Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS

“BISNIS LOGISTIC DAN SUPPLY-CHAIN MANAGEMENT”

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mari
kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua sehingga saya dapat menyusun makalah yang
membahas tentang “Bisnis Logistik dan Supply-Chain Management” ini tepat pada waktunya.

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Bisnis Logistik dan Supply-
Chain Management” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 7 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

2.1.......................................................................................................................................... Def
inisi dari Logistic Management dan Supply-Chain Management...................................4
2.1.1. Konsep dalam Logistic Management dan Supply-Chain Management..............5
2.1.2. Perbedaan antara Logistic Manaement dengan Suppy-Chain Management.......6
2.2.......................................................................................................................................... Sist
em dari Logistic Management dan Supply-Chain Management.....................................7
2.3.......................................................................................................................................... Ke
unggulan Kompetitif dari Logistic Management dan Supply-Chain Management........11
2.4.......................................................................................................................................... Ta
ntangan & Hambatan dari Logistic Management dan Supply-Chain Management.......12
2.5.......................................................................................................................................... Co
ntoh Penerapan dari Logistic Management dan Supply-Chain Management.................18
2.6.......................................................................................................................................... Sol
usi Penerapan dari Logistic Management dan Supply-Chain Management...................21

BAB III PENUTUP...................................................................................................................25

ii
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................25

Daftar Pustaka........................................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya perindustrian Indonesia maupun dunia pada masa sekarang
ini menjadikan perusahaan harus bersaing terlebih dari segi dunia manufaktur. Produktivitas,
utilitas, dan efisiensi menjadi hal pokok yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Seiring dengan banyaknya pasar yang semakin mendominasi dan
canggihnya teknologi informasi pada masa sekarang ini menjadikan persaingan dunia bisnis
semakin ketat.

Dalam bisnis, seringkali ada istilah yang sering digunakan dalam perusahaan seperti
logistik dan rantai pasokan. Karena memang, dalam dunia bisnis, utamanya sekali
perusahaan jenis barang, jalur distribusi adalah salah satu kunci menuju kesuksesan. Namun,
beberapa orang seringkali menganggap bahwa Logistic Management dan Supply Chain
Management merupakan dua istilah yang sama, jenis management yang sama pula.
Meskipun keduanya tidak terlalu berbeda, tetapi tetap saja secara konsep berbeda. Salah
membedakan dua prinsip ini, bisa membuat pebisnis membayar mahal untuk kelangsungan
usaha perusahaan.

Memahami manajemen rantai pasok tidaklah mudah, meskipun secara umum


ini merupakan suatu sistem kerja yang mengatur distribusi barang dan jasa mulai dari
produsen hingga ke konsumen. Di dalam sistem ini, salah satunya terdapat kegiatan
manajemen logistik. Secara kasar keduanya kelihatan sama, namun apabila lebih diperinci
lagi akan terlihat perbedaannya. Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang dan jasa,
yakni pengelolaan mengenai pembelian, pergerakan, penyimpanan, pengangkutan,
administrasi dan penyaluran barang. Pada intinya, keduanya menyangkut usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan barang.

Ketika perusahaan menerapkan salah satu diantara kedua manajemen tersebut, akan
berdampak pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Maka dari itu, untuk
menentukan manajemen yang ingin digunakan, terlebih dahulu melihat bagaimana sistem
perusahaan dan tujuan perusahaan tersebut apakah memproduksi sendiri barang atau tidak.

1
1.2. Rumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang dirumuskan didalam makalah adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Logistic Management dan Suppy-Chain Management?


2. Apa yang membedakan antara Logistic Management dengan Supply-Chain
Management?
3. Apa saja konsep yang ada dalam Logistic Management maupun Supply-Chain
Management?
4. Bagaimana sistem dari Logistic Management maupun Supply-Chain Management
dapat bekerja?
5. Apa saja keunggulan kompetitif dari Logistic Management dan Supply-Chain
Management?
6. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Logistic Management dan
Supply-Chain Management?
7. Bagaimana contoh penerapan dari Logistic Management ataupun Supply-Chain
Management dalam suatu perusahaan?
8. Bagaimana solusi yang dapat digunakan dalam penerapan dari Logistic
Management ataupun Supply-Chain Management dalam suatu perusahaan?

1.3. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan rumusan masalah yang terlampir sebelumnya, makalah ini


bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk memahami pengertian dari Logistic Management dengan Supply-Chain


Management.
2. Untuk memahami perbedaan antara Logistic Management dengan Supply-Chain
Management.
3. Untuk mengetahui konsep-konsep yang ada dalam Logistic Management maupun
Supply-Chain Management.

2
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem dari Logistic Management maupun Supply-
Chain Management dapat bekerja.
5. Untuk mengetahui keunggulan-keunggulan kompetitif dari Logistic Managent
dan Supply-Chain Management.
6. Untuk mengetahui tntangan dan hambatan dari Logistic Management dengan
Supply-Chain Management.
7. Untuk mengetahui contoh penerapan dari Logistic Management ataupun Supply-
Chain Management dalam suatu perusahaan.
8. Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan dalam penerapan dari Logistic
Management ataupun Supply-Chain Management dalam suatu perusahaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dari Logistic Management dan Supply-Chain Management


a. Logistic Management

Manajemen Logistik adalah salah satu komponen penting dalam Manajemen


Rantai Pasokan atau Supply Chain Management yang digunakan untuk memenuhi
permintaan pelanggan melalui perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian keefisienan
dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan (jasa) dan informasi terkait
dari titik permulaan hingga titik tujuan. Manajemen Logistik atau Logistic Management
ini dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan meningkatkan layanannya kepada
pelanggan.

Manajeman Logistik ini bertujuan untuk memperoleh dan mendistribusikan bahan


dan produk di tempat dan waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat juga dengan biaya
yang seefiesien mungkin. Manajemen yang melibatkan pemrosesan pesanan,
pergudangan, penanganan bahan/produk, pengemasan dan transportasi ini juga
merupakan sebuah sektor yang perkembangannya sangat pesat di dunia bisnis sekarang.
Tanpa didukung oleh Manajemen Logistik yang baik, aktivitas Produksi maupun
Pemasaran akan sangat sulit untuk dilaksanakan.

b. Supply-Chain Management

Supply Chain Management adalah rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk


merencanakan, mengendalikan, dan menjalankan arus produk. Ini meliputi proses
perolehan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi produk ke konsumen akhir,
dengan cara yang paling efisien dan hemat biaya.

SCM merupakan usaha yang luas dan kompleks yang bergantung pada setiap
mitra – dari pemasok hingga produsen dan seterusnya – supaya dapat berjalan dengan
baik. Tujuan dari manajemen rantai pasokan sendiri adalah untuk memaksimalkan nilai
pelanggan dan mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar. Untuk mencapainya,
dibutuhkan berbagai upaya, baik strategi bisnis dan perangkat lunak khusus.

4
2.1.1. Konsep dalam Logistic Management dan Supply-Chain Management
a. Logistic Management
Logistik pada dasarnya berawal dari konsep dan kegiatan yang berhubungan
dengan militer dan pertahanan. Militer atau Departemen Pertahanan memanfaatkan
perencanaan terperinci dan ektensif untuk mengumpulkan persediaan dan orang serta
perlengkapan lainnya ke berbagai lokasi dan pangkalan militer, aktivitas militer inilah
yang saat ini kita kenal sebagai istilah “Logistik”. Keberhasilan suatu aksi militer
sangat tergantung pada kemampuan untuk mengumpulkan informasi, menganalisis,
penyesuaian atau berasimilasi dan mengambil langkah-langkah logistik yang tepat
untuk mendukung aksi militer mereka secara terus-menerus. Hal ini sangat mirip
dengan sebuah organisasi bisnis yang operasionalnya sangat tergantung pada visibilitas
dan pengendalian atas proses logistik yang dikelolanya.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang berorientasi bisnis ini juga
mengadaptasi prinsip-prinsip yang sama dalam menjaga keefektifan dan kefisiensian
penyimpanan, pengendalian dan pergerakan barang dagangannya. Banyak yang
menganggap bahwa Logistik adalah sama dengan Gudang. Namun pada dasarnya,
keduanya ini merupakan dua hal yang berbeda. Gudang adalah tempat penyimpanan
barang dan merupakan salah satu bentuk dari kegiatan Logistik, sementara logistik
memiliki arti dan proses yang luas lagi, bukan hanya sekedar pergudangan namun juga
melibatkan perolehan barang, penanganan, pengendalian dan pengirimannya. Salah
satu bagian terpenting dalam Manajemen Logistik adalah Teknologi informasi.
Perkembangan Teknologi sekarang memungkinkan sebuah perusahaan menemukan
produk yang diinginkannya kapan saja, baik di hari siang ataupun malam dan di lokasi
mana pun di seluruh dunia ini.
b. Supply-Chain Management
Konsep supply chain yang awalnya mengacu pada aliran material dari sumber
asalnya (pemasok) hingga ke perusahaan dan dari perusahaan ke konsumennya. Selain
supplay chain, ada juga konsep yang dikenal dengan deman chain, yang digambarkan
sebagai proses pengolahan order. Pada akhirnya kedua konsep ini dapat dilebur
menjadi satu dan dikenal dengan satu nama, yaitu supply chain.

5
Konsep supply chain juga meliputi organisasi dan proses yang membuat dan
mengirimkan produk, informasi, dan layanan ke konsumennya. Aktivitas aktivitas yang
terlibat pada supplay chain meliputi pengadaan, aliran uang, pengelolahan material,
perencanaan dan control produksi, logistic, dan control inventory, serta distribusi dan
penyaluran produk. Konsep ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah manajemen
rantai pemasok (Supplay Chain Management-SCM) yang mengacu pada perencanaan,
organisasi dan koordinasi semua aktifitas supplay chain.
Pada saat ini, istilah SCM mengacu pada system terintergrasi yang mampu
mengelola proses supplay chain secara keseluruhan. Dengan perkembangan teknologi
computer serta kompleksitas system supply chain maka akhirnya disadari bahwa
aktifitas pada supply chain tidak dapat dikelola secara mandiri per fungsi karena
semuanya saling bergantung pada penyediaan material (manajemen Inventory) dan
rencana pembelian bahan baku.
Sebagai responnya maka munculah konsep Material Requitment Planning
(MRP) yang mengintegrasikan antara produksi, pengadaan dan manajemen inventory.
Konsep ini akan berjalan lancar jika didukung oleh system berbasis computer. Konsep
MRP kemudian dikembangkan lagi setelah barbagai organisasi menyadari bahwa
perencanaan produksi, manajemen inventory dan pengadaan sangat erat kaitannya
dengan keuangan dan manajemen sumber daya manusia.
Oleh karena itu, kemudian dikenalkan konsep baru sebagai perngembangan
dari konsep MRP tersebut yaitu Manufacturing Resource Planning (MRP II) dengan
menambahkan manajemen alokasi sumber daya manusia dan keuangan. Sistem inilah
yang kemudian berevolusi menjadi konsep Enerprise Resource Planning (MRP) , yang
mengembangkan manajemen pengelolaan meliputi konsumen dan pemasok eksternal
dan disebut menjadi extended ERP / SCM.
2.1.2. Perbedaan antara Logistic Management dengan Supply-Chain Management

Managemen logistik mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam


perusahaan. Orientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana
tunggal arus barang dan informasi perusahaan. Sedangkan Supply Chain Management,
mengutamakan arus barang antar perusahaan, mulai dari awal kegiatan sampai produk
akhir, sedangkan orientasinya atas dasar kerja sama dan mengusahakan hubungan serta

6
kordinasi antar proses dari perusahaan mitra guna menunjang kegiatan proses samapai ke
tangan konsumen.

Dilihat dari kegiatannya, logistik meliputi kegiatan pergudangan (warehouse),


distribusi barang (distribution), transportasi barang (freight transportation), dan
pengelolaan pesanan (sales order processing). Sementara itu, Supply Chain meliputi
kegiatan Logistik diatas ditambah dengan beberapa kegiatan lagi seperti pembelian
(Purchasing), pengadaan (Procurement), perencanaan kapasitas produksi (capacity
planning), perencanaan pasokan (supply planning), dan perencanaan kebutuhan (forecast
demand). Kegiatan yang terpenting dalam Supply Chain adalah bagaimana cara untuk
menyeimbangkan Supply dan Demand.

Kemudian logistik adalah aktivitas atau fungsi terpisah (internal), sedangkan SCM
adalah aktivitas/fungsi digabung/berkesinambungan/tidak dapat dipisahkan, saling berikatan.

2.2. Sistem dari Logistic Management dan Supply-Chain Management


a. Logistic Management

Banyak orang yang menganggap bahwa Logistik sama dengan Gudang. Padahal,
pada dasarnya Logistik dan gudang merupakan dua hal yang berbeda. Gudang
merupakan tempat penyimpanan barang dan merupakan salah satu bentuk dari kegiatan
Logistik, sementara logistik berarti proses yang lebih luas lagi, bukan hanya sekedar
pergudangan namun juga melibatkan perolehan barang, penanganan, pengendalian dan
cara pengirimannya. Teknologi informasi adalah salah satu bagian terpenting dalam
Manajemen Logistik. Perkembangan Teknologi dan Informasi sekarang ini,
memungkinkan sebuah perusahaan menemukan produk yang diinginkannya kapanpun
dan dimanapun di seluruh dunia ini.

Manajemen Logistik yang terlaksana dengan baik akan membantu perusahaan


mengurangi biaya dan meningkatkan layanan pelanggan, sehingga perusahaan menjadi
semakin produktif dan meningkatkan profit perusahaan.

Berikut adalah cara kerja dari sistem Manajemen Logistik meliputi :

7
1) Perencanaan : Maksud dari perencanaan logistik berarti proses satu kegiatan
memikirkan, meneliti, menghitung serta merumuskan tindakan-tindakan yang
hendak dilakukan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan kegiatan
operasional dalam mengelola logistik, penggunaan logistik, serta
pengorganisasian, maupun pengendalian logistik.
2) Pengorganisasian : Yaitu kegiatan yang dilakukan untuk merancang dan
merumuskan struktur formal sebagai upaya pengelolaan logistik dengan
melakukan kegiatan pengelompokan, pengaturan, dan pembagian aktivitas atau
tugas sekaligus wewenang kepada setiap unit kerja atau anggota organisasi.
3) Pengawasan : Pengawasan berarti upaya untuk menjaga pelaksanaan setiap
tindakan dan kegiatan dalam pengelolaan logistik sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan baik yang berkaitan dengan pemakaian logistik, proses
berlangsung, dan hasilnya serta output dari pengelolaan logistik tersebutyang
merupakan bentuk dari pengawasan.
4) Pengadaan : Memiliki maksud segala kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai
dengan kebutuhan baik yang berkaitan dengan jenis dan spesifikasi jumlah waktu
serta tempat dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
5) Pencatatan/inventarisasi : Inventarisasi adalah kegiatan menyediakan data atau
semua logistik yang dimiliki, dikuasai, dan diurus perusahaan baik bagi hasil
usaha pembuatan sendiri, pembelian hadiah maupun hibah.
6) Penyimpanan (penggudangan) : Artinya suatu kegiatan pengurusan logistik baik
yang bersifat administratif maupun operasional berkaitan dengan perumusan
maupun pelaksanaan tata kerja tata ruang tata usaha maupun pengaturan barang di
tempat penyimpanan (gudang).
7) Pendistribusian : Pendistribusian di sini berarti kegiatan pengelolaan logistik yang
berkaitan dengan pembagian dan penyampaian logistik kepada satuan unit yang
membutuhkan sesuai dengan sistem kerja yang telah ditentukan.
8) Pemeliharaan : Yang dimaksud pemeliharaan di sini adalah kegiatan dalam
rangka mengelola logistik yang berkaitan dengan upaya mempertahankan kondisi
teknis daya guna dan daya hasil logistik serta menjamin jangka waktu pemakaian
barang mencapai batas waktu yang optimal.

8
9) Penghapusan : Maksudnya adalah suatu kegiatan membebaskan logistik dari
pertanggungjawaban yang berlaku baik secara fisik maupun administratif karena
fungsi dari logistik tersebut sudah dinilai tidak berdaya guna atau tidak memiliki
nilai guna.
b. Supply-Chain Management

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan


pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke
kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen.
Berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan,
dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang
terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain.
Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:
1. Pengembangan produk :
Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam
perancangan produk baru.
2. Pengadaan :
Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan
baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan
dengan supplier.
3. Perencanaan & Pengendalian :
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan
produksi dan persediaan
4. Operasi / Produksi :
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas.
5. Pengiriman / Distribusi :
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan
memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service
level di tiap pusat distribusi

Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management


dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh

9
bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses,
kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen
melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara
tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan
distributor. Supply Chain Management meliputi penetapan:

 Pengangkutan.
 Pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer).
 Supplier.
 Distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank.
 Hutang maupun piutang.
 Pergudangan.
 Pemenuhan pesanan.
 Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian
persediaan.

Proses dari Supply Chain Management adalah proses saat produk masih berbahan
mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui
berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila
digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut:

10
Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi
dari material informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi.

 Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur
ulang dan pembuangan.
 Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan.
 Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman.

2.3. Keunggulan Kompetitif dari Logistic Management dan Supply-Chain Management


a. Keunggulan kompetitif melalui manajemen logistik :
Manajemen logistik dapat membantu dalam mencapai keunggulan kompetitif,
baik dalam menciptakan value advantage maupun cost / productivity advantage.

1) Dalam value advantage : service, responsiveness, after sales service


2) Dalam value cost : capacity utilization, partnership, schedule integration
b. Keunggulan kompetitif melalui SCM :

Mencapai keunggulan kompetitif melalui kegiatan logistik pada hakekatnya juga


menunjang kegiatan supply chain, karena kegiatan supply chain merupakan
perpanjangan/perluasan dari kegiatan logistik.

Kegiatan-kegiatan dalam supply chain yang mendukung pencapaian keunggulan


kompetitif :

1) Mendukung value advantage :


 Mencari jenis dan tingkat layanan yang dikenhendaki konsumen.
 Menciptakan dan menggembangkan pelayanan yang lebih unggul berdasar
permintaan konsumen.
2) Mendukung productivity advantage :
 Mengurangi inventory sampai tingkat yang direncanakan.

11
 Menngunakan kapasitas yang ada yang semaksimal mungkin.
 Melakukan perencanaan bersama dengan semua mata rantai yang ada
mengenai inventory.
2.4. Tantangan & Hambatan dari Logistic Management dan Supply-Chain
Management
a. Tantangan dalam Logistic Management

Ada tiga tantangan dalam menjalankan bisnis logistik yaitu :

1. Human capital, dimana sumber daya manusia yang berkompeten sangat sulit
didapatkan di Indonesia. Selain itu juga belum ada standarisasi yang baku untuk
pekerja logistik. Namun demikian sudah ada usaha dari asosiasi logistik
indonesia. Misalnya yang membuat sebuah sertifikasi untuk profesi pekerja
dibidang logistik.
2. Tidak efisiennya dalam menjalankan bisnis logistik. Misalnya adalah
memaksakan penggunaan truk yang melebihi kapasitas akan berakibat pada usia
kendaraanyang tidak optimal.
3. Kurangnya apresiasi terhadap penggunaan teknologi informasi. Penggunaan
teknologi informasi semestinya menjadi nilai lebih dari bisnislogistik, karena
akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Ketiga hal tersebut menjadi tantangan bagi pelaku bisnis logistik. Padahal dengan
mengelola dan mengoptimalkan ketiga hal tersebut, maka apa yang dikatakan biaya yang
tinggi dapat ditekan sehingga menjadikan bisnis logistik yang dijalankan lebih
competitive.

Perkembangan industri logistik yang sekarang sangat berkembang dan terus


berubah karena banyak perusahaan yang bergerak di bidang ini menerapkan teknologi
dan inovasi setiap tahunnya. Perkembangan yang pesat ini menuntut manajemen logistik
untuk melakukan perubahan untuk menyesuaikan dengan tantangan industri yang makin
banyak. Adapun tantangan lainnya adalah sebagai berikut :

1. Memotong Biaya Transportasi

12
Harga bahan bakar yang semakin tinggi harganya dan inflasi merupakan
faktor yang membuat biaya transportasi juga semakin naik. Cara untuk
mensiasatinya adalah dengan berinvestasi pada transportasi yang menggunakan
bahan bakar lebih hemat seperti biodiesel, listrik, dan gas alam. Namun,
memotong biaya bahan bakar dan biaya lainnya tidaklah cukup. Harus ada
pendekatan strategis yang di implementasikan ke manajemen logistik untuk
menghilangkan dan mengurangi hambatan-hambatan yang akan menyebabkan
pembekakkan biaya. Manajer logistik perlu memprediksi tentang penjualan yang
akan terjadi dimasa datang. Dengan begitu, segala pengeluaran dapat di atur
berdasarkan prediksi pendapatan.

2. Orientasi Pada Kebutuhan Konsumen

Tujuan utama dari manajemen logistik adalah semua barang yang telah
anda produksi dikirim dengan jumlah dan cara yang tepat, dikirim pada waktu dan
tempat yang tepat. Saat ini, pelanggan meminta pelayanan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan mereka dalam paket layanan dan harga. Konsumen juga
menginginkan transparasi pengiriman barang mereka. Untuk mengahadapi
tantangan ini adalah dengan mengedepankan fleksibilitas yang dapat diperoleh
pelanggan. Perusahaan logistik juga harus menyediakan pengalaman yang
ditujukan untuk berbagai segmen pelanggan. BIS Accounting System memiliki
fitur yang mempermudah pekerjaan manajemen logistik. Sistem akan menyimpan
seluruh data pendatan dan pengeluaran yang dapat digunakan untuk memprediksi
jenis paket harga dan layanan yang akan datang.

3. Manajemen Human Resource

Manajemen HR adalah tantangan tersulit karena perusahaan logistik harus


mampu memperlakukan karyawan secara baik tetapi tetap memberikan
keuntungan semaksimal mungkin.Perusahaan yang bergerak dibidang logistik
pastinya memiliki kantor dibanyak lokasi, hal ini akan mempermudah dalam
memanajemen HR. Dengan menunjuk seorang manajer di setiap lokasi penting,
kantor pusat dapat memberikan tigas dan dilaksanakan dengan lebih efisien dan

13
efektif. Menggunakan software payroll terbaik dapat mempermudah manajer
logistik dalam mengatur jadwal dan tugas, memantau kinerja karyawan, membuat
laporan dan lainya. Manajer bisa dengan mudah memantau karyawan dan
memberitahu jika ada perubahan informasi yang dibutuhkan oleh mereka.

4. Kebijakan Pemerintah

Regulasi, standar keamanan, dan peraturan di setiap daerah dan negara


pasti berbeda-beda. Jika perusahaan adalah memiliki klien global dan lokal, maka
operasi bisnis harus mengikuti kebijakan dimana perusahaan anda beroperasi.
Regulasi ini termasuk juga mengenai lingkungan. Industri logistik juga dituntut
untuk peduli pada emisi kendaraan yang dihasilkan serta turut ikut serta menjaga
lingkungan. Pengaplikasian sistem yang efisien akan mempermudah perusahaan
anda untuk memenuhi kebijakan pemerintah lokal, mempermudah audit, menjaga
kualitas dan mencegah perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Selain itu, penggunaan software, perusahaan logistik tidak perlu melakukan
segala dokumentasi dan proses bisnis yang membutuhkan kertas dalam prosesnya.
Jadi, perusahaan logistik dapat berkontribusi penuh dalam penerapan bisnis yang
ramah lingkungan.penggunaan software, perusahaan logistik tidak perlu
melakukan segala dokumentasi dan proses bisnis yang membutuhkan kertas
dalam prosesnya. Jadi, perusahaan logistik dapat berkontribusi penuh dalam
penerapan bisnis yang ramah lingkungan.

5. Vendor Relationship Management

Koneksi anda dengan vendor/supplier dengan perusahaan logistik


merupakan tantangan yang harus disiasati dengan tepat dan benar. Salah satu
caranya adalah membuat standarisasi kerja yang disepakati kedua belah pihak.
Kesepakatan ini hanya bisa dicapai apabila menguntungkan kedua belah-pihak.
Komunikasi adalah sarana yang penting untuk mewujubkan. Perusahaan logistik
harus mampu memahami bisnis vendornya yang berusaha mendapatkan
keuntungan dari produk yang diberikan. Perusahaan anda harus mampu
beradaptasi dengan lanskap industri dan tantangan yang dinamis. Untuk bisa tepat

14
bersaing di dalam industri penerapan teknologi termutahi adalah sebuah
keniscayaan. Pelatihan khusus untuk setiap karyawan adalah kuncinya.

b. Tantangan dalam Supply-Chain Management

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi


dalam mengelola suppy chain, yaitu:

1. Kompleksitas struktur supply chain


 Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda
 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
2. Ketidakpastiaan
 Ketidakpastian permintaa
 Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku,
dll.
 Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian kualitas produksi dll.

Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau


bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi
tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan,
maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses
pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar
dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah.

Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan dalam


supply chain management adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan pengiriman
pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan biaya persediaan.
Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan manajer untuk mengevaluasi
pilihan yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam kepuasan pelanggan dengan
biaya yang terjangkau.
15
Meskipun SCM memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sistem produksi
dan operasi di perusahaan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dan
disikapi oleh perusahaan apabila akan menerapkannya. Tantangan yang pertama berasal
dari lingkungan makro dan juga lingkungan eksternal. Misalnya saja trend perekonomian
global yang menunjukkan adanya kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena persaingan di tingkat global memang sangat meningkat. Selain itu
juga kecenderungan perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit dan
banyak menuntut. Faktor eksternal lain adalah perkembangan teknologi. Perkembangan
teknologi yang terkait dengan teknologi informasisedapat mungkin diadaptasi oleh
perusahaan-perusahaan yang menerapkan SCM sehingga dapat mengelola informasi yang
bergerak sangat cepat untuk menanggapi perpindahan produk.

Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering dihadapi


khususnya negara berkembang adalah masalah infrastruktur termasuk birokrasi yang
rumit. Masalah ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap tantangan SCM
yang lain, yaitu teknologi informasi.Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat
digolongkan dalam lingkungan mikro atau di lingkungan perusahaan itu termasuk
stakeholdernya. Mengingat sebuah rantai supply chain terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh beberapa perusahaan, maka pengelolaannya tidak mudah. Kompleksitas
permasalahan meningkat dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran produk
dan informasi dilihat dalamlingkungan keseluruhan supply chain dari ujung hulu ke
ujung hilir. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan tersebut, banyak sekali
tantangan yang bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan sebuah supply chain.

Menurut Lee & Bilington (1992) mendeskripsikan 14 tantangan yang harus


diperhatikan dalam SCM, yaitu:

1. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap chanel


menentukan ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk membuat joint
matrics yang mengukur kinerja rantai secara keseluruhan.
2. Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran terhadap
kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya.
3. Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat.

16
4. Sistem informasi tidak efisien.
5. Dampak ketidakpastian diabaikan.
6. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak
diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut,kadang-kadang
terlalu statis dan generik.
7. Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah,service levelnya
tidak terukur, sistem insentifnya tidak tepat.
8. Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi, dan pengiriman tidak bagus.
9. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada pertimbangan efek
persediaan dan waktu respon.
10. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.
11. Ada kendala komunikasi antar organisasi.
12. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply chain.
13. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah.
14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja,
tidak bisa membedakan antara immediate customer dengan end customers.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan


perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, baru
kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan
eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan SCM
adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses
pengambilan keputusan di wilayah penerapan SCM.

Tantangan lain dalam penerapan SCM

1. Tantangan I : Kompleksitas struktur Supply Chain

Adanya kompleksitas yang melibatkan internal perusahaan maupun


eksternal perusahaan. Internal perusahaan contoh : antara bagian marketing
dengan produksi, marketing seringkali membuat kesepakatan dengan pelanggan
tanpa mengecek secara baik kemampuan produksi, perubahan jadual produksi
secara tiba-tiba karena marketing menyepakati perubahan order dengan

17
pelanggan. Disisi lain bagian produksi sering resistant dengan perubahan
mendadak. Dengan eksternal misalnya antara supplier yang menginginkan
pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat
mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga menginginkan pengiriman segera
setelah produksinya selesai.

2. Tantangan II : Ketidakpastian

Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang


dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di
sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety time, atau
kapasitas produksi maupun transportasi.

Sumber ketidakpastian yaitu :

 Ketidakpastian pembeli,
 Ketidakpastian dari supplier yaitu terkait dengan pengiriman, harga,
kualitas maupun kuantitas,
 Ketidakpastian internal yang bisa disebabkan kerusakan mesin, kinerja
mesin yang tidak sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun kualitas
produksi.

2.5. Contoh Penerapan dari Logistic Management dan Supply-Chain Management


a. Penerapan dari Logistic Management Pada Badan Urusan Logistik (BULOG)

Pemahaman lebih lanjut mengenai Logitic Management dapat dilihat dalam


Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik. BULOG merupakan perusahaan umum milik
negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Cakupan bisnis perusahaan ini meliputi
usaha logistik/pergudangan, survey dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik,
usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran. Namun, fokus yang
akan ditelaah berikut ini mengenai logistik BULOG dalam penyaluran bahan pokok
terutama beras hingga di tangan masyarakat.

18
Dalam rangka menjamin kelancaran penyebaran komoditas pangan terutama
beras yang dilakukan oleh BULOG, diperlukan persediaan yang cukup dan tersebar. Hal
tersebut diatur dalam Peraturan Direksi No. PD-13/DS000/10/13 tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Angkutan Barang dalam Negeri di Lingkungan Perusahaan Umum
BULOG, penyebaran stok nasional dapat dipercepat dan pengadaan jasa angkutannya
dapat dilakukan dengan baik di Divre maupun kantor pusat. Kehadiran PT. Jasa Prima
Logistik (JPL) sebagai anak perusahaan yang kemudian memiliki kantor cabang di Divre
ikut andil dalam peningkatan kecepatan dan efisiensi penyebaran stok nasional maupun
stok regional di Divre-Divre.

PT Jasa Prima Logistik BULOG melakukan usaha dibidang Jasa logistic dan
angkutan untuk menghasilkan barang dan/jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan
guna meningkatkan nilai perseroan dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.

PT Jasa Prima Logistik BULOG juga telah mampu meningkatkan luasan


bisnisnya melalui pengelolaan bidang angkutan/transportasi, Freight Forwading,
Warehousing, Ground Handling, Project Shipment, Jasa kepabeanan dan administrasi
terkait ekspor/impor, Supply Chain Management (SCM), serta Fleet Manajement System
(FMS).

1. Permasalahan yang dihadapi BULOG

Dua masalah terbesar yang dihadapi Perum BULOG saat ini adalah
pengendalian persediaan dan kinerja rantai pasok. Masalah persediaan beras,
BULOG sering dikalahkan oleh mafia beras, sehingga ketersediaan beras di
pasaran sering kekurangan yang menyebabkan kenaikan harga secara signifikan.
Akibatnya, daya beli masyarakat mengalami menurun dan dapat menimbulkan
gejolak sosial dan ekonomi.

Belum lagi masalah-masalah lainnya seperti ketidakmerataan distribusi,


jumlah yang berkurang dalam proses distribusi, kurangnya persediaan,
ketidakpastian perencanaan penggunaan gudang, permintaan distribusi beras yang

19
tidak beraturan dan tidak dapat diprediksi menjadi unsur-unsur ketidakpastian
pada rantai pasokan beras pada Perum BULOG. Trisilawaty, dkk. (2011)
melaporkan bahwa rantai pasok beras dan penggunaan gudang di Perum BULOG
belum optimal. Sebagian besar gudang BULOG saat ini dipergunakan untuk
menyimpan beras namun kapasitas gudang per unitnya yang dipergunakan tidak
maksimal, sehingga menyebabkan banyak space gudang yang terbuang. Bahkan
terdapat pula gudang yang tidak dipergunakan. Persoalan ini disebabkan adanya
ketidakpastian perencanaan penggunaan gudang oleh manajemen Perum BULOG
dalam menentukan pemanfaatan gudang untuk penyimpanan beras (tugas publik)
maupun untuk disewakan (tugas komersial).

b. Penerapan Supply Chain Management pada Badan Urusan Logistik (BULOG)

Perum BULOG yang merupakan perusahaan milik negara di bidang logistik


pangan, memiliki tanggung jawab besar dalam pengendalian dan ketersediaan beras di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup dalam urusan beras ini
meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung
plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan, dan usaha eceran. Selain itu,
BULOG juga melakukan kegiatan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga
Pembelian Pemerintah/HPP), stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan
beras untuk orang miskin (beras sejahtera/Rastra) dan pengelolaan stok pangan (BPS,
2016). Sepanjang aktivitas inilah menjadi bisnis utama dari BULOG dalam memastikan
ketersediaan beras di pasaran dan terjangkau untuk dibeli oleh masyarakat

20
Untuk kasus beras, pengelolaan rantai pasok mencakup kegiatan pembelian bahan
baku (gabah) dari petani, transportasi ke pabrik penggilingan padi, proses pengolahan
(pengeringan dan penggilingan) di pabrik, pengemasan, penggudangan, dan distribusi ke
berbagai pedagang (pedagang besar dan pengecer) dan akhirnya kepada konsumen.
Secara detil rantai pasok beras BULOG adalah seperti pada Gambar Dimana unit Unit
Pengelolaan Gabah Beras (UPGB) dan Gudang BULOG memegang peran yang cukup
penting dari pengumpulan gabah, pengolahan dan penyimpanan beras, hingga
distribusinya ke masyarakat (konsumen).

2.6. Solusi Penerapan dari Logistic Management dan Supply-Chain Management


a. Solusi Penerapan Logistic Management pada Badan Urusan Logistik (BULOG)

Logistik sebagai penopang industri 4.0 harus beradaptasi dengan atau mengikuti
kemajuan teknologi. Adaptasi ini menjadi keharusan untuk bertahan dan tumbuh
berkembang dalam menjalankan fungsi logistik sehingga tetap menjadi bagian penting

21
dari pergerakan barang, informasi, dan mesin. Oleh karena itu, PT Jasa Prima Logistik
BULOG harus dapat ikut serta dalam perkembangan teknologi masa kini.

Penerapan dalam melakukan logistik manajemen yang baik dapat dilakukan


sebagai berikut: Pertama, perencanaan Sumberdaya Logistik 4.0 Perum BULOG. Semua
fasilitas UPGB, gudang, kendaraan pengangkut, dan fasilitas pendukung lainnya harus
terintegrasi dalam CPS sehingga semua informasi, data, dan pergerakan bahan dapat
dipantau. Kedua, sistem Manajemen Pergudangan. Gudang menerapkan manajemen
bersistem sehingga pengaturan bahan dalam gudang dan pergerakan barang masuk dan
keluar dari gudang mengikuti kaidah First in First Out (FIFO). Pengaturan karung dalam
susunan pallet mengikuti urutan registrasi barang sehingga pencatatan dan pembacaan
informasi oleh sensor menjadi lebih mudah dan teratur. Ketiga, sistem Manajemen
Transportasi. Pergerakan bahan bertumpu pada transportasi yang bersistem sehingga
dapat diintegrasikan dengan manajemen pemesanan (order management system) dan
pusat distribusi. Keempat, sistem Transportasi Cerdas. Alat angkut seperti truk, kapal,
dan perahu dilengkapi dengan teknologi GPS untuk memudahkan pemantauan,
pengendalian, dan pengaturan pergerakan baik arah, jalur maupun waktu, sehingga
menjadi lebih efektif dan efisien. Kelima, keamanan Informasi. Semua data dan
informasi yang dihubungkan dengan internet dan dapat diakses oleh publik secara luas
rentan terhadap gangguan dan penyalahgunaan. Perlindungan data dan informasi
pelanggan dan akses ke dalam sistem logistik secara keseluruhan perlu diproteksi dengan
azas keamanan yang tinggi.

Penerapan dari logistik yang baik diharapkan mampu meningkatkan


produktivitas, fleksibilitas, dan kelincahan secara keseluruhan terhadap perubahan yang
mungkin terjadi. BULOG beserta dengan PT Jasa Prima Logistik selaku anak perusahaan
dari BULOG diharapkan mampu menerapkan langkah-langkah dalam penyaluran/logistik
yang baik agar tujuan BULOG dapat tercapai, yakni pengendalian dan ketersediaan beras
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Solusi Penerapan Supply Chain Management pada Badan Urusan Logistik


(BULOG)

22
Oleh karenanya manajemen Perum BULOG perlu terus menerus merumuskan
konsep-konsep terkini untuk menguraikan dan menyelesaikan persoalan ini dengan
mempertimbangkan kemudahan, efektifitas, dan penggunaan berbagai teknologi
informasi terkini yang akan semakin mendorong percepatan penyelesaian masalah ini,
termasuk mempersiapkan berbagai kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa
depan. Salah satu aplikasi untuk menangani kinerja rantai pasok adalah melalui
pemanfaatan teknologi informasi berbasis internet dan komputer. Teknologi ini telah
mengubah cara manusia dalam melaksanakan banyak pekerjaan mulai dari
berkomunikasi, bertransaksi, berproduksi, berinovasi, dan berpergian. Banyak dari
kegiatan tersebut yang dapat diselesaikan melalui teknologi digital menggunakan
komputer dan sstelepon cerdas untuk mempercepat proses dan menghemat sumber daya.
Dengan penggunaan terminologi Industri 4.0 dalam tiga faktor yang saling terkait, yaitu:
(i) digitalisasi dan integrasi teknis sederhana -hubungan ekonomis dengan teknis yang
rumit- jaringan ekonomis yang kompleks, (ii) digitalisasi penawaran produk dan layanan,
dan (iii) model pasar baru. Semua aktivitas manusia ini saling berhubungan dengan
banyak sistem komunikasi saat ini. Teknologi yang paling banyak digunakan adalah
Internet of Things (IoT), Internet of Service (IoS), dan Internet of People (IoP) yang
bertumpu pada Sistem-Fisik-Cyber (Cyber-Physical-Systems). Teknologi ini
memungkinkan entitas komunikasi (dalam lingkungan Industri 4.0) untuk bertautan satu
sama lain dan memanfaatkan data dari produsen selama siklus kehidupan sistem tanpa
dibatasi oleh sekat perusahaan dan negara. Semua pihak yang terkait dapat memperoleh
informasi dan data yang relevan setiap saat sehingga dapat mengetahui dengan lebih
pasti.

Salah satu teknologi yang dapat dipakai dalam pengendalian rantai pasok beras
Perum BULOG adalah menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFID).
Teknologi ini adalah suatu metode identifikasi menggunakan perangkat label RFID
(transponder) yang berfungsi untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label
atau perangkat RFID ini adalah benda yang dapat dipasang, dimasukkan, ditempatkan,
disematkan pada produk baik hewan, tumbuhan, bahkan manusia sekalipun sebagai alat
untuk identifikasi menggunakan frekuensi radio elektromagnetik.

Pengidentifikasian ini menggunakan medan magnet yang memancarkan sejumlah

23
kode. identifikasi tertentu saat ditanyakan atau dipanggil oleh perangkat pembacanya
(reader). Sistem pembaca RFID ini tidak memerlukan kontak langsung antara alat
pembaca dengan label RFID yang dipasang pada suatu benda, ini berbeda dengan sistem
pembaca kode batang (barcode).

Gambar Aplikasi RFID pada rantai pasok beras

Keuntungan penggunaan RFID ini, termasuk bila digunakan pada rantai pasok
beras Perum BULOG antara lain adalah (i) menaikkan produktivitas dan menekan biaya
operasional; (ii) penurunan siklus waktu dan biaya yang dikeluarkan; (iii) mengurangi
pengulangan pekerjaan; (iv) mengurangi risiko bisnis dan pengendalian aset; (v)
peningkatan keamanan dan layanan; (vi) peningkatan pemanfaatan sumber daya .

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknologi seperti RFID,


diharapkan dapat menjadikan BULOG lebih mampu menguasai pasar, dan mampu
mengendalikan rantai pasok beras yang merupakan tanggung jawabnya sebagai elemen
negara untuk urusan logistik pangan ini mengingat sangat berkembangnya teknologi

24
informasi di jaman indosutri 4.0. Semakin berkembang dan kompetitif sehingga
menuntut perusahaan-perusahaan untuk turut juga meningkatkan kualitas pelayanan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Manajemen Logistik adalah salah satu komponen penting dalam Manajemen Rantai
Pasokan atau Supply Chain Management yang digunakan untuk memenuhi permintaan
pelanggan melalui perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian keefisienan dan keefektifan
aliran dan penyimpanan barang, pelayanan (jasa) dan informasi terkait dari titik permulaan
hingga titik tujuan.

Sedangkan Supply Chain Management adalah rangkaian kegiatan yang diperlukan


untuk merencanakan, mengendalikan, dan menjalankan arus produk. Ini meliputi proses
perolehan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi produk ke konsumen akhir, dengan
cara yang paling efisien dan hemat biaya.

Manajeman Logistik ini bertujuan untuk memperoleh dan mendistribusikan bahan


dan produk di tempat dan waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat juga dengan biaya
yang seefiesien mungkin. Sedangkan Supplu-Chain Management atau manajemen rantai
pasokan sendiri bertujuan untuk memaksimalkan nilai pelanggan dan mendapatkan
keunggulan kompetitif di pasar.

Perbedaan dari keduanya adalah Managemen logistik mengutamakan pengelolaan,


termasuk arus barang dalam perusahaan. Orientasi pada perencanaan dan kerangka kerja
yang menghasilkan rencana tunggal arus barang dan informasi perusahaan. Sedangkan
Supply Chain Management, mengutamakan arus barang antar perusahaan, mulai dari awal
kegiatan sampai produk akhir, sedangkan orientasinya atas dasar kerja sama dan

25
mengusahakan hubungan serta kordinasi antar proses dari perusahaan mitra guna menunjang
kegiatan proses samapai ke tangan konsumen.

Daftar Pustaka :

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-manajemen-logistik-logistic-management/

https://www.hashmicro.com/id/blog/pengertian-manajemen-rantai-pasokan/

Buku Supply Management I Nyoman Pujawan (2005)


https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/manajemen-logistik.html
https://www.hestanto.web.id/manajemen-rantai-pasok-supply-chain-management-scm/
https://ipqi.org/pengantar-manajemen-material-konsep-supply-chain/
https://rederp.co.id/manajemen-logistik/

PDF Academia Keunggulan Kompetitif Logistik dan SCM


https://www.kompasiana.com/reza_hermawanyadi/599261e02d7acb72934
http://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/download/371/333

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-28170-5208100147-Paper.pdf

www.bulog.co.id
jplogistics.co.id

26

Anda mungkin juga menyukai