Anda di halaman 1dari 14

MATEMATIKA INFORMATIKA

MODUL 10
ARGUMEN PENARIKAN KESIMPULAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang Argumen dan
Penarikan Kesimpulan (C2).

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai tentang Modus Ponens, Modus Tollens dan
Prinsip Silogisme dalam Menarik Kesimpulan (C2)

POKOK BAHASAN

Argumen dan Penarikan Kesimpulan

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


i
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2020
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang Argumen dan
Penarikan Kesimpulan (C2).

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai tentang Modus Ponens, Modus Tollens dan
Prinsip Silogisme dalam Menarik Kesimpulan (C2)

POKOK BAHASAN

Argumen dan Penarikan Kesimpulan

SUB POKOK BAHASAN

1. Prinsip Induksi Matematika


2. Prinsip Penjumlahan
3. Prinsip Inklusi – Ekslusi
4. Prinsip Perkalian

i
ARGUMEN & PENARIKAN KESIMPULAN

Argumen merupakan serangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai ungkapan


pernyataan inferensi (penarikan kesimpulan). Dalam argumen terdapat kata: jadi, sehingga,
oleh karena itu, dan sebagainya. Pernyataan-pernyataan yang terletak sebelum kata jadi
disebut premis, sedangkan pernyataan yang terletak setelah kata jadi disebut konklusi.

Tabel 1.

Dua Kelompok Pernyataan dalam Argumen

1 Jika kehidupan penuh kerja keras, maka kehidupan merupakan


saat kerja yang mengesankan.

2 Jika kehidupan adalah harapan indah, maka kehidupan


merupakan suatu kebahagiaan.
Premis

3 Kehidupan adalah kerja keras atau harapan indah.

Konklusi Jadi, kehidupan merupakan saat kerja yang mengesankan atau


merupakan suatu kebahagiaan.

Validitas Argumen

Suatu argumen dikatakan valid (syah) jika konklusinya merupakan akibat logis dari premis-
premisnya, tanpa memandang kebenaran atau kesalahan pernyataan-pernyataan
pembentuknya. Untuk lebih memperdalam pemahaman mengenai validitas argumen ini, mari
perhatikan contoh berikut.

1
Contoh 1.:

P1 : Indonesia lebih terkenal daripada Sumedang. →B

P2 : Ada bintang film yang senang kawin-cerai. →B

K : Jadi, Iwan Fals adalah penyanyi legendaris. →B

Argumen ini invalid, meskipun semua premis dan konklusinya merupakan pernyataan yang
benar, tetapi konklusinya bukan akibat logis dari premis-premisnya.

Contoh 2.:

P1 : Semua bidadari adalah orang Sunda. →S

P2 : Diah adalah bidadari. →S

K : Jadi, Diah adalah orang Sunda. →S

Argumen ini valid, meskipun semua premis dan konklusinya merupakan pernytaan yang
salah, tetapi konklusinya merupakan akibat logis dari premis-premisnya.

2
ATURAN PENARIKAN KESIMPULAN

Suatu argumen yang terdiri dari beberapa pernyataan tunggal, jika pembuktiannya dikerjakan
dengan tabel kebenaran, maka prosesnya mungkin akan sangat panjang dan membosankan.
Untuk itu, pada bagian ini kita akan membahas mengenai cara singkat, langsung, dan tepat
yang dapat kita gunakan, yaitu dengan “menurunkan” konklusi argumennya. Maksudnya
adalah menurunkan konklusi dari premis-premisnya dengan menggunakan rangkaian
argumen dasar yang sudah diketahui valid.
Berikut tiga cara penarikan kesimpulan yang sahih atau valid, yaitu: modus ponens,
modus tolens, dan prinsip silogisme

1. Modus Ponenspat

Perhatikan contoh berikut.

Premis 1: Semua manusia akan mati

Premis 2: Amri manusia.

Kesimpulan: Jadi, Amri pada suatu saat akan mati.

Premis 1 adalah senilai dengan: Jika x manusia maka x akan mati. Pada contoh ini,
premis- premis yang bernilai benar tidak akan memungkinkan bagi kesimpulannya
untuk bernilai salah, sehingga penarikan kesimpulan bentuk seperti itu disebut
dengan penarikan kesimpulan sah, sahih, valid, atau correct.

3
Jika p  q benar dan p benar maka q benar.

4
Skema argumen dapat ditulis sebagai berikut :

p ⇒ q (premis 1)

p (premis 2)

∴ q (konklusi)

Untuk mengetahui validitas suatu argument deduktif adalah dengan membentuk


kondisional atau implikasi di mana konjungsi premis-premis dari argumen tersebut
dijadikan sebagai antesedennya dan konklusi dari argumen tersebut dijadikan
sebagai konsekuennya. Sebagai contoh, untuk mengetahui valid tidaknya argumen
berikut :

p ⇒ q (Premis 1)
p (Premis 2)

Jadi q (Kesimpulan)

adalah dengan membentuk konjungsi dari premis 1 dan 2, yaitu: (p ⇒ q) ∧ p

lalu konjungsi tersebut diimplikasikan dengan konklusi argument yang ada


sehingga menjadi: (p ⇒ q) ∧ p ⇒ q.
Bentuk terakhir ini harus dibuktikan melalui tabel kebenaran apakah termasuk
tautologi atau tidak. Jika bentuk terakhir tadi merupakan tautologi maka argumen tadi
valid. Jika tidak dihasilkan suatu tautologi maka argumen tadi tidak valid.

Untuk membuktikannya, dapat ditunjukkan bahwa [(p ⇒ q) ∧ p] ⇒ q merupakan

suatu tautologi lewat tabel kebenaran di bawah ini.

Tabel nilai kebenaran dari  p  q   p 


q

p q pq  p  q   p  p  q   p   p

B B B B B
B S S S B
S B B S B

5
S S B S B

Dari tabel pada kolom (5) tampak bahwa  p  q   p  q merupakan


tautologi,jadi argumen tersebut sah. valid, absah, atau sahih.

Contoh l a i m modus ponens:


a. Jika seseorang berada di Jakarta maka ia berada di Jawa.
Anita berada di Jakarta.
Jadi, Anita berada di pulau Jawa.

b. Pada hari Senin di sekolah ada pelajaran logika.


Tanggal 2 April 2001 adalah hari Senin.
Jadi, pada tanggal 2 April 2001 ada pelajaran logika.

c. Jika suatu segitiga mempunyai 2 sisi yang sama panjang maka


segitiga itu sama kaki.
Pada segitiga ABC, AB = AC. Jadi, segitiga ABC sama kaki.

2. Modus Tolens

Perhatikan contoh berikut.

Premis 1: Jika seseorang adalah mahasiswa maka ia pintar


Premis 2: Orang itu tidak pintar. Kesimpulan: Orang itu bukan mahasiswa.
Pada contoh ini, premis-premis yang bernilai benar tidak memungkinkan bagi
kesimpulannya untuk bernilai salah juga, sehingga penarikan kesimpulan bentuk
seperti itu disebut dengan penarikan kesimpulan sah, sahih, valid, atau correct.
Bentuk umum modus tolens adalah:

p⇒q
~q

∴ ~p
Argumen di atas dapat dibuktikan sendiri seperti pada saat membuktikan modus
ponens, yaitu dengan membuktikan implikasi [(p ⇒ q) ∧ (~ q)] ⇒ ~ p sebagai suatu
tautologi.

6
Contoh modus tolens:
a. Seorang vegetarian tidak makan daging ataupun hasil olahannya.
Amin makan ayam goreng. Jadi, Amin bukan vegetarian
b. Bilangan prima adalah bilangan yang faktornya adalah 1 dan dirinya
sendiri x mempunyai 3 buah faktor.
Jadi, x bukan bilangan prima.
2
c. Seluruh grafik y = ax + bx + c terletak di atas sumbu-X bila

2
a > 0 dan b – 4ac < 0
2
y = − 2x + 4x – 5 dengan a = – 2 < 0

2
Jadi, tidak seluruh grafik y = − 2x + 4x – 5 terletak di atas sumbu-X

Dalam bentuk implikasi, modus tollens dapat dituliskan sebagai  p  q  ~ q  ~ p


,sah atau tidaknya modus tollens dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai berikut :

Tabel nilai kebenaran  p  q  ~ q ~ p

p q ~p ~q pq  p  q  ~ q  p  q  ~ q ~ p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B

Dari tabel pada kolom 7 tampak bahwa  p  q  ~ q  ~ p merupakan tautologi.


Jadi modus tollens merupakan argumentasi yang sah .

3. Silogisme
Perhatikan contoh ini.
1. Rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Akbar.
2. Rumah Akbar terletak di sebelah barat rumah Abdur
Jadi, rumah Amin terletak di sebelah barat rumah Abdur

Tentunya Anda sendiri tidak akan mengetahui apakah ketiga orang tersebut benar-benar

7
memiliki rumah seperti yang dinyatakan kalimat tersebut.. Tetapi Anda dapat
menyatakan bahwa jika premis-premisnya bernilai benar maka kesimpulannya
tidaklah mungkin bernilai salah, sehingga penarikan kesimpulan seperti itu
merupakan contoh penarikan kesimpulan yang sahih atau valid. Bentuk umum
penarikan kesimpulan yang dikenal dengan nama silogisme itu adalah:

pq ..... premis 1

qr ..... premis 2

 p  r . . . kesimpulan / konklusi

Artinya dari premis-premis p  q dan q  r dapat ditarik konklusi

p  r . Penarikan kesimpulan seperti ini disebut kaidah silogisma.

Kesahihan argumen silogisme ini dapat dibuktikan sendiri seperti di atas, yaitu
dengan menunjukkannya pada tabel kebenaran bahwa bentuk (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ r) ⇒ (p ⇒r). Silogisme

tersebut dapat diuji dengan tabel kebenaran sebagai berikut :

Tabel nilai kebenaran  p  q   q  r    p  r  .

p q r pq qr pr  p  q   q  r  p  q   q  r   


 p
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B B S B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S B S B
S S B B B B B B
S S S B B B B B

8
Dari tabel pada kolom (8) tampak bahwa  p  q   q  r    p  r 
merupakan tautologi. Jadi silogisme merupakan argumentasi yang sah.
Contoh Silogisme:
a. Setiap hari Sabtu ayah tidak bekerja (libur).
Ayah berkebun jika tidak bekerja. Jadi, setiap hari Sabtu ayah berkebun.
b. Jika x dan y adalah dua bilangan bulat berurutan maka yang satu genap dan yang
satunya lagi ganjil.
Jika salah satu bilangan genap dan yang satunya lagi ganjil maka jumlah
kedua bilangan itu ganjil.
Jadi, jika x dan y bilangan bulat berurutan maka jumlah kedua bilangan itu
ganjil.

Perlu diingatkan sekali lagi bahwa dalam penarikan kesimpulan, premis-premisnya


diasumsikan atau dianggap benar dan argumennya harus valid, dan berikut ini
adalah beberapa contoh soal tentang penarikan kesimpulan.

Contoh
Perhatikan premis-premis ini.
1. Jika Anita mendapat A pada ujian akhir maka Anita mendapat A untuk
mata kuliah itu.
2. Jika Anita mendapat A untuk mata kuliah itu maka ia dinominasikan
menerima beasiswa.
3. Anita tidak dinominasikan menerima
beasiswa. Buatlah suatu kesimpulan dari tiga
premis tersebut. Jawab : Misal
p: Anita mendapat nilai A pada ujian akhir
q: Anita mendapat nilai A untuk mata kuliah itu
Anita dinominasikan mendapat beasiswa

Peryataan-pernyataan di atas dapat diterjemahkan secara simbolik :

pq ..... premis 1

qr ..... premis 2

9
 r………
kesimpulan /
konklusi

10
Dari premis (1) dan (2), dengan silogisme, akan diperoleh p ⇒ r. Jika dilanjutkan

dengan premis (3) akan terjadi modus tolens berikut:

p⇒r

~r

∴~ p

Kesimpulannya, Anita tidak mendapat nilai A pada ujian akhir

ATURAN PENUKARAN (RULE OF REPLACEMENT)

Aturan-aturan baru yang menunjang aturan penarikan kesimpulan yang akan kita
diskusikan pada bagian ini, yaitu aturan penukaran. Dengan dasar ekuivalensi, kita tahu
bahwa dua pernyataan disebut ekuivalen jika memiliki nilai kebenaran yang sama.
Dengan demikian, jika sebagian atau keseluruhan dari pernyataan majemuk ditukar
dengan pernyataan lain yang ekuivalen logis, maka nilai kebenaran pernyataan majemuk
yang baru adalah sama dengan nilai kebenaran pernyataan majemuk semula.

Aturan-aturan yang terdapat dalam aturan penukaran antara lain:

1. Teorema de Morgan
~ (p  q) ≡ ~ p  ~ q

~ (p  q) ≡ ~ p  ~ q

2. Komutasi
pq≡qp

pq≡ qp

3. Assosiasi
[(p  q)  r)] ≡ [p  (q  r)]

[(p  q)  r)] ≡ [p  (q  r)]

4. Distribusi
[(p  q)  r)] ≡ [(p  r)  (q  r)]
[(p  q)  r)] ≡ [(p  r)  (q  r)]

5. Negasi Rangkap
p≡~~p

6. Transposisi
(p ⇒ q) ≡ (~ q ⇒ ~ p)

7. Implikasi Material
(p ⇒ q) ≡ (~ p  q)

8. Ekuivalensi Material
(p ⇔ q) ≡ [(p ⇒ q)  (q ⇒ p)]

(p ⇔ q) ≡ [(p  q)  (~ p  ~ q)]

9. Eksportasi
[(p  q) ⇒ r)] ≡ [p ⇒ (q ⇒ r)]

10. Tautologi
p ≡ (p  p)

p ≡ (p  p)

Anda mungkin juga menyukai