Referat Tinea Kapitis
Referat Tinea Kapitis
TINEA KAPITIS
Pembimbing :
Dr. Retno Sawitri, Sp.KK
Disusun oleh :
Almira Dwina Ramadhani
1110103000077
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya referat ini dapat
terselesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarganya.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan referat ini mengenai “Tinea
Kapitis” sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu
Penyakit
Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di RSUD
Kota Bekasi periode 25 November-21 Desember 2013.
Dalam proses penulisan referat ini penulis banyak dibantu sehingga referat
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dr. Retno Sawitri, Sp.KK, selaku Ketua Program Studi dan Pembimbing
Kepaniteraan Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Kota Bekasi.
2. Dr. Shinta, Sp.KK dan Dr. Helena Dharsana, selaku Pembimbing
Kepaniteraan Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Kota Bekasi.
3. Ibu Ida dan Ibu Muzaiyanah selaku perawat dibagian Poli Kulit dan
Kelamin di RSUD Kota Bekasi.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran penulis terima sebagai masukan yang membangun untuk menjadi
lebih baik dan semoga referat ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bekasi, 9 Desember 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .............................................................................
............................. i
KATA
PENGANTAR .........................................................................
................... ii
DAFTAR
ISI ...............................................................................
........................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
.............. 1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ...........................................................................
. 2
2.1.
Definisi ..........................................................................
............................ 2
2.2.
Epidemiologi ......................................................................
....................... 2
2.3.
Etiologi ..........................................................................
............................ 3
2.4.
Klasifikasi .......................................................................
.......................... 3
2.5.
Patogenesis .......................................................................
......................... 4
2.6. Manifestasi
Klinis ............................................................................
......... 6
2.7. Diagnosis
Banding ...........................................................................
....... 10
2.8.
Diagnosis..........................................................................
....................... 11
2.9.
Tatalaksana .......................................................................
...................... 13
BAB III
SIMPULAN .........................................................................
................. 16
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya statum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang
disebabkan golongan jamur dermatofita.
1
Dermatofita merupakan golongan jamur
yang mencerna keratin.
1
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang
terbagi dalam 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
1
Tinea kapitis merupakan penyakit jamur yang sering terjadi pada anak-
anak dibandingkan orang dewasa.
2-5
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
tinea kapitis adalah higienitas yang buruk, kepadatan penduduk dan status
sosial
ekonomi yang rendah.
3,5
Di negara-negara maju, Trichophyton tonsurans
merupakan penyebab paling umum, sedangkan di negara-negara berkembang
penyebab paling umum adalah Microsporum canis.
5
Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-
merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang
disebut
kerion.
1
Dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yaitu gray
patch, kerion, dan black dot ringworm.
1
Untuk menegakkan diagnosis maka
dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti lampu wood, microskopis
menggunakan KOH dengan mengambil sampel dengan kerokan pada lesi.
1,2,6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah suatu infeksi pada kulit kepala dan rambut yang
disebabkan oleh spesies dermatofita.
1-3
Dermatofita merupakan golongan jamur
yang menyebabkan dermatifitosis yang mempunyai sifat mencerna keratin.
1
2.2 Epidemiologi
Tinea kapitis merupakan penyakit yang sudah dianggap sebagai masalah
kesehatan yang serius pada beberapa dekade dan sering muncul pada anak-
anak
usia antara 3 sampai 14 tahun.
3,5
Namun pada orang dewasa jarang terjadi, hal ini
terjadi akibat perubahan pada pH kulit kepala dan peningkatan asam lemak
yang
berguna sebagai proteksi atau sebagai jamurstatik.
4,5,7
Tinea kapitis sering terjadi di daerah pedesaan dan tranmisi meningkat dengan
higienitas yang buruk, kepadatan penduduk dan status sosial ekonomi yang
rendah.
3,5
Kejadian pada orang dewasa biasanya lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan laki-laki, pada orang dengan imunitas yang rendah, dan pada orang
yang berkulit hitam dibandingkan kulit putih.
4,7
Ada tiga cara penularan
dermatofita yaitu :
4
Infeksi antropofilik yang menyebar dari satu anak ke anak yang lain dapat
hadir sebagai kasus sporadis. Terjadi penyebaran melalui kontak langsung
atau melalui penyebaran udara dari spora dan penyebaran tidak langsung
yaitu terkontaminasi dari benda-benda seperti sisir , sikat , topi dan
lain
sebagainya.
Infeksi menyebar dari hewan ke anak ( infeksi zoofilik ) melalui
kontak
langsung maupun dengan lingkungan disekitar hewan yang terinfeksi
seperti karpet, pakaian, furnitur dan lain sebagainya.
3
2.3 Etiologi
Tinea kapitis terjadi akibat dermatofita spesies Microsporum dan
Trichophyton.
1-3
Setiap negara dan daerah memiliki perbedaan pada spesies
penyebab tinea kapitis misalnya di amerika serikat dan Eropa Barat 90 %
kasus
tinea kapitis yang disebabkan oleh T. tonsurans dan jarang disebabkan M. Canis,
sedangkan di Eropa Timur dan Selatan serta Afrika Utara disebabkan oleh
T.
violaceum.
7
Di inggris kasus terbanyak disebabkan oleh infeksi M.canis yang di
dapatkan dari kucing.
7
Spesies penyebab terjadinya tinea kapitis gray patch adalah
microsporum dan trikofiton. Pada tinea kapitis black dot terutama
disebabkan
oleh Tricophyton tonsurans, T. violaceum dan T. mentagrophytes. Penyebab
utama tinea kapitis kerion adalah Microsporum canis, M. gypseum, T. tonsurans,
dan T. violaceum. Sedangkan pada tinea favus disebabkan oleh spesies T.
schoenleinii, T. violaceum, dan M. Gypseum.
8
2.4 Klasifikasi
9
2.5 Patogenesis
Infeksi dermatofita melibatkan 3 step utama yaitu :
3
1. Perlekatan pada keratinosit
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa
melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar ultraviolet, suhu,
kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang
diproduksi oleh keratinosit serta asam lemak yang diproduksi oleh
glandulasebasea juga bersifat fungistatik
2. Penetrasi melewati dan di antara sel
Setelah terjadi perlekatan, spora berkembang dan menembus
stratum korneum dengan kecepatan yang lebih cepat daripada proses
5
Manifestasi klinis tinea kapitis pada tiap negara bervariasi dari rambut
kusam,
rambut patah dengan skala ringan sampai berat, nyeri, inflamasi.
6
Kelainan pada
tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia dan
kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang disebut kerion,
limfadenopati
servical dan oksipital.
1,6
Black dot
1,3,6
10
Dermatitis Seboroik
Peradangan yang erat dengan keativan glandula sebasea yang aktif
pada bayi dan insiden puncak pada usia 18-40 tahun. Manifestasi pada
dermatitis seboroik didapatkan eritema, skuama yang berminyak dan
kekuningan dengan batas tidak tegas, rambut rontok mulai dari verteks dan
frontal. Krusta tebal dapat berbau tidak sedap dan meluas ke dahi,
glabela,
telinga postaurikular,leher, daerah supraorbital, liang telinga luar,
lipatan
nasolabial, sternal,payudara,interskapular, umbilikus, lipat paha dan
anogenital
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronis dan residif, yang
umumnya terjadi selama masa anak-anak yang berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan faktor genetik dimana dipengaruhi
oleh kromosom 5q31-33. Manifestasi klinis di dapatkan pruritus hilang timbul
sepanjang hari namun hebat pada malam hari, sehingga penderita akan
menggaruk dan timbul berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi,
ekskoriasi,
eksudasi,krusta. Predileksi pada anak biasanya di muka dan pipi sedangkan
dewasa pada lipat siku, lipat lutut, samping leher dan sekitar mata.
Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimunm bersifat
kronik dan residif, di tandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan trasparan disertai
fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Penyakit ini mengenai semua
umur namun umumnya pada dewasa dan pria lebih banyak dibandingkan
wanita. Predileksi psoriasis adalah skalp, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut serta lumbosacral.
11
Alopesia Areata
Etiologi alopesia areata sampai sekarang belum diketahui namun
sering dihubungkan dengan infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres
emosional. Gejala klinis terdapat bercak berbentuk bulat atau lonjong dan
terjadi kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu
mata.
Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila dicabut
terlihat
bulbus yang atrofi. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan rambut banyak
dalam fase anagen, folikel rambut terdapat berbagai ukuran, tetapi lebih kecil
dan tidak matang, bulbus rambut didalam dermis dan dikelilingi oleh infiltrasi
limfosit.
Pseudopelade Brocq
Pseudepelade brocq memiliki manifestasi yaitu kebotakan yang
disertai kerusakan folikel rambut sehingga tampak sebagai bercak parut
multipel yang bulat, lonjong atau tidak teratur dengan ukuran numular dan
berwarna merah muda dengan permukaan yang berkilat. Pada pemeriksaan
histopatologi didapatkan reaksi inflamasi disekitar folikel dan
perivaskular,
atrofi epidermis, dan fibrosis tampak pada dermis.
2.8 Diagnosis
Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan pada hasil gejala klinis
dan
hasil tes laboratorium. Tes laboratorium yang dapat digunakan yaitu :
Lampu Wood
1,6,9
12
Pemeriksaan KOH
1,6,9
13
2.9 Tatalaksana
Prinsip managemen untuk tinea kapitis yaitu terdiri dari pengobaan
sistemik,
pengobatan topikal dan tindakan preventif.
6
Tujuan pengobatan adalah untuk
mencapai klinis dan kesembuhan secepat mungkin serta mencegah penyebaran.
2,4
Terapi Topikal
1,2,5,6
Pengobatan topikal antijamur tidak dianjurkan untuk terapi tunggal dalam
pengobatan tinea kapitis. Namun hal ini mungkin dapat mengurangi
penularan
kepada orang lain dengan menurunkan pertumbuhan spora jamur. Selenium
sulfida, shampo ketokonazol dan shampo povidone iodine digunakan seminggu 2-
3 kali, untuk mengurangi spora jamur dan infeksivitas. Pada saat
menggunakan
shampo sebaiknya didiamkan selama 5 menit sebelum dibilas. Penggunaan
obat-
obat topikal konvensional yang digunakan misalnya asam salisilat 2-4%,
asam
benzoat 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5% dan zat
warna
(hijau brilian 1% dalam cat Castellani) dikenal banyak ibat topikal baru.
Obat-
obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivat-
derivat
imidazol, siklopiroksolamin dan naftifine masing-masing 1%.
Terapi Oral
Obat antimitotik digunakan untuk penetrasi folikel rambut.
6
Gold standar
terapi oral untuk tinea kapitis pada empat dekade adalah griseofulvin.
6
Obat baru
yang dapat digunakan untuk alternatif terapi tinea kapitis adalah
flukonazole,
ketokonazole,itrakonazole, dan terbinafine.
6
Griseofulvin
1,2,4-6,10
16
BAB III
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof.Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2008; p.92-99
2. E.M Higgins, dkk. Guideline for The Management of Tinea Capitis.British
Journal of Dermatology. 2000; 143:53-58
3. Shannon Verma, Michael P. Hefferman. Superficial Fungal infection
:Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam :
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI,
dkk. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. Volume 1 &
2. New York Mc Graw Hill, 2008 : p 1807-1813
4. Health Protection Agency. Tinea Capitis in The United Kingdom: A report
on its diagnosis, management and prevention. London : Health Protection
Agency, March 2007
5. N rebollo, dkk. Tinea Capitis. Review Article. Actas Dermosifiliogr.
2008;99:91-100
6. Maha A, Dayel, Iqbal Bukhari. Tinea Capitis. The Gulf Journal of
Dermatology and Venereology.Vol.1. No.1. 2004
7. Robin Graham-Brown, Tony Burns. Dermatologi. Edisi 8. Jakarta :
Erlangga. 2005 ; p. 35
8. Prof.Dr.R.S.Siregar. Penyakit Kulit Jamur. Edisi 2. Jakarta : EGC.2004;
p.24
9. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, dkk. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Cinival Dermatology 5th ed.New York Mc Graw Hill. 2007
10. Brendan P. Kelly. Superficial Fungal Infections : Pediatrics in
Review.
American Academy of Pediatrics. 2012;33;e22