Anda di halaman 1dari 4

Tuanakotta (2010: 194-195) dalam Akuntansi Forensik & Audit Investigasi memaparkan bahwa fraud

dalam KUHP Indonesia yang menyangkut beberapa pasal bisa dinyatakan sebagai berikut:

Pasal 362 tentang Pencurian

Pasal 368 tentang Pemerasan

Pasal 372 tentang Penggelapan

Pasal 378 tentang Perbuatan Curang

Pasal 396 tentang Merugikan Pemberi Piutang dalam Keadaan Pailit

Pasal 406 Menghancurkan atau Merusakkan Barang

Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 yang secara khusus diatur dalam
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).

Dalam Tuanakotta (2010: 195) menyebutkan juga bahwa pengertian fraud meliputi berbagai tindakan
melawan hukum. Definisi yang dijelaskan hanya terbatas oleh beberapa literatur saja tetapi masih
banyak kata yang dapat mendefinisikan fraud.

Types of fraud atau jenis tindakan fraud dalam secara skematis, Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) dalam Tuanakotta (2010: 195) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk
fraud tree. Fraud tree memiliki tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropriation, dan
fraudulent statement.

Corruption atau korupsi dalam Tuanakotta (2010: 226) karupsi pada umumnya didefinisikan adalah
penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintahan (misuse of public office) untuk keuntungan pribadi.
Istilah korupsi dalam ranting koruption serupa tapi tidak sama. Ranting-ranting korupsi yang dimaksud
ada empat bentuk yakni: Conflicts of interest, bribery, illegal gratuities, economic extortion. Namun
dalam Tuanakotta (2010: 198) tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan economic extortion.

Conflicts of interest

Merupakan benturan kepentingan dalam berbagai bentuk, di antaranya binis pelat merah atau bisnis
pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-
lembaga pemerintahan dan di dunia bisnis sekalipun.

Bribery

Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia.
Dalam ranting ini ada beberapa jenis penyuapan lagi salah satunya adalah kickback. Kickback ( secara
harfiah berarti “tendangan balik”) merupakan salah satu bentuk penyuapan di mana si penjual
mengikhlaskan sebagian dari hasil penjualannya. Presentase yang diikhlaskannya itu bisa diatur di muka,
atau diserahkan sepenuhnya kepada keikhlasan penjual.
Illegal gratuities

Ilegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.
Dalam kasus korupsi di Indonesia kita melihat hal ini dalam bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulang
tahun, hadiah perpisahan, hadiah kenaikan pangkat dan jabatan, dan lain-lain yang diberikan kepada
pejabat.

Asset Misappropriation atau pengambilan aset secara illegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri.
Namun dalam istilah hukum mengambil aeset secara illegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang
dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
disebut menggelapkan. Penggelapan aset bisa dikategegorikan menjadi dua yaitu aset lancar atau aset
tidak lancar.

Fraudulent statement

Fraudulent statement dalam ranting fraud tree ini sangat dikenal oleh auditor yang melakukan general
audit (opinion audit). Fraudulent statement merupakan bentuk manipulasi laporan keuangan maupun
non keuangan. Pada laporan keuangan ini berupa salah saji (misstatement baik overstatement maupun
understatements). Biasanya para pelaku fraud bisa mememanupulasi laporan kuangannya dari akun
aset atau pendapatan yang terlalu tinggi dan sebaliknya bisa menyampaikan jumlah aset atau
pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya. Pada laporan non-keuangan biasanya pelaku akan
memberikan penyampaian menyesatkan, lebih bagus dari pada yang sebenarnya dan sering kali
merupakan pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan.

Audit investigasi adalah audit dengan tujuan khusus yaitu untuk membuktikan dugaan penyimpangan
dalam bentuk kecurangan (fraud), ketidakteraturan (irregulaties), pengeluaran illegal (illegal
expendation) atau penyalah gunaan wewenang (abuse of power) di bidang pengelolaan keuangan
Negara yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi, kolusi atau nepotisme yang harus
dinungkapkan oleh auditor serta ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang, kejaksaan atau kepolisian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

tujuan audit investigasi adalah sebagai berikut: Memberhentikan manajemen; Memeriksa,


mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti; Melindungi reputasi dari karyawan yang
tidak bersalah; Menemukan aset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang
terjadi; Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku kejahatan,
mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut; Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos
dari perbuatannya; Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan; Memastikan bahwa perusahaan
tidak lagi menjadi sasaran penjarahan; Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan;
Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat dapat
diambil.

prinsip-prinsip
audit investigatif yaitu:

1. Invetigasi adalah tindakan mencari kebenaran.

2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang
dipermaslahkan.

3. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk merespon maka
kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin benar.

4. Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut dapat


memberikan kesimpulan sendiri atau bercerita.

5. Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu mengungkap hal yang
sama.

6. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahan
manusia.

7. Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup, maka akhirnya
akan mendapatkan jawaban yang benar.

8. Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.

Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam M. Tunanakota (2010), ada tiga aksioma
dalam melakukan investigasi, yaitu:

1. Kecurangan itu tersembunyi (Fraud is Hidden)

Kecurangan memiliki metode untuk menyembunyikan seluruh aspek yang mungkin dapat mengarahkan
pihak lain menemukan terjadinya fraud.

2. Melakukan pembuktian dua sisi (Reserve Proof)

Auditor harus mempertimbangkan apakah ada bukti-bukti yang membuktikan bahwa dia tidak
melakukan kecurangan.

3. Keberadaan suatu Kecurangan (Existence of Fraud)

Adanya suatu tindak kecurangan atau korupsi baru dapat diperiksa jika telah diputuskan oleh hakim
melalui proses pengadilan.

seorang auditor investigasi menggunakan teknik audit


yang mencakup 7 hal (Tunanakota, 2010), yaitu:

1. Memeriksa fisik (physical examination).

2. Meminta konfirmasi (confirmation).

3. Memeriksa dokumen (documentation).

4. Review analitikal (analytical review).

5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquines of the auditee).

6. Menghitung kembali (reperformance).

7. Mengamati (observation).

dua macam audit investigatif

diantaranya yaitu :

(Fitrawansyah, 2014: 22)

a. Audit Investigasi Proaktif

Audit investigasi proaktif adalah audit yang dilakukan pada entitas yang mempunyai risiko-risiko
penyimpangan, tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum tidak didahului oleh informasi
tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat berpotensi menimbulkan kerugian
keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara.

b. Audit Investigasi Reaktif

Audit investigasi reaktif mengandung langkah-langkah pencarian dan pengumpulan bukti-bukti yang
diperlukan untuk mendukung dugaan/sangkaan awal tentang indikasi adanya penyimpangan yang
dapat/berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai