KOMPETENSI GURU
Capaian Pembelajaran
1. Kompetensi guru
2. Kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian
3. Kompetensi pedagogik guru abad 21
Uraian Materi
A. Kompetensi Guru
Apakah anda pernah mendengar kata kompetensi? kompetensi
dapat diartikan kewenangan dan kecakapan atau kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai
dengan jabatan yang disandangnya. Dalam hal ini tugas atau
pekerjaan yang dimaksud adalah profesi Guru.
Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat
(1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
1
profesi. Artinya diselengarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimaksudkan
agar guru memiliki kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-
undang tersebut. Guru yang memiliki kompetensi memadai sangat menentukan
keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan.
Penjelasan kompetensi guru selanjutnya dituangkan dalam peraturan
menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berbunyi bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik
Guru atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Adapun kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan
professional.
Pedagogik
Kompetensi
Profesional Kebribadian
Guru
Sosial
Kualifikasi akademik Guru yaitu; S-1/D4 yang diperoleh dari program studi
terakreditasi dengan memiliki penguasaan empat kompetensi yaitu; pedagogi,
kepribadian, sosial dan professional.
2
1. Kompetensi Pedogogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan
dengan pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi. Secara umum
kompetensi inti pedagogi meliputi; (a) menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu,
(d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (f) memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki, (g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik, (h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (i)
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j)
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut
diuraikan indikator masing-masing kompetensi inti pedagogi.
Pertama; menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual,
merupakan kompetensi inti pertama yang
harus dimiliki oleh guru. Indikator
penguasaan kompetensi ini ditunjukan dengan Ilustrasi: klearning.ict.kis.ac.th
kemapuan; (a) memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek
fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-
budaya, (b) mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran, (c)
mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam mata pelajaran, (d)
mengidentifikasi kesulitan peserta didik.
Kedua; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik, merupakan kompetensi inti pedagogi yang selanjutnya harus dimiliki oleh
seorang guru. Indikator penguasaan terhadap kompetensi ini ditunjukan dengan
kemampuan guru; (a) memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, (b) menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif, (c) menerapkan pendekatan
pembelajaran berdasarkan jenjang dan karateristik bidang studi.
Ketiga; mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
studi yang diampu merupakan kompetensi yang sudah semestinya dikuasai oleh guru.
Indikatornya seperti; (a) memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, (b)
menentukan tujuan pelajaran, (c) menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan pelajaran, (d) memilih materi
pelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar
dan tujuan pembelajaran, (e) menata materi
pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta
didik, (f) mengembangkan indikator dan instrumen
penilaian. Kompetensi ini dilakukan oleh guru
dalam bentuk penyususnan RPP.
Keempat; kemampuan kompetensi pedagogi berikutnya yaitu
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, indikatornya ditunjukan dengan; (a)
memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik, (b)
mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran, (c) menyusun
rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas,
laboratorium, maupun lapangan, (d) melaksanakan pembelajaran yang mendidik di
kelas, di laboratorium, dan di lapangan, (e) menggunakan media pembelajaran sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara utuh, (f) mengambil keputusan transaksional dalam pelajaran
sesuai dengan situasi yang berkembang.
Kelima; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini sudah menjadi
keharusan bagi guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan TIK untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang mendidik, seperti penggunaan media dan
penggalian sumber belajar.
Keenam; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, kompetensi ini ditunjukan guru
dengan; (a) menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi belajar secara optimal, (b) menyediakan berbagai kegiatan
pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
Ketujuh; berkomunikasi secara efektif,
Pak Ali membangun hubungan baik
empatik, dan santun dengan peserta didik, dengan semua siswanya, mereka
merupakan kompetensi pedogogi yang penting seperti teman, interaksi keseharian
tak terlalu formal. Ternyata cara ini
dimiliki oleh guru, seperti; (a) memahami berbagai lebih memudahkan siswanya untuk
bertanya tanpa malu-malu kepada
strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan Pak Ali, dikesempatan lain ketika
pak Ali meminta siswa untuk
santun, baik secara lisan maupun tulisan, (b)
mengerjakan tugas tertentu, respon
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun siswa cepat.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhak mulia. Kompetensi inti kepribadian seperti (a) bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, (b)
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, (c) menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, (d) menunjukkan etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya
diri, dan (e) menjunjung tinggi kode etik
profesi guru. Secara rinci kompetesi
kepribadian diuraikan menjadi sub-
kompetensi sebagai berikut.
Pertama; bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia, seperti; (a) menghargai peserta didik tanpa
membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender, (b)
bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Kedua; menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, seperti; (a) berperilaku jujur, tegas, dan
manusiawi, (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, (c)
berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di
sekitarnya.
Ketiga; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, seperti; (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil,
(b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Keempat; Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, seperti; (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung
jawab yang tinggi, (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, Bekerja
mandiri secara professional.
Kelima; Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, seperti; (a) memahami kode
etik profesi guru, (b) menerapkan kode etik profesi guru, (c) berperilaku sesuai dengan
kode etik guru.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan
Di sekolah guru menjadi pengajar,
kemampuan pendidik sebagai bagian dari pembimbing serta teladan bagi para
masyarakat untuk berkomunikasi dan siswa, di masyarakat guru merupakan
figur teladan bagi masyarakat di
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sekitarnya yang memberikan kontribusi
sesama pendidik, tenaga kependidian, orang positif dalam norma-norma sosial di
masyarakat
tua siswa, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya
senantiasa berinteraksi dengan human (manusia) lain. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator sebagai berikut.
Pertama, bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi, seperti; (1) bersikap inklusif dan objektif
terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran, (2) tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman
sejawat,
orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku,
jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
Kedua, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini
ditunjukan dengan cara; (1) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas
ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif, (2) berkomunikasi dengan orang
tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang
program pembelajaran dan kemajuan peserta didik, (3) mengikutsertakan orang tua
peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta didik.
Ketiga, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting
dikuasai oleh pendidik, apalagi jika tugas tidak ditempatkan di daerah asal.
Kemampuan ini ditunjukan dengan; (1) beradaptasi dengan lingkungan tempat
bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk
memahami bahasa daerah setempat, (2) melaksanakan berbagai program dalam
lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di
daerah yang bersangkutan.
Keempat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain, seperti; (1) berkomunikasi dengan teman
sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, (2) mengkomunikasikan hasil-
hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang
menaungi materi dalam kurikulum,
serta menambah wawasan keilmuan.
Berikut dijabarkan kompetensi dan
sub-kompetensi profesional.
Pertama, menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu sesuai jenjang
pendidikan. Kemampuan ini sangat
penting dimiliki bagi seorang guru sebab apa yang akan disampaikan guru kepada
siswa berupa ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh guru.
Kedua, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, seperti; (1) memahami standar
kompetensi mata pelajaran, (2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran, (3)
memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.
Ketiga, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;
(1) memilih materi mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, (2) mengolah materi mata pelajaran secara integratif dan kreatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Keempat, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, seperti; (1) melakukan refleksi terhadap kinerja
sendiri secara terus-menerus, (2) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka
peningkatan keprofesionalan, (3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan, (4) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri, seperti; (1) memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi, (2) memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
B. KOMPETENSI PEDAGOGI GURU ABAD 21
Abad 21 yang ditadai dengan kehadiran era media (digital age) sangat
berpengaruh pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karateristik siswa.
Pembelajaran abad 21 menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi, serta pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Dalam mengembangkan pembelajaran abad 21, guru dituntut merubah pola
pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher centred) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred) karena sumber belajar
melimpah bukan hanya bersumber guru, sehingga peran guru menjadi fasilitator,
mediator, motivator sekaligus leader dalam proses pembelajaran. Pola
pembelajaran yang konvensional bisa dipahami sebagai pembelajaran dimana guru
banyak memberikan ceramah (transfer of knowledge) sedangkan siswa lebih
banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Kemampuan pedogogi dengan pola
konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini.
Karateristik siswa abad 21 sangat
berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada
abad 21 ini seseorang harus memiliki
keterampilan 4 C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem
Solving, dan Creativity and Innovation).
Keteampilan ini sudah semestinya tercermin
dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh seorang guru. Keterampilan Abad 21 dapat
di integrasikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga pilihan metode, media
dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan keterampilat tersebut. Karena
itulah menjadi keharusan kemampuan pedogogi guru menyesuaikan dengan
karateristik dan keterampialn yang diperlukan di abad 21.
Kompetensi pedagogi merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan merencanakan
pembelajaran, melaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, serta
kemampuan mengembangan ragam potensi siswa. Kompetensi pedagogi guru abad
21 tidak cukup hanya mampu menyelenggrakan pembelajaran seperti biasanya,
guru dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta mampu memanfaatkannya dalam proses
pembelajaran, artinya kemampuan guru khususnya digital literasi perlu terus untuk
ditingkatkan.
Profesi Karier
KEGIATAN BELAJAR 2
STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALISME
BERKELANJUTAN
Capaian Pembelajaran
Sejak adanya UUGD nomor 14 tahun 2005 profesi guru memiliki dasar
kuat untuk menyandang sebagai guru profesional dibuktikan dengan sertifikat
pendidik. Selain kualifikasi pendidikan pemerintah untuk mendapatkan guru
profesional melalui program sertifikasi yang sempat bermetamorfosis. Saat ini
seorang guru harus berpendidikan S1/D4 ditambah Pendidikan Profesi Guru
(PPG) selama 1 tahun dan setelah lulus mendapatkan sertifikat sebagai
pendidik profesional. Program PPG mrupakan pengganti akta IV.
Program-program sebelumnya memiliki durasi lebih pendek seperti sertifikasi
guru melalui penilaian portofolio dan Program Pendidikan dan Latihan Guru
(PLPG). Syarat dan ketentuan peserta PPG diatur dalam Permendikbud nomor 37
tahun 2017 adalah;
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan upaya-upaya guru dalam rangka
meningkatkan profesionalismenya. Anda diakui profesional jika memiliki
penguasaan 4 kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan dan mampu
melaksanakan tugas-tugas pokok dan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB). Salah satu kegiatan PKB adalah melakukan pengembangan diri
melalui 2 cara; (1) diklat fungsional dan 2) kegiatan kolektif. Diklat
fungsional berupa kegiatan pendidikan atau latihan yang bertujuan untuk
mencapai standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan
kolektif adalah kegiatan bersama dalam forum ilmiah untuk mencapai standar
kompetensi atau di atas standar kompetensi profesi yang ditetapkan. Contoh;
1) Anda mengikuti diklat pengembangan media di Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (Diklat Fungsional)
2) Anda mengikuti pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), kelompok kajian, diskusi terbatas,
simposium, bedah buku, video conference, dan sebagainya (kegiatan
kolektif).
Diklat fungsional dan kolektif khususnya untuk memenuhi kebutuhan
guru dalam melaksanakan layanan pembelajaran bagi kemaslahatan peserta
didik. Kebutuhan dimaksud meliputi kompetensi;
1. Memahami konteks dimana guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar
2. Penguasaan materi dan kurikulum;
3. Penguasaan metode pembelajaran
4. Mengevaluasi peserta didik
5. Penguasaan Teknologi Informatika dan Komputer (TIK)
6. Mensikapi inovasi dalam sistem pendidikan di Indonesia
7. Menghadapi tuntutan teori terkini dan kompetensi lain yang mendukung
dan relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
Melaksanakan penelitian tindakan kelas juga merupakan upaya untuk
pengembangan diri karena PTK bertujuan meningkatkan mutu pembelajaan
sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. PTK merupakan kajian sosial
secara sistematis oleh para pelaksana program dengan mengumpulkan data
pelaksanaan kegiatan (kebrhasilan dan hambatan), mnyusun rencana tindakan
guna meningkatkan kualitas tindakan sebagai proses menciptakan hubungan
antara evaluasi dan peningkatan profesionalism. Jadi PTK itu merupakan
hasil refleksi terhadap program pembelajaran untuk;
1. Memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas (masalah yang
dirasakan)
2. Melakukan tindakan yang diyakini lebih baik
3. Memecahkan masalah nyata di kelas, memperbaiki mutu pembelajaran,
mencari jawaban ilmiah mengapa dipecahkan dengan tindakanyang dipilih.
PTK memiliki ciri kolaboratif partisipatif, anda sebagai guru bisa
berkolaborasi dengan peneliti atau rekan sejawat. PTK lebih baik fokus
kepada pemecahan masalah spesifik dan kontekstual. Mengidentifikasi
masalah bisa dimulai dari pertanyaan pertanyaan reflektif
1. Apa yang terjadi dengan pembelajaran saya?
2. Mengapa masalah tersebut terjadi?
3. Bagaimana cara memperbaikinya?
4. Bagaimana cara melaksanakan atau masalah tersebtu dipecahkan?
5. Bagaimana untuk melihat hasilnya?
6. Apakah cara tersebut efektif ?
Masalah yang dapat dikaji bisa mencakup pengorganisasian materi,
penyampaian materi, dan pengoganisasian kelas. Secara umum langkah PTK
dalam 1 siklus meliputi perencanaan, melakukan tindakan dan pengamatan,
melakukan analisis hasil dan melakukan refleksi.
c. Karya inovatif
Karya inovatif bisa merupakan penemuan baru, hasil pengembangan, atau
hasil modifikasi sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan,
sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini mencakup:
1) Penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/atau sederhana;
2) Penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks
dan/atau sederhana;
3) Pembuatan/pemodifikasian alat pelajaran/peraga/-praktikum kategori
kompleks dan/ atau sederhana;
4) Penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional
maupun provinsi.
2. Merubah Paradigma tentang Profesi Guru
Konsep pengembangan pada diri seorang guru perlu ditransformasi
menjadi berkelanjutan (continuous professional learning) dan diletakkan dalam
konsep belajar dalam bekerja (workplace learning). Hal ini sejalan dengan
suatu model pengembangan belajar mandiri yang dikemukakan Haris
Mudjiman yaitu bersifat siklikal dalam menimbulkan motivasi berkelanjutan
(2010: 47-54). Inilah letak tugas pemerintah dan lembaga penyelenggara
peningkatan mutu guru untuk menjamin bahwa guru mau mempertahankan
motivasinya untuk terus belajar. Bekal ketrampilan untuk belajar berkelanjutan
inilah yang penting dilatihkan kepada para calon guru dan para guru dalam
jabatan.
Profesionalisme harus dilihat terbentuk dari pengalaman holistik
(kombinasi dari berbagai faktor terkait) bukan sekedar dalam dimensi-dimensi
kompetensi yang sering dilihat secara diametrikal. Nampak seringkali ada
dikotomi antara berbagai kompetensi, padahal satu sama lain saling mengisi
dan mempengaruhi. Terkadang di dalamnya ada tacit knowledge yang tidak
bisa hanya didekati melalui sistem pengembangan profesi melalui kontrol
struktural, namun juga kontrol kultural yang menggambarkan konteks secara
holistik. Anda sebagai penyandang profesi guru perlu menyadari bahwa upaya
pengembangan profesionalisme dan peningkatan mutu guru sangat ditentukan
kemauan dan kemampuan melalui belajar mandiri yang didorong oleh niat
untuk mencapai kompetensi (self determined learning) secara berkelanjutan.
Apabila seluruh upaya pengembangan profesi guru berdasarkan atas dasar
kontrol struktural hanya menyebabkan Anda mengalami diskontinuitas
pengembangan diri yang berpotensi menyebabkan kemandegan akademik.
Salah satu ciri profesi adalah memiliki bidang kajian spesifik yang terus
digeluti, direfleksikan, dan dikembangkan secara terus menerus.
Perlu difahami konsep belajar seorang profesional adalah; (1) belajar dari
pengalaman terjadi secara siklikal yang disebut microgenetic development
moment by moment (experiential learning cycle), (2) belajar dari tindakan
reflektif yang disebut sebagai pusatnya praktek keprofesionalan karena melalui
aktifitas reflektif transformasi pengalaman menjadi aktifitas belajar, (3) belajar
dimediasi oleh konteks karena belajar selalu terjadi dalam konteks bukan
sekedar fisik namun juga interaksi sosial. Konteks ini oleh Boud dan Walker
(1998; 196) dianggap salah satu yang paling berpengaruh penting atas refleksi
dan belajar. Connely & Clandinnin (1995) menyatakan bahwa pengetahuan
praktis seorang guru atau dosen itu melibatkan personal, etik, intelektual dan
dimensi sosial. Anda sebagai seorang guru harus membiasakan melakukan
refleksi, bahkan bila perlu refleksi kritis karena guru bukan seja praktisi bagi
reformasi pendidikan namun juga seorang inisiator dan konseptor bagi
upaya-upaya reformasi itu sendiri.
Dari uraian rinci 4 kompetensi pada kegiatan belajar 1 sejauhmana Anda
sudah menguasai kompetensi tersebut? Guru profesional harus terus
mengembangkan diri menyesuaikan tuntutan perkembangan masyarakat.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berusaha
mengakomodasi perkembangan teori belajar dan pembelajaran membawa
konsekwensi perubahan dalam pendekatan dan metode pembelajaran termasuk
penggunaan media pembelajaran. Perkembangan perubahan karakteristik
peserta didik. Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) akan
mendorong adanya kompetisi jasa pendidikan termasuk penyediaan tenaga
pendidik profesional. Guru dari Indonesia bisa saja menjadi tenaga pendidik di
negara lain dalam kawasan Asean asalkan memenuhi kualifikasi sebagai
seorang profesional. Guru profesional memiliki empat kompetensi yaitu
pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional yang integratif (bukan sebagai
sosok terpisah) dan kontekstual. Artinya tantangan profesi bukan sekedar
berkutat pada penguasaan empat kompetensi namun juga menekankan
kompetensi profesional berupa kemampuan belajar untuk meng up date
kompetensinya untuk menjawab tantangan abad 21. Guru profesional
mempersiapkan diri mengembangan kemampuan belajar baik pada dirinya
maupun pada peserta didik. Tantangan abad 21 nampak perlu ada orientasi
khusus dalam pengembangan profesi spesifik terhadap berbagai dimensi
kompetensi dalam rangka menjawab kebutuhan pembelajaran abad 21.
3. Profesi Guru abad 21
Pembelajaran abad 21 telah mengalami pergeseran terlebh adanya era
disrupsi dimana akan terjadi perubahan masif termasuk di dunia pendidikan.
Digitalisasi sistem pendidikan dan pola pembelajaran berbasis digital akan menjadi
kebutuhan generasi. Ruang-tuang kelas kepada ruang-ruang maya yang lebih
partisipatif, kreatif, beragam, multimedia, dan menyeluruh. Tawaran evolusi
pembelajaran Massive Open Online Course (MOOC) dan Artificial Intellegent (AI)
serta teknologi Virtual Reality (VR) dan gabungan pemanfaat teknologi komputer
dan pemanfaatan internet (Cloud) akan menggeser kelas-kelas tradisional.
Hubungan manusia dan mesin semakin akrab seolah-olah saling merespon.
Perkembangan penerapan teknologi informasi dan komumikasi (khususnya
komputer) dalam bidang pendidikan digambarkan berikut;
1977
1959 1970 1980-1987 1990-an
1960-1970 Komputer 1998
1980 1986
Pengajaran mini Authoring Sistem standar
Time sharing CAI/
berprograma hadir di Pengemb. NSFNet system jaringan komputer
diterapkan PBK
(Skinner) sekolah courseware dikembang- dikembang- dikemb.
kan kan ISTE
950
990
1980
1
P e
PMP
PM PP
e
PMPT
PMT PTP Paket
pengetahuan
dengan komitmen
PT kualitas
Rangkuman
Guru secara yuridis diakui sebagai bagian dari tenaga kependidikan sebagai
suatu profesi dengan keahlian khusus. Berbagai produk hukum dan kebijakan telah
dikeluarkan pasca UUGD Nomor 14 tahun 2015 dalam rangkat meningkatkan
kualitas guru. Profesi guru bukan sekedar agen kurikulum namun secara akademis
ikut merancang konsep dan gagasan bagi upaya-upaya trasformasi dunia pendidikan
dan masyarakat pada umumnya. Profesi guru di Indonesia memenuhi kriteria
profesi pendidikan yang ditetapkan NEA. Pemerintah guna menjaga mutu guru
telah mengeluarkan Permendiknas no 35 Tahun 2010 tentang Jabatan Guru dan
Angka Kreditnya serta Permendiknas nomor 35 Tahun 2010 terkait aspek penilaian
meliputi pelaksanaan proses pembelajaran, pembimbingan, dan pelaksanaan tugas
tambahan lain yang relevan. Abad 21 menuntut perubahan peran guru lebih kepada
kontekstualisasi informasi dan mengajarkan nilai nilai-nilai etika, budaya,
kebijaksanaan, pengalaman, empati sosial, sikap-sikap, dan keterampilan esensial
abad 21 yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreativitas (4C). Guru
harus terus belajar dalam konteks Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Penting bagi guru
selalu melakukan refleksi pembelajaran, mengidentifikasi masalah, merancang
tindakan, melaksanakan mengevaluasi hasil dan tindaklanjut sebagai bagian dari
kebiasaaan pengembangan keprofesian bekelanjutan. Perkembangan masif
Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa perubahan pola-pola pembelajaran
sehingga guru dituntut mampu menyesuaikan mode-mode pembelajaran baru.
Penting bagi guru memiliki ICT literacy dan paket pengetahuan dalam
mengintegrasikan kemampuan pedagogis, penguasaan materi, dan cara
pembelajarannya. Guru adalah pengembang gagasan dan ide bagi transformasi
pendidikan bukan sekedar pelaksana kurikulum.
Daftar pustaka
Boud, David & Walker, David (1998). Promoting reflection in professional courses.
The challenge of context. Studies in Higher Education, 23(2), 191-206, DOI:
10.1080/03075079812331380384
Sarvage, Laura (2009). Who is the “Professional” in a Professional Learning Community? An Exploration of Teacher Professionalism in
Collaborative Professional Development Settings. Canadian Journal Of Education 32, 1 (2009):
149-171
Stinnet, TM., & Hugget, AJ. (1963) Professional Problems of Teachers (2nd) London; Collier-Macmillan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Webster-Wright, Ann (2009). “Reframing
Mengutamakan
layanan Menggeluti batang tubuh
Ilmu tertentu
SUATU PROFESI?
Karir hidup dan Latihan jabatan
keanggotaan tetap berkesinambungan
PEMERINTAH TELAH
MENGELUARKAN PERMEN PAN-RB
No.16/2009
tentang
8. Mengimplimentasikan kolaborasi
internal di tempat bekerja
9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan
profesi BK
10. Mengimplimentasi kolaborasi D
antar profesi
KOMPETENSI SOSIAL
((PPeemmbbimim
bbinignagna) n)
11. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan
dan masalah konseli
12. Menguasai kerangka teoritik dan praksis BK
13. Merancang program BK
14. Mengimplementasikan program BK yang komprehensif
15. Menilai prses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
16. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
17. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK
PELLAAKSSAANAAAAN
PEENIILAAIAAN KINERJA
GGUU
RRUU
• Dilakukan setiap tahun oleh kepala sekolah
atau pengawas atau guru senior yang
ditunjuk oleh kepala sekolah (yang telah
memahami penilaian)
• Penilaian terhadap kompetensi guru
dilakukan dengan instrumen tertentu
(Pembelajaran, Pembimbingan, atau Tugas
Tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah)
PENGEMBANGAN PROFESI
YANG BARU