Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN DAN EVIDANCE BASED NURSING

 MAHASISWA MENYUSUN ASKEP SESUAI DENGAN KASUS DAN FORMT YANG TELAH
TERSEDIA
 MAHASISWA DIWAJIBKAN MENCARI JURNAL INTERVENSI YANG BERASAL DARI JURNAL
YANG MEMILIKI DOI DAN TERAKREDITAS MINIMAL 5 JURNAL
 CANTUMKAN TABEL SUMMARY DARI JURNAL YANG TELAH DIDAPATKAN
 MAHASISWA MELAKUKAN LITERATUR REVIEW MENGENAI INTERVENSI SESUAI DENGAN
KASUS YANG DIDAPATKAN
 MEMBUAT PEMBAHASAN DAN ANALISA SESUAI TOPIK YANG TELAH DIBERIKAN
 SUSUN MAKALAH SESUAI DENGAN SISTEMATIKA PENULISAN YANG TELAH DITENTUKAN
 KUMPUL SESUAI WAKTU YANG TELAH DIJADWALKAN
LAPORAN PRESENTASI ASKEP DAN JURNAL STASE
KEPERAWATAN KRITIS
PADA KLIEN DENGAN PUNURUNAN KUALITAS TIDUR DENGAN METODE

PEMBERIAN FOOT MASSAGE DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD ABDUL
WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

LOGO ITKES

Oleh :

NAMA:

NIM:

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA
20..
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRESENTASI ASKEP JURNAL STASE KEPERAWATAN KRITIS PADA KLIEN DENGAN
PUNURUNAN KUALITAS TIDUR DENGAN METODE PEMBERIAN FOOT MASSAGE DI RUANG
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Oleh :

……………………

Laporan ini telah disetujui oleh dosen koordinator dan dosen pembimbing Keperawatan
Gawat Darurat & Kritis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda

Pada tanggal .. Mei 2018

MENYETUJUI :

Pembimbing Akademik Perseptor Klinik


Keperawatan Gadar & Kritis Keperawatan Gadar & Kritis
Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanWiyata Husada RSUD.Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Samarinda

NIK : NIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmad dan karunia-
nya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Laporan Presentasi Jurnal
Stase Keperawatan Kritis Pada Klien Dengan Punurunan Kualitas Tidur Dengan Metode
Pemberian Foot Massage Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda”.

Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku – buku refrensi, media
elektronik, dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.
Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu berbagai penyusunan mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri M.Kep.,Sp.Kep.MB Selaku dosen koordinator dan
pembimbing keperawatan Gawat darurat dan kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wiyata Husada Samarinda
2. Kepala Ruangan beserta staf keperawatan Ruang Intensive Care Unit RSUD.Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda yang telah mengizinkan dan memberi bimbingan


selama pelaksanaan praktik stase Kritis di ruangan tersebut.
3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun
baik bersifat moril maupun material.
4. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunanlaporan ini.

Semoga makalah ini dapta bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan
acuan terhadap penyusunan laporan berikut berikutnya.

Samarinda, Mei 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN


A. DESKRIPSI KASUS KELOLAAN
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Analisa data
c. Diagnosa
d. Tujuan keperawatan
e. Intervensi keperawatan
BAB III ANALISIS JURNAL
A. DESKRIPSI TOPIK JURNAL
B. TABEL SUMMARY
C. TINJAUAN PUSTAKA
D. PEMBAHASAN
BAB IV STANDAR OPERASIONAL
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I-SESUAI FORMAT
BAB II- SESUAI FORMAT
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. DESKRIPSI TOPIK JURNAL

Gangguan tidur pasien kritis di ruang Intensive Care Unit dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi kekebalan tubuh, menurunkan kemampuan otot inspirasi pernafasan,
terganggunya sistem metabolisme , terganggunya regulasi sistem metabolisme,
terganggunya regulasi sistem syaraf pusat dan kondisi psikologis pasien yang berdampak
terhadap waktu perawatan berkepanjangan.
Foot Massage merupakan salah satu terapi komplementer yang aman dan mudah di
berikan dan mempunyai efek meningkatkan sirkulasi, mengeluarkan sisa metabolisme,
meningkatkan rentang gerak sendi mengurangi rasa sakit, merelaksasikan otot dan
memberikan rasa nyaman pada pasien. Tujuan penelitian ini terindetifikasinya perbedaan
pengaruh skor kualitas tidur pada kelompok kontrol dan perlakuan. Penelitian quasi
eksperimental ini menggunakan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan masing-

masing kelompok dilakukan penilaian pretest dan postest. Jumlah sampel sebanyak 24

pasien.Instrumen kualitas tidur menggunakan Richard Campbell Sleep Quationare


(RCSQ).Data dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan.
Hasil penelitian menunjukan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang
bermakna rerata skor kualitas tidur (p= 0,150), sedangkan pada kelompok perlakuan,
terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur (p= 0,002). adapun selisih skor
kualitas tidur pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan secara
bermakna (p= 0,026). Simpulan penelitian ini skor kualitas tidur pada kelompok intervensi

lebih tinggi daripada kelompok kontrol , sehingga disarankan foot massage dijadikan

evidence based di rumah sakit sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat
dijadikan intervensi mandiri keperawatan untuk membantu mengatasi gangguan tidur pasien
kritis.
D. TABEL SUMMARY

No. Judul Jurnal Terkait Pembahasan Hasil Metode


1 Oshvandi, Kh., Abdi, “efek pijat kaki pada kualitas tidur Metode: study uji klinis dan

S., Karampourian, A., pada pasien penyakit jantung sampel menjadi dua
Moghimbaghi, A., & iskemik dirawat di CCU ”. Pada kelompok yaitu kelompok
Homayonfar, Sh. kelompok eksperimen, pijat kaki eksperimental dan

(2014). The effect of dilakukan 20 menit untuk setiap kelompok control. Alat ukur
foot massage on pasien di dua malam berturut-turut tidur menggunakan St

quality of sleep in dan kelompok kontrol berada di John’s Hospital Sleep

ischemic heart disease bawah perawatan biasa. Peneliti Questionnaire (SMHSQ).


patients hospitalized mengacu pada kelompok
in CCU. Iran Journal eksperimen pada malam hari di
Critical Care Nurse, sekitar 9-10 PM, Pijat kaki akan
7(2), 66–73. dilakukan melalui gerakan lambat
dari pergelangan kaki ke bawah

bagian kaki selama dua puluh


menit (setiap kaki 10 menit) dalam

dua malam berturut-turut.

Keesokan harinya pada pukul 8,


peneliti mengukur kualitas tidur
pasien, dengan
menggunakan kuesioner awal yang
sama.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada kelompok eksperimen


ada perbedaan yang signifikan
antara skor dari kualitas tidur
sebelum dan sesudah pijat kaki (p

= 0,002). Tetapi tidak ada


perbedaan yang signifikan antara
skor dari kualitas tidur sebelum
dan setelah menerima perawatan
biasa di kelompok kontrol (p =

0,964). Tidak ada perbedaan yang


signifikan antara skor dari kualitas
tidur dalam dua kelompok
eksperimen dan control sebelum
pijat kaki (p = 0,64). Tapi ada
perbedaan yang signifikan setelah
intervensi (p = 0,01).

2 Deng, G., & Cassileth, Menurut Jurnal Deng dkk (2005) -


B.R. (2005). Integrative Kelompok terapi Massage terbaik

oncology: yang sistematis dan manipulasi

Complementary ilmiah jaringan tubuh dilakukan


therapies for pain, dengan tangan untuk

anxiety and mood mempengaruhi sistem saraf dan


disturbance, CA otot dan sirkulasi umum. Pikiran-

career. Journal Clinic, tubuh, teknik relaksasi Metode lain

55, 10–16. yang menekankan interaksi

pikiran-tubuh dengan manfaat


dimaksudkan yang mencakup
relaksasi dan kesejahteraan
emosional.

3 Engwalla, M., Fridha, Hasil penelitian menunjukkan Bagian I adalah penelitian


I., Johansson, L., perbedaan dalam keuntungan bagi deskriptif komparatif,

Bergbom, I., & pasien di ruang intervensi (n = 48), Bagian II memiliki desain
Lindahl, B. (2015). persepsi kecerahan siang hari (p = eksploratif dan deskriptif.

Lighting, sleep and 0,004). Di malam hari, variasi


circadian rhythm: An pencahayaan yang lebih besar (p =
intervention study in 0,005) ditemukan di ruang biasa (n
the intensive care = 52). Bagian II bertujuan untuk
unit. Intensive and menggambarkan pengalaman

Critical Care Nursing, pencahayaan di ruang


31, 325-335. dilengkapi dengan lingkungan
pencahayaan.
4 Field, T., Hernandez- Tindakan berulang dilakukan untuk Sampel termasuk 30 orang

Reif, M., Diego, M., & menentukan efek dari terapi pijat dewasa (14 wanita) dengan

Fraser, M. (2007). dibandingkan terapi relaksasi pada nyeri punggung rendah

Lower back pain and nyeri punggung bawah. Terapi durasi minimal 6-bulan.

sleep disturbance are pijat Kelompok pijat menerima dua Pada hari pertama dan

reduced following sesi terapi pijat 30 menit per terakhir dari studi 5-

massage therapy. minggu selama 5 minggu dilatih minggu, penilaian berikut

Journal Bodywork & oleh terapis pijat, yang digunakan dilakukan. Skala tidur

Movement Therapies, Biotone Spa Replen- ishing Light (Verran dan Snyder-

11(2), 141-5. Body Oil. Halperin, 1988) skala

Sekelompok oleh efek interaksi analog visual yang ini

sehari menghasilkan penurunan berlabuh di salah satu

gangguan tidur untuk kelompok ujung dengan tanggapan

terapi pijat seluruh studi (t 1/4 yang tidak efektif tidur.

2:72, Po.01; η2 1/4: 29).

5 Kaur, J., Kaur, S., & Peneliti dilakukan untuk menilai Desain penelitian yang

Bhardwaj, N. (2012). efek pijat kaki dan refleksi digunakan kuasi

Effect of 'foot parameter fisiologi dan tekanan eksperimen. Purposive

massage and darah, denyut jantung dan saturasi sampling 60 pasien

reflexology' on oksigen pasien sakit kritis. terdaftar, semua parameter

physiological Dilakukan selama tiga hari fisiologis dicatat tepat

parameters of pertama, parameter fisiologis sebelum dan sesudah

critically ill patients. setiap subjek diamati dua kali penerapan protocol pada

Nursing and sehari (pagi dan sore). Pada 3 hari setiap hari di pagi hari dan

Midwifery Research berikutnya dilakukan intervensi juga malam hari.

Journal, 8(3). (pijat kaki dan refleksi) dua kali


sehari (pagi dan sore) sesuai
protocol.
Hasil penelitian memijat kaki dan

refleksi pada tekanan darah


tercatat karena ada penurunan

yang signifikan terhadap kisaran


normal, pada intervensi (t- 2 60,
2.24. P<0.05) kedua terjadi

peningkatan yang signifikan


(kisaran normal).

6 Khalili. A, Alavi. M Hasil : kontrol Intervensi P Waktu Pada kelompok intervensi

Negin, Mardani. D, Sebelum intervensi 2/12 ± 6/121 selama 30 menit kaki pijat
Pour. B Nastoor, 6/9 ± 8/126 0,02 Setelah intervensi refleksi pada kelompok
Paymard. A, Daraei. 9/10 ± 5/118 9 ± 6/122 0,04 P kontrol hanya massage.

M, Yaripoor. S, Bashiri. <0,001 <0,001. Perbedaan sebelum Sebelum memulai pijat,


S, and Vardanjani. M dan sesudah intervetion 3 ± 1/3 tanda-tanda vital tidak
Mehdi. 2016. The 9/2 ± 2/4 0,027 Tabel 2: Rata-rata dicatat maka peneliti

effect of foot ± tekanan darah diastolik SD selama 30 menit dari teknik


reflexology on sebelum dan sesudah intervensi refleksi kaki untuk pasien
physiological dan kelompok control kelompok pada kelompok intervensi
parameters. kontrol intervensi P Waktu dan kelompok kontrol pijat
International Journal sebelum intervensi 6/9 ± 2/63 1/7 kaki sederhana selama 15

of Medical Research ± 9/66 0,03 setelah intervensi 2/9 menit untuk setiap dua
& Health Sciences, ± 3/63 7 ± 7/66 0,04 P 0,66 0,42, kaki.

ISSN No : 2319 – Perbedaan sebelum dan sesudah

5886. intervetion 3 ± 1/3 9/2 ± 2/4 0,034


Tabel 3: Rata-rata ± SD denyut

jantung sebelum dan sesudah


intervensi dan kelompok Control
Hasil penelitian ini bahwa efek
positif dari pijat refleksi kaki pada
tekanan darah dan mengurangi

jumlah yang digunakan. Tapi tidak

memiliki efek positif pada denyut

jantung dan laju pernapasan.


Refleksi kaki untuk mengurangi
tekanan darah pada pasien
sebelum angiografi, yang dapat

disebabkan oleh hal-hal seperti


stres, takut prosedur yang tidak
diketahui dan prosedur.

7 Hossein Namdar Hasil penelitian menunjukkan terapi electroconvulsive

Areshtanab, dkk. bahwa pada akhir sesi ketiga dari dan bahan: 68 mengakui

2017. the effect of refleksologi, nilai rata-rata pasien yang menerima ECT
foot reflexology on kecemasan negara (s) pada yang acak ke kontrol (n =

anxiety and pain in kelompok intervensi memiliki 34) dan kelompok


patients undergoing signifikan berkurang dibandingkan intervensi (n = 34).

electroconvulsive dengan kelompok kontrol (p Kelompok intervensi

therapy. <0,05). Perbandingan nyeri antara menerima refleksi kaki tiga


Pharmacophore kedua kelompok tidak sesi 20-menit, dan pada
Internatinal Journal. menunjukkan perbedaan yang kelompok kontrol, kaki

ISSN-2229-5402. signifikan segera setelah intervensi, pasien dipijat selama 1


namun di sesi 2 dan 3, rasa sakit itu menit menggunakan
menurun secara signifikan pada minyak zaitun.
kelompok intervensi (p <0,05).

C. TINJAUAN PUSTAKA
a. Foot massage

Massage
the rapy (MT)
adalah suatu teknik yang dapat meningkatkan pergerakan beberapa struktur dari kedua
otot dan jaringan subkutan, dengan menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini
dapat meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi pembengkakan dan

memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan demikian, massage therapy dapat
digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot untuk mengurangi rasa sakit, stres, dan
kecemasan yang membantu pasien meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan.
Selain itu, massage therapy dapat meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan setelah
operasi, yang memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Anderson &
Cutshall, 2007).
Massage tidak hanya mengurangi emosi, gugup, tapi juga mempertahankan
keseimbangan yang baik dari saraf vagus dan simpatik. Dari beberapa penelitian

menggambarkan bahwa foot massage adalah salah satu metode yang paling umum dari
terapi komplementer. Terapi pijat dan refleksi merupakan pendekatan terapi manual yang
digunakan untuk memfasilitasi penyembuhan kesehatan, dan dapat digunakan oleh perawat di

hampir setiap pelayan perawatan (Kaur,Kaur, & Bhardwaj, 2012). Mekanisme foot massage
yang dilakukan pada kaki bagian bawah selama 10 menit dimulai dari pemijatan pada kaki
yang diakhiri pada telapak kaki diawali dengan memberikan gosokan
pada permukaan punggung kaki, dimana gosokan yang berulang menimbulkan
peningkatan suhu diarea gosokan yang mengaktifkan sensor syaraf kaki sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening yang mempengaruhi aliran darah
meningkat, sirkulasi darah menjadi lancar (Aditya, Sukarendra & Putu, 2013).
Foot massage mengaktifkan aktifitas parasimpatik kemudian memberikan sinyal
neurotransmiter ke otak, organ dalam tubuh, dan bioelektrik ke seluruh tubuh. Sinyal
yang di kirim ke otak akan mengalirkan gelombang alfa yang ada di dalam otak (Guyton,
2014). Impuls saraf yang dihasilkan saat melakukan foot massage diteruskan
menuju
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin
(POMC) sehingga medulla adrenal memproduksi endorfin. Endorfin yang disekresikan ke
dalam peredaran darah dapat mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Ganong, 2008).
Kaur, Kaur, dan Bhardwaj (2012) menyatakan bahwa foot massage yang dilakukan
selama 5 menit pada pasien sakit kritis dapat memberikan efek meningkatkan relaksasi
karena adanya perubahan pada tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut
nadi, kelelahan, dan suasana hati setelah intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan

foot massage berarti sentuhannya dapat merangsang oksitosin yang merupakan


neurotransmiter di otak yang berhubungan dengan perilaku seseorang, dengan kata lain
sentuhan merangsang produksi hormone yang menyebabkan perasaan aman dan
menurunkan stres serta kecemasan (Mac Donald, 2010 & Zak, 2012).

Foot Massage adalah manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau
meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi, memperbaiki sifat otot

dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2011). Menurut Puthusseril (2006), foot

massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam, mengurangi kecemasan,


mengurangi rasa sakit, ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur pada
seseseorang.
Foot massage dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri karena pijatan
yang diberikan menghasilkan stimulus yang lebih cepa sampai ke otak dibandingkan
dengan rasa sakit yang dirasakan, sehingga meningkatan sekresi serotonin dan dopamin.
Sedangkan efek pijatan merangsang pengeluaran endorfin, sehingga membuat tubuh
terasa rileks karena aktifitas saraf simpatis menurun (Field, Hernandez-Reif, Diego, &
Fraser, 2007; Gunnarsdottir & Jonsdottir, 2007).
Morton dan Fonatin (2009) menunjukkan bahwa penanganan gangguan tidur saat ini
bisa menggunakan terapi nonfarmakologi. Perawat dituntut agar dapat memberikan
perawatan nonfarmakologi yang tidak memiliki pengaruh negatif dan dapat melengkapi
terapi farmakologi yang selama ini sudah diberikan dalam perawatan pasien. Untuk
kondisi pasien di ruang ICU intervensi foot massageN menjadi pilihan karena kaki mudah

diakses tanpa memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada kaki, selain
merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema dan latihan pasif untuk sendinya, serta

melalui intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan bagi
pasien (Puthuseril, 2006; Prapti, Petpichetchian & Chongcharoen, 2012).
Tindakan foot massage memiliki pertimbangan biaya rendah, kemungkinan komplikasi
yang sedikit dan prosedur yang mudah sehingga foot massage dianjurkan untuk
perbaikan kualitas tidur (Oshvandi, Abdi1, Karampourian, Moghimbaghi & Homayonfar,
2014). Upaya memperbaiki kualitas tidur dengan menggunakan Foot Massage di ruang
ICU dimana secara kultur budaya massage dapat diterima, dan foot massage aman
diberikan pada pasien di ruang ICU, selain tidak perlu merubah posisi pasien, massage ini
dapat memberikan rasa aman karena kehadiran perawat yang kontak langsung skin to
skin terhadap pasien, sehingga hal tersebut melandasi penulis untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pasien di
ruang ICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. GANGGUAN KUALITAS TIDUR
Tidur merupakan salah satu kebutuhann dasar manusia dimana kepentingannya sama
dengan kebutuhan dasar lainnya. Tidur yang berkualitas baik dapat meningkatka

kesejahteraan psikologis dan sangat penting untuk penyembuhan dan kelangsungan


hidup pasien dengan penyakit kritis (Richard, Crow, Codhill, & Turnock, 2007; Kozier, Erb,

Berman, & Snyder, 2010).


Kualitas tidur adalah kondisi tidur yang dapat dinilai dengan lama waktu tidur dan
keluhan-keluhan yang dialami saat tidur maupun saat bangun tidur seperti merasakan
lelah, sakit kepala, badan terasa pegal dan lemas atau adanya rasa kantuk yang

berlebihan di siang hari. Tidur merupakan bagian dari proses mempertahankan


fungsi fisiologis normal, karena saat tidur tubuh akan memperbaiki dan menyiapkan

energi yang akan dipergunakan setelah periode istirahat. Kualitas tidur sangatlah penting
karena gangguan tidur yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang bisa

menurunkan kesehatan umum dan fungsional sehingga mempengaruhi kualitas hidup. (Ni
Made et.al 2017).
Menurut National Hearth, Lung and Blood Institute (2011), tidur memberikan
istirahat
yang dibutuhkan oleh jantung dan sistem vaskuler. Selama tidur non-REM, detak jantung
dan tekanan darah semakin lambat begitu juga ketika masuk kedalam kondisi tidur lebih
dalam.
Gangguan tidur adalah kondisi ketika seseorang mengalami gangguan tidur dan
waktu tidur yang berubah yang akan menyebabkan terjadinya perasaan tidak nyaman dan

mengganggu aktivitas sehari-hari, suatu kondisi bilamana tidak diobati, pada umumnya
akan menyebabkan tidur terganggu. Terjadinya gangguan tidur ini dapat menyebabkan

seseorang menjadi tidak rileks.


C. HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN FOOD MASSAGE-PEMBAHASAN

Foot Massage adalah manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau
meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi, memperbaiki sifat otot

dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2011).


Foot massage yang dilakukan selama 5 menit pada pasien sakit kritis dapat
memberikan efek meningkatkan relaksasi karena adanya perubahan pada tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolic denyut nadi, kelelahan, dan suasana hati setelah

intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan foot massage berarti sentuhannya dapat
merangsang oksitosin yang merupakan neurotransmiter di otak yang berhubungan
dengan perilaku seseorang, dengan kata lain sentuhan merangsang produksi hormone
yang menyebabkan perasaan aman dan menurunkan stres serta kecemasan (Mac
Donald, 2010 & Zak, 2012).
Untuk kondisi pasien di ruang ICU intervensi foot massage menjadi pilihan karena
kaki mudah diakses tanpa memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada kaki,

selain merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema dan latihan pasif untuk sendinya,
serta melalui intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan

bagi pasien (Puthuseril, 2006;Prapti, Petpichetchian & Chongcharoen, 2012).


D. PATHWAY FOOT MASSAGE UNTUK KUALITAS TIDUR

Foot
Memiliki
Massage
serabut saraf
penglihatan

Memberi
rangsangan Sel fotoreseptor
bioelektrik

stimulus hipotalamus
Mengirim sinyal
mengenai status
cahaya

Kelenjar Pituitary Kelenjar Suprachiasmati


Pineal k nucleus
(SCN)

Merangsang
hormone Hormone Hormone melatonin Yang merespon
endorfrin serotonin (produksi pada malam cahaya dan
(produksi hari pukul 2 – 4 subuh sinyal
pada siang )
Memiliki efek hari)
mengurangi rasa
sakit, memicu
perasaan
tenang Penghantar saraf Memperlanca Membant Mengontrol
munculnya r u ritme
perasaan nyaman dan aliran melindungi otak biologis
optimis, relaksasi, darah dari kerusakan (
Memblokir bugar. pada pasien stroke)
Jika mengalami Respon
reseptor opioid stress jumlah fisiologis
yang terdapat pada endorphin
sel saraf meningkat dan hasil
euforida membantu Timbul rasa
mengatasi stress nganatuk dan
Terganggunya perubahan suhu
penghantaran tubuh
sinyal rasa sakit
BAB IV

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. Pengertian
Pijat (massage) adalah memanipulasi jaringan tubuh lunak (otot, jaringan ikat,
pembuluh limfatik), baik secara manual atau dengan alat bantu seperti rol atau batu.
Berbagai jenis pijat dari Swedia yaitu "relaksasi" yang merupakan pijat untuk memiijat
jaringan yang mendalam "shiatsu". masing-masing dapat diterapkan ke berbagai
bagian tubuh, termasuk kaki, punggung, bahu, dan wajah. Di antara banyak tujuan
pijat (fisik, terapi, psikologis) memiliki potensi untuk meningkatkan tidur dengan
mengurangi gairah somatik dan atau gairah kognitif, mirip dengan metode relaksasi
Ulasan sebelumnya (Sateia & Buysse, 2010).

2. Indikasi dan Kontraindikasi pemberian foot massage


a. Indikasi
1) Kondisi tubuh yang lelah (capek)
2) Ketidaknormalan tubuh (kekakuan otot dan nyeri sendi serta gangguan)
3) Kesadaran compos mentis
4) Kooperatif
5) Komunikatif atau ada kontak mata
6) Hemodinamik stabil
7) Skala nyeri ringan dan sedang
8) Pasien yang menggunakan ventilator mode spontan ataupun yang tidak

menggunakan ventilator
b. Kontraindikasi
1) Fraktur
2) Luka bakar
3) Perdarahan
4) Gumpalan darah
5) Luka terbuka atau lesi
6) Sistemik infeksi
7) Penyakit menular
8) Osteoporosis
9) Kanker atau tumor
3. Waktu yang tepat diberikan foot massage
Waktu menjelang sebelum pasien tidur siang pada jam 12.00 WIB dan sebelum pasien
tidur malam jam 19.00-21.00 WIB selama 10 menit pada masing-masing kaki.

4. Tujuan
Menurut Bambang Trisnowiyanto (2012), tujuan dilakukan pemijatan adalah:
a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena (pembuluh balik)
dan peredaran getah bening (air limfe).
b. Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran di dalam sel-sel otot yang
telah mengeras yang disebut miogelosis (asam susu).
c. Menyempurnakan pertukaran gas-gas dan zat-zat di dalam jaringan atau
memperbaiki proses metabolisme.

d. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh.


e. Menyempurnaan proses penyempurnaan makanan.
f. Menyempurnakan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran (sampah-sampah) ke
alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan.
g. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,
menambah tonus otot (daya kerja otot), efisiensi otot (kemampuan guna otot) dan
elastisitas otot (tak sadar).
h. Merangsang jaringan-jaringan saraf, mengaktifkan saraf sadar dan kerja saraf

otonomi (tak sadar).


i. Membantu penyerapan (absorsi) pada peradangan bekas luka.
j. Membantu pembentukan sel-sel baru atau menyuburkan pertumbuhan tubuh.
k. Membersihkan dan menghaluskan kulit.
l. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.

5. Prosedur

Persiapan 1. Pengkajian kulit sebelumnya.


2. Lotion khusus yang digunakan.
3. Posisi yang dikontraindikasikan untuk klien.

4. Atur lingkungan yang tenang tanpa interupsi Untuk

meningkatkan efek pijat punggung yang maksimal.

Fase Kerja 1. Dengan menggunakan bagian tumit telapak tangan peneliti,


peneliti menggosok dan memijat telapak kaki pasien secara
perlahan dari arah dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian
terluas kaki kanan selama 15 detik.
2. Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian
yang sempit dari kaki kanan, peneliti menggosok dan memijat

secara perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke


sisi luar kaki selama 15 detik.
3. Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri
menopang tumit pasien, kemudian peneliti memutar
pergelangan kaki tiga kali searah jarum jam dan tiga kali ke
arah berlawanan arah jarum jam selama 15 detik.
4. Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung jari kaki

mengarah keluar (menghadap peneliti), gerakan maju dan


mundur tiga kali selama 15 detik. Untuk mengetahui

fleksibilitas.
5. Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan
menggunakan seluruh jari (ibu jari di telapak kaki dan empat
jari di punggung kaki) dari kedua belah bagian kemudian kaki
digerakkan ke sisi depan dan kebelakang tiga kali selama 15
detik.

6. Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan


memutardan memijat masing-masing jari kaki sebanyak tiga
kali di kedua arah, untuk memeriksa ketegangan (15 detik).
7. Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan
kanan padabagian punggung kaki sampai ke bawah jari-jari
kaki dan tangan kiri yang menopang tumit. genggam bagian
punggung kaki berikan pijatan lembut selama 15 detik.
8. Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan

tangan kiri yang menggenggang punggung kaki sampai bawah


jari kaki kemudian di pijat dengan lembut selama 15 detik.
9. Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan
seseorang di bagian punggung kaki hingga ke bawah jari-jari
kaki dan gunakan tangan kiri umtuk menopang di tumit dan
pergelangan kaki dan berikan tekanan lembut selama 15 detik.
10.Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kanan untuk memutar setiap searah
jarum jam kaki dan berlawanan arah jarum jam serta

menerapkan tekanan lembut selama 15 detik.


11.Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan
memberikan tekanan dan pijatan dengan tangan kanan pada
bagian sela-sela jari bagian dalam dengan gerakan ke atas dan
ke bawah gerakan lembut selama 15 detik.
12.Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan
tekanan ke arah kaki bagian bawah kaki menggunakan tumit
tangan dengan memberikan tekanan lembut selama 15 detik

Dokumentasi Dokumentasikan bahwa foot massage pada klien telah


dilakukan dan dokumentasikan respon klien, catat adanya temuan
yang tidak biasa.

B. PELAKSANAAN FOOT MASSAGE

No Metode Langkah-langkah foot massage

1 Dengan menggunakan bagian tumit telapak

tangan peneliti, peneliti menggosok dan memijat


telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas
kaki kanan selama 15 detik.

2 Dengan menggunakan tumit telapak tangan

peneliti di bagian yang sempit dari kaki kanan,


peneliti menggosok dan memijat secara perlahan
bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi
luar kaki selama 15 detik.

3 Memegang semua jari-jari kaki oleh tangan

kanan, dan tangan kiri menopang tumit pasien,


kemudian peneliti memutar pergelangan kaki tiga
kali searah jarum jam dan tiga kali ke arah
berlawanan arah jarum jam selama 15 detik.
4 Menahan kaki di posisi yang menunjukkan
ujung jari kaki mengarah keluar (menghadap
peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali
selama 15 detik. Untuk mengetahui fleksibilitas.

5 Menahan kaki di area yang lebih luas bagian

atas dengan menggunakan seluruh jari (ibu jari di


telapak kaki dan empat jari di punggung kaki) dari
kedua belah bagian kemudian kaki digerakkan ke
sisi depan dan kebelakang tiga kali selama 15
detik.

6 Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan


kanan memutardan memijat masing-masing jari
kaki sebanyak tiga kali di kedua arah, untuk
memeriksa ketegangan (15 detik).

7 Memegang kaki kanan dengan kuat dengan

menggunakan tangan kanan padabagian

punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki dan


tangan kiri yang menopang tumit. genggam
bagian punggung kaki berikan pijatan lembut
selama 15 detik.

8 Posisi tangan berganti, tangan kanan

menopang tumit dan tangan kiri yang

menggenggang punggung kaki sampai bawah


jari kaki kemudian di pijat dengan lembut selama
15 detik.
9 Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan

tangan kanan seseorang di bagian punggung kaki


hingga ke bawah jari-jari kaki dan gunakan
tangan kiri umtuk menopang di tumit dan
pergelangan kaki dan berikan tekanan lembut
selama 15 detik.

10 Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan


dengan menggunakan tangan kanan untuk
memutar setiap searah jarum jam kaki dan
berlawanan arah jarum jam serta menerapkan
tekanan lembut selama 15 detik.

11 Menopang tumit dengan menggunakan tangan

kiri dan memberikan tekanan dan pijatan dengan


tangan kanan pada bagian sela-sela jari bagian
dalam dengan gerakan ke atas dan ke bawah
gerakan lembut selama 15 detik.

12 Tangan kanan memegang jari kaki dan


tangan kiri memberikan tekanan ke arah kaki
bagian bawah kaki menggunakan tumit
tangan dengan memberikan tekanan lembut
selama 15 detik
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2014). Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 12). Saunders, Elseveir.
Potter & Perry. (2011). Fundamental of nursing (Buku 1, Edisi 8) . Jakarta: Salemba Medika.
Pulak, L.M., & Jensen, L. (2014). Sleep in the Intensive Care Unit: A Review. Journal of

Intensive Care Medicine.


Kaur, J., Kaur, S., & Bhardwaj, N. (2012). Effect of 'foot massage and reflexology' on

physiological parameters of critically ill patients. Nursing and Midwifery Research

Journal,
8(3).
MacDonald, K. (2010) The peptide that binds: A systematic review of oxytocin and

its prosocial effects in humans. Harvard Review of Psychiatry, 18 , 1-21.


National Hearth, Lung and Blood Institute. (2011).
Zhou, X., Zhang, S., & Li, X. (2013). Application of relaxation training and itsenlightenment for

nursing. Chinese Journal of Nursing, 39, 129–130.


Richardson, A., Crow, W., Coghill, E., & Turnock, C. (2007) . A comparison of sleep assessment
tools by nurses and patients in critical care. Journal Clininical Nursing, 16,1660–8.

Anda mungkin juga menyukai