Anda di halaman 1dari 51

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi,
perkembangan didunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak
jenis dan ragam penyakit yang muncul.Perkembangan pengobatan pun terus di
kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu steril maupun semi
solid dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli farmasi mengembangkan
obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan
efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi telah
meningkatkan pula jumlah yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat
peptide atau produk gen. Pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa
obat peptide dan obat lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi.
Sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel,
pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Sedangkan bentuk sediaan
steril adalah injeksi dan Infus. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dan Infus adalah pemasukan
suatu cairan atau obat ke dalam tubuh melalui rute intravena dengan laju
konstan selama periode waktu tertentu.
Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.Suatu sediaan
parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan
melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling
dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi
tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki
kemurnian yang dapat diterima.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 1


Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah
dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya serta untuk memberikan perlindungan
pengobatan terhadap kulit. Sedangkan kekurangannya salah satu diantaranya
yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Sedangkan sediaan steril memiliki kelebihan
antara lain aksi obat lebih cepat dan cocok untuk obat inaktif jika diberikan
oral.Tetapi tetap memiliki kekurangan yaitu Tidak praktis,butuh alat khusus
(untuk injeksi), risiko kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung
dihilangkan dan butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau
perawat.
Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa
memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.Dengan demikian,
farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir
kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi
dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


Menjelaskan sejarah tentang sediaan semisolid, seperti krim, pasta, dan
gel.Serta sediaan steril seperti injeksi, infus, dan lain-lain.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
a. Menjelaskan sejarah adanya contoh dari sediaan semisolid dan sediaan
steril.
b. Untuk mengetahui definisi sediaan semi solid dan sediaan steril.
c. Untuk mengetahui cara pembuatan dan cara penggunaan sediaan semi
solid dan sediaan steril.
d. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan steril.

BAB II
Pembahasan

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 2


2.1 Sejarah Sediaan Semi Solid

1. Salep (Ointments)

Penggunaan salep sudah ada


sejak zaman mesir kuno, yang
dimana ini telah diterapkan pada
ritual pembalseman, kosmetik dan
obat obatan. Sebuah ulasan tentang
komposisi balsem mumi mesir dan
salep roma menunjukkan bahwa bahan masih digunakan sampai sekarang seperti
lemak hewani, minyak sayur, lilin lebah, digunakan dalam kosmetik ini.
Para ahli menelusuri bahwa botol salep yang telah ada pada tahun 2500
SM. Sekitar 1500 SM, papirus medis memiliki makna besar bagi perkembangan
sejarah farmasi yang dibukukan dengan judul ‘ the ebers papyrus’. Dokumen ini
berisi koleksi 811 resep dan sekitar 700 obat. Menariknya, dalam hal ini papyrus
tidak hanya berisi tantang bahan tetapi juga deskripsi cara menyiapkan obat
disajikan, termaksud supositoria dan saleb. Kemudian, dari 460 SM, orang orang
yunani, khususnya hippocrates, lebih lanjut mengembangkan praktik kedokteran.
Dalam tulisan hippocrates dan cendikiawan nya dari sekolah hippocratic,
menjelaskan kemajuan yang signifikan dari tingkat keteranpilan farmasi.
Dokumen dokumen ini juga menggambarkan tentang salep.
Menariknya, orang yunani mendefinisikan apoteker yang membuat saleb
sebagai myroppoeos atau myrepsos (artinya : pembuatan salep; myron = salep )
sekitar tahun 130-200 M, Galen ( seorang dokter dari yunani ) ia melanjutkan
pekerjaan sebelumnya di kekaisaran romawi. Dia banyak menggunakan karya
sebelum nya dan memaparkan konsepnya dalam methode medendi ( on the art of
healing ). Ini mendominasi apotek hingga paraselsus (kimiawan dan dokter dari
swiss) menentang mereka pada abad ke 16. Galen mendafinikan persiapan obat
mengguanakan berbagai bahan, hari ini formulasi Galenik berkaitan dengan
peracikan bahan aktif. Secara fundameltal, itu bisa saja menyatakan bahwa

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 3


formulasi Galenic adalah tranformasi bahan aktif dengan pencampuran dengan
bahan lain untuk merumuskan bentuk sediaan.
Pada awal abad ke 16 pharmacopoeias diterbitkan, dengan demikian
penyusun semua pekerjaan sebelum nya dan menyediakan sebuah buku pegengan
untuk apoteker untuk persiapan obat obatan pada tahun 1714 daniel turner de
morbis cutaneisditerbitkan yang dapat dianggap sebagai teks pendiri dermatologi
inggris, termasuk deskripsi tentang bagaimana obat obatan yang diterapkan secara
eksternal masuk ke dalam tubuh pori pori dikulit. Pada tahun 1869 obat obatan
disiapkan pada skala industri untuk pertama kali oleh apoteker eugen GHW
dieterich di jerman. Formularium nederlandse apotheker ( FNA ) dirilis pada
tahun 1967 yang menggambarkan standar formulasi untuk spesial. Karena
penggunan historinya, sebagaian besar fomulasi salep dirumuskan secara empiris.
Dampak ini tidak hanya formulasi mereka tetapi juga proses produksi.

2. Pasta
Pasta adalah salep yang
mengandung lebih dari 50% zat padat
serbuk. Karena merupakan salep yang
tebal, keras dan tidak meleleh pada
suhu badan maka digunakan sebagai
salep penutup atau pelindung. (buku
farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief,
Apt.)
Sebuah ramuan yang dibuat untuk membantu membersihkan dan
menyegarkan gigi pertama kali muncul di Mesir pada abad ke-4 M. Masyarakat
ketika itu menggunakan campuran garam, lada, daun mint, dan bunga iris sebagai
bahan dasarnya.
Bahan-bahan itu sangat berguna untuk membantu masyarakat menjaga
kesegaran gigi mereka ketika sedang melakukan aktivitas sehari-sehari. Campuran
bahan tersebut hanya dioleskan pada gigi mereka dan diratakan saja, tidak digosok
menggunakan sikat gigi, yang memang sudah berkembang di Mesir.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 4


Pada abad ke-9 M, ditemukan juga sebuah pasta gigi oleh seorang musisi dan
percancang busana asal Persia, bernama Ziryab. Tidak diketahui dengan pasti apa
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pasta gigi tersebut. Namun
diketahui pasta gigi tersebut dapat membersihkan sisa-sisa kotoran makanan dan
memberikan aroma segar pada mulut. Pasta gigi yang ditemukan pada abad
tersebut bisanya disimpan pada sebuah mangkuk atau gelas kecil.Pasta gigi yang
dibuat dalam sebuah kemasan tube pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Washington Sheffield yang berasal dari Inggris. Produk pasta giginya itu diberi
nama “Dr.Sheffield’s Cream Dentifrice”.
Ide pembuatan pasta gigi kemasan muncul ketika anaknya melakukan
perjalanan ke Kota Paris. Saat berada di Paris, anak Dr. Sheffield melihat para
pelukis di sana menggunakan cat yang dikemas dalam sebuah tabung. Dari
sanalah ide awal pembuatan pasta gigi kemasan yang dianggapnya lebih praktis
ketika digunakan.
Pasta gigi yang sekarang kita kenal, mengandung bahan fluoride pertama kali
ditemukan pada 1914. Namun pada 1937, penggunaan bahan fluoride tersebut
sempat ditentang oleh asosiasi dokter gigi di Amerika karena dianggap berbahaya
bagi kesehatan mulut. Pada tahun 1892, pengusaha asal Dresden, Karl August
Lingner, memperkenalkan pencuci mulut Odol ke pasaran. Produk ini untuk
pertama kalinya memadukan kosmetika dengan kesehatan dengan mencampurkan
antiseptik dan minyak atsiri. Pencipta pencuci mulut adalah Richard Seifert. Pada
tanggal 5 Maret 1895, merek Odol didaftarkan ke kantor merek dagang Jerman
dengan deskripsi "bahan pembersih gigi dan mulut". Pada akhir 1930-an, Odol
diproduksi di lebih dari 20 negara.
Dengan anggaran iklan yang sangat tinggi waktu itu, perusahaan mampu
menggaet sejumlah seniman untuk dijadikan bintang iklan, termasuk pelukis Art
Nouveau asal Jerman, Franz von Stuck, dan komponis Italia, Giacomo Puccini.
Puccini menggubah lagu L'ode all' Odol (Ode Odol) untuk mengiklankan produk
ini. Tahun 1945, pabrik Lingner di Dresden hancur. Tahun 1949, sebuah
perusahaan dari Düsseldorf membeli hak merek dagangnya. Namun, ada juga
perusahaan di Jerman Timur yang memproduksi pencuci mulut bernama Odol
dalam botol kecil dengan leher lengkung. Tahun 1957, perusahaan tersebut

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 5


bergabung dengan Leowerke menjadi VEB Elbe-Chemie. Pada tahun 1970-an dan
1980-an, Odol diproduksi oleh Lingner & Fischer. Perusahaan ini bergabung
dengan grup SmithKline Beecham pada tahun 1989 dan menjadi bagian dari
GlaxoSmithKline tahun 2000. Kini, pencuci mulut Odol diproduksi secara
eksklusif di Herrenberg.
Di bawah GlaxoSmithKline, Odol berkembang menjadi produk kesehatan
mulut terkenal di Jerman. Kini, Odol menguasai 70 persen pasar pencuci mulut
dan menjadi merek induk. Berbagai pasta gigi (sejak 1989) dan produk perawatan
gusi dijual dengan merek Odol-med3. Ada pula permen pastile, semprotan mulut,
dan produk pencuci mulut bermerek Odol.
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau
paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol,
musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical.
Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely
powdered solids such as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are
used for circumscribe lesions such as those with occur in lichen simplex, chronic
eczema, or psoriasis. they are less occlusive than ointments and can be used to
protect inflamed, lichenified, or excoriated skin. (British National Formulary
Bag-2)
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang
menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai
yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya
pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah
serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep
konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran
dilatan.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 6


Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal,
salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga
membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan
salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak
berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain.
Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan
salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada
basisnya memiliki bagian yang tinggi.

3. Gel

Francesco selmi mempelajari koloid


anorganik pada tahun 1840an, ilmu koloid
modern dimulai pada tahun 1861 dengan
karya Thomas Granham, yang menyelidiki
difusi dan di analisis dan memperkenalkan
istilah istilah seperti koloid, lem, sol, gel,
peptisasi, dan sinergi. Pada awal 1900an,
freundlick mempekenalkan istilah lyophilic
dan iyophobia untuk menggambar koloid
dimana fase terdispersi memiliki afinitas tinggi atau rendah, masing masing, untuk
media dispersi. Pada tahun 1950, weiser membagi gel menjadi gel anorganik, yang,
meliputi endapan agar agar ( seperti milk of magnesia ) dan jelly anorganik ( seperti
bentuk dosis dan persiapan dasar : sejarah 957 dosis. Sistem pengiriman obat
bentonite magma ), gel organik atau jelly ( seperti sebagai pegtin tempel ), dan
jaringan seperti kristal atau jelly amorf dimana fase padat dan cair terus
berlangsung.

Sediaan gel (dari bahasa Latin gelu = membeku, dingin, es atau gelatus =
membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair.
Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 7


rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat
seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar agar, dan gel rambut.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi cairan


ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel
juga menunjukkan gejala histeresis.

Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk


aerogel (‘gel udara’), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti
massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang
sangat baik.

4. Krim

Krim adalah semipadat, biasanya


sebagai obat untuk aplikasi eksternal.
Istilah krim telah digunakan untuk
merujuk pada berbagai jenis buram,
setengah padat atau cairan kental yang
dimaksudkan untuk pergunaan
eksternal. Farmakope inggris
mengklasifikasikan krim sebagai
emulsi cair obat yang terdiri dari
campuran lanolin anhidrat, minyal zaitun atau minyak tetap lainnya, dan air kapur;
susu magnesium sering disebut sebagai krim, dan banyak sediaan kosmetik
disebut krim. Claudius Galen ( 131-201) menyiapkan refrigeran unguentum
pertama atau ‘ krim dingin’ salep yang mengandung minyak zaitun, minyak
mawar, lilin putih dan sedikit air. Ini adalah prototipe untuk saleb kosmetik lain
nya yang diperkenalkan oleh Johann Mesue, Jr., pada abad ke-13. Versi mdern,
yang terdiri dari minyal almond, spermaceti, lilin putih, dan air mawar, disalurkan
di farmakope Amerika Serikat sebagai ‘ salep air mawar’ atau ‘cerate galem’.
Krim farmasi menjadi resmi dengan diperkenalkan nya formula untuk ‘sun cream’

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 8


di national formulary VIII (1946), sebagai produk yang dirancang untuk
mencegah kulit terbakar tetapi mengizinkan penyamakan. Krim kosmetik, yang
biasanya tidak untuk mengobati, termasuk preparat yang di klasifikasikan sebagai
krim serba guna, krim bayi, krim pernghalang, krim pemutih, krim pembersih
(atau penggulung), krim dingin (atau berlemak), krim foundation (atau lenyap)
krim fondasi, krim rambut, dan krim tangan.

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau


lebih bahan obat terlarut atau terdispensi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah
ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Sekarang ini batasannya tersebut lebih diarahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam
asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat
digunakan untuk pemberian obat untuk vaginal.

Perkembangan ilmu pengetahuan tentu juga sangat mempengaruhi dalam


perkembangan dalam dunia farmasi. Ilmu farmasi sudah diterapkan sejak zaman
dahulu kala, namun pengembangan yang dilakukan tidak sepesat sekarang. Dulu
penerapan ilmu farmasi hanya terfokus pada bahan bahan alam yang sudah
tersedia dan juga pengolahan yang masih sangat serdehana. Dimulai dari
penggunaan bahan alam yang sangat sederhana, misalnya menempelkan daun
dadap serep pada dahi pasien yang menderita demam dapat membantu
menurunkan suhu tubuh, sampai dengan pembuatan tapel untuk pegal linu.

2.2 Pengertian Sediaan Semi Solid

Sediaan semi solid adalah sediaan setengah padat yang bersifat topical dan
penggunaannya untuk kulit bagian luar. Bentuk sediaan semi solid memiliki
konsistensi dan wujud antara solid dan liquid, dapat mengandung zat aktif yang
larut atau terdispersi dalam pembawa (basis). Bentuk sediaan semi padat biasanya
digunakan secara topical, yaitu diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput
mukosa. Namun demikian sediaan topical tidak harus semi padat. Bentuk sediaan

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 9


semi padat jika dibandingkan dengan bentuk sediaan solid dan liquid, dalam
pemakaian topical, memiliki keunggulan dalam hal adhesivitas sediaan sehingga
memberikan waktu tinggal yang relative lebih lama. Selain itu fungsi
perlindungan terhadap kulit lebih nampak pada penggunaan sediaan semi padat.
Namun, sediaan semi padat tidak umum diaplikasikan dalam area permukaan kulit
yang luas, sebagaimana halnya sediaan solid maupun liquid. Kemudahan
pengeluaran dari kemasan primer juga menjadi pertimbangan yang harus
diantisipasi dalam desain sediaan semi padat, terutama semi padat steril (contoh:
salep mata), terkait dengan viskositas yang dimiliki oleh sediaan tersebut.

1. Krim
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah
padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah
bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium
Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung
air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

a.Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi
rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak
minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.
b. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur
konsistensi.
c.Sifat Emulsi M/A:

Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah
bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol).

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 10


Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan
senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit. Contohnya : sabun
polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. 2. Tipe A/M Mengandung
zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool alcohol, atau
ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi dua.

d. Sifat Emulsi A/M:


Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air
yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak.
Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan
tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air. Contohnya :Sabun
monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na lauril
sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin,Emulgid.
e.Pembuatan Krim

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode


pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur
bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur,
dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu
dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai semua bahan larut, kemudian
baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.

Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun
fase air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru
kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode
pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim
yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam
mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode
kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada
metode pertama.

f. Masalah sediaan krim

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 11


Kerusakan yang terjadi pada sediaan krim :

1. Cracking : Pemisahan fase terdispersi


2. Creaming : Terbentuk emulsi yang terkonsentrasi sehingga
membentuk krim pada permukaan emulsi
3. Flokulasi atau Agregasi: Agregasi yang bersifat reversible (partikel
partikel saling berkumpul)
4. Coalesence : Bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar.

2. Pasta

Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk


pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.

a.Komposisi Formula
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau
sabun.tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
b. Penggolongan

Berikut penggolongan dasi pasta :

1. Pasta Berlemak

Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih
menyerap dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang
mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap
sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
lebih rendah dari salep. Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 12


Oxydi Pasta (RN. 1978), Zinci Pasta (RN. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici
Pasta (F.N. 1978).

2. Pasta Kering

Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis
ichthanolum atau Tumenol Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta
menjadi encer. Contoh:

R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
lchthamoli 0,5
Glycerini Aquae aa 5
S. ad us. ext.

3. Pasta Pendingin

Pasta pendingin adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara. Contohnya pada penggunaan zat aktif
berupa zink oxide.Zinc oxide merupakan suatu zat aktif yang memiliki
aktivitas sebagai mild astringent dan UV protecting. Pasta Zinc Oxide ini
dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi kulit. Mild
astringent yang dimaksud adalah mengecilkan jaringan kulit sehingga dapat
melindungi jaringan kulit.Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada
suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. Pasta
Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi
kulit, membantu mencegah kelainan, dan meregulasi kelenjar sebacea
(Morkoc,2009).

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 13


R/ Zinci Oxydi
Olei Olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10

4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)

Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari
serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi
digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek
lokal. Misalnya, pasta gigi Triamsinolon Asetonida.

c.Basis

Basis yang digunakan untuk pasta adalah basis berlemak atau basis air.
Macam basis yang dapat digunakan:

1. Basis hidrokarbon
a. Tidak diabsorbsi oleh kulit,
b. Diatas kulit berupa lapisan dan bersifat oklusif,
c. Tidak campur air dan sukar dibersihkan serta lengket,
d. Waktu kontak kulit lamadan inert

d. Inert

a) Daya absorbsi rendah


Basis absorbsi bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah
tertentu air. Terbagi 2 kelas:
1. Basis non emulsi
Dapat menyerap air membentuk emulsi A/M. Kelebihan dibanding
hidrokarbon: – Kurang oklusif namun emolien bagus – Membantu
obat larut minyak untuk penetrasi kulit – Lebih mudah
menyebar/mudah dioles.
2. Basis emulsi A/M

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 14


Menyerap air lebih banyak dari basis non emulsi.Terdiri dari lanolin
dan oily cream.

3. Basis air-miscible

Keuntungan:

a) Bercampur dengan eksudat luka


b) Mengurangi gangguan fungsi kulit
c) Kontak baik dengan kulit karena surfaktannya
d) Penerimaan secara kosmetik yang baik
e) Mudah dibersihkan untuk area berambut
4. Basis larut air

Keuntungan :

a) Larut air
b) Absorbsi baik oleh kulit
c) Mudah melarutkan bahan lain
d) Bebas dari rasa lengket
e) Nyaman digunakan
f) Kompatibel dengan berbagai obat dermatologi

e. Kelebihan Pasta
 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum
untuk lukaakut dengan tendensi mengeluarkan cairan
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga
meningkatkandaya kerja local
 Konsentrasi lebih kental dari salep
 Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkandengan sediaan salep.

f. Kekurangan Pasta

 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumny atidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 15


berbulu.Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit
epidermis. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
3. Gel
Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Gel kadang – kadang disebut jeli. Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa
anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan. Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh
cairan.
a. Penggolongan

Dalam penggolongan nya ada 3, yaitu :

1. Menurut sifat fase koloid

a) Gel anorganik, contoh : bentonit magma

b) Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

2. Berdasar sifat pelarut

a) Hidrogel

b) Organogel

c) Xerogel

3. Berdasar fase terdispersi

a) Gel fase tunggal

b) Gel dua fase

b. Kegunaan

Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan
kulitdan sediaan perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 16


diberikan secara topikal (non streril)atau dimasukkan kedalam lubang tubuh
atau mata (gel steril)

c.Kerugian Gel

Untuk hidrogel, harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar
gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut
sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan
yang tinggi dapat menyebabkan iritasi. Penggunaan emolien golongan ester
harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang
tinggi.

4. Salep
FI III : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. FI IV: sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput.

1. Penggolongan salep menurut sifat farmakologi/teraupetik &


penetrasinya

a.Salep epidermis atau S.penutup

a. Untuk melindungi kulit & menghasilkan efek lokal, tidak di


absorbsi

b. Kadang di tambah anti septik, astringen, anastesi lokal

c. DS yang baik DS. Senyawahidrokarbon

b. Salep endodermis

a. Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam kulit tetap tidak


melalui kulit, terabsorbsisebagian

b. Digunakan untuk melunakkan kulit/selaput lendir

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 17


c. Ds yang baik : minyak lemak (adeps lanae, lanolin, minyak
tumbuh2an)

c.Salep diadermis

a. Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit


& mencapai efek yang diinginkan (merkuri iodida, beladona)

b. DS : larut dalam air, emulsi based

Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain: 

a) Soft Paraffin Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid


dari minyak bumi digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.

b) Hard Paraffin Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang


diperoleh dari minyak bumi. Biasanya digunakan untuk memadatkan basis
salep.

c) Liquid Paraffin merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi


digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas
sediaan krim.

d) Vaselin Putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon


setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir
keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator yang
sesuai.

e) Vaselin Kuning Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari


hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat
mengandung zat penstabil yang sesuai. 6. Campuran Vaselin Dengan
Malam Putih & Malam Kuning Salep kuning: terdiri dari 50 g lilin kuning
dan 950 g vaselin putih untuk tiap 1000 g. Salep putih: Tiap 1000 g
mengandung 50 g lilin putih dan 950 g vaselin putih.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 18


Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep

Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam
vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih
mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila
dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan
tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru
ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.

Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter


secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit,
diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama
dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru
ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

Zat-zat yang mudah larut dalam air

Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang
tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan
dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat
dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan
diaduk hingga homogen.Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah
Adeps lanae, Unguentum Simplex, hydrophilic ointment.

Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25% air),
Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum(40%). Zat-zat yang
kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep Zat-zat ini diserbukkan dulu
dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk dicampur baik-
baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep. Bila
perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-
bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk
hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan,

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 19


seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak
tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.

Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep

Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan
minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak
atsirinya akan menguap.

Kualitas salep yang baik adalah

a.Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh


oleh suhu dan kelembaban kamar.

b. Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan
seluruh produk harus lunak dan homogen.

c.Mudah dipakai atau mudah dioleskan.

d. Dasar salep yang cocok.

e.Dapat terdistribusi merata.

2.3. Sejarah Sediaan Parenteral (Steril)

Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan


melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler,
subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute
intramuscular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan
itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif,
baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai utuk bahan obat , baik yang
bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat
diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. Bahkan
bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 20


intramuskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang
non air juga dapat.Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan
pH larutan tersebut. 

Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berarti
disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara
menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau
membran mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat
tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka
kemurniaan yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang
dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus steril.

Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume


kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume
besar, yang biasa diberikan secara intravena. Produk parenteral, selain
diusahakan harus steril juga tidak boleh mengandung partikel yang
memberikan reaksi pada pemberian juga diusahakan tidak mengandung
bahan pirogenik. Bebas dari mikroba (steril) dapat dilakukan dengan cara
sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir, namun harus diingat bahwa
ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan
teknik aseptic.

Larutan yang mengandung bakteri gram positif-negatif dapat saja


memberikan reaksi demam atau pirogenik walaupun larutan injeksi tersebut
steril.Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya fragmen
dinding sel bakteri yang disebut “endotoksin”. Adanya endotoksin yang
ditandai dengan reaksi demam itu merupakan pertanda bahwa selama proses
produksi terjadi kontaminasi mikroba pada produk. Oleh sebab itu dalam
proses produksi sediaan parenteral diisyaratkan hal-hal sebagai berikut:
1) Personil yang bekerja pada bagian produk steril harus memiliki moral
dan etik professional yang tinggi.
2) Setiap personil mendapat latihan tentang sediaan steril secara lengkap.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 21


3) Memiliki teknik spesialisasi untuk memproduksi sediaan steril.
4) Bahan yang digunakan harus bermutu tinggi.
5) Kestabilan dan kemanjuran produk harus terjamin.
6) Program pengontrolan (quality control) harus baik untuk memastikan
mutu produk dan harus memenuhi keabsahan prosedur produksi.

Keuntungan sediaan parenteral:

1. aksi obat lebih cepat


2. cocok untuk obat inaktif jika diberikan oral
3. obat yang mengiritasi bila diberikan secara oral
4. kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat
diberikan secara oral.

Kerugian sediaan parenteral:

1. tidak praktis
2. butuh alat khusus (untuk injeksi)
3. sakit
4. risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dihilangkan
5. butuh personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.

Alasan obat dibuat sediaan parenteral:

1. Kadar obat sampai ke target. Jumlah obat yang sampai ke jaringan target
sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk terapi.
2. Parameter farmakologi. Meliputi waktu paruh, C maks., onset.
3. Jaminan dosis dan kepatuhan. Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan
4. Efek biologis. Efek biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa
dipakai secara oral. Contoh: amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin
(rusak oleh asam lambung).
5. Altrenatif rute, jika tidak bisa lewat oral.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 22


6. Dikehendaki  efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik
sistemik. Contoh: methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk
pengobatan leukimia.
7. Kondisi pasien. Untuk pasien-pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif,
atau tidak bisa dikontrol
8. Inbalance (cairan badan dan elektrolit). Contoh: muntah berak serius,
sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus
dikembalikan
9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal

Faktor-faktor farmasetik yang berpengaruh pada penggunaan parenteral:

1. Kelarutan obat dan volume injeksi

Kelarutan obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut mak
volume yang diberikan kecil. Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam
bentuk suspensi atau dengan kosolvensi.

2.    Karakteristik bahan pembawa

–         water: air ada spesifikasi khusus

–         water-miscible solvent (solven yang campur dengan air)

–         water-immiscible solvent (solven yang tidak campur dengan air)

3.   pH dan osmolalitas injeksi

a. Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama dengan
pH darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Contoh: ijeksi
aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi asam akan terurai. Dalam
pembuatan ditambahkan etilendiamin untuk menaikkan kelarutan dari aminofilin.

Aminofilin injeksi                   2,4%               24%

R/  Teofilin                              2,0                   20,0

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 23


Etilen diamin                    0,55                5,5

Aqua p.i.                           ad 100                        ad 100 ml

Cara pemberian                    i.v.                   i.m.

b. Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis cairan
tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan hipertonis.

– hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis cairan
tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154
mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedangkan tekanan osmosis cairan tubuh
yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel darah
merah, sehingga sel darah merah bisa pecah (irreversibel)

– hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis cairan
tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut (krenasi),
bersifat reversibel.

4.   Tipe bentuk sediaan

1. larutan
2. suspensi
3. emulsi
4. solid

Kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan:

 aquous solution
 aquous suspensi
 oleagonous solution
 oil in water (o/w)
 water in oil (w/o)
 oleagenous

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 24


Mekanisme pelepasan:

1. Suspensi: berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari


jaringan sekitar. Maka, akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua,
cairan tetap sebagai hipertonis.
2. Oleagenous:

o/w –> iv

w/o –> tidak boleh i.v.

1. Mengapa w/o lebih lama? Karena water keluar dulu dari sistem emulsi,
baru masuk k sel tubuh. Jadi ada dua barier.
2. Suspensi: terlarut, statusnya tetap hipertonis

Cara menghitung isotonis:

1. cara w

Satuan g% atau g/100 ml

Contoh:

Dibuat 100 ml, kadar 10 mg/ml.

a = 0.101

b = 0.76

Jawab:

Kadar metadon = 10mg/ml = 1000 mg/100ml = 1 g/100ml (1%).

NaCl 0.9% = 0.52 (disebut isotonis)

1/0.9 x 0.52 = 0.76 (isotonis)

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 25


Zat itu hipo atau hiper?

Liat a. Jika

a = 0.52 (isotonis)

a < 0.52 (hipotonis)

a > 052 (hipertonis)

w =  zat pengisotonis yang perlu ditambahkan

kalau tanda negatif ditulis, hipernya berapa?

a bisa gabungan, bisa dilihat di tabel.

2. cara h

H = mh / fh x (0.28 fa/ma x a + fb/mb x b …….) g/L

mh = berat

fh = faktor disosiasi

– netral                                                : 1

– asam lemah, baa lemah    : 1.5

– kuat                                       : 1.8

Contoh infus laktat:

NaCl               0.3 (a) –> 3 g/L

KCl                  0.1 (b) –> 1 g/L

CaCl2             0.1 (c) –> 1 g/L

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 26


Aqua ad 100 –> 1000

Jawab:

h = 1.8/58.5 x 3 + 1.8/….. x 1 + 1.8/…… x 1

Dalam penggunaan  metode h lebih simpel, tidak perlu tabel

2.4. Bentuk – Bentuk Sediaan Parental (Steril)


Sediaan parenteral secara umum terbagi 2 berdasarkan volumenya yaitu:

 Injeksi

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah
injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang.Sediaan
obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan, suspensi dan
emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi berupa larutan yang relatif encer
akan lebih cepat diabsorpsi (diserap) dalam tubuh dan menghasilkan efek
terapi yang lebih cepat dibandingkan bentuk suspensi dan emulsi.

Asal usul penyuntikan bermula dari masa prasejarah yakni ketika masih
menggunakan sumpit dan panah beracun untuk memasukkan zat ke

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 27


dalam tubuh, meskipun pada saat itu belum dikatahui bahwa hal ini
dinamakan penyuntikan. Pada dasarnya jarum suntik adalah jenis pompa
sederhana dan kemungkinan diproduksi oleh banyak orang. Perangkat
jenis jarum suntik yang paling awal dan paling umum disebut ‘clyster’
alat untuk memberikan enema.

Pada dasarnya mustahil untuk mengetahui kapan injeksi berkembang


dan kapan hal ini dimulai. Asal usul jarum suntik sendiri hypodermis
tidak dapat dipastikan karena banyaknya proses parallel evolusi dan
eksperiman yang mengarah pada pengembangan perangat untuk
menyuntikkan obat obatan karena hal ini lah berbagai orang dikatakan
sebagai penemu jarum suntik termasuk Christopher Wren, Robert Boyle
dan Pascal. Injeksi intravena tercatat pada awal abad ke 17.

Injeksi yang pertama kali dicatat

Christopher Wren adalah orang pertama yang tercatat menggunakan


suntikan intravena di Inggris, ia menyuntikannya ke seekor anjing di
Wadham College, Oxford pada tahun 1656. Seekor anjing tersebut
disuntikkan alcohol kemudian efeknya dapat dibuktikan melalui
pengamatan ketika anjing tersbut menjadi mabuk. Ia juga bereksperimen
dengan menyuntikkan anjing tersebut dengan opium dan zat lainnya.
Jarum suntik yang digunakan untuk percobaan ini terdiri dari pena bulu
yang menempel pada kandung kemih kecil. Untuk mendapatkan akses ke
vena maka perlu melakukan sayatan pada kulit.

Wren juga mencoba melakukan injeksi intravena pada manusia,


subjeknya merupakan seorang pelayan dari seorang duta besar asing,
namun percobaan itu tidak berjalan dengan baik. Subjek eksperimen
tersbut jatuh pingsan sehingga eksperimen harus dihentikan.

Pada tahun 1662, Johann D. Major, seorang lulusan Jerman dari


Universitas Padua menyuntikkan senyawa yang tidak dimurnikan ke
dalam urat nadi pria. Ini adalah injeksi intravena pada manusia pertama
yang tercatat. Namun, hal ini juga menghasilkan hasil yang buruk

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 28


sehingga harus dilakukan penghentian. Pada 1807 Kamus Kedokteran
dan Bedah Edinburgh mendefinisikan jarum suntik sebagai:

“Instrumen yang terkenal, berfungsi untuk menyerap atau menyedot


sejumlah cairan dan setelah itu mengeluarkannya dengan kekerasan.
Sebuah jarum suntik digunakan untuk mengirimkan suntikan ke dalam
rongga atau kanal. ”

Menariknya, sumber di atas juga menggambarkan injeksi yang


digunakan hampir semata-mata untuk menyuntikkan zat ke dalam
pembuluh darah mayat untuk tujuan meningkatkan studi anatomi.
Berbagai perkembangan dan penyempurnaan terhadap jarum suntik
modern dibuat sebagai hasil dari studi dan pengajaran anatomi pada abad
ke-17 dan ke-18. Pada abad ke-17, De Graaf membuat alat yang sangat
mirip dengan jarum suntik modern, dengan laras logam yang langsung
ditempelkan jarum. Tujuannya adalah untuk melacak pembuluh darah
mayat.

Jarum suntik Fergusson tahun 1853 menjadi cikal bakal jarum suntik
modern ketika Alexander Wood menggunakannya untuk injeksi opiat
subkutan untuk menghilangkan rasa sakit.

Beberapa contoh larutan Injeksi antara lain :


 Injeksi Antibiotik untuk Meningitis
Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya
disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan
penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis.
Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara
lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis
limfositik. Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat
digunakan untuk mengobati meningitis.Penggunaanya biasa
dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitasnya.
Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr kombinasi antara

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 29


ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan2:1. berdasarkan
literatur 375 mg kombinasi tersebut larutdalam 1 ml air. Sehingga
bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi
karenaampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama.
Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat
berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi
dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan.Kebanyakan
dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi
oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik
tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya
cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran
serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan
diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah
karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam
larutan tapi stabil bila disuspensi.Suspensi kering dibuat dengan
granulasi maupun tanpa granukasi.Granulasi adalah suatu metode
yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat
alir serbuk.

*Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :


1. Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur
2. Memiliki sifat alir yang baik
3. Tidak terlalu kering
4. Hancur baik dalam air
5. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan

Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien
dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag.Namun pada
keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera
diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat
dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 30


menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat
dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian secara
IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat
IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek
berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan.

 Macam-Macam Cara Penyuntikan


1. Injeksi intrakutan ( i.k / i.c ) atau intradermal
Dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya, digunakan
untuk diagnosa. Volume yang disuntikkan antara 0,1 - 0,2 ml,
berupa larutan atau suspensi dalam air.

2.  Injeksi subkutan ( s.k / s.c ) atau hipodermik


Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar,
volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan
bersifat isotonik, pH netral, bersifat depo (absorpsinya lambat).
Dapat diberikan dalam jumlah besar (volume 3 - 4 liter/hari dengan
penambahan enzym hialuronidase), bila pasien tersebut tidak dapat
diberikan infus intravena. Cara ini disebut" Hipodermoklisa ".

3.         Injeksi intramuskuler ( i.m )


Disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan / otot. Injeksi
dalam bentuk larutan, suspensi atau emulsi dapat diberikan secara
ini. Yang berupa larutan dapat diserap dengan cepat, yang berupa
emulsi atau suspensi diserap lambat dengan maksud untuk
mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antra 4 - 20 ml,
disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

4.         Injeksi intravenus ( i.v )


Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena. Bentuknya
berupa larutan, sedangkan bentuk suspensi atau emulsi tidak boleh,
sebab akan menyumbat pembuluh darah vena tersebut. Dibuat

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 31


isitonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis (disuntikkannya
lambat / perlahan-lahan dan tidak mempengaruhi sel darah); volume
antara 1 - 10 ml. Injeksi intravenus yang diberikan dalam dosis
tunggal dengan volume lebih dari 10 ml, disebut "infus intravena/
Infusi/Infundabilia". Infusi harus bebas pirogen dan tidak boleh
mengandung bakterisida, jernih, isotonis.

Injeksi i.v dengan volume 15 ml atau lebih tidak boleh mengandung


bakterisida Injeksi i.v dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas
pirogen.

5.         Injeksi intraarterium ( i.a )


Disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri / perifer / tepi, volume
antara 1 - 10 ml, tidak boleh mengandung bakterisida.

6.         Injeksi intrakor / intrakardial ( i.kd )


Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventriculus, tidak
boleh mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan
gawat.

7.         Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s),


intradural ( i.d ), subaraknoid.
Disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang
pada dasar otak ( antara 3 -4 atau 5 - 6 lumbra vertebrata ) yang ada
cairan cerebrospinalnya. Larutan harus isotonis karena sirkulasi
cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun larutan anestetika
sumsum tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah
anatomi disini sangat peka.

8.         Intraartikulus
Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi. Bentuk
suspensi / larutan dalam air.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 32


9.         Injeksi subkonjuntiva
Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi
atau larutan, tidak lebih dari 1 ml.

10.     Injeksi intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam
bentuk larutan suspensi dalam air.

11.     Injeksi intraperitoneal ( i.p )


Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat ;
bahaya infeksi besar

12.     Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural


Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak diatas durameter,
lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang.

 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan  Injeksi
Keuntungan :
1. Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock
anfilaksis.
2. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung,
merangsang jika ke cairanlambung, tidak diabsorpsi secara baik
oleh cairan lambung.
3. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin
4. Dapat digunakan sebagai depo terapi
Kerugian :
1. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan
pencegahan.
2. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
3. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 33


4. Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang
digunakan per oral

 Infuse

Infuse cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah


pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Sejarah Infuse berawal dari bentuk injeksi intravena yang dimulai
sejak 1670. Namun, Charles Gabriel Pravaz dan Alexander Wood adalah
yang pertama untuk mengembangkan sebuah jarum suntik dengan jarum
denda cukup untuk menembus kulit pada tahun 1853. Banyak kesulitan
teknis yang dihadapi mereka bereksperimen dengan transfusi darah telah
dihapus setelah 1853 oleh penemuan jarum suntik, dengan jarum berongga
runcing.
Pembilasan vena dengan cairan yang mengandung garam
merupakan protocol standar di klinik maupun rumah sakit. Pemberian
cairan secara intravena merupakan salah satu cara yang umum unutk
meringankan banyak kondisi. Intravena fluid ini berasal dari upaya umat
manusia unutk mengalahkan bakteri yang terkenal karena menyebabkan
diare yang begitu produktif sehingga menyebabkan syok yang
fatal,penyakit ini disebut kolera.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 34


Kolera adalah penyakit yang telah melanda dunia sebanyak tujuh
kali dalam pandemi besar yang meleaan jutaan jiwa. Penyakit kolera ini
disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae, infeksi bakteri ini bukanlah
masalah usus sederhana yang menyebabkan diare. Penyakit kolera ini juga
memicu pelepasan cairan dalam jumlah besar dari usus, beberapa pasien
mengeluarkan satu liter tinja berair per jam sehingga dalam waktu
beberapa jam pasien akan sekarat karena dehidrasi dan syok hipovolemik.

Pada tahun 1831, wabah kolera berkembang di sepanjang delta


sungai ganging di India dan menyebear dengan cepat ke Cina, Iran dan
Rusia sebelum akhirnya menyebar hingga ke sepanjang rute perdagangan
gunung Ural ke Eropa. Di Inggris lebih dari 23.000 orang meninggal
karena penyakit kolera. Kapal kapal eropa membawa penyakit ini
melintasi Atlantik, sebagian kapal terbakar di kanada dan Amerika serikat
dan kapal lainnya mencapai pantai pasifik paling cepat dua tahun setelah
wabah pertama yang didokumentasikan di India. Kolera merupakan
epidemi yang belum pernah terjadi sejak wabah pes yang menyebabkan
banyak kematian.

Berita mengenai kolera ini sampai pada seorang pemuda berusia 22


bernama William Brooke O’Shaughnessy yakni seorang dokter muda
Irlandia yang baru saja lulus dari sekolah kedokteran pada akhir 1831 dan
tinggal di Edinburgh yang jauh dari pusat epidemi kolera. William Brooke
O’Shaughnessy yakin bahwa praktis kimia yang sedang ia lakukan
mungkin mengarah pada penyembuhan kolera.Berkat keyakinannya itu ia
pergi ke Sunderland di Inggris untuk mendalami masalah kolera yang
tengah menjadi sorotan hal ini ia lakukan untuk membesarkan Namanya.

Di sana ia mendapati pemandangan yang mengkhawatirkan, ia


menggambarkan epidemi itu sebagai “Sudden, deadly, over-whelming, the
living death” . Pada kala itu ia mengatakan bahwa para korban kolera
bernasib buruk karena perawatan du jour yang saat itu dilakukan yakni
seperti mengeluarkan darah, penggunaan lintah dan penggunaan katartik
yang kuat dan emetic seperti merkuru klorida dan minyak jarak unutk

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 35


membersihkan usus. Perawatan seperti ini memperburuk jumlah
kehilangan volume cairan dan bahkan mempercepat kematian, hal ini juga
turut ikut sebagai penyebab tingginya tingkat kematian kolera yakni
berkisar antara 10% - 70% dan menyaingi bakteri Yersinia Pestis saat
wabah Black Death.

Dengan pengetahuannya tentang kimia yang ia milki William


Brooke O’Shaughnessy melakukan pemeriksaan pada darah dan tinja
pasien kolera dan membuat pengukuran kasar elektrolit pada keduanya.
Dari hasil pengamatannya didapat bahwa sejumlah besar air, natrium,
klorida dan bikarbonat tidak terdapat pada darah maupun dalam tinja. Ia
menerbitkan temuannya di The Lancet dan mengusulkan solusi yang
sangat sederhana yakni dengan mengisi kembali apa yang hilang dari usus
langsung ke pembuluh darah. Thomas Latta seorang dokter Inggris
terinspirasi oleh logika William Brooke O’Shaughnessy sehingga dalam
waktu kurang dari dua bulan setelah publikasi The Lancet, Latta
melakukan resuitasi intravena terapi pertama pada Mei 1832 dengan infus
larutan buatan sendiri yang terdiri dari campuran hipotonik encer natrium,
klorida dan bikarbonat. Ia menyuntikan cairan tersbut dengan
menggunakan jarum suntik dan tabung perak, berkat hal ini ia mampu
menyembuhkan 8 dari 25 pasien yang ia infus

Latta menjelaskan bahwa saat ia menyuntikkan cairan tersebut ia


menyaksikannya namun tak ada perubahan, lalu ia menyuntikan nya lagi
dan lagi sambal memperhatikan efeknya hingga ia mulai melihat bahwa
pasien mulai tidak kesusahan dalam bernafas dan kesan wajah mulai
tampak sehat kembali, denyut nadi perlahan lahan mulai membaik
kemudia dalam waktu setengah jam dan telah disuntikkan sebanyak 6
gelas, pasien menyatakan bahwa ia telah merasa lebih baik dan yang ia
butuhkan hanya sedikit tidur.

Namun, terapi intravena ini sebelumnya dianggap pengobatan


yang progresif secara radikal, beberapa dokter memang ada yang
menanggapnya sebagai obat baru namun beberapa lainnya menyatakan

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 36


terapi intravena sebagai “miraculous and supernatural agent” yang akan
menghidupkan kembali orang mati, hal ini sangat dikecam di dunia medis
yang mengecam pemikiran untuk menyerang kesucuian tubuh manusia.
Sebaliknya mereka tetap melanjutkan pengobatan dengan menggunakan
lintah dan menerna merkuri serta dengan mengelurakan darah pasien.
Akibatnya, 6 pandemi kolera berikutnya pada abad 19 tidak menggunakan
prinsip terapi rehidrasi O’Shaughnessy.

Meskipun terapi cairan intravena sempat gagal mendapatkan


penerimaan luas selama masa hidupnya namun hal ini akan dibenarkan
ketika komunitas medis mulai memahami bahwa kolera dapat diobati
tanpa antibiotic melainkan melalui rehidrasi sederhana.

Saat ini perawatan pasien kolera telah menggunakan konsep


rehidrasi yang sama untuk memperkirakan kehilangan cairan sementara
juga mengisi elektrolit yakni melalui pembuluh darah dan hanya minum
larutan. Ketika seorang dokter menulis tentang sejarah perawatan kolera
inilah ia menemukan adanya kesamaan antara cairam intravena yang
direkomendasikan oleh O’shaughnessy pada tahun 1832 dengan yang
direkomendasikan oleh WHO.

Berkat penemuannya yang inovatif dalam mengobati penyakit


kolera, O’shaughnessy bertanggung jawab untuk menetapkan prinsip –
prinsip terapi IV melalui pengamatan dan analisisnya terhadap cairan
tubuh pasiennya dan usulan rasionalnya tentang “Phyiologic correctness”.
Kredit untuk evolusi alat ini berguna universal biasanya diberikan
kepada Dokter Alexander Wood (lahir 1817), yang diangkat Sekretaris
dari Royal College of Physicians of Edinburgh 1850.Untuk beberapa
waktu, Dokter Wood telah bereksperimen dengan jarum berlubang untuk
pemberian obat.

Akhirnya, dia merasa cukup percaya diri untuk mempublikasikan


dalam "The Medical Edinburgh dan Bedah Review" kertas pendek -
'Sebuah Metode Baru mengobati Neuralgia oleh aplikasi langsung Opiat

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 37


ke Poin Menyakitkan' - di mana ia menunjukkan bahwa metode ini belum
tentu terbatas pada administrasi opiat.
Pada waktu yang sama, Charles Gabriel Pravaz dari Lyon membuat
jarum suntik serupa yang dengan cepat datang ke banyak digunakan dalam
operasi dengan nama 'The Syringe Pravaz'.
a. Menurut Medhelp Net.com :
"Charles Gabriel Pravaz (1791-1853), ahli bedah Prancis, dan
Alexander Wood (1817-1884), dokter Skotlandia, independen
menemukan jarum suntik. Hal ini pertama kali digunakan untuk
menginjeksi morfin sebagai obat penghilang rasa sakit"
b. Vaksinasi Jarum suntik
Benjamin A. Rubin menemukan "cabang Imunisasi dan Pengujian
Needle" atau jarum vaksinasi. Ini merupakan penyempurnaan untuk
jarum suntik konvensional.
c. Jarum suntik sekali pakai
Arthur E. Smith menerima 8 paten AS untuk jarum suntik sekali
pakai 1949-50. (US nos Paten. 2524363, 2524362, 2497562, 2490553,
2490552, 2490551, 2478845, 2478844). Pada tahun 1954, Becton,
Dickinson dan Perusahaan menciptakan alat suntik sekali pakai yang
diproduksi massal pertama dan jarum, diproduksi di kaca.
Ini dikembangkan untuk Salk massal administrasi Jonas Dr dari satu
juta anak-anak Amerika dengan vaksin polio Salk baru. Pada tahun
1955, Roehr Produk memperkenalkan suntik syring e pakai plastik yang
disebut Monoject tersebut.
Pada tahun 1956, Colin Murdoch, seorang apoteker dari Timaru,
Selandia Baru mematenkan sekali pakai, jarum suntik plastik untuk
menggantikan jarum suntik kaca. Colin Murdoch telah mematenkan
empat puluh enam penemuan termasuk: alarm pencuri diam, jarum
suntik otomatis untuk memvaksinasi hewan, bagian atas botol
childproof, dan senapan pembius yang diciptakan pada tahun 1959.
Pada tahun 1961, Becton Dickinson memperkenalkan jarum suntik
sekali pakai pertama plastik yang disebut Plastipak. African American

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 38


penemu Phil Brooks menerima paten AS untuk " Jarum suntik sekali
pakai "pada tanggal 9 April 1974. 

Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan lewat


infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk
memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume
besar yang ditujukan untuk intravena.Pada umumnya cairan infus
intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan
nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien
rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa
penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam
wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel
lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan
dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin
disebabkan oleh pengawet itu sendiri.Cairan infus intravena biasanya
mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan
yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun
cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan.Untuk
meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja
obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak
menyebabkan masalah terhadap absorbs obat. Sedangkan kerugiannya
yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan
per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan.
*Persyaratannya antara lain :

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 39


1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan
yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama
penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanyamemungkinkan
sediaan tetap steril tetapi juga mencegahterjadinya interaksi bahan
obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang
paling banyak menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) Isohidris
f) bebas bahan melayang

*Contoh obat infus dipasaran:


Infus iv yg mengandung nutrisi
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar
monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati,
monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen, oksidasi
menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah
ke bagian tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa
langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme
lebih lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg
dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam
darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk
kelancaran kerja tubuh.

Infus iv ringer laktat


Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium
klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya
digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2
disamping NaCl.Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 40


maka larutan dapat disterilakan dengan panas yangstabil.Pengautoklafan
larutan natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyaipenyaringan
kuman.larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per
menit. Laju tetesan maksimal 5 ml per menit

Infus IV mengandung ammonium klorida


Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk
pengobatan gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta
menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.

Infus IV mengandung elektrolit dan karbohidrat


Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang
isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan
hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan.Untuk meminimalisasi
iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang
lambat,

Obat Mata (larutan, suspensi, salep)


Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan
pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Khusus untuk salep mata, zat aktif baik dalam bentuk terlarut atau
serbuk tersuspensi halus di masukkan kedalam basis salep yang non iritan.
Salep di sterilkan dengan cara panas atau radiasi dan sebagian di buat
secara asptik. Sediaan ini harus di kemas dalam wadah tertutup dan bebas
partikel logam.

TETES MATA

Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan
bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya
sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama
dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada
etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 41


penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan
bebas.

Kelebihan tetes mata:

1. Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan


2. USP XXI menggambarkan larutan mata, dengan definisi semua bahan-
bahan adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi maslah,
hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini.
3. Salep mata umumnya menghasilkan bentuk yang lebih besar daripada
larutan berair
4. Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep
dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan,
salep yang obat-obatnya larut dalam air.

Kekurangan tetes mata:

1. Waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang
terabsorpsi.
2. Bahan aktif obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara
topikal untuk kebanyakan obat kurang 1-3% dari dosis yang dimasukkan
melewati kornea.

Cara Penggunaan Tetes Mata :

1. Cuci tangan.
2. Tengadahkan kepala; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian
bawah.
3. Tekan botol tetes hingga cairan masuk dalam kantung mata bagian bawah.
4. Tutup mata pasien perlahan–lahan selama 1 sampai 2 menit.
5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2
menit
6. Setelah obat tetes mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih,
tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat.
7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 42


8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
9. Jika pasien menggunakan lebih dari satu jenis obat tetes mata, tunggulah
sekitar 5 menit setelah menggunakan tetes mata yang pertama.

Cara Penyimpanan :

1. Wadah disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan hindari terjadinya


kontaminasi.
2. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.

SALEP MATA

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep
mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah
disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji
sterilitas. Salep mata yang baik yaitu: 1. Steril; 2. Bebas hama/bakteri; 3. Tidak
mengiritasi mata; 4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena
sekresi cairan mata; 5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh
mendekati suhu tubuh.

Kelebihan salep mata:

1. Waktu kontak yang lebih lama.


2. Bioavailabilitas obat yang lebih besar.
3. Onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama.

Kekurangan salep mata:

1. Mengganggu penglihatan.
2. Secara estetika kurang menarik.

Cara Penggunaan Salep Mata :

1. Cuci tangan.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 43


2. Tengadahkan kepala; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian
bawah.
3. Tekan tube salep hingga salep masuk dalam kantung mata bagian bawah.
4. Tutup mata pasien perlahan–lahan selama 1 sampai 2 menit.
5. Untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan
ke bawah.
6. Setelah salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih, tidak
disarankan untuk mencuci dengan air hangat.
7. Tutup rapat wadah salep mata.
8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

Cara Penyimpanan Salep Mata :

1. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.


2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.
5. Perhatikan tanggal kadaluarsa obat.

TETES TELINGA

Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan
pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam
saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.

Cara penggunaan obat tetes telinga:

1. Cuci tangan.
2. Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”.
3. Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi.
4. Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan telinga yang
akan ditetesi obat, menghadap ke atas.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 44


5. Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa) atau tarik
telinga kebawah dan ke belakang (untuk anak-anak)
6. Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit.
7. keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan
8. Tutup wadah dengan baik.
9. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat.
10. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

Cara Penyimpanan Tetes Telinga:

1. Wadah disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan hindari terjadinya


kontaminasi.
2. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
3. Simpan di bawah 25 derajat Celsius terlindung dari cahaya matahari.
4. Jangan disimpan dalam lemari pembeku.

Aerosol
Istilah aerosol digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari
sistem bertekanan tinggi seiring disalah artikan untuk semua jenis sedian
bertekanan,sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah
padat. Penggunaan pertama untuk aerosol muncul ketika Perang Dunia II,
tetapi gagasan untuk menggunakan gas cair tekanan rendah untuk
membuat atom tetesan cairan di udara dikembangkan pada tahun 1924.
Tabung yang diisi dengan insektisida dan propelan digunakan untuk
melindungi prajurit AS dari serangga pembawa penyakit seperti malaria.
Tak lama setelah perang, Robert Abplanalp, pendiri Precision
Valve Corporation (PVC), menciptakan katup aerosol yang diproduksi
secara massal pertama. Paten diajukan pada September 1949 dan
dikeluarkan pada 17 Maret 1953. Dari penemuan itu, industri aerosol
dengan cepat berkembang di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. 1920 –
1950 Terobosan paling signifikan terjadi pada 1920-an dan 30-an ketika
seorang Norwegian, Erik Andreas Rotheim mengajukan sejumlah paten
untuk perangkat yang paling mirip aerosol yang kita kenal sekarang.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 45


Produksi komersial pertama aerosol dilakukan di Norwegia di pabrik
pembuat cat Alf Berke di Oslo, dan kemudian di Mortensen Systems AS.
Aerosol berhasil diproduksi secara masal sekitar tahun 1940 an

Pada tahun 1942 di Pasifik, lebih banyak pria meninggal karena


penyakit yang ditularkan serangga daripada dari peperangan itu sendiri.
Hal ini menginspirasi L.D. Goodhue dan W.N. Sullivan, yang bekerja
untuk Departemen Pertanian Amerika Serikat.

Goodhue adalah seorang peneliti kimia yang, pada tahun 1935, memiliki
gagasan untuk menyemprotkan insektisida dengan hidrokarbon halogen
cair, yang belum pernah diuji sebelumnya. Selama Minggu Paskah 1941,
Goodhue dan Sullivan termotivasi untuk menemukan solusi untuk masalah
di Pasifik, sehingga mereka memutuskan untuk menguji ide Goodhue. Tes
berhasil, dan pada tahun 1942, silinder portabel yang dikenal sebagai "bug
bombs" dikembangkan untuk digunakan oleh tentara.

Setelah perang, insektisida ini menjadi populer di masyarakat, karena


mereka dijual di toko surplus tentara. Pabrik AS melihat potensi besar
yang ada. Mereka memodifikasi kaleng bir dan mengganti katup tembaga
“bug bombs ” dengan yang plastik. Pada tahun 1957, produksi dimulai di
Spanyol.

 1951 – 1960

Insektisida dan hairsprays adalah produk pertama yang menembus pasar


Eropa di awal 50-an. Penyegar udara, pewangi dan busa cukur segera
menyusul. Sekitar 70 juta aerosol diproduksi di Eropa selama periode ini.

 1961 – 1970

Pada awal 60-an dan tahun-tahun berikutnya terjadi zaman keemas an


industri aerosol. Berbagai macam produk datang ke pasar. Beberapa
produk yang tidak biasa dan sering berumur pendek muncul, seperti
konsentrat kopi, cokelat, dan wiski. Produksi aerosol di Eropa meningkat
dari 70 juta menjadi 1,2 miliar unit. Itu adalah kesuksesan yang tak

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 46


terbayangkan. Awalnya wadah aerosol dibuat dari aluminium kemudian,
wadah aerosol segera dibuat dari tiga potong pelat timah.

 1971 – 1980

Produksi kembali meningkat mencapai total 2,2 miliar unit, meningkat


80% selama dekade ini. Pada akhir 1970 an, kesadaran akan lingkungan
menarik perhatian duani setelah adanya publikasi laporan Molina/Rowland
mengenai lapisan ozon. Kala itu Aerosol menjadi objek utama bagi
legislator, media dunia dan organisasi karena peran CFC yang diduga
berperan dalam menipiskan lapisan ozon atmosfer bagian atas, meskipun
faktanya peran CFC dalam penipisan ozon relative kecil

 1981 – 1990

Industri ini beralih dari CFC ke propelan alternatif. Pelabelan "bebas


CFC" diperkenalkan di Eropa. Sejak 1989, aerosol Eropa untuk
penggunaan konsumen, (kecuali untuk beberapa produk medis, seperti
inhaler asma), tidak mengandung CFC. Produksi aerosol Eropa tetap stabil
untuk waktu yang singkat, tidak menunjukkan pertumbuhan. Tak lama
kemudian konsumen sekali lagi beralih ke sistem pengeluaran yang
mereka sukai karena praktis, mudah digunakan, higienis, dan efektif.
Selama dekade ini, produksi Eropa meningkat 35% menjadi 3 miliar unit.

 1991 – 2000

Melindungi lingkungan telah menjadi isu utama selama dekade ini dan
kemungkinan akan tetap demikian untuk milenium mendatang. Daur ulang
dan minimalisasi limbah produk menjadi agenda utama industri. Aerosol
sudah menggunakan proporsi signifikan dari logam daur ulang. Kita akan
melihat proporsi ini tumbuh di tahun-tahun mendatang. Penelitian &
pengembangan berfokus pada bahan pembakar, pengemasan dan bahan
untuk menjadikan aerosol produk yang berkinerja tinggi. Produksi Aerosol
terus tumbuh secara konsisten dan di Eropa telah mencapai 4,4 miliar unit,
meningkat 48% dari dekade sebelumnya.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 47


Aerosol dianggap sebagai salah satu penemuan terbesar abad kedua puluh.
Media informasi bergengsi Spanyol menyebutnya seperti itu setelah
berkonsultasi dengan para ilmuwan, sosiolog, dan agen periklanan.
Selama abad ke-19 dan awal ke-20, dokter dan apotek menggunakan botol
logam atau gelas yang mengandung etil klorida untuk menghasilkan
semprotan yang digunakan sebagai anestesi lokal. Botol-botol itu
dihangatkan di satu tangan untuk meningkatkan tekanan. Mereka
kemudian terbalik dan ujungnya putus untuk mengeluarkan pancaran
cairan yang dengan cepat menguap pada kulit, menghasilkan sensasi
dingin yang intens. Alat semprot parfum yang dikenal sebagai "chisquete"
digunakan di Peru pada waktu karnaval musim semi. Itu terdiri dari tabung
kaca yang disegel dengan sumbat karet yang dipegang oleh pegas. Itu
mengandung etil klorida dan parfum

 2000 – 2010

Aerosol menghadirkan bentuk-bentuk baru dan lebih menarik serta


ergonomis. Produksi aerosol di seluruh dunia mencapai hampir 12 miliar
pada tahun 2008. Produksi aerosol Eropa naik dari sekitar 70 juta unit di
AS akhir 50-an hingga 5 miliar unit saat ini.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 48


BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Sediaan semi solid adalah setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung
bahan pembawa (bassis) yang digunakan. Sediaan semisolid yaitu salep,
krim, gel, cerata dan pasta.
Sediaan steril adalah sediaan yang selalu memeneuhi persyaratan fisika-
kimia juga persyaratan steril. Steril berarti bebas dari mikroba. Sterilisasi
adalah proses untuk mendapatkan kondisi stereil. Sediaan steril secara
umum adalah sediaan farmasi yang mempunyai ke khususan sterilitas dan
bebas dari mikroorganisme

3.2 Saran
Sebagai penerus profesi farmasi di Indonesia kita di harapkan untuk
mampu berpegang teguh pada pedoman-pedoman yang kita punya.
Menjadikan profesi farmasi menjadi lebih berkembang lagi tentunya
denfan kualitas yang baik.

3.3 Daftar Pustaka


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 49


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Kibbe, AH. 2000. Handbook of pharmaceutical Excipients. Third Edition.
Washington D.C: American Pharmaceutical AssociatioN.
Connors, KA. 1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI
Press.
Ansel HC. 1998 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press.
BNF 37, 1999. Royal Pharmaceutical Society of Great Britain/British Medical
Association; Maret.
Trissels, LA. Handbook of Steril Injection. 11th Edition.
Turco S, King RE. 1979. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia:
Lea & Febiger.
Drug Information, 2003. American Society of Healthy System Pharmacists.
Reynold, James EF, 1982. Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight
edition. The pharmaceutical press : London.
Sulistia G. Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan terapi.  Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Jakarta.
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.
Erlangga : Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC :
Jakarta.
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. EGC : Jakarta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
University Press :Yogyakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Odol diakses pada 12 November 2019

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 50


James Swarbrick , ed. 2007 . Dosage Forms dan Basic Prepations: History.
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition. 1:957-958.
James Swarbrick , ed. 2007 . Dosage Forms dan Basic Prepations: History.
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition. 1:959
American Pharmaceutical Association, The National Professional Society
Of Pharmacist, “ The Final Report of the Task Force on Pharmacy
education, Washington DC
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.https://id.scribd.com/doc/145850054/biofarmasetika-sediaan-
parentral#scribd https://dokumen.tips/amp/documents/sejarah-infus.html
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.
Erlangga : Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC :
Jakarta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada
University Press :Yogyakarta.
https://moko31.wordpress.com/2010/06/27/teknologi-dan-formulasi-
sediaan-steril/

“Sediaan Semisolid dan Sedian Steril” Page 51

Anda mungkin juga menyukai