Kelompok 1
MALANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
klien usia lanjut, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Pengertian lain dari
adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada
evaluasi.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan
hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif dan salah satu
masalah kesehatan akibat proses penuaan yang paling banyak dialami lansia
seperti kemampuan memompa dari jantung harus bekerja lebih keras sehingga hal
melampaui nilai tekanan darah yang normal yaitu 140/80 mmHg (Korneliani,
2012). Jenis hipertensi yang khas sering ditemukan pada lansia adalah isolated
systolic hypertension (ISH), di mana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (di atas
140 mmHg), namun tekanan diastolik tetap normal (di bawah 90 mmHg). Lansia
sejumlah 839 juta kasus hipertensi diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun
2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, menurut National Health and
Amerika tahun 2010 – 2012 adalah sekitar 39 – 51% yang berarti bahwa terdapat
hipertensi berdasarkan diagnosis dari dokter dan hasil pengukuran tekanan darah
Menurut hasil Riset Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018
Pulau Jawa. Menurut Survei Terpadu Penyakit atau disingkat STP Puskesmas di
(Dinkes Prov. Jawa Timur 2016). Data mengenai PTM di Kabupaten Malang
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
meningkatkan tekanan darah. Stress, atau situasi yang menimbulkan distress dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Korneliani, 2012).
secara menyeluruh memberikan stress pada dunia, termasuk pada lansia yang
dapat mengganggu kualitas tidur lansia. Lasia yang mempunyai kualitas tidur
yang jelek maka mempunyai resiko tinggi mengalami penyakit jantung, depresi,
resiko jatuh serta kecelakaan (Azri et al, 2016); termasuk beresiko terjangkit
terserang COVID-19. Bukit (2005) juga memiliki pandangan yang sama; yaitu
daya tahan tubuh lansia akan menurun sebagai dampak fisiologis dari tidur yang
tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk; yang mana nantinya akan
satu populasi yang bersiko mengalami severe COVID-19 disease bila terjangkit
virus COVID-19 sehingga resiko kematian pada lansia lebih tinggi (WHO, 2020).
adanya peningkatan setiap harinya dimana pada tanggal 1 Mei 2020, telah di
dapatkan kasus positif COVID-19 sebanyak 10.551 kasus; terdiri dari 58% laki-
laki dan 42% wanita, artinya lebih banyak laki laki yang terjangkit COVID-19.
Pasien yang dinyatakan sembuh yakni 1.591 orang (BNPB, 2020). Pada tanggal
yang sama Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur termasuk dalam zona merah
dengan jumlah ODP (Orang Dengan Pemantauan) sebanyak 714 orang, PDP
(Pasien Dalam Pengawasan) sebanyak 169 orang dan pasien yang terkonfirmasi
Desa Dilem merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang yang terdapat 5.138 penduduk dengan angka kejadian ODR
(Orang dengan Resiko) sebanyak 22 orang dan ODP (Orang Dengan Pengawasan)
sebanyak 2 orang (data primer, 2020). Hasil wawancara yang sudah dilakukan
yang dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan dengan tujuan agar
dilakukan di Desa Dilem masih secara umum, belum ada penalataksanaan khusus
dengan cara mengatur pola hidup seperti, olahraga teratur, mengurangi asupan
yang kebanyakan lansia alami dalam memulai tidurnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Nuran Akdemir, 2017 menyatakan bahwa Terapi cahaya telah terbukti
antara orang tua yang sehat yang berikan selama 6-7 hari dengan lampu tidur yang
yang mati atau redup saat tidur akan membuat kinerja hormon melantonin
maksimal sehingga tubuh dan otak beristirahat secara penuh. Cahaya yang
melalui retina dan memaksa sekresi melatonin di kelenjar pituitari terjadi pada
malam hari (Wu dan Swaab 2007; Montgomery dan Dennis 2002; Mishima et al
meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur pada lansia (Montgomery dan Dennis
2002).
Chen et al (2015) menemukan bahwa durasi tidur yang terlalu lama atau
terlalu singkat merupakan faktor risiko tekanan darah tinggi dan aktivitas saraf
simpatik akan meningkat jika seseorang memiliki durasi tidur yang pendek
sehingga orang tersebut mudah stres yang dapat berakibat pada naiknya tekanan
darah. Risiko ini diketahui lebih mungkin terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Tidur memiliki peran yang penting dalam menjaga sistem imunitas tubuh, sistem
metabolisme, daya ingat, pembelajaran, serta fungsi penting lainnya. Sistem imun
pada lansia merupakan pelindung tubuh tetapi seiring dengan bertambahnya usia
sistem imun tidak dapat bekerja secara maksimal, karena hal tersebut lansia rentan
penularan COVID-19 pada lansia maka perlu dilakukan sebuah tindakan dalam
menjaga imunitas lansia selama dirumah salah satunya menjaga daya tahan tubuh
lansia dengan menjaga pola tidur dan meningkatkat kualitas tidur pada lansia (dr.
Meva,2020).
dengan tema pengaruh Light Therapy terhadap penurunan Tekanan Darah terkait
pengetahuan dan merubah perilaku lansia Desa Dilem terkait salah satu terapi
Darah sehubungan dengan kualitas tidur yang dapat dipengaruhi oleh kecemasan
karena COVID-19.
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
3. Bagi Lansia
A. Pertanyaan Klinis
Pengaruh Light Therapy Pada Kualitas Tidur Lansia Dengan Hipertensi.
(metode penelitian)
a. Desain penelitian
intervensi(post-test).
17
b. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
mempunyai ciri ciri tertentu samapi jumlah sampel (kuota) yang diinginkan,
dari teknik sampel diatas didapatkan 10 sampel. Berikut ini adalah kriteria
18
b. Lansia dengan gangguan pendengaran.
3. Teknik sampling
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
penentuan sampel didapat dari populasi yang mempunyai ciri ciri tertentu
d. Variabel Penelitian
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
(Sugiyono,2014).
1. VariabelIndependen (Bebas)
2. VariabelDependen (Tergantung)
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel
bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek,
19
hasil, atau event (Hidayat, 2014). Variabel dependen (tergantung) pada
20
e. Definisi operasional
variabel yang diamati atau diteliti, bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
21
f. Teknik Pengumpulan Data
pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi pada responden.
Responden di berikan post test setelah itu diberikan perlakuan light terapy lalu di
a. Tahap persiapan
April 2020.
b. Tahap pelaksanaan
darah responden
22
4. Melakukan inform consent pemberian Light Therapy, jika responden
responden penelitian.
terapy
c. Tahap terminasi
23
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Pengaruh Terapi Cahaya Terhadap Kualitas
Tidur Pada Lansia Di Desa Dilem
24
3. Pengolahan data
kualitas tidur pada lansi dengan hipertensi. Pengukuran kualitas tidur pada
penelitian ini menggunakan lembar observasi. Data dikumpulkan oleh peneliti dari
berikut:
pemeriksaan.
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang
penelitian ini adalah kerusakan membran oral dengan kode jawab berat : 1,
sedang: 2, ringan: 3
3. Tabulasi (Tabulating)
25
4. Analisa data
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam
a) Analisa Univariat
b) Analisa Bivariat
menggunakan uji Paired T-test, namun jika data berdistribusi tidak normal
26
g. Etika penelitian
profesional, legal dan sosial terhadap subjek penleitian. Prinsip etik meliputi
(Nursalam, 2013):
serta hanya mencantumkan tanda tangan tanpa nama terang pada lembar
memberikan inisial atau kode yang dimengerti oleh peneliti, tujuannya adalah
27
identitasnya tidak diketahui sehingga mempermudah dalam penelitian.
merugikan. Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang
dilakukan pada pasien pasca operasi. Peneliti juga akan memberikan motivasi
dialami dengan baik, sebagai suatu bentuk manfaat langsung yang diberikan
kepada responden.
4. Kerahasiaan (Confidenciality)
subyek kepada orang lain. Peneliti akan menyimpan data hasil penelitian, bila
28
5. Kejujuran (Veracity)
6. Informed Concent
penelitian untuk diambil datanya dan secara sukarela ikut serta dalam
kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem Kabupaten Malang yang telah
orang.
Data yang disajikan pada penelitian ini yaitu analisa univariat dan analisa
bivariat. Analisa univariat meliputi data pre intervensi dan post intervensi kualitas
kemudian diolah dengan aplikasi statistik SPSS: 16 For Windows meliputi analisis
29
a. Data Umum Responden
1) Tabel 2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Dilem Kab.
Malang (n=10)
No Usia Jumlah Persen
1 62 Tahun 1 10.0 %
2 64 Tahun 1 10.0 %
3 65 Tahun 2 20.0 %
4 68 Tahun 2 20.0 %
5 69 Tahun 1 10.0 %
6 70 Tahun 1 10.0 %
7 72 Tahun 2 20.0 %
TOTAL 10 100 %
Faktor usia merupakan faktor risiko yang dimiliki oleh semua orang
dan merupakan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Hasil uji
menunjukkan hubungan yang lemah, yang mana hasil ini berbeda dengan
penelitian lain yang menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor
terjadi peningkatan risiko hipertensi pada umur > 40 tahun karena pada usia
Kishore, Gupta, Kohli, & Kumar (2016) juga menunjukkan hasil serupa
pada individu usia lebih dari 35 tahun lebih tinggi dibandingkan pada
30
lebih sehat, karena seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi,
hipertensi sudah mulai banyak dialami oleh kalangan usia muda atau
darah pada lansia karena adanya gangguan pola tidur yang buruk. Hasil
akibat hipertensi.
Tabel 2.4 Distribusi frekuensi kategori jenis kelamin di Desa Dilem (n=10)
31
perempuan daripada laki-laki. Proporsi perempuan dengan
5,80%.
hidup untuk lebih sehat karena hipertensi dapat terjadi baik pada
yang signifikan atau nyata antara hasil tekanan darah systole dan
32
2) Khusus
1) Kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem sebelum intervensi Light
Therapy.
Tabel 2.6 Kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem sebelum
intervensi Light Therapy (N=10)
33
25%, tahap NREM berkurang dan kadang-kadang tidak ada. Tidur
dan memerlukan waktu lebih lama untuk tidur kembali (Perry, 2010).
nyeri bila lansia mengalami infeksi, sesak napas, batuk, gatal – gatal
ruangan panas, tempat tidur tidak nyaman dan lampu terlalu terang.
terdapat 5 orang lansia memiliki kualitas tidur baik dan 5 orang lansia
sisanya memiliki kualitas tidur yang kurang; dengan kata lain 50%
tidur yang baik. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang
34
ketidakstabilan tanda vital dan daya tahan tubuh menurun (Bukit,
2005).
Daya tahan tubuh yang menurun serta stress yang timbul pada
2) Kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem setelah intervensi Light
Therapy.
Tabel 2.7 Kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem setelah
35
Kualitas tidur seseorang yang buruk atau memiliki kebiasaan
36
berlangsung dalam jangka waktu lama akan berdampak pada
memiliki pola tidur yang baik apabila memiliki durasi tidur yang
waktu tidur.
kualitas tidur di antara orang tua yang sehat yang berikan selama 6-7
37
hari dengan lampu tidur yang mempunyai cahaya satu sisi. (Akyar
Imatullah, 2017)
tidur, tidak bisa tertidur dalam waktu 30 menit bahkan lebih, sering
tidur tidak nyenyak dan tidur terlalu larut malam, selain itu ada
38
3) Pengaruh light therapy terhadap kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa
Dilem Kabupaten Malang
Tabel 2.6 Hasil uji Wilcoxon Signed Rank dari Pengaruh light therapy
terhadap kualitas tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem
Kabupaten Malang.
39
menimbulkan masalah pada tidur seseorang. Hipertensi merupakan
yang harus dipenuhi oleh seseorang yang berada pada antara usia 40
40
terjadi pada malam hari (Wu dan Swaab 2007; Montgomery dan
stres yang dapat berakibat pada naiknya tekanan darah. Risiko ini
penting lainnya.
dapatkan hasil 0,038 P=value <0,05 yang berarti terdapat nilai yang
41
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan meliputi
perubahan fisik, psikologis, sosial, spiritual. Seiring degan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai macam masalah kesehatan atau biasa disebut dengan penyakit
degeneratif salah satunya masalah kesehatan akibat proses penuaan yang paling banyak
dialami lansia adalah pada sistem kardiovaskular. Perubahan –perubahan normal pada
42
jantung sesperti kemampuan memompa dari jantung harus bekerja lebih keras sehingga
yaitu dengan cara mengatur pola hidup seperti, olahraga teratur, mengurangi asupan
harus ada pendampingan dari tenaga kesehatan lain, tidak dapat dilakukan secara mandiri
dirumah.
Light Therapy merupakan salah satu treatment untuk Delayed Phased Syndrome
dimana seseorang mengalami gangguan irama cirkandian dalam prosese tidurnya yang
diakibatkan oleh berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi yang kebanyakan lansia
alami dalam memulai tidurnya. Sinar cahaya dalam ruangan akan mempengaruhi hormon
melatonin, lampu yang redup saat tidur akan membuat kinerja hormon melatonin
Penelitian ini juga menunjukkan hasil tentang pengaruh Light Therapy pada kualitas
tidur lansia dengan hipertensi di Desa Dilem Kepanjen Kabupaten Malang pada 10
responden dan mendekati skor maksimal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa usia
menjadi salah satu faktor penyebab hipertensi dimana terjadi perubahan tekanan darah
pada lansia karena adanya pola tidur yang buruk. Sebelum dilakukan intervensi Light
Therapy ada 5 responden dengan kualitas tidur baik dan 5 responden dengan kualitas
tidur kurang dan setelah diberikan intervensi Light Therapy sebanyak 9 orang kualitas
43
tidurnya baik, ini menunjukkan bahwa Light Therapy memberikan pengaruh yang baik
3.2 Saran
1. Bagi responden
44
2. Bagi pelayan kesehatan
hipertensi.
No TINDAKAN
1 Pengertian
Tidur adalah faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan dan fasilitas
yang optimal
2 Tujuan
Untuk mengetahui efek terapi cahaya pada kualitas tidur lasia dengan
hipertensi
3 Persiapan Alat dan Bahan
1. Box lampu 5 watt
45
4 Prosedur Tahap Kerja
1. Tahap Kerja
1. Mengkaji kesulitan tidur lansia dengan pengukuran PSQI
2. Lanjutkan terapi cahaya pada kualitas tidur lansia apabila
mengalami kesulitan tidur
3. Mengkaji kebiasaan tidur lansia
4. Mengkaji obat-obatan yang dapat mempengaruhi tidur lansia
5. Mengobservasi tempat tidur lansia
6. Melakukan simulasi alat
a. Menyiapkan box lampu 5 watt
b. Letakkan box lampu 30 cm dari tempat tidur lansia
c. Nyalakan lampu 30 menit sebelum tidur
d. Sebaiknya lansia tidak melihat langsung ke cahaya
7. Melakukan pengukuran PSQI setiap 2 hari sekali
8. Megevluasi kualitas tidur lansia dengan pengukuran PSQI pada
hari ke-7
Sumber SOP:
Akyar Imatullah, 2017. The Effect of Light Therapy on The Sleep Quality of The Elderly : An
Intervention Study. Research Paper. Australia Journal of advanced Nursing Vol. 31 Number 2
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, P., & Sudhana, I. (2015). Prevalensi dan penelitian faktor risiko terjadinya
hipertensi pada masyarakat di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Karangasem
periode Juni -Juli 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 4(3), 1–16.
46
Akyar Imatullah, 2017. The Effect of Light Therapy on The Sleep Quality of The Elderly : An
Intervention Study. Research Paper. Australia Journal of advanced Nursing Vol. 31
Number 2
Arifin, M. H. B. M., Wayan, W. I., & Ratnawati, N. L. K. (2016). Faktor-faktor yang
berhubungandengan kejadian hipertensi pada kelompok lanjut usia di wilayah kerja
UPT Puskesmas Petang Kabupaten Badung tahun 2016 E-Jurnal Medika, 5(7), 1–23.
Bruno, R. M., Palagini, L., Gemignani, A., Virdis, (20 A., Di, G. A., Ghiadoni, L., & Taddei,
S. 13). Poor sleep quality and resistant hypertension. Journal Sleep Medicine, 14(11),
1157–1163.
Chen, X., Wang, R., Zee, P., Lutsey, P. L., Javaheri, S., & Alcántara, C. (2015).
Racial/ethnic differences in sleep disturbances : the multi-ethnic study of
atherosclerosis (MESA). Sleep, 38(6), 877– 888D. https://doi.org/10.5665/sleep.4732
https://www.alodokter.com/alasan-mengapa-lansia-lebih-rentan-terhadap-virus-corona. Dr.
Meva Nareza. Diaskes 29 April 2020
.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kishore, J., Gupta, N., Kohli, C., & Kumar, N. (2016). Prevalence of hypertension and Delhi.
determination of its risk factors in Rural International Journal of Hypertension, 1–6.
https://doi.org/10.115/2016/7962595
Lu, K., Chen, J., Wu, S., Chen, J., & Hu, D. (2015). Interaction of sleep duration and sleep
quality on hypertension prevalence in adult Chinese males. Journal of Epidemiology,
25(1), 415–422. https://doi.org/10.2188/jea.JE20140139
Lumantow, I., Rompas, S., & Onibala, F. (2016). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan
darah pada remaja di Desa Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat. E-
Journal Keperawatan, 4(1), 1–6.
Mubarak, W. I. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: teori dan aplikasi. Jakarta:
EGC.
Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurwidayanti, L., & Wahyuni, C. U. (2013). Analisis pengaruh paparan asap rokok di
rumah pada wanita terhadap kejadian hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2),
244–253.
47
Potter, P. A., & Perry, A. (2012). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan
praktik. (4th ed., Vol. 2) (Komalasari, translator). Jakarta: EGC.
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular, edisi pert.,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Jakarta.
PERPRES (2020) ‘PP No. 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)’.
Shittu, R., Issa, B., Olanrewaju, G., Odeigah, L., Sule, A., Sanni, M., … Nyamngee, A.
(2014). Association between subjective sleep quality, hypertension, depression, and
body mass index in a Nigerian family practice setting. Journal of Sleep Disorders &
Therapy, 3(2), 1–5. https://doi.org/10.4172/2167-0277.1000157
Roshifanni, S. (2017). Risiko hipertensi pada orang dengan pola tidur buruk: studi di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3), 408–
419. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i3
Wahyuni, & Eksanoto, D. (2013). Hubungan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan
kejadian hipertensi di Kelurahan Jagalan di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sawit
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 1(1), 79–85.
48
i