Anda di halaman 1dari 20

Sistem Pengelolaan Kas Kecil

Pengertian Kas kecil atau petty cash adalah uang yang dicadangkan oleh entitas
bisnis/perusahaan untuk pembayaran pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin namun jumlah
nominalnya relatife kecil, serta tidak material.

Terdapat dua macam metode untuk mencatat kas yang dipergunakan pada pencatatan dana kas
kecil, sistem tersebut adalah Sistem dana tetap (imprest fund system), Sistem dana tidak tetap
(flucctuation fund method).

1. Sistem Dana Tetap (Imprest Fund System)


Sistem dana tetap adalah sistem pencatatan kas kecil dimana besarnya jumlah dana awal kas
kecil telah ditetapkan sama untuk setiap preriodenya. Sistem ini tidak mengenal
penambahan/pemasukan dana kas di tengah periode. Sistem ini sering digunakan di instansi
pemerintahan atau di suatu proyek. Pos pengeluaran tergantung pada pimpinan atau bagian.

a) Ciri-ciri Metode Tetap (Imprest fund system) :

1. Bukti-bukti penggunaan dana kas kecil dikumpulkan oleh pengelola kas kecil.
2. Pengisian dana kas kecil dilakukan dengan penarikan cek yang sama jumlahnya dengan dana
kas kecil yang telah digunakan sehingga jumlah dana kas kecil kembali kepada jumlah yang
ditetapkan semula.

b) Langkah-langkah operasional metode tetap :


1. Pembentukan dana kas kecil di mana pemegang kas kecil diberi sejumlah uang tunai yang
nantinya untuk pembayaran atas pengeluaran yang diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan dalam
waktu tertentu.
2. Dana kas kecil dipergunakan untuk pembayaran transaksi pengeluaran.
3. Setelah dana kas kecil habis/hampir habis, kasir membentuk kembali dana kas kecil,
mengisinya sebesar jumlah nominal pengeluaran yang terjadi.

Kelebihan sistem imprest


 Setiap periode diketahui jumlah pengeluaran per pos/rekening, sehingga dapat digunakan
sebagai alat kontrol oleh atasan dalam penggunaan dana.

 Pemegang kas/pimpinan akan berhati-hati dalam mengelola keuangannya, mengingat


sistem ini tidak ada penambahan ditengah periode.
 Karena jumlah dana awal perperiode selalu sama, maka akan memudahkan bendahara
untuk menentukan jumlah dana perbagian/unit per periode.
Kelemahan sistem imprest

 Dalam sistem ini saldo uang yang ada di kas tidak dapat digunakan dengan mudah
diketahui, karena saldo baru dapat dilihat diakhir periode.
 Bila terjadi kekurangan dana akan menimbulkan sedikit masalah, karena tidak ada
penambahan kas ditengah periode.
 Sekretaris harus berhati-hati dalam mengeluarkan dan membukukan dana, karena bila
terjadi kelebihan akan menimbulkan permasalahan secara administrasi.

2. Sistem Dana Tidak Tetap (fluctuation Fund Method)


Sistem dana tidak tetap adalah sistem pencatatan kas kecil yang dibuka di awal bulan dan di
tutup di akhir bulan. Pengisian dana kas kecil setiap bulan selalu dengan jumlah yang sama.
Dalam sistem ini ada pemasukan di tanggal pembukuan. Sistem ini biasanya dipakai oleh
perusahaan swasta.

a) Ciri-ciri Metode berubah-ubah (Fluctuating fund system):


1. Pembentukkan dan pengisian kembali dana kas kecil di catat di debit dalam akun kas kecil.
2. Bukti pengeluaran kas kecil dicatat dalam buku jurnal kas kecil dengan mendebit akun-akun
yang terkait dengan penggunaan kredit akun kas kecil.
3. Besarnya jumlah dana kas kecil yang disediakan berfluktuasi disesuaikan dengan
perkembangan kegiatan bagian-bagian pemakai dana.

Kelebihan sistem dana tidak tetap

 Apabila mengalami kekurangan dana ditengah periode, karena banyaknya kebutuhan


mendadak, saldo dapat dimintakan dana tambahan di bendahara.
 Saldo dapat diketahui setiap saat tanpa harus menunggu akhir periode.
 Dana awal tiap periode diisi selalu sama.
 Mudah dilakukan pengontrolan terhadap buku kas.

Kelemahan sistem dana tidak tetap

 Tidak mudah mengetahui pengeluaran per pos/rekening setiap periodenya.


 Tidak dapat diketahui pengeluaran terbanyak digunakan untuk apa.

Berikut ini contoh soal kas kecil metode imprest:

Misalnya MyCom Computer pada tanggal 1 Desember 2015 menentukan dana petty cash sebesar
Rp 10.000.000.
Pengeluaran kas sampai tanggal 19 Desember 2015 sebesar Rp. 9.000.000 dengan rincian
sebagai berikut :

 Biaya angkut Rp. 1.500.000


 Listrik Rp. 1.700.000
 Telpon Rp. 2.800.000
 Supplies kantor Rp. 3.000.000

Pada tanggal 19 Desember 2015 dilakukan pengisian kembali sebesar Rp 9.000.000.

Sejak tanggal 20 Desember 2015 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 pengeluaran petty
cash sebesar Rp. 8.000.000 dengan perincian sebagai berikut :

 Biaya pengiriman penjualan  Rp. 2.540.000


 Langganan surat kabar dan majalah Rp. 475.000
 Biaya Rapat dan pertemuan Rp. 3.085.000
 Biaya pencetakan form, dll  Rp. 1.900.000

Transaksi-transaksi di atas akan dicatat dalam buku jurnal seperti berikut ini:

Apabila pada tanggal 31 Desember 2015 tidak dilakukan pengisian kembali maka petty cash
jumlahnya tinggal Rp 2.000.000 dan yang Rp 8.000.000 sudah dikeluarkan untuk membayar
biaya-biaya.
Karena tidak dilakukan pengisian kembali maka biaya-biaya sejumlah Rp 8.000.000 tersebut
belum tercatat.

Oleh karena itu ada tanggal 31 Desember 2015 dibuat jurnal penyesuaian kas kecil sebagai
berikut:

Pada hari kerja pertama  tahun berikutnya pada tanggal 2 Januari 2016 dibuat jurnal penyesuaian
kas kecil kembali.

Jurnal penyesuaian kembali ini dibuat agar saldo rekening kas kembali seperti semula dan
pengisian kembali petty cash berikutnya bisa dicatat dengan cara yang sama seperti jurnal 
pengisian kembali di atas.

Jurnal penyesuaian kembali yang dibuat tanggal 02 Januari 2016 adalah sebagai berikut:

Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 2015 mengakibatkan saldo
rekening petty cash berubah, tetapi perubahan ini dikembalikan lagi pada tanggal 2 Januari 2016
dengan pembuatan jurnal penyesuaian kembali.

Perubahan saldo rekening kas dapat juga terjadi jika ada penambahan atau atau pengurangan
jumlah petty cash.

Misalnya kas kecil Rp 10.000.000 dirasakan terlalu besar  untuk diputuskan untuk menurunkan
jumlahnya menjadi Rp. 7.500.000.

Pengurangan kas kecil pada imprest fund system di jurnal seperti berikut ini:

(Debit)  Kas            Rp. 2.100.000


(Kredit) Kas kecil            Rp. 2.100.000
Sebaliknya jika jumlah kas  Rp 10.000.000 dirasakan terlalu kecil dan diputuskan untuk
menambahnya menjadi Rp. 15.000.000,-

Sesudah jumlah untuk menambah atau mengurangi petty cash di atas dibukukan  ke dalam
rekening petty cash maka rekening petty cash akan menunjukkan saldonya yang baru.

Perbedaannya adalah dalam sistem metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap,
tapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaraan dari
petty cash.

Kalau dalam sistem imprest pencatatan terhadap pengeluaran-pengeluaran petty cash baru


dilakukan pada saat pengisian kembali dalam metode fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang
dari petty cash langsung dicatat.

Jadi buku pengeluaran petty cash mempunyai fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi dasar
untuk pembukuan ke rekening-rekening buku besar.

Karena pencatatan dilakukan setiap terjadi pengeluaran maka rekening petty cash akan diredit
sebesar jumlah yang dikeluarkan.

Pada saat pengisian kembali rekening petty cash di-debet sebesar uang yang diterima.

Perhatikan soal kas kecil beserta jawabannya berikut ini dan perhatikan bedanya dengan sistem
imprest:

Misalnya MyCom Computer menetapkan dana petty cash sebesar Rp. 10.000.000 pada tanggal 1 
Desember 2015 .

Transaksi-transaksi contoh pengeluaran kas kecil sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode fluktuasi transaksi-transaksi di atas dicatat dengan jurnal-jurnal


sebagai berikut:
Jurnal-jurnal di atas bila dibukukan ke dalam rekening kas kecil akan nampak sebagai
berikut:

Dari rekening petty cash di atas dapat dilihat bahwa saldonya berfluktuasi sesuai dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
Pada tanggal 31 Desember 2015 tidak diperlukan pembuatan jurnal penyesuaian karena setiap
terjadi pengeluaran kas sudah dicatat.

Rekening Koran (Bank Statement)


Pengertian rekening koran adalah ringkasan transaksi keuangan secara menyeluruh dari suatu rekening,
dapat berupa rekening milik individu maupun rekening milik badan usaha. Data yang terlampir pada
sebuah rekening koran yang tercetak adalah rincian mengenai alur debit dan kredit, termasuk dari dana
hasil transfer masuk atau keluar.

Kegunaan dari Rekening Koran:

1. Mengajukan Visa

Jika Anda ingin liburan atau dinas ke luar negeri, ada negara-negara yang mewajibkan Anda
memiliki visa. Pada saat ini lah rekening koran mempunyai peranan. Ketika ingin mengajukan
permohonan visa, Anda harus dapat membuktikan bahwa Anda mempunyai cukup dana sehingga
tidak ngegembel di negara tujuan.

Biasanya persyaratan yang diminta, menyertakan berbagai dokumen yang dinilai bisa memberi
informasi dan menggambarkan kondisi finansialnya, seperti Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) 21, slip gaji, Surat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta daftar riwayat
transaksi selama 3 atau 6 bulan terakhir yang bisa Anda dapat dari percetakan rekening koran.

2. Mengetahui Ringkasan Transaksi

Fungsi rekening koran pada dasarnya sama seperti buku tabungan, yaitu menampilkan transaksi
yang terjadi selama kurun waktu tertentu (umumnya 3 bulan). Informasi yang terdapat di
rekening koran mengenai jumlah saldo awal-akhir bulan, arus debit-kredit, bunga bank, dan
biaya administrasi. Rekening koran memiliki kelebihan, yakni bukan hanya mencantumkan
tanggal, waktu seperti di buku tabungan, tapi juga pesan yang dicantumkan ketika transaksi
dilakukan dan hal detail lainnya.

3. Menjadi Bukti Hukum

Benar, rekening koran bisa menjadi bukti hukum yang sah apabila suatu saat Anda terlibat
perselisihan dengan pihak lain yang terkait dengan mutasi rekening. Contohnya saja ketika Anda
yakin telah mengirimkan sejumlah uang untuk membayar pesanan pada sebuah toko online,
namun pihak penjual belum ada uang terkirim atas nama rekening Anda, sehingga order Anda
tidak dapat diproses. Maka rekening koran dapat membuktikannya.

4. Mengajukan Pinjaman

Jika Anda sedang membutuhkan dana dan ingin mengajukan kredit atau pinjaman melalui bank,
seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Tanpa Agunan (KTA), atau Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB), pasti bank akan meminta catatan riwayat transaksi keuangan. Contohnya
fotokopi lembar rekening koran yang dikeluarkan bank.

Rekening koran juga bisa dijadikan salah satu dokumen yang dapat menunjang pada saat Anda
mengajukan atau membuat permohonan tertentu (umumnya hal-hal yang berkaitan dengan
finansial) untuk memberikan bukti bahwa ada alur keuangan yang sehat pada rekening Anda. Hal
ini jadi wajib kalau Anda berstatus bukan pegawai perusahaan.

5. Ikut Lelang

Bagi Anda yang tertarik ikut lelang, Anda juga akan diminta rekening koran Anda. Terutama
lelang proyek milik swasta atau pemerintah. Peserta lelang wajib memberi bukti kepemilikan
dana dengan menunjukkan jumlah saldo yang ada pada rekeningnya. Jangan lupa lampirkan
rekening koran dalam dokumen persyaratan lelang.

6. Audit Keuangan Perusahaan

Sebagai perusahaan, rekening koran sangat penting. Fungsi rekening koran perusahaan ini adalah
untuk melakukan rekap daftar keuangan, baik transaksi arus masuk dan keluar. Jadi apabila ada
suatu hal yang tidak wajar pada transaksi rekening perusahaan, hal ini dapat segera diproses.

Syarat memperoleh rekening koran:

1. Buku Tabungan Asli

Agar dapat mencetak rekening koran, nasabah harus datang sendiri dengan membawa buku
tabungan asli. Beritahukan kepada petugas customer service bahwa Anda ingin mencetak
rekening koran dan tujuannya dengan menyerahkan buku tabungan yang asli.

2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Petugas bank selanjutnya akan meminta kartu identitas Anda untuk mencocokkan identitas diri
dengan buku tabungan Anda. Jadi, bawa KTP atau dokumen identitas lain, seperti paspor atau
Surat Izin Mengemudi (SIM) jika tidak dapat menunjukkan KTP.

3. Kartu Debit

Syarat lainnya kartu debit. Customer service akan meminta nasabah untuk menunjukkan kartu
debit sebagai bukti kepemilikan rekening dan nasabah bank. Jangan lupa bawa kartu debit saat
Anda ingin mencetak rekening koran, karena jika Anda membawanya, maka petugas tidak akan
dapat memproses permohonan Anda untuk mencetak rekening koran.

4. Biaya Cetak

Biaya cetak rekening koran sangat beragam tergantung kebijakan masing-masing bank.

Contoh Rekening Koran:


Cerukan (Bank Overdraft)
Cerukan adalah overdraft yaitu jumlah penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada akun
giro; rekening negatif yang disebabkan oleh nasabah yang menulis cek yang melebihi jumlah
dana yang ada di rekeningnya; sesuai dengan ketentuan, penarikan yang melebihi dana
merupakan suatu utang sehingga dapat dilaporkan sebagai suatu ekspansi kredit; bank tidak
diwajibkan untuk memberikan cerukan; walaupun demikian, mereka sering membuat
pengecualian bagi para nasabah yang mempunyai hubungan baik; nasabah bank yang
memperoleh fasilitas cerukan dapat menarik dana atau cek sejumlah yang diperlukan setiap
waktu tanpa khawatir ceknya ditolak atau mereka harus membayar denda cerukan.

Cerukan terjadi karena saldo kas di bank tidak mencukupi membayar cek yang ditulis
perusahaan tetapi bank tetap membayarkannya dan akibatnya saldo di bank menjadi
minus.Cerukan atau Bank Overdraft harus direklasifikasi (dipindahkan) menjadi hutang lancar.
Contoh: Saldo bank PT. A per 31/12-2005 menunjukkan saldo (500).PT. A harus membuat
reklasifikasi:
Cash 500
Bank Overdraft 500
REKONSILIASI BANK

Rekonsiliasi bank dilakukan untuk menyesuaikan akun kas di bank menurut catatan
perusahaan dan menurut catatan bank seperti dilaporkan pada rekening Koran.Apabila
perusahaan memiliki rekening giro di bank, maka bank mengeluarkan rekening Koran setiap
bulan.Saldo kas yang tercatat di rekening Koran biasanya berbeda dengan akun kas di bank
menurut catatan perusahaan.Untuk mengetahui penyebab perbedaan maka dilakukan
Rekonsiliasi antara catatan di buku kas entitas dan catatan yang ada pada rekening koran.
Perbedaan biasanya disebabkan oleh:

1.       Perusahaan telah mencatat penerimaan kas yang sudah disetor ke bank, namun penerimaan itu
belum terlihat di rekening Koran bulan yang sama. Penyebabnya adalah entitas menyetor uang
ke bank pada saat akhir bulan dimana bank sudah tutup buku. Setoran ini mungkin akan tercatat
pada rekening Koran bulan berikutnya. Setoran yang belum terlihat di rekening Koran disebut
Setoran dalam perjalanan (Deposit in transit).

2.       Perusahaan telah mencatat pengeluaran cek (pengeluaran kas) di register cek, namun
pengeluaran ini belum terlihat pada rekening Koran pada bulan yang sama. Penyebabnya adalah
cek yang sudah dikeluarkan perusahaan belum dicairkan oleh penerima cek sampai akhir bulan
tutup buku bank. Pengeluaran ini disebut Cek yang belum dicairkan (Outstanding Cheque).
Karena belum diuangkan oleh si penerima cek, maka bank belum mengurangkan dari saldo bank.

3.       Bank telah mencatat penerimaan kas dalam rekening Koran bank, namun perusahaan tidak
mengetahui adanya penerimaan kas atau penagihan yang dilakukan bank sampai rekening Koran
diterima. Contoh: Setoran pelanggan yang langsung ke rekening perusahaan atau penagihan bank
kepada pelanggan (Collected by Bank)

4.       Bank telah mendebitkan/ membebankan perusahaan, namun perusahaan belum mengetahui
sampai rekening Koran diterima. Pembebanan bank (Bank Charges) biasanya terdiri dari:

·         Biaya administrasi, yaitu biaya pengurusan rekening perusahaan

·         Cek kosong (Not Sufficient Fund/NSF), yaitu cek-cek yang diterima perusahaan dari
pelanggan namun ketika dicairkan dana pelanggan tidak memadai.
5.         Kesalahan- kesalahan Bank atau perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi
adalah kesalahan mencatat jumlah cek atau penerimaan atau kesalahan pendebitan atau
pengkreditan yang dilakukan oleh bank.

Laporan rekonsiliasi bank bisa dibuat dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk laporan
rekonsiliasi bank terdiri dari:

1. Laporan Rekonsiliasi bank 1 kolom menyesuaikan saldo rekening Koran bank agar
sesuai dengan saldo kas di bank di buku besar atau sebaliknya, menyesuaikan saldo kas
di bank di akun Buku besar perusahaan agar sesuai dengan saldo di rekening Koran.
2. Laporan Rekonsiliasi bank 2 kolom menyesuaikan saldo rekening Koran Bank dan
catatan saldo kas di bank di buku besar perusahaan sehingga diperoleh saldo kas di bank
yang sebenarnya.
3. Laporan Rekonsiliasi bank 4 kolom (Proof of Cash) biasanya digunakan oleh auditor
untuk memeriksa mutasi bank perusahaan dan meguji saldo bank. Dilakukan dengan
menyesuaikan saldo bank awal, penerimaan bank, pengeluaran bank dan saldo akhir.
Contoh:

PT. AYALA SUKSES

LAPORAN REKONSILIASI BANK

PER 30 Juni 2004

Saldo menurut rekening Koran Rp. 7.000.000

- Setoran dalam perjalanan (Deposit in transit) 1.540.000

- Cek-cek beredar (Outstanding cheque ) Rp. (2.000.000)

Saldo akun kas di buku besar Rp. 6.540.000

Catatan Kas di Bank bulan Juli: Rekening Koran Buku

Saldo 31 Juli 2004 8.650.000 9.250.000

Setoran Juli 5.000.000 5.810.000

Cek bulan juli 4.000.000 3.100.000

Penagihan wesel tagih 1.000.000 0

Biaya bank 15.000 0

Cek kosong (NSF Cheque) 335.000 0

Diminta:

Buat Rekonsiliasi bank dengan bentuk 1 kolom, 2 kolom dan 4 kolom.


1.       Laporan rekonsiliasi bank 1 kolom (menyesuaikan saldo kas di bank menurut rekening
Koran bank menuju saldo kas di buku besar perusahaan, atau sebaliknya).

Untuk membuat laporan rekonsiliasi bank model ini, diasumsikan salah satu saldo perlu
disesuaikan menuju saldo yang dianggap benar.Apabila saldo menurut rekening Koran bank
perlu disesuaikan ke saldo menurut buku besar yang diasumsikan benar, maka saldo menurut
rekening Koran ditampilkan pada sisi bagian atas. Sebaliknya, apabila saldo menurut buku besar
perlu disesuaikan ke saldo menurut rekening Koran, maka saldo menurut buku besar ditampilkan
pada sisi bagian atas. Model 1 kolom untuk rekonsiliasi bank PT. Ayala Sukses dapat dibuat
sebagai berikut:

PT. AYALA SUKSES

LAPORAN REKONSILIASI BANK

(Saldo di rekening Koran menuju saldo di buku besar)

Per 31 Juli 2009

Saldo menurut rekening koran 8.650.000


Ditambah:
Setoran dalam perjalanan (Deposit in transit) 2.350.000
Pembebanan oleh bank (Bank Charge) 15.000
Cek tidak cukup dana (NSF Cheque) 335.000
Dikurang:
Cek-cek yang masih beredar (Outstanding (1.100.000)
Checks)
Piutang usaha (Notes Receivable) (1.000.000)
Saldo menurut Buku Besar 9.250.000

Keterangan:
1.       Pos- pos yang menambah saldo rekening Koran adalah:

a.        penerimaan-penerimaanyang sudah dicatat perusahaan namun belum terlihat di rekening


koran (yaitu setoran dalam perjalanan/deposit in transit). Perhitungan setoran dalam perjalanan
dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya (laporan rekonsiliasi bank 2 kolom)

b.       pembebanan oleh Bank (biaya administrasi, NSF Cheque) sudah dikurangkan bank dari
saldorekening koran dan pengeluaran ini belum dicatat pihak perusahaan. Agar saldo rekening
Koran sama dengan saldo menurut perusahaan maka pembebanan ini harus ditambahkan kembali
ke saldo rekening Koran.

2.       Pos-pos yang mengurangi saldo rekening Koran adalah:

a.        pengeluaran-pengeluaran yang sudah dicatat di buku besar namun tidak terlihat di rekening
Koran (contoh: Outstanding Cheque). Agar saldo rekening Koran sama dengan saldo menurut
perusahaan maka pengeluaran yang sudah dicatat oleh pihak perusahaan juga harus dikurangkan
dari saldo rekening Koran.

b.       Penerimaan dari pelanggan yang langsung diterima bank yang belum dicatat perusahaan ke
buku besar (dalam kasus itu adalah Note Receivable) harus dikurangkan dari rekening Koran.

c.        Pendapatan bunga atas simpanan (pendapatan jasa giro) belum dicatat oleh perusahaan
penerimaan sehingga harus dikurangi dari saldo rekening Koran.

2.       Laporan rekonsiliasi bank 2 kolom (masing-masing saldo disesuaikan untuk mencari
saldo yang seharusnya)
Laporan rekening Koran ini dibuat dengan menyesuaikan kedua saldo, baik menurut buku besar
ataupun menurut rekening

Koran.Tujuannya adalah mencari saldo yang seharusnya.

Model 2 kolom untuk kasus PT. AYALA SUKSES dapat dibuat sebagai berikut:

PT. AYALA SUKSES

LAPORAN REKONSILIASI BANK

Per 31 Juli 2004

Saldo menurut rekening 8.650.000 Saldo menurut Buku 9.250.000


koran Besar
Ditambah: Menambah:
Setoran dalam perjalanan 2.350.000 Wesel tagih(Notes 1.000.000
(deposit in transit) Receivable)
Mengurangi: Mengurangi:
Cek-cek masih (1.100.000) Pembebanan bank (15.000)
beredar(Outstanding Checks) (Bank Charges)
Cek tak cukup dana (335.000)
(NSF Cheque)
Saldo seharusnya 9.900.000 Saldo seharusnya 9.900.000

Keterangan:

1. setoran dalam perjalanan (Deposit in transit) bulan juli:


Pihak perusahaan telah mencatat dan menyetor sejumlah uang ke bank namun setoran itu tidak
terlihat di rekening koran. Setoran sudah diterima bank namun karena perbedaan waktu
pengakuan maka setoran itu belum tercantum di rekening Koran bulan juli (mungkin akan
tercantum dalam rekening Koran berikutnya). Untuk memeroleh saldo yang seharusnya maka
jumlah setoran dalam perjalanan harus ditambahkan pada sisi saldo menurut rekening Koran.
Setoran dalam perjalanan bulan juli dapat dihitung sebagai berikut:

Setoran bulan juli menurut Rp.5.810.000


perusahaan………………………………………….
Setoran bulan juli menurut rekening
Koran (termasuk di dalamnya setoran
dalam perjalanan bulan juni)
…………………………………. Rp.5.000.000

Setoran dalam perjalanan bulan juni


(masuk di rekening Koran bulan juli)
(Rp. 1.540.000)
……………………….
Setoran bulan juli seharusnya di rekening (Rp. 3.460.000)
Koran…………………………….
Setoran dalam perjalanan bulan Rp. 2.350.000
juli……………………………………………….
2.       Cek-cek yang masih beredar (Oustanding Cheques) bulan juli:

Cek-cek yang masih beredar sudah dicatat mengurangi saldo kas perusahaan, namun karena cek
itu belum dicairkan maka bank belum mengurangkan saldo kas di bank/rekening
Koran.Pengeluaran ini pasti akan dicairkan pemegang cek sehingga sisi saldo menurut rekening
Koran harus dikurangi untuk mencari saldo seharusnya. Perhitungan cek-cek yang masih beredar
dapat dilihat di bawah ini:

Cek-cek bulan juli dikeluarkan Rp. 3.100.000


perusahaan……………………………………………..
Cek bulan juli menurut Rekening Koran (termasuk cek
bulan juni) Rp.
………………………………………………………. 4.000.000
Cek-Cek beredar bulan (Rp.
juni………………………………….. 2.000.000
)
Cek bulan juli yang sebenarnya diterima bank (Rp.2.000.000
………………………………………… )
Cek-Cek yang beredar bulan Rp. 1.100.000
juli……………………………………………………………….
3.       Penagihan wesel tagih

Wesel tagih perusahaan sudah ditagih atau dibayarkan ke bank . Penerimaan ini belum dicatat di
buku kas perusahaan sehingga wesel tagih ini ditambahkan ke saldo menurut catatan perusahaan.

4.       Pembebanan oleh bank

Pembebanan oleh bank dalam bentuk biaya administrasi bank atau pembebanan bank karena
menerima cek yang tidak cukup dana (NSF Check atau cek kosong). Tentunga, pengurangan ini
belum dicatat mengurangi saldo kas menurut perusahaan sehingga harus dikurangkan pada sisi
saldo menurut perusahaan.

5.       Jasa Giro

Meskipun tidak termasuk dalam kasus diatas, jasa giro harus ditambahkan ke saldo menurut
catatan perusahaan karena bank telah menambah saldo namun belum dicatat menambah saldo
menurut perusahaan

Sinking Fund

Sinking Fund adalah simpanan jangka panjang yang dibayarkan oleh penyewa untuk
pemeliharaan apartemen. Sebagai pemilik apartemen, Anda tentu harus punya ‘tabungan’ khusus
yang berisi dana pengelolaan gedung. Seperti lazimnya bangunan yang disewa, karena ada
pemakaian rutin, maka perlu juga perawatan berkala.

Metode Sinking Fund atau dana pelunasan hutang, yaitu pembayaran hutang yang dilakukan
dengan 1 kali pembayaran pada akhir periode hutang. Metode sinking fund mengasumsikan
bahwa peminjam membuat pembayaran secara berkala ke dalam suatu dana yang di sebut dana
pelunasan sinking fund.

Metode Sinking fund pada dasarnya sama saja dengan metode amortisasi, bedanya adalah
pembayaran oleh debitur kepada kreditur dilakukan satu kali yang dikenal dengan istilah lump-
sum payment, pada ujung periode berlakunya hutang. Dengan metode ini, kreditur tidak
membuatkan angsuran cicilan kepada debitur melainkan menerima dana pengembalian sesuai
dengan suku bunga yang disepakati di akhir periode hutang, sehingga dalam banyak kasus,
debitur akan membuat suatu alokasi dana pribadi yang dapat dicicilnya setiap interval waktu
tertentu dengan harapan pada ujung periode hutangnya, dana pelunasan lelah tersedia. Beberapa
debitur mencoba untuk mengalokasikan dana ke sebuah rekening atau pihak kreditur lain yang
menawarkan suku bunga lebih tinggi.

Pada contoh diatas, setoran tahunan dalam sinking fund dapat dihitung dengan
Rp.5.000.000,-/s4= Rp.1.109.606,9,-, s4 = (1+i)^4*a4 sehingga jika suku bunga yang berlaku 8
%, debitur berharap setelah 4 kali cicilan dana dalam sinking fund terakumulasi sejumlah
Rp.5.000.000,-plus bunga sebesar 4 kali 8%*Rp.5.000.000,-. Sehingga jika diperhatikan kedua
metode ini akan menghasilkan skumulasi dana yang kurang lebih sama. Seorang debitur akan
sedikit lebih ringan dalam mencicil hutang jika sinking fund nya disimpan ke bank atau kreditur
lainnya yang menawarkan suku bunga lebih dari 8% per tahun.

Anda mungkin juga menyukai