Tak pernah terpikir untuk berhenti Dan setelah kamu selesai Siapa yang menduga, bengkak menempel di dahi.
Bumi-pun kau beri makan sampah
Bumi-pun kau suguhkan limbah Sedangkan kamu? Mencuci mulut dengan buah Sedangkan kamu? Menikmati pelangi yang tak pernah salah.
Lalu kemarahan berkata “hadir”
Sengketa kamu dan bumi, membuat yang lain kocar-kacir Dan tanganmu bisa apa untuk membuatnya berakhir? Atau kau menghentikannya dengan otakmu yang fakir?
Daun-daun sedang menari
Seiring angin yang membawa pesan semesta pergi Yang bersuara “perlakukan kami dengan peduli” Lalu di titik ini, sudikah kau mengerti?
Langit dibakar dengan indahnya mentari pagi
Siang disejukkan dengan udara pohon yang murni Angkasa kian gelap dengan anggunnya pendaran bulan mengganti Dan kini, cantiknya alam mana yang belum kau pahami?