Training Need Assessment TNA PDF
Training Need Assessment TNA PDF
KELOMPOK VIII
Reviani 101814453047
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
MINAT STUDI MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikannya makalah ini tepat waktu. MakalahTraining and Development,
Perencanaan Pelatihan, Training Need Assessment (TNA)dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada Dr. Nyoman Anita, drg., M.S. sebagai dosen mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia yang telah memberikan arahan dan perbaikan dalam penyusunan
makalah ini. Penulis menyampaikan terima kasih pula kepada seluruh pihak lain atas
bantuannya, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun penulis mengharapkan kritik
dan saran membangun dari semua pihak yang membaca demi perbaikannya. Penulis memohon
maaf apabila ada hal yang kurang berkenan bagi pembaca baik disengaja atau tidak. Penulis
berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik saat ini dan juga di masa
yang akan datang. Atas perhatian dan dukungannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………….. 1
1.3 Manfaat…………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………...……………………… 3
2.1 Pengertian Pelatihan dan Pengembangan………………………………… 3
2.2 Tujuan Pelatihan dan Pengembangan…………………………………….. 4
2.3 Perbedaan dan Persamaan Pelatihan dan Pengembangan………………... 8
2.4 Manfaat Pelatihan dan Pengembangan…………………………………… 9
2.5 Prinsip Pelatihan dan Pengembangan…………………………………….. 9
2.6 Tahapan-tahapan Penyusunan Pelatihan dan Pengembangan……………. 9
2.7 Metode Pelatihan dan Pengembangan……………………………………. 10
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan….. 13
2.9 Perencanaan Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan SDM……………. 15
BAB III STUDI KASUS TRAINING NEEDS ASSESSMENT (TNA)………. 18
BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………... 27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan
pekerjaan secara individual, kelompok dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi
atau perusahaan (Hadari, 2005). Pengembangan adalah suatu metode yang berorientasi pada
peningkatan produktivitas kerja para pekerja di masa depan (Sondang P. Siagian, 2009).
Menurut Hani Handoko (2001), pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin,
seperti latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan sekarang, sedangkan pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup Iebih
luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan
sifat-sifat kepribadian.
Pelatihan dan pengembangan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan
terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi.
Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan
dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap. Karyawan
merupakan kekayaan organisasi yang paling berharga, karena dengan segala potensi yang
dimilikinya, karyawan dapat terus dilatih dan dikembangkan, sehingga dapat lebih berdaya
guna, prestasinya menjadi semakin optimal untuk mencapai tujuan organisasi.
Adanya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi,
menyebabkan perlunya organisasi menjembatani kesenjangan tersebut, salah satu caranya
dengan pelatihan dan pengembangan. Dengan demikian diharapkan seluruh potensi yang
dimiliki karyawan, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat ditingkatkan, akhirnya
kesenjangan berkurang atau tidak terjadi lagi kesenjangan.
1.2 Tujuan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian pelatihan dan pengembangan?
2. Apakah tujuan dari pelatihan dan pengembangan?
3. Apa perbedaan dan persamaanpelatihan dan pengembangan?
4. Apa manfaat pelatihan dan pengembangan?
5. Bagaimana prinsip pelatihan dan pengembangan?
6. Bagaimana tahapan-tahapan penyusunan pelatihan dan pengembangan?
1
2
1.3 Manfaat
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pelatihan dan pengembangan.
2. Mengetahui tujuan dari pelatihan dan pengembangan.
3. Mengetahui perbedaan dan persamaan pelatihan dan pengembangan.
4. Mengetahui manfaat pelatihan dan pengembangan.
5. Mengetahui prinsip pelatihan dan pengembangan.
6. Mengetahui tahapan-tahapan penyusunan pelatihan dan pengembangan.
7. Mengetahui metode pelatihan dan pengembangan.
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
9. Mengetahui apa itu Training need Assessment (TNA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan, sehingga melalui pelatihan
pegawai baru diarahkan untuk mempunyai job competence tersebut.
4. Membantu memecahkan permasalahan operasional.
Meskipun persoalan-persoalan organisasional menyerang dari berbagai penjuru,
pelatihan adalah sebagai salah satu cara terpenting guna memecahkan banyak dilema
yang harus dihadapi oleh manajer. Pelatihan di berbagai bidang dapat membantu
pegawai menyelesaikan masalah organisasional dan melaksanakan pekerjaan
mereka secara efektif.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
Salah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah
melalui program pengembangan karir yang sistematik. Mengembangkan
kemampuan promosional karyawan adalah konsisten dengan kebijakan personalia
untuk promosi dari dalam. Pelatihan adalah unsur kunci dalam sistem
pengembangan karir. Organisasi-organisasi yang gagal menyediakan pelatihan
untuk memobilitas vertikal akan kehilangan karyawan yang berorientasi-pencapaian
(achievement oriented) yang merasa frustasi karena tidak adanya kesempatan untuk
promosi dan akhirnya memilih keluar dari perusahaan dan mencari perusahaan lain
yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan karir mereka.
6. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Selama beberapa hari pertama pada pekerjaan, karyawan baru membentuk kesan
pertama mereka terhadap organisasi dan tim manajemen. Kesan ini dapat meliputi
dari kesan yang menyenangkan sampai yang tidak mengenakkan, dan dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan produktivitas keseluruhan karyawan. Karena
alasan inilah, beberapa pelaksana orientasi melakukan upaya bersama supaya secara
benar mengorientasikan karyawan-karyawan baru terhadap organisasi dan
pekerjaan.
7. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan
menyediakan aktivitas-aktivitas yang membuahkan efektifitas organisasional yang
lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.
mengacu kepada sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai. Sedangkan tujuan yang
berdimensi organisasional mengacu kepada apa yang dapat dicapai oleh organisasi sebagai
hasil dari program-program pengembangan sumber daya manusia(LAN dan DEPAGRI, 2007).
Menurut Tohardi (2008), tujuan-tujuan pengembangan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Produktivitas
Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas
dan kuantitas produksi akan semakin baik, karena technical skill, human skill dan
managerial skill karyawan akan semakin baik.
2. Efsiensi
Pengembangan karyawan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya manusia,
waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang,
biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan semakin kecil.
3. Kerusakan
Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang,
produksi dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam
melaksanakan pekerjaannya.
4. Kecelakaan
Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan,
sehingga jumlah biaya pengobatan yang keluarkan perusahaan berkurang.
5. Pelayanan
Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari
karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang lebih baik
merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekanan-rekanan perusahaan
bersangkutan.
6. Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan
keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga merek antusias
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
7. Karier
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan
semakin besar, karena keahlian, keterampilan dan prestasi kerjanya lebih baik,
promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang.
7
8. Konseptual
Dengan pengembangan, manajer akan semakin cakap dan cepat dalam
mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill dan
managerial skill nya lebih baik.
9. Kepemimpinan
Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik,
human relationsnya lebih luas, motivasi lebih terarah sehingga pembinaan kerja
sama vertikal dan hori0ontal semakin harmonis.
10. Balas Jasa
Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, intensif dan benefit) karyawan
akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.
11. Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang lebih baik bagi
masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang
lebih bermutu.
Menurut Robert L. Kaltz dalam Sedarmayanti (2017), perbedaan antara pelatihan dan
pengembangan terletak pada bobot materi program. Berdasarkan asumsi, bahwa dalam
organisasi terdapat 3 kemampuan yang harus dimiliki karyawan, yaitu
kemampuan/keterampilan teknis, kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang lain,
dan kemampuan teori /konsepsi. Dengan demikian dalam setiap program pelatihan dan
pengembangan, materi yang diberikan akan meliputi ketiga kemampuan dengan intensitas
bobot berbeda.
c. Magang (apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih
berpengalaman. Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan ‘off the job’
yaitu dengan mengkombinasikan materi di kelas dengan praktek di lapangan.
Pelatihan ini umum dalam pekerjaan-pekerjaan yang banyak membutuhkan
keterampilan, seperti tukang ledeng, tukang potong rambut, tukang kayu, masinis dan
lain sebagainya. Lebih ditekankan pada keterampilan perajin atau pertukangan.
d. Coaching
Coaching merupakan suatu bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada
karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Peranan job coach adalah
memberikan bimbingan kepada karyawan bawahan dalam menerima suatu pekerjaan
atau tugas dari atasannya. Adakalanya kegiatan coaching ini juga diikuti dengan
konseling yang merupakan pemberian bantuan kepada karyawan agar dapat menerima
diri, memahami diri, dan merealisasikan diri sehingga potensinya dapat berkembang
secara optimal dan tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan penyuluhan karyawan
diharapkan aspirasinya dapat berkembang dengan baik dan karyawan yang
bersangkutan mampu mencapai kepuasan kerja.
e. Penugasan sementara
Merupakan kegiatan penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai
anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalam
pengambilan keputusan dari pemecahan masalah-masalah organisasional nyata.
Karyawan turut serta dalam pembuatan keputusan dengan beragam kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya. Dalam penugasan sementara karyawan berpartisipasi
dalam memecahkan permasalahan, merencanakan masa depan dan berdiskusi serta
berperan dalam isu-isu kritis bagi organisasi.
2. Metode di luar pekerjaan (off the job training)
Pelatihan dan pengembangan dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja.
Program ini memberikan karyawan dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan pada waktu terpisah dari waktu kerja reguler mereka. Metode-
metode yang digunakan sebagai berikut:
a. Metode Simulasi
Simulasi adalah suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau
imitasi dari realitas sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata pada
pekerjaan. Metode simulasi meliputi:
12
1) Kuliah
Merupakan metode tradisional dengan kemampuan penyampaian informasi,
banyak peserta dan biaya relatif murah. Metode ini cenderung lebih tergantung
pada komunikasi, bukan modeling. Berupa ceramah yang disampaikan secara
lisan. Metode ini harus dikombinasikan dengan metode lainnya seperti diskusi
dan tanya jawab karena peserta cenderung pasif disebabkan adanya komunikasi
satu arah saja.
2) Presentasi video
Presentasi TV, film, slide dan sejenisnya adalah serupa dengan bentuk kuliah.
Metode ini biasanya digunakan sebagai bahan atau alat pelengkap bentuk-bentuk
pelatihan lainnya.
3) Metode konferensi
Metode ini analog dengan bentuk kelas seminar di perguruan tinggi, sebagai
pengganti metode kuliah. Berupa pertemuan moral formal di mana terjadi diskusi
atau konsultasi tentang sesuatu yang penting. Menekankan adanya diskusi
kelompok kecil dan melibatkan peserta aktif. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan kecakapan dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan dan untuk mengubah sikap karyawan. Sangat berguna untuk
pengembangan terhadap pengertian dan pembentukan sikap-sikap baru.
4) Studi sendiri (self study)
Metode ini biasanya menggunakan modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau
videotape rekaman di mana para karyawan mempelajarinya sendiri. Studi sendiri
berguna bilapara karyawan tersebar secara geografis atau bila proses belajar
hanya memerlukan sedikit interaksi.
Analisis yang dapat digunakan dalam perencanaan dan pengembangan SDM adalah Training
Need Assessment (TNA).
2.9.1 Pengertian Training Need Assessment (TNA)
Analisis Kebutuhan Pelatihan menurut Rosset dan Arwady menyebutkan bahwa Training
Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk
memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan
teknologi baru. Menurut Rossett and Sheldon “Training Needs Assessment is the study done in
order to design and develop appropriate instructional and informational programs and
material.” Studi yang dilakukan untuk merancang dan mengembangkan program pembelajaran
dan berbasis informasi yang tepat. Allison Rossett menuliskan bahwa Training Needs
Assessment merupakan sebuah umbrella term dari beberapa istilah seperti problem analysis,
pre-training analysis, front-end analysis, discrepancy analysis digunakan untuk menganalisis,
memeriksa dan memahami kinerja organisasi. Allison Rossett menuliskan bahwa TNA adalah
studi yang digunakan agar pelaksana mengambil keputusan yang tepat dan memberikan
rekomendasi mengenai langkah apa yang seharusnya ditempuh dalam menyelesaikan
permasalahan kinerja organisasi terkait pelatihan dan pengembangan SDM dengan
mengumpulkan informasi berupa data, opini dari berbagai sumber.
TNA adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan
bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang
materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam
penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi peserta pelatihan. Dari analisis
tersebut dapat ditentukan kebutuhan dan tujuan organisasi apa yang ingin dicapai dan pelatihan
yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. TNA dapat didefinisikan untuk
menentukan kesenjangan antara apa yang harus mampu dilakukan oleh karyawan dan apa yang
dapat ia lakukan pada saat itu.
Kesenjangan adalah perbedaan hasil kinerja karyawan, dibandinkan dengan target atau
standard yang di tetapkan (Samdi, 2007).
2.9.2 Tujuan Training Need Assessment (TNA)
1. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas organisasi.
2. Memastikan bahwa para peserta pelatihan benar-benar orang yang tepat untuk
mengikuti pelatihan.
3. Memastikan bahwa kompetensi yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai
dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu.
4. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan
materi pelatihan.
5. Memastikan bahwa penurunan kinerja atau masalah sejenis memang disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kerja, bukan oleh alasan-
alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan
2.9.3 Manfaat Training Need Assessment (TNA)
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan training needs assessment,
yaitumanfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah :
1. Menghasilkan program pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi,
jabatan dan individu.
2. Sebagai dasar penyusunan program pelatihan yang tepat.
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah:
1. Menjaga produktivitas kerja.
2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas baru.
3. Efisiensi biaya organisasi
2.9.4 Tingkatan dalam Training Need Assessment (TNA)
Menurut Coetzee (2006), penilaian kebutuhan dapat dilakukan pada tingkat yang
berbeda, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Person analyses
(analisis individu)
1. Organizational Analysis
Kabupaten Sampang memiliki puskesmas sebanyak 21 Puskesmas dimana salah satunya
adalah Puskesmas Camplong. Puskesmas Camplong berada di Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang. Puskesmas Camplong memiliki Visi yaitu menjadi pusat promosi,
pendidikan dan pelayanan kesehatan menuju masyarakat sehat yang mandiri. Untuk mencapai
visi tersebut Puskesmas Camplong memiliki misi sebagai berikut :
Dilihat dari Misi yang diatas dinyatakan bahwa Puskesmas Camplong akan menciptakan
dan memberikan pelayanan paripurna yang cepat, bermutu dan rasional, maka dari itu
diharapkan seluruh fasilitas dan karyawan yang ada dapat menunjang tercapainya misi tersebut
diatas. Puskesmas Camplong merupakan puskesmas rawat inap sehingga pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat tidak hanya berupa pelayanan UKM tetapi berupa
pelayanan UKP untuk rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan kesehatan di rawat inap
Puskesmas mirip dengan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit hanya berbeda pada
jenis penyakit yang ditangani. Di pelayanan rawat inap puskesmas juga terdapat pelayanan gizi
untuk pasien, walaupun tidak menyediakan makanan untuk pasien tetapi seharusnya petugas
gizi puskesmas yang menentukan jenis makanan yang dapat dikonsumsi atau tidak oleh pasien.
Untuk mencapai misi Puskesmas Camplong maka semua pelayanan harus memiliki tujuan
termasuk pelayanan gizi yang ada di puskesmas.
18
19
Salah satu tujuan pelayanan gizi adalah terpenuhinya kepuasan pasien terhadap
pelayanan pasien. Untuk melihat tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi maka
dilakukan analysis dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner diberikan pada
pasien dengan mengambil sample. Sample mengisi kuesioner tentang pelayanan gizi terhadap
pasien rawat inap yang diberikan oleh karyawan puskesmas. Contoh kuesioner sebagai berikut.
2. Apa keluhan, kritik dan saran anda terhadap pelayanan gizi puskesmas kami?
Petugas yang melayani kurang ramah dan terkadang penjelasannya kurang jelas.
Dari kuesioner salah satu sample pasien menyatakan bahwa petugas yang melayani
kurang ramah dan terkadang penjelasannya kurang jelas maka pasien tersebut merasa kurang
puas terhadap pelayanan gizi Puskesmas Camplong. Sebagai puskesmas yang memiliki misi
menciptakan dan memberikan pelayanan paripurna yang cepat, bermutu dan rasional, penilaian
ketidak puasan pasien menjadi kendala atau masalah bagi Puskesmas Camplong. Selain
berdasarkan hasil penilaian Kinerja Puskesmas Camplong tahun 2017 dapat diketahui bahwa
untuk pelayanan konseling gizi tidak memenuhi target yaitu target yang seharusnya dicapai
80% tetapi hanya dicapai sebanyak 62,5%. Sehingga pihak manajemen Puskesmas Camplong
seharusnya mengirimkan wakil manajemen, Tim kendali mutu di organisasi, tim yang ditunjuk
untuk menjalankan sistem, atau setiap karyawan berhadapan langsung dengan para pelanggan
untuk mengikuti service excellence training karena service excellence training dinilai sangat
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi pasien.
2. Task Analysis
Di Puskesmas Camplong sering terjadi pergantian petugas penanggung jawab program
termasuk di dalamnya juga pergantian petugas gizi atau penanggung jawab program gizi.
Terdapat beberapa calon yang mengikuti recruitment tersebut sehingga dibutuhkan task
20
analysis untuk menganalisa standar dan kompetensi yang dimiliki karyawan yang akan menjadi
penanggung jawab program gizi. Task analysis dilakukan dengan instrumen telaah literatur
kinerja karyawan dan menganalisa dengan membandingkan standar kemampuan penanggung
jawab program gizi yang diharapkan.
Penanggung Jawab Program Gizi dipuskesmas harus memiliki sertifikat pelatihan Pojok
Gizi karena pada saat ini puskesmas sangat disarankan untuk memiliki pojok gizi agar
masyarakat dengan mudah dapat mengkonsultasikan permasalahan gizinya. Sehingga dilihat
telaah literatur kinerja karyawan diatas dibandingkan dengan standar kompetensi yang
dibutuhkan sebagai penanggung jawab program gizi, standar yang belum tercapai oleh
karyawan tersebut yaitu sertifikat pelatihan Pojok Gizi. Sehingga pihak manajemen Puskesmas
Camplong seharusnya memberikan pelatihan Pojok Gizi pada karyawan tersebut agar
mencapai standar kompetensi yang dibutuhkan sebagai penanggung Jawab Program gizi.
.
3. Individual Analysis
Pada tahap individual anaysis di Puskesmas Camplong hal yang harus dipersiapkan
adalah sasaran yang akan mengikuti kegiatan TNA, petugas yang akan memfasilitasi kegiatan
TNA, waktu pengisian instrumen, dan tatacara pengisian instrumen yang telah disiapkan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk pengembangan keterampilan dan pembiasaan pengambilan
keputusan berdasarkan kriteria ilmiah, yaitu melakukan analisis kesenjangan kompetensi dari
21
kompetensi ideal (sesuai dengan peraturan dan standar kompetensi yang berlaku) terhadap
kompetensi yang dikuasai saat ini.
Nama :
Tanggal Pengisian :
(.................................)
22
Setelah membagikan instrumen di atas, klasifikasi nilai setiap sub kompetensi petugas
gizi yang bersangkutan dengan interpretasi kategori data sebagai berikut:
Kategori mata diklat bertujuan sebagai pedomen dalam menentukan proporsi diklat atau
pelatihan yang dibutuhkan dan jenis pelatihan yang dibutuhkan. Setelah lembar instrumen dan
penjelasan tentang kategori mata diklat diberikan kepada Petugas Gizi yang bersangkutan,
tahap berikutnya adalah pengisian kuisioner oleh petugas Gizi.
23
............, tanggal:.....................
Petugas Ybs.
(.........................................)
24
(..............................................)
25
Setelah menghiting jumlah total tingkat penguasaan materi berdasarkan indikator atau
elemen kemampuan yang harus dipenuhi oleh penanggung jawab program Gizi, maka kembali
lagi ke bagian klasifikasi kemampuan untuk mengidentifikasi jenis pelatihan yang akan
diberikan, agar sesuai dengan kebutuhan petugas Gizi tersebut.
27
BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk memperbaiki kemampuan
melaksanakan pekerjaan baik secara individual, kelompok atau berdasarkan jenjang jabatan
dalam organisasi atau perusahaan. Pengembangan adalah suatu usaha yang sistematis dan
terorganisir yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan untuk dapat
memperoleh tujuan umum bersama. Adapun tujuan umum pelatihan dan pengembangan SDM
adalah menambah pengetahuan, menambah keterampilan, dan merubah sikap. Pelatihan adalah
orientasi jangka pendek, sedangkan pengembangan adalah orientasi jangka panjang.
Pelatihan dan pengembangan memberikan beberapa manfaat diantaranya untuk
meningkatkan produktifitas kerja, menciptakan hubungan yang serasi antara atasan dan
bawahan, terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, meningkatkan
semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasional yang
lebih tinggi, dan mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya manajerial
yang partisipatif. Tahapan dalam menyusun pelatihan dan pengembangan adalah
mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan/ pengembangan (job study), menetapkan tujuan dan
sasaran pelatihan/pengembangan, menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya,
menetapkan metode pelatihan / pengembangan, mengadakan percobaan (try out) dan revisi,
dan mengimplementasikan kemudian mengevaluasi.
Metode pelatihan dan pengembangan dibagi menjadi metode dalam pekerjaan (on the
job), dan Metode di luar pekerjaan (off the job training). Metode dalam pekerjaan (on the job)
terdiri dari rotasi jabatan (job rotation), latihan instruksi pekerjaan (job instruction learning),
magang (apprenticeships), coaching, penugasan sementara. Metode di luar pekerjaan (off the
job training) terdiri dari metode simulasi (metode studi kasus, role playing, permainan bisnis,
vestibule training/pelatihan beranda, dan laboratory training), metode presentasi informasi
(kuliah, presentasi video, metode konferensi, studi sendiri/self study).
Adapun faktor yang mempengaruhi kebutuhan pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu internal (faktor yang berasal dari dalam
organisasi) dan eksternal (faktor yang berasal dari luar organisasi). Faktor internal terdiri dari
28
misi dan tujuan organisasi, strategi pencapaian tujuan, dukungan manajemen puncak,
komitmen para spesialis dan generalis, sifat dan jenis kegiatan, dan persiapan teknis yang
digunakan. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi terdiri dari kebijaksanaan
pemerintah, sosio budaya masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi.
Pelatihan dan pengembangan membutuhkan perencanaan sebelum proses pelaksanaan.
Penentuan kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan harus dilakukan melalui analisis.
Analisis yang dapat digunakan dalam perencanaan dan pengembangan SDM adalah Training
Need Assessment (TNA). TNA adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan
pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh
gambaran komprehensif tentang materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran
yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi
peserta pelatihan. Ada tiga level TNA yaitu organizational analysis, task analysis, individual
analysis. Organizational analysis terdapat pada tingkat tertinggi dalam organisasi. Task
analysis berfokus pada kompetensi dan karakteristik yang dibutuhkan sebuah pekerjaan.
Individual analysis fokus pada pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan sikap yang
dibutuhkan oleh setiap karyawan.
29
DAFTAR PUSTAKA