproses data, baik sebelum
maupun sesudanh pengumpulan data.
2. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan diperlukan dengan turun langsung ke lapangan terutama
mengamati material turbin yamg akan digunakan untuk pengamatan agar lebih
bisa memahami kondisi yang terjadi di lapangan dan data-data apa saja yang
diperlukan.
3. Wawancara
Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan pihak lapangan, operasi
maintanance dan supervicer dilapangan serta pihak yang berkompeten untuk
menanyakan informasi dan data pendukung yang dibutuhkan oleh penulis.
4. Studi Literatur
Penulis mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan materi
penelitian, antara lain menggunakan studi kepustakaan dari catatan selama
perkuliahan, perpustakaan, jurnal ilmiah, atrikel ilmiah dan informasi-informasi
pendukung dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.1.3 Pengujian
Pada bagian ini penulis ingin memaparkan tentang pengujian yang
dilakukan dari data kerusakan dan data operasi dari pengamatan yang telah
dilakukan oleh penguji untuk mendukung pengujian yang akan dilakukan,
berikut pengujian-pengujian yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam
kelancaran memperoleh data :
3.1.3.1 Pengamatan Visual
Pengamatan visual dilakukan di area sudu turbin yang mengalami
kerusakan. pengamatan visual bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi
masalah yang sesuai untuk dilakukan pengujian pada material tersebut.
material tersebut dilakukan pelepasan pada bagian bagian yang akan di lepas
menjadi beberapa bagian spesimen untuk kemudian dilakukan pengujian, hal
tersebut merupakan bagian dari preparasi sampel yang akan dilakukan
pengujian.

Gambar 3.2 sudu turbi yang mengalami kerusakan

3.1.3.2 Pengujian SEM (Sceaning Electron Microscop)


spectrometer adalah sebuah alat optik untuk menghasilkan garis
spektrum cahaya dan mengukur panjang gelombang serta intensitasnya.
Prisma yang berada di tengah spektrometer berfungsi untuk menyebarkan
cahaya. Dan di mana pengujian ini digunakan untuk mengetahui komposisi
kimia yang tedapat pada material sudu turbin. Dengan menggunakan elektron
kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk
keperluan karakterisasi. Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat
beberapa peralatan utama antara lain:
1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
melepas elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang
bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada
molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan
terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 3.3 Alat Uji SEM

Gambar 3.4 skema Uji Sem

3.1.3.3 Pengujian Komposisi Kimia


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang
terkandung pada material sampel blade turbin yang mengalami kegagalan.
Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah material sampel blade
turbin yang mengalami kegagalan memiliki kesesuaian dengan spesifikasi
standar dari blade tersebut. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan alat spectrometer, Terdapat
tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung pada cara melakukan pengujian
dengan menggunakan alat spectrometer, yaitu: (1) Kekerasan goresan
(scratch hardness); (2) Kekerasan lekukan (indentation hardness); (3)
Kekerasan pantulan (rebound). Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang
banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan bidang rekayasa. Terdapat
berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain: Uji kekerasan Brinell,
Vickers, Rockwell, Knoop, dan sebagainya.

Gambar 3.5 Spektometer

3.1.3.4 Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan (Hardness) merupakan ukuran ketahanan logam


terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen suatu sifat mekanis dalam
material (Dieter, 1987), proses yang dilakukan untuk menentukan kemampuan
suatu material terhadap gaya yang diberikannya. Terdapat tiga jenis ukuran
kekerasan, yaitu : kekerasan goresan (scratch hardness), kekerasan lekukan
(indentation hardnes) dan kekerasan pantulan (rebound). Untuk logam, hanya
kekerasan lekukan yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan
bidang rekayasa. Terdapat berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain:
Uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop dan sebagainya
Gambar 3.6 alat uji kekerasan

3.1.4 Teknik pengolahan data


Pada pengujian yang dilakukan peneliti, bertujian untuk menguraikan dan
memaparkan oleh penulis dan tujuan ini sebagai bahan untuk menyelesaikan
tugas akhir, pengujian ini diarahkan untuk menganalisa penyebab patahnya
balde turbin di PLTU Banjarsari 2 X135 MW. Kemudian pada pengujian
berikutnya peneliti mencari faktor penyebab terjadinya patahnya Blade pada
turbin high Pressure Stage 9 pada pltu banjarsari 1 X135 MW.
3.2 Analisa Data
Setelah melakukan penelitian dan pengujian ini, maka dilakukan analisa
dari data yang didapat dari literatur dan refrensi yang dilakukan, juga peneliti
ingin melakukan pemaparan hasil dari penelitian yang dilakukan untuk kemudia
dimasukan kedalam tabel untuk dilihat hasil kerusakan yang dialami oleh turbin
high pressure stage 9 untuk kemudian dibandingkan dengan material hasil dari
pengamatan material turbin yang menhgalami kerusakan maupun turbin yang
masih dalam keadaan normal.

3.3 Jadwal Penelitian


Tempat penulis untuk mendapatkan data pengamatan dan penelitian
untuk mlakukan penyusunan skripsi dan pengolahan data serta praktek kerja
lapangan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman.
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di PLTU Banjarsari 2 X 135 MW Unit 1
yang berlokasi di Jl. Lintas Tengah Sumatera, Desaq Prabu Menang,
Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan 31473.

Gambar 3.7 Peta Lokasi PLTU Banjarsari 2 X 135 MW

Gambar 3.8 PLTU Banjarsari

3.3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


Penelitian dilakukan selama 3 bulan, Dimulai dari 17 Februari 2020 sampai
dengan 17 mei 2020.

Tahun 2020
NO Kegiatan
Feb Maret April Mei Juni Juli
1 Studi literatur

2 Studi lapangan

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Pemnyusunan skripsi

Daftar Pustaka
Molodtov, Artjom. (2019). Investigation of steam turbine Blades and Reability
ina a power plant Vol. 779, No. 89-94.

ASTM 565 (Standard Specification For Martensitic Stainless Steel Bars For
High Temperature Service).

D.Diegler, M, Puccinelli, B. Bergallo, A Picasso, Investigation Of turbine Blade


failure in a. Thermal Power Plant. Case Stud. Eng. Fail. Anal I (2013) 192-
199

.M. Nurbanasari, Abdurahcim, Crack of first stage blade in a steam turbine.


Case stud. Eng Fail. Anal. Vol 2 (2014) 54-60.

Anda mungkin juga menyukai