PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh
rahmat dan nikmatnya kepada kami semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan dalam
pembuatan makalah dan penulis juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki
dalam makalah ini.
Walaupun demikian, kami sudah berusaha dengan maksimal, demi kesempurnaan
penulisan makalah ini baik dari sumber buku maupun internet. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Dalam kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah, di antaranya:
1. Shopia Terry Kurniawati, M., Pd.. sebagai dosen pembimbing,
2. Teman-teman jurusan psikologi islam yang terus memberi dorongan,
3. Orang tua yang memberi dorongan berupa material dan moril.
Penulis berharap makalah ini semoga bermanfaat bagi pembaca, serta dapat membantu
bagi perkembangan ilmu di IAIN Tulungagung di masa yang akan datang. Sekali lagi kami
ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang sudah membantu, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latihan Bermain Peran............................................................................................
2.2 Diskusi Kelompok...................................................................................................
2.3 Latihan Individual....................................................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
4.1 Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bab sebelumnya sudah dibahas bahwa ada sejumlah metode penerapan dan
ada beberapa metode pembelajaran psikodukasi atau life-skills training yang
dilaksanakan dengan pendekatan pembelajaran eksperensial.
Oleh karena itu pada pembahasan ini kita akan mengulas dan memperaktekkan
metode khas pembelajaran eksperensial II.pada makalah ini ada 3 penjelasan metode
khas pembelajaran psikodukasi yang pertama (a)latihan bermain peran(role playing)
(b)diskusi kelompok (c)latihan individual.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami latihan bermain peran ?
2. Bagaimana memahami diskusi kelompok ?
3. Bagaimana memahami latihan individual ?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami latihan bermain peran.
2. Memahami latihan diskusi kelompok.
3. Memahami latihan individual.
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Latihan bermain peran.
1. arti dan tujuan
Dalam latihan bermain peran, peserta menstimulasikan sebuah situasi interaktif nyata
atau hipotesis. Biasanya diikuti diskusi dan analisis, untuk mengetahui bagaimana interaksi itu
dirasakan atau dihayati, apa yang terjadi, dan mengapa demikian.
Permainan peran bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menghayati
sebuah interaksi, dengan menggunakan cara yang sudah biasa dilakukan atau dengan cara baru.
2. syarat keberhasilan
a. Tujuannya adalah :
1. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktikan aneka ketrampilan
yang diperlukan dalam situasi tertentu.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk merasakan atau menghayati situasi
interaksi tertentu
3. Melakukan asesmen terhadap tingkah laku peserta dalam situasi interaktif
4. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktikan ketrampilan
melakukan observasi
5. Menumbuhkan kepercayaan peserta akan kemampuannya menghadapi situasi
tertentu.
6. Menujukkan perilaku mana yang efektif dan mana yang tidak efektif dalam situasi
tertentu.
5
a. Fasilitator menjelaskan apa itu bermain peran
b. Peserta mempersiapkan diri untuk bermain peran, bias sendiri-sendiri atau dalam keompok
kecil
c. Peserta membawaka permainan peran, bias dalam kelompok kecil atau dalam kelas besar
d. Permainan peran didiskusikan dan diberi umpan balik sepenuhnya, bias dalam kelompok
kecil atau dalam kelas besar. Diskusi bias dimulai dalam kelompok kecil dulu , lalu
dilanjutkan dalam kelas besar
e. Dirumuskan learning points dari permainan peran yang bersangkutan, bias oleh fasilitator
atau lewat presentasi kelompok
6
b. Waktu persiapan dan informasi tambahan tentang peran yang disediakan:
1) Tanpa informasi tambahan, tanpa persiapan.
fakta dasar, tidak disajikan sudut pandang apa pun; disediakan waktu singkat untuk
persiapan.
3) Disediakan instruksi mendetail termasuk tujuan, sudut pandang, dan fakta-
fakta tambahan; disediakan waktu khusus secukupnya untuk persiapan.
c. Alasan menghentikan permainan peran:
7
2) Pembawa permainan peran lain.
4) Fasilitator.
5) Peserta yang membawakan permainan peran (lewat self- rating atau melihat
rekaman video).
i. Tentukan dulu:
3. Jenis atau bentuk konflik atau berbagai pandangan yang akan dilibatkan.
4. Situasi dan tokoh-tokoh seperti apa yang lazim terlibat jika isu-isu seperti
yang akan digarap itu muncul.
5. Sudut pandang seperti apa yang harus diambil oleh masing- masing tokoh
(pastikan bahwa sudut pandang ini dipahami oleh masing-masing peserta
yang akan memerankan tokoh yang bersangkutan).
6. Jumlah waktu yang diperlukan untuk persiapan,
8
pelaksanaan permainan peran, dan debriefing-nya.
7. Umpan balik seperti apa yang akan diberikan dan bagaimana cara
menyampaikannya.
8. Bagaimana hasil-hasil akan didiskusikan dan dirumuskan.
1) Begitu kaku sehingga tidak membuka peluang bagi salah satu pihak untuk
menang.
2) Begitu kaku sehingga para pembawa peran tidak memiliki kebebasan untuk
memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki- nya, akibatnya tidak memberi
peluang bagi pembawa peran untuk menunjukkan tanggung jawab.
9
3) Gagal menciptakan tekanan untuk mengatasi persoalan.
4) Tidak jelas.
4) Mengandung umpan balik tentang hal-hal yang sukar diperagakan atau sukar
diamati selama permainan peran berlangsung.
B. Diskusi Kelompok
1. Arti dan Tujuan
Diskusi kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling
mengungkapkan dan saling bertukar gagasan tentang pokok persoalan yang sedang dibahas.
Metode ini bisa dipakai sebagai “pemanasan” sebelum memulai aktivitas tertentu, sebagai
penutup kegiatan, atau sebagai kegiatan mandiri. Dalam diskusi kelompok peserta diberi
kesempatan untuk secara bebas bertukar gagasan atau pendapat, bisa dalam kelas besar atau
dalam subkelompok. Aturan main dalam berdiskusi kelompok disampaikan kepada peserta.
Fasilitator bertanggung jawab membuat hidup diskusi yang berlangsung lewat pertanyaan-
pertanyaan, menyatukan berbagai gagasan dan pendapat yang muncul, dan akhirnya membantu
membuat kesimpulan.
2. Kapan Diskusi Kelompok Efektif digunakan
Diskusi kelompok akan efektif digunakan jika satu atau lebih hal berikut ini terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengumpulkan beraneka ragam pendapat.
2) Memunculkan gagasan baru atau tambahan.
3) Memetik pelajaran dari beraneka ragam pengalaman.
4) Mendorong interaksi dalam kelompok.
10
5) Menolong kelompok menerapkan konsep-konsep tertentu dalam pelaksanaan tugas pokok
mereka (sebagai
karyawan, mahasiswa, dsb.).
6) Menciptakan sinergi.
7) Membangun rasa kebanggaan kelompok.
8) Membantu kelompok memecahkan masalah.
9) Membantu kelompok merumuskan rencana tindakan.
10) Menguji apakah kelompok memahami dan menaruh minat pada topik yang didiskusikan.
11
d. Fasilitator membuat ringkasan tentang hasil diskusi, mengingatkan peserta tentang butir-
butir gagasan penting yang muncul, dan membuat kesimpulan.
12
b) Membiarkan satu atau lebih anggota kelompok mendominasi diskusi.
C. Latihan Individual
Dalam latihan ini peserta diminta bekerja sendiri-sendiri. Lazimnya mentransfer apa yang
telah di pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari latihan individu adalah memberi
kesempatan pada peserta untuk menerapkan hasil-hasil pelajaran yang di peroleh dari program
pendidikan psikologis yang baru di jalani ke dalam situasi kehidupan masing-masing untuk
menguji pemahamannya atau memeriksa hasil pembelajaran itu dapat di terapkan dalam
kehidupan.
a. Tujuannya adalah
1. Membantu peserta menyadar sejauh mana kerelevanan hasil dengan situasi kehidupan
nyata
2. Membantu pesrta menyiapkan diri untuk penerapan dalam situasi kehidupan mereka.
5. membantu peserta membangun niat untuk mengugah kebiasaan atau cara kerja dalam
kehidupan nyata mereka.
13
3. menyangkut sesuaau yang ddi pandang menakutkan, konfidensial, atau sensitirf.
1. terdiri atas orang-orang dengan latar belakang yang sangat berlainan sehingga situasi
kehidupan nyaata mereka juga sangat berbeda
4. butuh dibantu meninjau kemali situasi kehidupaan nyata yang selama ini mereka jalani.
b. Peserta diminta bekerja secara mandiri dan fasilitator menjaga agar tetap kondusif
c. Peserta diminta membagikan kesimpulan atau hasil kerja masing-masing dengan peserta
lain
a. peserta diminta membagikan hasil pekerjaan atau tanggapan pribadi mereka sesudah
selesai mengerjakan tugas
b. Peserta diminta membawa informasi atau dokumen tertentu daari situassi kehidupan nyata
masing-masing.
2. Apa manfaat hasil pengerjaan tuugas bagi peserta dan cara menggunakan hasil itu.
3. Proses atau pedoman tertulis yang bisa membantu peserta melaksanakan tugas
14
4. Perlu tidaknya peserta diminta membagikan bagian tertentu dari hasil kegiatanya.
b. Suasana kurang tenang dan kurang kondusif untuk mengerjakan tugas dengan baik
2. Berupa menssharinngkan hasil pekerjaan tugas namun peserttaa tidak siap sebab
hal itu tidak dikomunikasikan sebelumnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16