dalam KUHP Indonesia yang menyangkut beberapa pasal bisa dinyatakan sebagai berikut:
Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 yang secara khusus diatur dalam
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999).
Dalam Tuanakotta (2010: 195) menyebutkan juga bahwa pengertian fraud meliputi berbagai tindakan
melawan hukum. Definisi yang dijelaskan hanya terbatas oleh beberapa literatur saja tetapi masih
banyak kata yang dapat mendefinisikan fraud.
Types of fraud atau jenis tindakan fraud dalam secara skematis, Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) dalam Tuanakotta (2010: 195) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk
fraud tree. Fraud tree memiliki tiga cabang utama, yakni corruption, asset misappropriation, dan
fraudulent statement.
Corruption atau korupsi dalam Tuanakotta (2010: 226) karupsi pada umumnya didefinisikan adalah
penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintahan (misuse of public office) untuk keuntungan pribadi.
Istilah korupsi dalam ranting koruption serupa tapi tidak sama. Ranting-ranting korupsi yang dimaksud
ada empat bentuk yakni: Conflicts of interest, bribery, illegal gratuities, economic extortion. Namun
dalam Tuanakotta (2010: 198) tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan economic extortion.
Conflicts of interest
Merupakan benturan kepentingan dalam berbagai bentuk, di antaranya binis pelat merah atau bisnis
pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-
lembaga pemerintahan dan di dunia bisnis sekalipun.
Bribery
Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia.
Dalam ranting ini ada beberapa jenis penyuapan lagi salah satunya adalah kickback. Kickback ( secara
harfiah berarti “tendangan balik”) merupakan salah satu bentuk penyuapan di mana si penjual
mengikhlaskan sebagian dari hasil penjualannya. Presentase yang diikhlaskannya itu bisa diatur di muka,
atau diserahkan sepenuhnya kepada keikhlasan penjual.
Illegal gratuities
Ilegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.
Dalam kasus korupsi di Indonesia kita melihat hal ini dalam bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulang
tahun, hadiah perpisahan, hadiah kenaikan pangkat dan jabatan, dan lain-lain yang diberikan kepada
pejabat.
Asset Misappropriation atau pengambilan aset secara illegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri.
Namun dalam istilah hukum mengambil aeset secara illegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang
dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
disebut menggelapkan. Penggelapan aset bisa dikategegorikan menjadi dua yaitu aset lancar atau aset
tidak lancar.
Fraudulent statement
Fraudulent statement dalam ranting fraud tree ini sangat dikenal oleh auditor yang melakukan general
audit (opinion audit). Fraudulent statement merupakan bentuk manipulasi laporan keuangan maupun
non keuangan. Pada laporan keuangan ini berupa salah saji (misstatement baik overstatement maupun
understatements). Biasanya para pelaku fraud bisa mememanupulasi laporan kuangannya dari akun
aset atau pendapatan yang terlalu tinggi dan sebaliknya bisa menyampaikan jumlah aset atau
pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya. Pada laporan non-keuangan biasanya pelaku akan
memberikan penyampaian menyesatkan, lebih bagus dari pada yang sebenarnya dan sering kali
merupakan pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan.
Audit investigasi adalah audit dengan tujuan khusus yaitu untuk membuktikan dugaan penyimpangan
dalam bentuk kecurangan (fraud), ketidakteraturan (irregulaties), pengeluaran illegal (illegal
expendation) atau penyalah gunaan wewenang (abuse of power) di bidang pengelolaan keuangan
Negara yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi, kolusi atau nepotisme yang harus
dinungkapkan oleh auditor serta ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang, kejaksaan atau kepolisian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
prinsip-prinsip
audit investigatif yaitu:
2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang
dipermaslahkan.
3. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk merespon maka
kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan semakin benar.
5. Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu mengungkap hal yang
sama.
6. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahan
manusia.
7. Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup, maka akhirnya
akan mendapatkan jawaban yang benar.
Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam M. Tunanakota (2010), ada tiga aksioma
dalam melakukan investigasi, yaitu:
Kecurangan memiliki metode untuk menyembunyikan seluruh aspek yang mungkin dapat mengarahkan
pihak lain menemukan terjadinya fraud.
Auditor harus mempertimbangkan apakah ada bukti-bukti yang membuktikan bahwa dia tidak
melakukan kecurangan.
Adanya suatu tindak kecurangan atau korupsi baru dapat diperiksa jika telah diputuskan oleh hakim
melalui proses pengadilan.
5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquines of the auditee).
7. Mengamati (observation).
diantaranya yaitu :
Audit investigasi proaktif adalah audit yang dilakukan pada entitas yang mempunyai risiko-risiko
penyimpangan, tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum tidak didahului oleh informasi
tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat berpotensi menimbulkan kerugian
keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara.
Audit investigasi reaktif mengandung langkah-langkah pencarian dan pengumpulan bukti-bukti yang
diperlukan untuk mendukung dugaan/sangkaan awal tentang indikasi adanya penyimpangan yang
dapat/berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau perekonomian negara.