Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ahmad Lutfi

NIM : 34201700001
Matkul : Kapita Selekta Matematik SMP
Prodi : Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universias Islam Sultan Agung

BILANGAN PECAHAN

Kompetensi yang Akan Dicapai:


1. Menjelaskan pengertian bilangan pecahan (biasa, campuran, desimal dan
persen);
2. Menjelaskan dan menentukan urutan pada bilangan
pecahan (biasa, campuran, desimal, persen);
3. Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan
pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi; dan
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi
hitung bilangan pecahan.

Peta Konsep

1
I. Pengertian Bilangan Pecahan
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian pasti pernah memakan buah apel?
Sebelum kalian memakannya pasti kalian akan membagi apel menjadi
beberapa bagian yang sama. Jika kalian membaginya menjadi dua bagian
yang sama, maka satu bagian apel dari dua bagian yang sama itu disebut
1
“satu per dua” atau “seperdua” atau “setengah” dan ditulis . Jika kalian
2
membaginya menjadi tiga bagian yang sama itu disebut “satu per tiga” atau
1
“sepertiga” dan ditulis . Ataupun jika kalian membaginya menjadi empat
3
bagian yang sama, maka satu bagian apel dari empat bagian yang sama itu
1
disebut “satu per empat” atau “seperempat” dan ditulis . Semua bagian
4
1 1 1
yang sama tersebut yaitu , ,dan merupakan bilangan pecahan. Untuk
2 3 4
lebih jelasnya, pelajari materi berikut.
a
Bilangan pecahan dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a disebut
b
pembilang, b disebut penyebut, dan b ≠ 0.

II. Jenis-jenis Bilangan Pecahan


a. Pecahan Sejati
Pecahan sejati adalah pecahan yang pembilangnya kurang dari
penyebut dan FPB dari pembilang dan penyebutnya adalah 1.
Contoh:

2
Untuk bilangan bukan bilangan pecahan sejati karena FPB dari
4
2
pembilang dan penyebutnya adalah 2. Sehingga dapat
4
1
disederhanakan menjadi pecahan sejati yaitu senilai dengan .
2
b. Pecahan Tidak Sejati
Pecahan tidak sejati adalah Pecahan yang pembilangnya lebih dari
6 5
penyebut. Contohnya adalah dan .
5 2
c. Pecahan Campuran

2
1 1 2
Contoh bilangan pecahan campuran adalah: 2 , 3 , 4 dan
3 2 5
seterusnya.
1. Bilangan pecahan yang pembilangnya lebih besar dari
penyebutnya (pecahan tidak sejati) dapat diubah dalam bentuk
pecahan campuran.
Contoh:
6 1 1
=6 :5=1 sisa 1. Jadi, pecahan campurannya yaitu: 1+ =1
5 5 5
6 1
atau =1
5 5
2. Pecahan campuran dapat diubah menjadi pecahan biasa
q
Bentuk pecahan campuran p dengan r ≠ 0 dapat dinyatakan
r
p × r +q
dalam bentuk .
r
1
1 , diubah ke pecahan biasa menjadi:
5
1 1 5 1 6 ( 1× 5 ) +1 5+ 1 6
1 =1+ = + = atau 1 1 = = =
5 5 5 5 5 5 5 5 5
d. Pecahan Desimal
Pecahan murni maupun pecahan campuran dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan desimal. Untuk mengubah pecahan biasa (sejati atau
tidak sejati) dapat dilakukan dengan caa mengubah penyebutnya
menjadi bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya. Pecahan desimal
ditandai dengan penggunaan tanda koma.
Contoh:
11 11 × 4 44
1. = = =0,44
25 25 × 4 100
75 75 :25 3
2. 0,75= = =
1000 100 :25 4
3. Pada bilangan 1,25
Angka 1 bernilai 1 × 1 = 1
1 2
Angka 2 bernilai 2 × =
10 10
1 5
Angka 5 bernilai 5 × =
100 100
e. Persen
Bentuk pecahan perseratus disebut bentuk persen dan ditulis dengan
lambang “%”. Mengubah bentuk pecahan menjadi persen dapat
dilakukan dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan 100%.
Adapun untuk mengubah mengubah bentuk persen ke bentuk pecahan

3
biasa/campuran, ubahlah menjadi perseratus, kemudian
sederhanakanlah.
Contoh:
2 2
1. = ×100 %=40 %
5 5
3 3
2. = × 100 %=75 %
4 4
75 3
3. 75 %= =
100 4
f. Permil
Pecahan dalam bentuk perseribu disebut permil dan ditulis dengan
lambang “‰”. Dalam mengubah bentuk pecahan ke bentuk permil
dapat dilakukan dengan mengubah pecahan semula menjadi pecahan
senilai dengan penyebut 1.000. Jika hal ini sulit dikerjakan maka dapat
dilakukan dengan mengalikan pecahan semula dengan 1.000‰.
Contoh:
17 17 × 50 850
1. = = =850 ‰
20 20× 50 1000
17
2. ×1.000 ‰=850 ‰
20
3
3. 3 permil = 3 ‰=
1000

Biasa Campuran Decimal Persen (%) Permil (‰ ¿


8 3
1 1,6 160 % 1600 ‰
5 5

III. Menyederhanakan Pecahan


Suatu pecahan dapat disederhanakan menjadi bentuk lain dengan tidak
mengubah nilainya. Caranya dengan membagi pembilang dan penyebutnya
dengan bilangan yang sama, namun bukan satu. Berikut cara
menyederhanakan suatu pecahan:
24 24 :2 12
= =
36 36 :2 18

24 24 :3 8
= =
36 36 :3 12

24 24 :6 4
= =
36 36 :6 6

4
24 24 :12 2
= =
36 36 :12 36

2 24
Jadi, pecahan merupakan bentuk paling sederhana dari . Untuk
3 36
24
memperoleh bentuk paling sederhana dari pecahan harus dibagi 12.
36
Karena 12 adalah FPB dari bilangan 24 dan 36.
a a a :q
Dalam menyederhanakan sembarang pecahan , b ≠ 0, berlaku: = ,
b b b :q
dimana q merupakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari a dan b.

IV. Pecahan Senilai


Dua pecahan atau lebih disebut senilai jika memiliki bentuk paling
sederhana yang sama (disederhanakan dengan cara membagi pembilang dan
penyebut pecahan tersebut dengan FPB nya).
a
Misalkan a , b , c dan d adalah bilangan bulat, dengan b dan d ≠ 0. Pecahan
b
c
ekeuivalen (senilai) dengan jika a × d=c ×b.
d
1 2 3 4
Contoh: = = =
2 4 6 8

V. Membandingkan Pecahan
a b
Jika a , bdan c bilangan asli dan a< b maka <
c c
a c
Membandingkan pecahan dan yang memiliki penyebut berbeda dapat
b d
dilakukan dengan cara berikut:
a c
a. Jika a × d> b ×c maka >
b d
a c
b. Jika a × d< b ×c maka <
b d
Untuk menyatakan hubungan dua pecahan dapat dilakukan dengan cara
membandingkan pembilangnya, jika penyebutnya sama. Namun jika kedua
pecahan berbeda maka untuk membandingkan pecahan tersebut, caranya
dengan menyamakan terlebih dahulu penyebut kedua pecahan (dengan
menentukan KPK dari penyebut kedua pecahan), kemudian bendingkan
pembilangnya.

5
Contoh:
3 2
Hubungan antara dan
4 5
3 15 2 8
= dan = (samakan penyebut), karena 15 lebih besar dari 8 maka,
4 20 5 20
15 8 3 2
> maka >
20 20 4 5

VI. Operasi Hitung pada Pecahan


a. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
1. Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan bilangan
bulat
Dalam menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan
pecahan dengan bilangan bulat, ubahlah bilangan bulat itu
kedalam bentuk pecahan dengan penyebut sama dengan
penyebut pecahan itu. Kemudian, jumlahkan atau kurangkan
pembilangnya sebagaimana pada bilangan bulat. Jika pecahan
tersebut berbentuk pecahan campuran, jumlahkan atau
kurangkan bilangan bulat dengan bagian bilangan bulat pada
pecahan campuran.
Contoh:
2 2 15 17 2
1. +3= + = =3
5 5 5 5 5
1 1 1
2. 2 −1=( 2−1 ) + =1
4 4 4
2. Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan pecahan
Dalam menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan dua
pecahan, yaitu dengan cara mencari KPK dari penyebut-
penyebutnya. Kemudian, baru dijumlahkan atau dikurangkan
pembilanganya.
Contoh:
2 1 3
1. + =
3 3 3

2 1 4 5 9
2. + = + =
5 2 10 10 10

6
1 2 3 4 7 1
3. + = + = =1
2 3 6 6 6 6
3 1 6 5 1
4. − = − =
5 2 10 10 10
5. Sifat-sifat penjumlahan pada pecahan
a c c a
1. Sifat komutatif: + = +
b d d b
a c e a c e
2. ( )
Sifat asosiatif: + + = + +
b d f b d f ( )
3. Bilangan 0 adalah unsur identitas penjumlahan:
a a a
+ 0=0+ =
b b b
a −a −a a
4. Invers penjumlahan: +
b( )b
=
b b
+ =0

b. Perkalian dan Pembagian Pecahan


1. Perkalian Pecahan
a c
Perkalian dua pecahan dan dilakukan dengan cara
b d
mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan
a c a ×c
penyebut atau × = dengan b, d ≠ 0. Jika dalam
b d b×d
perkalian pecahan terdapat pecahan campuran, maka pecahan
campuran harus dinyatakan dahulu sebagai pecahan biasa.
Contoh:
3 2 3 ×2 6 2
1. × = = =
7 3 7 ×3 21 7
3 6 13 6 13 × 6 78 6 3
2. 5 × = × = = =9 =9
2 4 2 4 2×4 8 8 4
2. Pembagian
Membagi denga suatu pecahan sama artinya dengan mengalikan
dari kebalikan pecahan itu. Untuk sembarang pecahan

7
a c a ×c a c a ×d d
× = dengan b, c, d ≠ 0, berlaku : = , dimana
b d b×d b d b×c c
c
merupakan kebalikan (invers) dari
d
Contoh:
3 2 3 7 3 ×7 21
1. : = × = =
5 7 5 2 5 ×2 10
2 3 5 13 5 5 5 × 5 25
2. 1 :2 = : = × = =
3 5 3 5 3 13 3 × 15 39
3. Sifat-sifat operasi hitung pada pecahan
a c c a
1. Sifat komutatif: × = ×
b d d b
a c e a c e
2. (
Sifat asosiatif: × × = × ×
b d )
f b d f( )
a c e a c a e
3. Sifat distributif: × ( + ) =( × ) +( × )
b d f b d b f
4. Bilangan 1 adalah unsur identitas pada perkalian
a a a
× 1=1 × =
b b b
a b b a
5. Invers perkalian: × = × =1
b a a b
c. Perpangkatan Pecahan
1. Bilangan pecahan berpangkat bilangan bulat positif
Perpangkatan merupakan perkalian berulang dengan bilangan
yang sama. Untuk sembarang bilangan bukat a dan b dengan m
bilangan bulat positif, berlaku:
a m a a a a
()
b
= × × ×… × , sebanyak m faktor
b b b b
a
Dalam hal ini, bilangan pecahan disebut bilangan pokok.
b
2. Sifat-sifat perpangkatan pecahan
Untuk pecahan berpangkat berlaku sifat-sifat berikut:
a m am
1. ()b
= m
b
m
a a n a m+n
2. () () ()
b
×
b
=
b
m n m−n
3. ( ab ) : ( ab ) =( ab )
m n m× n
4. (( ab ) ) =( ab )

8
VII. Operasi Hitung pada Pecahan Desimal
a. Penjumlahan dan pengurangan
Untuk menjumlahkan atau mengurangkan bilamgan-bilangan desimal,
maka tanda koma desimal diletakkan pada satu jalur, sehingga angka
ratusan, puluhan, satuan, persepuluhan, perseratusan, dan seterusnya
masing-masing terletak pada satu jalur.
Contoh:
0,57+ 0,121 disusun menjadi 0,57
0,121+¿
0,691
Jadi, 0,57+ 0,121=0,691
b. Perkalian
1. Perkalian dengan 10, 100, 1.000, 10.000 dan seterusnya dapat
dilakukan dengan menggeser koma desimal ke kanan menurut
banyaknya angka nol pada bilangan-bilangan di atas.
Contoh:
9,876 ×100=987,6 → tanda koma bergeser 2 angka
2. Benyaknya tempat desimal dari hasil kali bilangan desimal
diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya tempat desimal
pengali-pengalinya.
Contoh:
3,67
⏟ × 4,258 ⏟ = 15,62686

2 tempat desimal 3 tempat desimal 5 tempatdesimal

VIII. Latihan Soal


1
1. Dita mempunyai tiga utas tali, panjang pita warna merah 2 m,
3
5 3
panjang pita warna kuning 1 m, dan panjang pita warna ungu 3 m.
6 4
jumlah panjang ketiga pita Dita adalah …
9 9
a. 6 c. 7
12 12
11 11
b. 6 d. 7
12 12
Pembahasan:
Panjang ketiga pita Dita:
¿ panjang p .merah+ panjang p . kuning + panjang p .ungu

9
1 5 3
¿ 2 +1 +3
3 6 4
7 11 15
¿ + +
3 6 4
28 22 45
¿ + +
12 12 12
95 11
¿ =7 m
12 12
3 1
2. Rano berlari sejauh 2 km, sedangkan Reno berlarih sejauh 3 km.
4 3
Selisih jarak yang ditempuh Rano dan Reno adalah …
7 2
a. c. 1
12 3
11 1
b. d. 2
12 3
Pembahasan:
Selisih jarak yang ditempuh Rano dan Reno:
¿ jarak yang lebih jauh− jarak yang lebih dekat
¿ jarak yg ditempuh Reno− jarak yg ditempuh Rano
1 3
¿ 3 −2
3 4
10 11
¿ −
3 4
40 33
¿ −
12 12
7
¿
12
3. Anita akan membagikan 32 m kain kepada teman-temannya. Apabila
4
setiap anak mendapat , maka banyak teman Anita yang mendapat
5
pembagian kain adalah …
a. 26 orang c. 36 orang
b. 30 orang d. 40 orang
Pembahasan:
Banyak teman anita yang mendapat pembagian kain:
panjang kain seluruhnya
¿
panjang kainuntuk satuanak
32m 5
¿ =32 × =40
4 4 orang
m
5
4. Gaji seorang pegawai Rp600.000,00 per bulan. Jika gaji pegawai
1
tersebut mendapat kenaikan 15 %, maka gajinya sekarang adalah …
2

10
a. Rp 653.000,00
b. Rp 693.000,00
c. Rp 753.000,00
d. Rp 793.000,00
Pembahasan:
Gaji pegawai karyawan sekarang:
¿ gaji bulan lalu× persentase kenaikan gaji
1
¿ 600.000 ×15 %
2
31
¿ 600.000 ×
2
¿ 693.000
5. Pak Jono membagi sejumlah uang kepada ketiga anaknya. Anak
2 1
pertama mendapat bagian. Anak kedua mendapat bagian dan
5 4
anak ketiga menerima uang sebesar Rp. 175.000,00. Jumlah uang pak
Jono yang dibagikan kepada seluruh anak-anaknya adalah …
a. Rp 700.000,00
b. Rp 500.000,00
c. Rp 437.000,00
d. Rp 288.000,00
Pembasahan:
2 1 20−8−5 7
Anak ketiga mendapat ¿ 1− − = = bagian
5 4 20 20
Jadi jumlah uang yang dibagikan kepada seluruh anaknya adalah:
20
¿ ×175.000=¿ Rp 500.000,00
7
2
6. Pak Budiman mempunyai sebidang tanah. bagian ditanami jagung.
3
1
ditanami pohon. Sisanya ditanami sayuran seluas 450 m 2. Luas
4
sawah pak Budiman adalah …
a. 10.800 m 2
b. 5.400 m 2
c. 4.500 m 2
d. 3.600 m 2
Pembahasan:
2 1 12−8−3 1
Bagian sayuran ¿ 1− − = = bagian
3 4 12 12
Jadi, luas sawah pak Budiman:
12
¿ ×450=5.400 m 2
1

11

Anda mungkin juga menyukai