Makalah Cdob
Makalah Cdob
Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Azza wa Jalla, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis setiap saat.
Dengan segala keterbatasan penulis yakni bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penulis terima dengan senang hati. Pada Akhirnya penulis berharap mudah-
mudahan makalah ini bisa diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cara Distribusi Obat yang Baik.......................................... 2
B. Prinsip Umum Cara Distribusi Obat yang Baik.................................... 2
C. Ruang Lingkup Cara Distribusi Obat yang Baik.................................. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk
menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk
mendapatkan kesehatan, bahkan sampai ada yang mengatakan “sehat itu
mahal”. Perkembangan jaman yang semakin canggih seperti sekarang ini,
sudah banyak makanan yang bermacam-macam yang nantinya akan berakibat
pada kesehatan kita, untuk itu obat sangat diperlukan dalam kehidupan kita.
Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia sehingga dalam
pembuatannya pun obat harus memenuhi kriteria efficacy, safety, dan quality.
Kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga
penyerahan obat ke tangan konsumen haruslah diperhatikan agar kualitas obat
tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh
pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian cara distribusi obat yang baik?
2. Bagaimana prinsip umum cara distribusi obat yang baik?
3. Apa saja ruang lingkup cara distribusi obat yang baik?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
a. Bangunan
Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari
sampah dan debu. Harus tersedia prosedur tertulis, program
pembersihan dan dokumentasi pelaksanaan pembersihan. Peralatan
pembersih yang dipakai harus sesuai agar tidak menjadi sumber
kontaminasi terhadap obat dan bahan obat.
Bangunan dan fasilitas harus dirancang dan dilengkapi, sehingga
memberikan perlindungan terhadap masuknya serangga, hewan
pengerat atau hewan lain. Program pencegahan dan pengendalian hama
harus tersedia. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus
terpisah dari area penyimpanan.
b. Peralatan
Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan
bahan obat harus didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Harus tersedia program perawatan untuk
peralatan vital, seperti termometer, genset, dan chiller.
Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor
lingkungan penyimpanan obat dan bahan obat harus dikalibrasi, serta
kebenaran dan kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi secara
berkala dengan metodologi yang tepat. Kalibrasi peralatan harus
mampu tertelusur.
4. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat
memastikan bahwa identitas obat dan bahan obat tidak hilang dan
distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada
kemasan. Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan
cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat dan bahan obat
yang diterima berasal dari industri farmasi dan fasilitas distribusi lain yang
mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk
meminimalkan risiko obat dan bahan obat palsu memasuki rantai distribusi
resmi.
6
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri harus
dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup semua
aspek CDOB serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
pedoman dan prosedur tertulis. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada
bagian tertentu saja.
Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci
oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit
eksternal yang dilakukan oleh ahli independen dapat membantu, namun
tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya cara untuk memastikan
kepatuhan terhadap penerapan CDOB. Audit terhadap kegiatan yang
disubkontrakkan harus menjadi bagian dari program inspeksi-diri.
Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi
semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan
tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya.
Jika dalam pengamatan ditemukan adanya penyimpangan dan kekurangan,
maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus
didokumentasikan dan ditindaklanjuti.
6. Keluhan, Obat dan Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan
Penarikan Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan bahan obat
berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan
prosedur tertulis. Obat dan bahan obat yang akan dijual kembali harus
melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya. Diperlukan koordinasi dari setiap instansi, industri
farmasi dan fasilitas distribusi dalam menangani obat dan bahan obat yang
diduga palsu. Jika diperlukan, dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif
untuk menangani semua kasus, termasuk cara penarikan kembali.
Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan bahan obat
diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi dan
8
pemegang izin edar. Setiap obat dan bahan obat diduga palsu harus
dikarantina diruang terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas. Untuk
obat dan bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus dihentikan, segera
dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut dari instansi
yang berwenang. Setelah ada pemastian bahwa obat dan bahan obat
tersebut palsu, maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi
dari instansi yang berwenang.
Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertanggung
jawab terhadap penanganan obat dan bahan obat yang ditarik dari
peredaran. Semua obat dan bahan obat yang ditarik harus ditempatkan
secara terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas. Proses
penyimpanan obat dan bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan
persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.
Perkembangan proses penarikan obat dan bahan obat harus
didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah
selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan
dikembalikan. Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan
segera setelah ada pemberitahuan.
7. Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi
yang memadai. Obat dan bahan obat harus diangkut dengan kondisi
penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi
yang tepat harus digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut,
udara atau kombinasi di atas. Apapun model transportasi yang dipilih,
harus dapat menjamin bahwa obat dan bahan obat tidak mengalami
perubahan kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu.
Pendekatan berbasis risiko harus digunakan ketika merencanakan rute
transportasi.
Obat dan bahan obat dalam pengiriman harus ditangani sedemikian
rupa sehingga identitas obat dan bahan obat tidak hilang. Obat dan bahan
obat tidak mencemari dan tidak tercemar oleh produk lain. Obat dan bahan
obat harus aman dan tidak terpengaruh oleh cahaya, suhu, kelembaban,
9
dan kondisi buruk lain yang tidak sesuai. Kondisi penyimpanan harus
dijaga sebaik mungkin selama proses pengiriman sampai dengan tempat
tujuan.
Obat dan bahan obat harus disimpan dan diangkut dalam kontainer
pengiriman yang tidak mempengaruhi mutu, dapat memberi perlindungan
memadai terhadap pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi. Bahan
pengemas dan kontainer pengiriman harus didesain sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan obat dan bahan obat selama transportasi.
8. Fasilitas Distribusi Berdasar Kontrak
Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan,
khasiat dan mutu obat dan bahan obat. Kontrak antara fasilitas distribusi
dengan pihak penyedia jasa antara lain transportasi, pengendalian hama,
pergudangan, kebersihan dan sebagainya. Semua kegiatan kontrak harus
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak serta setiap kegiatan
harus sesuai dengan persyaratan CDOB.
a. Pemberi Kontrak
Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk kegiatan yang
dikontrakkan. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai
kompetensi yang diperlukan oleh penerima kontrak. Pemberi kontrak
harus melakukan pengawasan terhadap penerima kontrak dalam
melaksanakan tugas yang dikontrakkan sesuai dengan prinsip dan
pedoman CDOB. Pemberi kontrak harus memberikan informasi
tertulis yang harus dilaksanakan oleh penerima kontrak.
b. Penerima Kontrak
Penerima kontrak harus memiliki tempat, personil yang
kompeten, peralatan, pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan tugas yang dikontrakkan oleh pemberi kontrak. Fasilitas
distribusi yang ditunjuk oleh fasilitas distribusi lain untuk
melaksanakan kegiatan distribusi, harus memenuhi persyaratan CDOB.
Penerima kontrak tidak diperbolehkan untuk mengalihkan
pekerjaan yang dipercayakan oleh pemberi kontrak kepada pihak
10
A. Kesimpulan
Cara distribusi obat yang baik (CDOB) adalah cara distribusi atau
penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Kegiatan yang menyangkut distribusi obat meliputi
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dari produsen hingga ketangan
konsumen. Penerapan CDOB ini diharapkan dapat mempertahankan dan
memastikan bahwa mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu
obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi.
Prinsip CDOB dijalankan agar obat yang diterima oleh pasien memiliki
kualitas yang sama dengan yang dikeluarkan oleh industri dan perlu ada
dokumentasi yang mencakup seluruh kegiatan di apotek tersebut. Proses
pengadaan obat, penyimpanan, sampai pada saat penyerahan obat kepada
pasien harus terdokumentasi dan memenuhi prinsip-prinsip dari CDOB.
Kemudian untuk penyimpanan obatnya pun harus disimpan sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang direkomendasikan dari industri farmasi yang
memproduksi obat tersebut.
Jika prinsip-prinsip pada cara distribusi obat yang baik (CDOB) tidak
dilaksanakan maka kualitas obat tidak dapat dipastikan atau dapat terjadi
perubahan kualitas obat dari yang dikeluarkan oleh industri dengan yang
diterima oleh pasien. Salah satunya adalah dengan beredarnya obat palsu yang
sudah masuk ke apotek, yaitu beredarnya obat palsu.
D. Saran
Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan
prinsip kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB,
misalnya dalam prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan
identifikasi risiko.
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012, Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat Yang Baik, Jakarta.
BPOM, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.