Anda di halaman 1dari 2

Asam salisilat (acidum salicylicum) mengandung lebih dari 99,5% gugus C7H6O3.

Sediaan
murni berupa hablur ringan tidak bewarna atau serbuk bewarna putih hampir tidak berbau,
rasa agak manis dan asam. Asam salisilat tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam
minyak.2

Asam salisilat telah menjadi bahan aktif utama dalam berbagai produk terapi topikal. Sediaan
asam salisilat dapat berupa salap, krim, solusio, gel, plester, maupun sampo.27 Asam salisilat
jika digunakan akan memberikan efek:

1. Efek keratolitik dan desmolitik di dapatkan pada sediaan asam salisilat (20%-60%)19
2. Efek keratoplasti terjadi pada kosentrasi asam salisilat (0,5%-2%)19
3. Efek antipruritus dengan kosentrasi asam salisilat (1%-2%)20
4. Efek anti inflamasi dapat digunakan dengan sediaan topikal (0,5%-1%)
5. Efek bakteriostatik dan desinfektan dalam sediaan solutio asam salisilat 1:1000 dapat
digunakan sebagai kompres pada luka.19

VEHIKULUM ASAM SALISILAT

Saat ini dikenal pula berbagai vehikulum baru yaitu liposom yang mampu membawa asam
salisilat dalam konsentrasi tinggi ke sel target dengan efek iritatif yang minimal.48 Sediaan
asam salisilat bervariasi dengan konsentrasi 0,5%-60%.17

Selain itu asam salisilat juga kerap menjadi bahan kombinasi dengan zat aktif lain untuk
meningkatkan penetrasi dan aktivitas zat aktif tersebut (efek sinergistik). Asam salisilat sukar
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Kelarutan dalam air dapat ditingkatkan
dengan menambahkan amonium sitrat, kalium sitrat, dan natrium fosfat.1

Kombinasi asam salisilat dengan kortikosteroid topikal, misalnya pada terapi psoriasis,
sebaiknya memperhatikan faktor kestabilan jenis kortikosteroid dalam asam. Jenis
kortikosteroid yang stabil dalam kondisi asam adalah flusinolon.18 Kombinasi asam salisilat
dengan sulfur memiliki efek sinergistik yaitu meningkatkan aktivitas keduanya sebagai bahan
keratolitik dan antipruritus. Demikian pula penambahan asam salisilat pada preparat antralin
memiliki efek menguntungkan, yaitu mencegah oksidasi antralin. 3 Untuk bekerja dengan
optimal, pembuatan produk yang mengandung asam salisilat harus memerhatikan pKa, yaitu
pH optimal yang menyebabkan konsentrasi bentuk senyawa terionisasi dan tidak terionisasi
berada dalam keadaan seimbang. Formulasi sediaan asam salisilat yang efektif ialah yang
memiliki pH mendekati 2,97, sehingga memiliki efek deskuamasi yang optimal.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulistyaningrum, SK. Penggunaan asam salisilat dalam dermatologi. J Indon Med


Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012. 277-284p
2. Dinas kesehatan RI. Farmakope Indonesia. 1979. 56p
27. Brodell RT, Cooper KD. Therapeutic shampoos. In: Wolverton SE, editor.
Comprehensive dermatologic drug therapy. 2nd Ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p.
719-29.

17. Burkhart CN, Katz KA. Other topical medications. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatologic in general
medicine. 7th Ed. New York: Mc Graw Hill Medical; 2008. p. 2130-7.
18. Baden HP, Baden LA. Keratolytic agents. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitz Patrick Dermatology in General. 5th Ed.
New York: Mc Graw Hill medical. 2003; p. 2352-5.

19. Djuanda A. Pengobatan topikal dalam dermatologi. Maj Kedok Indon.1994;(Suppl):


S15-6.
20. Draelos ZD. Salicylic acid in the dermatologic armentarium. Cosmet Derm.1997;10
(suppl 4):S7-8

Anda mungkin juga menyukai