Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU INDONESIA PINTAR

DI KOTA TANJUNGPINANG

SARTIKA
Sartikacika765@yahoo.com.
DIAN PRIMA SAFITRI,S.AP., M.AP
Dianprima2000@gmail.com.e
EDISON, S.AP., M.PA.
Edison4086@gmail.com.

Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH


o
Abstrak
Kebijakan Program Kartu Indonesia Pintar merupakan salah satu yang
termasuk didalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 yakni tentang Pelaksanaan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif, Mengamanatkan agar Kartu
Indonesia Pintar (KIP) diberikan kepada anak-anak yang berusia 6 sampai dengan 21
tahun sebagai identitas untuk mendapatkan manfaat Program Indonesia Pintar
khususnya masyarakat yang lemah dari segi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi program KIP di kota Tanjungpinang serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan pendukung dalam
implementasi program tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif, informan terdiri dari BPS, Bappeda, Dinas Pendidikan, pihak sekolah,
Kelurahan, Masyarakat dan Siswa penerima dan tidak penerima KIP dan pada
penelitian menggunakan trianggulasi sebagai teknik analisis data. Adapun hasil
penelitian implementasi program KIP di Kota Tanjungpinang dan analisis
menggunakan teori Edward III yakni 1). komunikasi hanya pusat yang
mensosialisasikan dan itu belum merata diketahui oleh masyarakat sementara
berdasarkan juknis sosialisasi seharusnya dilakukan oleh Dinas Pendidikan
kabupaten/ kota nyata dilapangan bahwa itu tidak dilakukan, 2). Sumberdaya berupa
data dan data yang digunakan merupakan data tahun 2011, 3). Disposisi atau sikap
pelaksana bahwa Bappeda baru melakukan pendataan ulang guna mendapatkan data
yang benar, 4) Struktur birokrasi yang jelas antara pusat dan pelaksana kota saja
sementara sesama pelaksana kota kepada masyarakat belum terlihat. Implementasi
program KIP di Kota Tanjungpinang belum sesuai dengan sebagaimana yang
diharapkan karena masih ada keluarga yang mampu menerima KIP sementara masih
banyak keluarga yang tidak mampu namun tidak mendapatkan KIP dan manfaatnya.
Saran agar kedepan pendistribusian tepat kepada yang membutuhkan dan data yang
digunakan data terbaru sehingga implementasi KIP tepat kepada sasarannya.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Kartu Indonesia Pintar, Masyarakat


1
Abstract
The Smart Card Program Policy is one of those that is included in Presidential
Instruction Number 7 Year 2014 on the Implementation of Prosperous Family
Deposit Program, Smart Indonesia Program, and Healthy Indonesia Program for
Building Productive Family, mandating Smart Card Indonesia (KIP) Children aged 6
to 21 years as identity to get the benefit of Smart Indonesia Program especially
economically weak society. This study aims to determine the implementation of KIP
program in Tanjungpinang city and to know the factors that become obstacles and
supporters in the implementation of the program. The approach used is a qualitative
approach, informants consisting of BPS, Bappeda, Dinas Pendidikan, the school,
Kelurahan, Masyarakat and recipient students and not the recipient of KIP and in
research using triangulation as data analysis technique. The results of research on
the implementation of KIP program in Tanjungpinang City and analysis using
Edward III theory that is 1). The only communication center that socializes and it is
not evenly known by the community while based on the socialization should be done
by the district education office real in the field that it is not done, 2). Resources in the
form of data and data used are data of 2011, 3). The disposition or the attitude of the
implementer that the Bappeda just did the data collection to get the right data, 4) The
clear bureaucratic structure between the center and the city executor only while the
fellow city executives to the community have not been seen yet. Implementation of
KIP program in Tanjungpinang City has not been as expected because there are still
families who are able to receive KIP while there are still many families who can not
afford but do not get KIP and its benefits. Suggestions for the future distribution of
the right to the needy and the data used the latest data so that the implementation of
KIP appropriate to the target.

Keywords: Implementation, Policy, Smart Indonesia Card, Community

2
PENDAHULUAN memberikan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat serta Instruksi
1. Latar Belakang presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Program Simpanan
Program Indonesia Pintar Keluarga Sejahtera, Program Indonesia
merupakan program prioritas Presiden Pintar, dan Program Indonesia Sehat
Republik Indonesia Ir. Joko Widodo untuk membangun Keluarga Produktif,
yang dirancang khusus untuk mengamanatkan agar Kartu Indonesia
membantu anak dari keluarga miskin Pintar (KIP) diberikan kepada anak-
atau tidak mampu agar tetap anak yang berusia 6 sampai dengan 21
mendapatkan layanan pendidikan tahun dari keluarga pemegang Kartu
sampai tamat pendidikan menengah Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai
atau sederajat bekerja sama dengan identitas untuk mendapatkan manfaat
Kementrian Pendidikan Dan Program Indonesia pintar.
Kebudayaan (Kemendikbud), Program Indonesia Pintar
Kementrian Sosial (Kemensos) Dan melalui Kartu Indonesia Pintar adalah
Kementrian Agama (Kemenag). Selain salah satu program nasional (tercantum
itu Program Kartu Indonesia ditujukan dalam Rencana Pembangunan Jangka
untuk membantu meringankan biaya Menengah Nasional 2015-2019) yang
personal pendidikan, mencegah agar bertujuan untuk: 1). Meningkatkan
siswa tidak putus sekolah, serta angka partisipasi pendidikan dasar dan
mendorong siswa putus sekolah dapat menengah, 2). Meningkatkan angka
melanjutkan pendidikan di satuan keberlanjutan pendidikan yang
pendidikan formal maupun non formal ditandai dengan menurunnya angka
yang Rata-rata mereka berasal dari putus sekolah dan angka melanjutkan,
keluarga penerima Kartu Perlindungan 3). Menurunnya kesenjangan
Sosial (KPS) serta Program Keluarga partisipasi pendidikan antar kelompok
Harapan (PKH). masyarakat, terutama antara penduduk
Dalam penerapan program kaya dan penduduk miskin, antara
indonesia pintar, indonesia sehat dan penduduk laki-laki dan penduduk
indonesia sejahtera memiliki payung perempuan, antara wilayah perkotaan
hukum yang dapat dipertanggung dan perdesaan dan antar daerah. 4)
jawabkan pelaksanaannya mulai dari Meningkatkan kesiapan siswa
pasal 34 ayat (1) dan (3) UUD 1945, pendidikan menengah untuk memasuki
UU Nomor 25/2004 tentang sistem pasar kerja atau melanjutkan ke
perencanaan pembangunan nasional jenjang pendidikan tinggi.
yang menyebutkan bahwa janji-janji
presiden saat kampanye pemilihan Program Kartu Indonesia
presiden wajib dilaksanakan sesuai Pintar diberikan kepada seluruh
dengan ketentuan peraturan provinsi di Indonesia sesuai laporan
perundang-undangan yang berlaku dari penyedia jasa pengiriman Kartu
yang mengatur kewajiban negara Indonesia Pintar yang diterima
3
Kementerian, hingga 28 September Indonesia yang telah dilakukan
2016, tercatat sebanyak 17.067.951 beberapa tahun lalu. Program dengan
dari total 17,9 juta kartu yang telah latar belakang sama beranjak dari
diterima oleh rumah tangga sasaran. pengalaman dari program Bantuan
“Untuk provinsi Kepulauan Riau Langsung Sementara Masyarakat
terdiri dari 2 Kota dan 5 Kabupaten (BLSM). Untuk memastikan
terbagi sebanyak Kabupaten Bintan Keberhasilan program kartu Indonesia
3.182, Kabupaten Karimun 4.835, pintar dapat dilihat dari implementasi
Kabupaten Natuna 549, Kabupaten program KIP dilapangan. Berdasarkan
Lingga 3.566, Kabupaten Anambas uraian diatas, maka penulis akan
447, Kota Batam 24.501 Dan Kota melakukan penelitian dengan judul
Tanjungpinang 8.275 total keselurahan “Implementasi Program Kartu
untuk provinsi Kepuluan Riau 45.355. Indonesia Pintar Di Kota
untuk Kota Tanjungpinang dari tingkat Tanjungpinang”.
Sekolah Dasar penerima Kartu 2. Perumusan Masalah
Indonesia Pintar sebanyak 3.537, Berdasarkan latar belakang
tingkat Sekolah Menengah Pertama diatas dapat dikatakan bahwa program
penerima Kartu Indonesia Pintar pemerintah untuk mengatasi
sebanyak 1.813, tingkat Sekolah kemiskinan belum sepenuhnya
Menengah Atas penerima Kartu membantu masyarakat secara
Indonesia Pintar sebnayak 582, tingkat maksimal. Ini diketahui dari
SMK penerima Kartu Indonesia Pintar permasalahaan yang timbul saat ini
sebanyak 638, dan tingkat SLB yaitu belum meratanya pembagian
penerima Kartu Indonesia Pintar kartu. Indonesia pintar kepada
sebanyak 32, jumlah semua Penerima masyarakat yang benar-benar layak
Kartu Indonesia Pintar untuk kota untuk menerima kebijakan yang dibuat
Tanjungpinang sebanyak 6.602, jika oleh pemerintah. Kemudian kurangnya
diurutkan kota Tanjungpinang berada terimplementasinyaa pendistribusian
diposisi kedua terbanyak penerima kartu Indonesia pintar menyebabkan
Kartu Indonesia Pintar. kartu Indonesia pintar tidak tepat
Kebijakan pemerintah sasaran. Berdasarkan rumusan masalah
mengadakan program ini diharapkan diatas maka fokus penelitian ini adalah
dapat membantu perekonomian “Bagaimana Implementasi Program
masyarakat dan membantu anak Kartu Indonesia Pintar Di Kota
supaya tidak putus sekolah. Program Tanjungpinang?”
ini seharusnya berjalan lancar
dibanding program Bantuan Siswa
Miskin (BSM), Bantuan Langsung
Tunai (BLT), Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM) dan
program-program lainnya dalam
mengatasi kemiskinan di Negara
4
3. Tujuan Dan Kegunaan masalah-masalah tertentu yang
Penelitian dihadapi oleh masyarakat.
Kebijakan harus mengarah kepada
a) Untuk mengetahui kepentingan masyarakat,
Implementasi Program kesimpulannya kebijakan publik
Kartu Indonesia Pintar Di (public policy) merupakan
Kota Tanjungpinang serangkaian tindakan yang
ditetapkan dan dilaksanakan oleh
b) Untuk mengetahui faktor
pemerintah yang memiliki tujuan
pendukung dan penghambat
tertentu untuk kepentingan
yang dihadapi dalam
masyarakat. Menurut Anderson,
implementasi program kartu
2012 : 8, menyatakan kebijakan
Indonesia pintar.
itu ialah suatu “purposive course
c) Dapat dijadikan sebagai of action or inaction under taken
bahan rujukan/ referensi by an actor set of actors in
untuk penelitian lanjutan dealing with a problem or matter
bagi peneliti khususnya of cancern” (langkah tindakan
yang ingin mengkaji yang secara sengaja dilakukan
permasalahan tentang oleh seorang aktor atau sejumlah
implementasi program kartu aktor berkenaan dengan adanya
Indonesia pintar di kota masalah atau persoalan tertentu
Tanjungpinang. yang dihadapi).
Menurut Suharto dalam
d) Diharapkan dapat Agustino (2014) hakikat
memberikan informasi dan kebijakan publik sebagai jenis
masukan bagi pemerintah tindakan yang mengarahkan
dalam pengambilan pada tujuan yang terdiri dari
keputusan, terutama yang beberapa kategori sebagai
menyangkut pemberian berikut:
bantuan kepada masyarakat. a. Tuntutan kebijakan (policy
demand) ialah tuntutan atau
LANDASAN TEORI desakan yang ditujukan pada
1. Kebijakan Publik pejabat-pejabat pemerintah yang
Kebijakan publik adalah suatu dilakukan oleh aktor-aktor lain,
program pencapaian tujuan, nilai- baik swasta ataupun kalangan
nilai, dan praktek-praktek yang dalam pemerintah sendiri, dalam
terarah. Kebijakan publik juga sistem politik untuk melakukan
dapat diartikan sebagai susunan tindakan tertentu atau sebaliknya
rancangan tujuan-tujuan dan untuk tidak berbuat sesuatu
dasar-dasar pertimbnagan terhadap tindakan tertentu.
program-program pemerintah b. Keputusan kebijakan (policy
yang berhubungan erat dengan decisions) ialah keputusan-
5
keputusan yang dibuat oleh para 2. Implementasi Kebijakan
pejabat pemerintah untuk Implementasi kebijakan
memberikan keabsahan merupakan suatu proses,
(legitimasi), kewenangan atau serangkaian keputusan dan tindakan
memberikan arah terhadap yang bertujuan melaksanakan
pelaksanaan kebijakan publik. keputusan pemerintah atau
c. Pernyataan kebijakan (policy keputusan legislasi negara yang
statements) ialah pernyataan telah dibuat atau dirumuskan
resmi atau artikulasi (penjelasan) sebelumnya.
mengenai kebijakan publik Proses implementasi kebijakan
tertentu. tidak hanya menyangkut perilaku
badan-badan administratif yang
d. Keluaran kebijakan (policy bertanggung jawab untuk
outputs) merupakan wujud melaksanakan program dan
kebijakan publik yang agaknya menimbulkan ketaatan pada diri
paling konkret. Artinya ia dapat kelompok sasaran, namun ia nya
dirasakan oleh masyarakat, juga menyangkut kepada jaringan-
karena menyangkut hal-hal yang jaringan politik, ekonomi, dan
dilakukan guna merealisasikan sosial yang langsung atau tidak
apa yang telah digariskan dalam langsung dapat mempengaruhi
keputusan-keputusan dan prilaku dari semua pihak yang
pernyataan-pernyataan terlibat dengan beragam aturan
kebijakan. spesifik, situasi yang serba ideal
e. Hasil akhir kebijakan (policy dari segi perundangannya yang
outcomes) adalah akibat atau sudah jelas, unit-unit organisasi
dampak (langsung) yang benar- berikut staf yang di beri tugas sudah
benar dirasakan oleh masyarakat terlatih dengan baik, biaya yang
baik yang diaharapkan maupun diperlukan sudah tersedia, dan tentu
yang tidak diharapkan sebagai diperlukan penyesuaian-
konsekuensi dari adanya penyesuaian. Meski situasi dan
tindakan atau tidak adanya kondisinya telah dianggap cukup
tindakan pemerintah dalam ideal, kemungkinan proses
bidang-bidang atau maslah- implementasi masih berliku dan
masalah tertentu yang ada di tidak mudah.
masyarakat. Kesimpualanya
kebijakan publik tidak hanya Kamus Webster, secara
mengatur segala aspek dalam lexicografis (Wahab, 2012:135),
tatanan negara dan tidak hanya merumuskan bahwa istilah to
mengatur pejabat publik tetapi implement (mengimplementasikan)
mengatur juga tatanan itu berarti to provide the means for
masyarakat. carrying out) menyedikan sarana
untuk melaksanakan sesuatu); to
6
give pratical effect to Teori dari model
(menimbulkan dampak/ akibat implementasi kebijakan dari
terhadap sesuatu). Kalau pandangan tokoh George C. Edward III
ini kita ikuti, maka implemetasi yang berperspektif top down dan
kebijakan dapat dipandang sebagai Edward III menamakan model
suatu proses melaksanakan impelemntasi kebijakan
keputusan kebijakan, biasanya publiknya dengan direct and
dalam bentuk undang-undang, direct impact on implementation.
peraturan pemerintah, keputusan Dalam pendekatan yang
peradilan dan lain sebagainya. diteoremakan oleh Edward III,
terdapat empat variabel yang
3. Model pendektan teori Edward III sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan,
Model implementasi dari yaitu:
Edward III yang terdiri dari
beberapa variabel diantaranya 1. Komunikasi
adalah komunikasi, bagaimana
komunikasi antara pemerintah pusat Persyaratan pertama bagi
dan daerah dalam efektivitas implementasi
mengimplementasikan program kebijakan adalah para
Kartu Indonesia Pintar; pelaksana harus mengetahui
sumberdaya, apakah sumberdaya apa yang seharusnya mereka
yang terlibat dalam implementasi lakukan, sebab hanya dengan
program kartu indonesia pintar cara demikian proses
telah sesuai dengan yang komunikasi antar sesamanya
diharapkan; disposisi (sikap akan dapat berjalan dengan
pelaksana), apakah sikap para baik. Proses komunikasi yang
pelaksana mematuhi aturan yang dimaksud oleh Edward III
berlaku dalam implementasi terkandung didalamnya
program kartu indonesia pintar dan transmisi, konsistensi dan
yang terakhir struktur birokrasi, kejelasanan (clarity).
apakah struktur birokrasi
mempengaruhi dalam implementasi 2. Sumberdaya
program Kartu Indonesia Pintar.
Dari variabel tersebut penulis Tidak peduli bagaimana jelas
mengambil model ini untuk dan konsisten pelaksanaan
mendukung dalam penyusunan yang diperintahkan dan tidak
penelitian serta menjawab dari peduli seberapa akurat mereka
rumusan masalah yang telah ditransmisikan, jika personil
dipaparkan diatas. yang bertanggungjawab untuk
melaksanakan kebijakan
kekurangan sumber daya
7
untuk pekerjaan yang efektif implementasi kebijakan secara
maka pelaksanaan tersebut keseluruhan. Bentuk organisasi
tidak akan efektif. Sumber dipilih sebagai suatu
daya yang akan mendukung kesepakatan kolektif untuk
implementasi kebijakan yang memecahkan berbagi masalah
efektif sosial. Struktuur organisasi-
organisasi pelaksana
3. Disposisi mempunyai pengaruh penting
pada implementasi kebijakan.
Kecendrungan-kecendrungan
merupakan praduga-praduga METODE PENELITIAN
dari pelaksana terhadap suatu Adapun jenis penelitian ini
kebijakan. Jika para pelaksana adalah penelitian kualitatif, yaitu
bersikap baik karena menerima penulis hanya memaparkan data secara
suatu kebijakan, kemungkinan ilmiah yang diperoleh dari fakta
besar mereka akan dilapangan nantinya. Penelitian
melaksanakan kebijakan kualitatif menurut Sarwono (2006 :
tersebut secara bersungguh- 239) mengatakan bahwa “tujuan
sungguh seperti yang penelitian kualitatif adalah agar
diharapkan pembuat kebijakan. peneliti mendapatkan makna hubungan
Disposisi juga menyangkut variabel-variabel sehingga dapat
persepsi, kewenangan, digunakan untuk menjawab masalah
pemahaman dan komitmen yang dirumuskan dalam penelitian.”
para pelaksana untuk Artinya penulis mengolah dan
menerapkan suatu kebijakan menganalisis dari data-data yang sudah
agar implementasi kebijakan terkumpul menjadi data yang
dapat efektif, maka segenap sistematik, teratur dan terstruktur dan
upaya harus dilakukan oleh mempunyai makna.
pembuat kebijkan agar isi dan
tujuan kebijakan dapat Pelaksanaan penelitian
bersesuaian dengan keinginan berlokasi di Kota Tanjungpinang.
para implementor melalui Adapun alasan penulis tertarik
pemahamna setiap individu mengambil lokasi ini dikarenakan
akan arah kebijakan yang adanya permasalahan pembagian akan
mereka bantuan dari pemerintah yang dinilai
kerjakan/implementasikan. tidak tepat sasaran, banyak lagi yang
benar-benar membutuhkan namun
4. Struktur birokrasi. kenyataan nya tidak mendapatkan
kartu Indonesia pintar yang merupakan
Secara umum birokrasi program pemerintah untuk
merupakan suatu badan yang memberikan peluang untuk anak
paling sering terlibat dalam Indonesia untuk terus melanjutkan
8
sekolah hingga ke tingkat yang lebih pengamatan terhadap data yang
tinggi sementara masih ada yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan
mapan namun menerima beasiswanya dirangkum.” Disini penulis menyusun
juga sehingga dengan adanya kata dan kalimat untuk suatu tulisan
penelitian ini bisa memberikan yang ilmiah sehingga mudah dimengerti dan
terbaik untuk kedepannya. dipahami para pembaca, dan akan di
trianggulasi sebagai cara pengecekan
Penentuan informan penelitian keabsahan data hasil wawancara.
dilakukan dengan Purposive Sampling, Adapun pengertian trianggulasi
menurut Sugiyono (2012:96) menurut pendapat Moleong (2005 :
Purposive Sampling yaitu teknik 178) menyebutkan bahwa
penentuan sumber data dengan “trianggulasi adalah teknik
pertimbangan tertentu oleh peneliti. pemeriksaan keabsahana data yang
Informan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan sesuatu yang lain,
stakeholder implementasi program diluar data itu untuk keperluan
Kartu Indonesia Pintar di Kota pengecekan atau sebagai pembanding
Tanjungpinang. Adapun informan terhadap data itu.”
dalam penelitian ini adalah BPS Kota
Tanjungpinang, Dinas Pendidikan, PEMBAHASAN
Bappeda, pihak sekolah, kelurahan, a. Analisis Implementasi Program
siswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kartu Indonesia Pintar Di Kota
(KIP) dan tidak menerima KIP, Tanjungpinang
Masyarakat umum dan orang tua siswa Pada pembahasan ini akan
penerima Kartu Indonesia Pintar. diketahui peran stakeholder atau
Pengumpulan data merupakan implementor tingkat kota dalam
suatu bentuk cara mencari data utama mengimplementasikan program
dengan menggunakan keterlibatan Kartu Indonesia Pintar di Kota
langsung penulis untuk memperoleh Tanjungpinang. Setiap adanya
data, maka penulis menggunkan kebijakan pemerintah yang harus
beberapa teknik data sebagai berikut dilaksanakan tentunya harus
berpihak untuk kesejahteraan
a. Wawancara alat yang digunakan masyarakat. Agar kebijakan dapat
pedoman wawancara terimplementasikan dengan baik
b. Observasi alat yang digunakan maka semua pihak harus mampu
daftar ceklis menjalankan keputusan yang telah
c. Dokumentasi menggunakan di tetapkan oleh pusat sesuai
kamera dan alat perekam suara. dengan yang membutuhkan dan
bertanggungjawab akan
Menurut Patilima (2007 : 88) implementasinya program kartu
menyebutkan “pada analisa data indonesia pintar di Kota
kualitatif, peneliti membangun kata- Tanjungpinang.
kata dari hasil wawancara atau
9
Implementor dalam masyarakat. Masyarakat yang
mengimplementasikan program membutuhkan bantuan beasiswa
Kartu Indonesia Pintar harus dari program Kartu Indonesia
dapat memberikan sesuai dengan Pintar, selama ini belum merata dan
mereka yang membutuhkan masih banyak yang belum
manfaat dari program Kartu mendapatkan Kartu Indonesia
Indonesia Pintar. Ini berkaitan Pintar (KIP). Padahal ini dapat
dengan informasi yang diberikan mencegah anak/siswa mengalami
oleh para stakeholder atau putus sekolah akibat kesulitan
implementor tingkat kota yakni ekonomi dan adanya kekurangan
Badan Pusat Statistik (BPS), dalam pendistribusian Kartu
pihak Kelurahan, pihak Badan Indonesia Pintar (KIP) ini
Perencanaan Pembangunan disebabkan masyarakat tidak
Penelitian Dan Pengembangan mendapatkan informasi yang jelas
Kota Tanjungpinang (Bappeda tentang implementasi Kartu
Kota Tanjungpinang), Dinas Indonesia Pintar di kota
Pendidikan dan pihak salah satu Tanjungpinang. Hasil penelitian
sekolah di kota Tanjungpinang Komunikasi, terlihat peranan
serta masyarakat kota pemerintah daerah atau
Tanjungpinang. Untuk implementor kota dalam
mengetahui peran stakeholder mengimplementasikan kebijakan
atau implementor dalam program Kartu Indonesia Pintar
membantu pelaksanaan program untuk masyarakat belum berjalan
Kartu Indonesia Pintar di kota sesuai dengan harapan. Adapun
Tanjungpinang, dalam penelitian peranan pemerintah daerah dalam
ini penulis mengacu pada teori memberikan informasi terkait
Edward III sebagai teori untuk pelaksanaan program Kartu
menganalisis penelitian terkait Indonesia Pintar belum maksimal
implementasi program Kartu sehingga banyak masyarakat yang
Indonesia Pintar dikota belum tahu tentang implementasi
Tanjungpinang, maka ada program Kartu Indonesia Pintar dan
beberapa indikator yang terkait yang mengetahuinya pun dari
didalamnya sebagai berikut: berita-berita dari Televisi, ditambah
lagi ada yang tidak mengetahui
1) Komunikasi manfaat dari Kartu Indonesia Pintar
tersebut.
Terimplementasikan kebijakan
tentang program Kartu Indonesia 2) Sumberdaya
Pintar (KIP) dikota Tanjungpinang
tidak terlepas dengan adanya Terlaksananya suatu kebijakan
komunikasi antara pihak pemerintah dalam pelaksanaan
implementor tingkat kota dan program Kartu Indonesia Pintar
(KIP) tidak terlepas dari sumber
10
daya yaitu semua komponen yang mendapatkan kartu indonesia pintar
terlibat didalamnya harus bisa di kota tanjungpinang.
mengimplementasikan kebijakan
tersebut. Kartu indonesia pintar ini 3) Disposisi
mendukung penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar dan Terimplementasikan suatu
pendidikan menengah. Banyak kebijakan harus adanya sikap dari
kesalahan dan terjadi pengembalian semua pihak yang ikut
kartu ke pusat karena ada beberapa melaksanakan kebijakan program
keluarga yang mendapatkan kartu Kartu Indonesia Pintar tersebut.
dengan alamat ang sma namun Stakeholder atau implementor kota
kesalahan dalam penulisan dalam melaksanakan kebijakan
namanya, ada lagi mendapatkan program Kartu Indonesia Pintar
dapat kartu indonesia pintar ketika agar lebih efektif maka harus
awal masuk kuliah, kartu yang diketahui apa yang dikeluhkan oleh
diberikan oleh pusat kepada masyarakat seperti belum
masyarakat namun masyarakat meratanya penyebaran kartu
tersebut sudah tidak tinggal indonesia pintar. Maksudnya
ditempat itu lagi sumber tersebut adanya peranan dari stakeholder
diketahui dari pihak sekolah dan untuk mengimplementasikan
masyarakat sekitar kota kebijakan tentang program Kartu
tanjungpinang serta masih banyak Indonesia Pintar yang efektif
lagi kasus-kasus yang terjadi dari dengan memberitahukan kepada
implementasi kebijakan Kartu masyarakat. Hasil penelitian
Indonesia Pintar khususnya di kota Sebagai pihak pelaksana (disposisi)
tanjungpinang. Pada pembahasan yaitu berperan dalam memberikan
ini, untuk mengetahui tentang informasi melalui sosialisasi namun
kemampuan pemerintah dalam belum terlaksana dengan baik dan
memberikan bantuan dapat banyak masyarakat tidak
dikaitkan dengan sub indikator mengetahui implementasi program
sebagai berikut: Stakeholder atau kartu indonesia pintar di kota
implementor tingkat kota tanjungpinang. Berdasarkan hasil
melakukan pemungutan data terkait temuan penelitian melalui
implementasi kebijakan Kartu wawancara dengan semua instansi
Indonesia Pintar. Hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
Sumberdaya belum berjalan dengan sikap pelaksana telah terlihat dalam
harapan masyarakat yaitu pihak implementasi program kartu
pemerintah daerah belum indonesia pintar dikota
sepenuhnya berperan dalam tanjungpinang pada tahun 2017 ini
pendataan karena masih banyak bahwa peran pemerintah yang
masyarakat yang belum bukan sebagai implementor dalam
kartu indonesia pintar namun untuk

11
kesejahteraan masyarakat dan dengan baik karena setiap instansi
pengentasan kemiskinan maka terkait berhubungan langsung ke
instansi terkait ikut membantu pusat sementara untuk
implementor dalam pelaksanaan mengimplementasikan di kota
program kartu indonesia pintar. belum sesuai dengan harapan dan
untuk kerjasamanya baru akan
4) Struktur Birokrasi dibentuk ketika pemuktahiran data
dari Bappeda setelah selesai diolah.
Kebijakan dapat terlaksana
dengan baik bila adanya kerjasama 5) Faktor Pendukung Yang
semua pihak yang berperan seperti Dihadapi Pihak Stakeholder Atau
halnya dalam Implementor Kota Untuk
mengimplementasikan program Melaksanakan Kebijakan
kartu indonesia pintar di kota. Demi Program Kartu Indonesia Pintar
mendorong stabilnya implementasi Dikota Tanjungpinang
program kartu indonesia pintar,
maka stakeholder atau implementor Kebijakan pemerintah dalam
kota harus bisa bekerjasama dalam pelaksanaan program Kartu
menjalankan program Kartu Indonesia Pintar harus dapat
Indonesia Pintar sesuai dengan diimplementasikan dengan baik,
yang membutuhkan yakni sebab tanpa adanya pelaksanaan
membantu siswa yang kurang dari stakeholder atau implementor
mampu dalam memenuhi kota sebuah kebijakan yang telah
kebutuhan kegiatan pembelajaran. ditetapkan tidak berjalan sesuai
Tujuan kerjasama ini merupakan dengan yang diharapkan. Peranan
agar tercapainya implementasi dari stakeholder atau implementor
program Kartu Indonesia Pintar kota merupakan faktor yang sangat
dikota Tanjungpinang untuk penting sebagai pendukung
masyarakat yang belum implementasinya program Kartu
mendapatkan kartu indonesia pintar Indonesia Pintar di kota
maka akan ada data susulan yang Tanjungpinang sesuai dengan yang
akan dikirrimkan ke pusat membutuhkan. Faktor pendorong
berdasarkan kriteria yang telah untuk keberhasilan kebijakan
ditetapkan karena hal ini program Kartu Indonesia Pintar
mendukung penuntasan wajib yaitu dengan memberikan informasi
belajar siswa pendidikan dasar yang jelas kepada masyarakat dan
sembilan tahun dan pendidikan melakukan pendataan ulang terkait
menengah dua belas tahun. Hasil pelaksanaan progrm Kartu
penelitian Struktur birokrasi juga Indonesia Pintar dikota
belum terimplementasi dengan baik Tanjungpinang, kemudian adanaya
yaitu kerjasama antara instansi satu kerjasama yang baik antara pihak
dengan yang lain belum terlaksana implemnetor kota maka

12
implementasi program Kartu terjadi kesalahan dalam penggunaan
Indonesia Pintar akan sesuai dengan data dan itu dilakukan oleh pusat.
yang membutuhkan. Selanjutnya bagi penerima kartu
dan beasiswa program Kartu
6) Hambatan Yang Dihadapi Indonesia Pintar merasakan
Stakeholder Atau Implementor kebijakan kartu indonesia pintar
Tingkat Kota Dalam tidak tepat dari segi waktu untuk
Melaksanakan Program Kartu pencairan danaya pencairannya
Indonesia Pintar Dikota tidak sesuai dengan keadaan yang
Tanjungpinang. dibutuhkan saat itu sehingga dari
beasiswa itu banyak digunakan
Peranan pihak stakeholder atau untuk keperluan lain dibandingkan
implementor tingkat kota salah satu untuk keperluan sekolah.
faktor yang sangat penting di dalam
berhasilnya kebijakan yang dibuat PENUTUP
oleh pemerintah pusat. Namun
dalam memberikan kartu indonesia 1) Kesimpulan
pintar dan beasiswa dari Kartu
Berdasarkan analisis dari hasil
Indonesia Pintar juga adanya pembahasan bab IV maka yang
hambatan yang dihadapi. Hambatan dapat disimpulkan bahwa
ini dapat mempengaruhi implementasi program Kartu
keberhasilan pelaksanaan program Indonesia Pintar di Kota
Kartu Indonesia Pintar sebab Tanjungpinang belum sesuai
dengan adanya kendala yang dengan sebagaimana yang
dihadapi pihak stakeholder atau diharapkan karena masih ada
implementor kota dalam keluarga yang mampu
melaksanakan kebijakan yang telah menerima KIP sementara masih
ditetapkan oleh pusat maka banyak keluarga yang tidak
kebijakan yang dilaksanakan mampu namun tidak
tersebut tidak akan berjalan mendapatkan KIP dan manfaat
maksimal. beasiswa KIP.
Hambatan dalam
2) Saran
mengimplementasikan kebijakan
program Kartu Indonesia Pintar 1. Sebaiknya informasi dan
yaitu karena pihak implementor pendataan terkait pelaksanaan
kota kurang maksimal memberikan program bantuan seperti KIP
informasi kepada masyarakat dan perlu data yang terbaru dan
ketidak jelasan data yang digunakan penyampaian informasinya
untuk penditribusian Kartu pun jelas.
Indonesia Pintar,dari data penerima
nya juga tidak sesuai dengan yang 2. Kesadaran masyarakat untuk
telah dilakukan pendataan serta memberikan data yang real
13
dan setiap program yang Sugiyono. 2012. Metode
diberikan manfaat nya benar- Penelitian Administrasi.
benar digunakan sebagaimana Bandung: Alfabeta
mestinya bukan untuk
kepentingan pribadi. Wahab, Solichin Abdul. 2012.
Analisis Kebijakan Dari
DAFTAR PUSTAKA Formulasi Ke Penyususnan
Model- Model
A. Buku Implememntasi
Kebijakan publik. Jakarta:
Agustino, Leo. 2014. Dasar-Dasar
Bumi Aksara.
Kebijakan Publik. Bandung :
Alfabeta
Winarno, Budi. 2013.
Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan
CAPS (Center Of Academic
Publik. Bandung: Cv Pustaka
Publishing Service.
Edward, George.C. 1980.
Implementing public policy. B. Skripsi/ jurnal
USA. Congressional quarterly Irfan. 2016. Impelementasi
Press Program Kartu Indonesia
Pintar, Kartu Indonesia Sehat
Meleong, Lexy J. 2005. Metode Dan Kartu Keluarga Sejahtra
Penelitian Kualitatif. Dalam Rangka Terwujudnya
Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawa Cita Joko Widodo-
Jusuf Kala. Universitas Institut
Patilima, Hamid. 2007. Metode Pemerintahan Dalam Negeri
Penelitian Kualitatif. (IPDN).
Bandung: Alfabeta
Maryana, Nina. 2011. Implementasi
Purwanto, Erwan Agus (dkk). Beras Miskin (Raskin)
2012. Implementasi Dikelurahan Kabayan
Kebijakan Public: Konsep Dan Padeglang Kecamatan
Aplikasinya Di Padeglang Kabupaten
Indonesia. Yogyakarta:Gava Padeglang Tahun 2010.
Media. Usa

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Nurmiza. 2014. Implementasi


Penelitian Kuantitatif Dan Program Bantuan Langsung
Kualitatif. Yogyakarta, Sementara Masyarakat
Graha Ilmu. (BLSM) tahun 2013
Dikelurahan Kampung Baru

14
Kecamatan Tanjungpinang petunjuk Pelaksanaan Program
Barat. Umrah. Indonesia Pintar Tahun
2017
Putrisari, Laila. 2016. Implementasi
Program Beras Sejahtera Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
(Rastra) Dikelurahan Universitas Maritim Raja Ali
Tembeling Tanjung Kecamatan Haji, 2011.
Teluk Bintan Kabupaten Bintan Pedoman Teknik Penulisan
Tahun 2015. Umrah Usulan Penelitian Dan Skripsi
Serta Ujian Sarjana
Umar. 2012. Implemntasi Kebijakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Undang-Undang Nomor 31 Politik Universitas Maritim
Tahun 2004 Tentang Raja Ali Haji
Perikanan Di Madung Tanjungpinang.
Kelurahan Kampung Bugis
Kecamatan Tanjungpinang D. Lain-lain
Kota. Stisipol. http://news.liputan6.com/read/2374400
/distribusi-kartusakti-jokowi-
C. Dokumen diakui- masih-salah-sasaran.

Undang-Undang Dasar Negara Kemendikbud.go.id.


Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 34 Ayat (1)
Dan (2)
UU Nomor 25/2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun


2014 Tentang Pelaksanaan
Program Simpana Keluarga
Sejahtera, Program Indonesia
Pintar, Dan Program Indonesia
Sehat Untuk Membangun
Keluarga Produktif.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar


Dan Menengah Dan Direktur
Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Masyarakat
Nomor:07/D/Bp/2017 tentang
15

Anda mungkin juga menyukai