Anda di halaman 1dari 18

Seminar Nasional K3

“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS

Dimas Satya Lesmana1


Chemwatch / Chemcare Asia

Kontak Person:
Dimas Satya Lesmana
PO Box 394 Bogor 16003
Telp: 08561109470, Fax: 0251-661549, E-mail: dimas@chemcareasia.com

Abstrak
Global Harmonized System (GHS) yang dimandatkan oleh PBB
melalui ILO telah mewajibkan perubahan global dalam hal
komunikasi bahaya termasuk Klasifikasi Bahaya, MSDS, beserta
Penandaannya. Implementasi GHS menyangkut MSDS
memerlukan pembahasan lintas sektoral terkait dengan
amandemen dan revisi peraturan perundangan terkait. Makalah ini
membahas mengenai implementasi MSDS berdasarkan mandat
GHS dan perubahan apa saja yang diperlukan dalam menjawab
tantangan global.

Kata kunci: MSDS, GHS, Implementasi, Global

1. Pendahuluan

Saat ini seperti kita ketahui bersama bahwa dunia telah memiliki jutaan
jenis bahan kimia dan selalu bertambah setiap harinya. Banyaknya jumlah
dan jenis bahan kimia yang beredar di dunia saat ini tentu memiliki resiko
bahaya yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus oleh
penggunanya. Keberadaan MSDS di dunia tidak terlepas dari adanya
unsur resiko dan kebahayaan dari bahan kimia yang digunakan baik
terhadap manusia maupun bagi lingkungan sekitarnya. Banyaknya jenis
bahan kimia yang juga memiliki jenis dan sifat bahaya yang berbeda-beda
telah membuat dunia secara Internasional dan regional memandatkan
untuk selalu menyediakan lembaran MSDS sebelum suatu bahan kimia
diperjual-belikan. Hal ini menjadi esensial sifatnya karena MSDS adalah
sumber informasi yang menjadi bahan untuk Komunikasi Bahaya baik
oleh Perusahaan atau oleh konsumen / end user yang akan
mempergunakan bahan tersebut. MSDS berisikan informasi penting dari
unsur / senyawaaan / campuran bahan kimia yang digunakan.

1)
Country Representatives Chemwatch
MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS
Halaman 1 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Informasi yang disediakan oleh MSDS akan digunakan untuk


mengembangkan perlindungan yang sesuai bagi pekerja / konsumen dan
tindakan yang diperlukan untuk melindungi lingkungan hidup. Namun
sejalan dengan berkembangnya sistem klasifikasi oleh beberapa negara
dan terjadinya perbedaan yang mencolok antar sistem klasifikasi bahaya
bahan kimia beserta MSDS dan penandaannya telah membuat berbagai
masalah dalam jalur perdagangan dan keselamatan manusia, dan hal ini
telah membuat dunia Internasional melalui PBB memandatkan sebuah
perubahan Global dalam Komunikasi Bahaya di seluruh dunia yang
meliputi klasifikasi bahaya, MSDS, dan penandaan / labellingnya. Sistem
harmonisasi global ini kemudian kita kenal dengan nama Global
Harmonized System (GHS). Perubahan dan adopsi sistem GHS di seluruh
dunia diharapkan dapat diimplementasikan secara menyeluruh pada
tahun 2008 oleh seluruh negara di seluruh dunia, sementara amandemen
dan perubahan peraturan lokal di masing-masing negara diharapkan akan
selesai pada tahun 2006.

2. Material Safety Data Sheet / MSDS (LDKB)

Mandat regional yang dikembangkan oleh masing-masing negara dalam


hal format MSDS beserta nilai cut off dalam penentuan bahaya bahan
kimia telah membuat pelbagai kesulitan yang dialami baik oleh pengusaha
maupun penyalur bahan kimia. Beberapa negara di belahan dunia
memerlukan MSDS full dalam 16 bagian dan beberapa negara ada yang
hanya memandatkan 8 sampai 10 bagian MSDS. Penentuan klasifikasi
dan nilai cut off yang berbeda di masing-masing negara juga telah
menimbulkan konflik yang membingungkan dimana di satu negara
dinyatakan bahan kimia tersebut tidak beracun sementara di negara lain
dinyatakan beracun atau bahkan sangat beracun. Berbagai problematika
yang muncul ini telah memicu dunia Internasional melalui PBB
menyepakati untuk membuat suatu standar global dalam hal klasifikasi,
penentuan nilai cut off, format MSDS, beserta penandaan atau labelling-
nya yang kemudian kita kenal dengan nama Global Harmonized System
(GHS). Penerapan GHS dalam sektor industri kimia akan mempermudah
jalur perdagangan internasional dan menghilangkan berbagai kesulitan
yang terjadi saat ini. Sementara dalam skala nasional, Indonesia
memerlukan perubahan terkait dengan Format MSDS beserta klasifikasi
dan simbol didalamnya. Perubahan ini tentunya memerlukan kerja sama
antar Departemen seperti Depnakertrans, Deperindag, DepLH, DepKes,
dll. Perubahan terutama dalam hal peraturan yang terkait dengan adopsi
MSDS di Indonesia memerlukan pembahasan antar Departemen dimana
diperlukan penyamaan visi dan misi dalam membantu target implementasi
GHS secara menyeluruh pada tahun 2008.

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 2 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

3. Global Harmonized System (GHS)

Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari


pertemuan METI (Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang
yang kemudian berlanjut ke pertemuan tingkat Internasional di berbagai
tempat seperti Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan Internasional
tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk satu sistem global
dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan
Label / Penandaannya. Dalam hal ini, PBB menunjuk UNITAR (United
Nations Institute for Training and Research) dibawah payung ILO sebagai
koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan
tahun 2006 untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait
dengan GHS dan tahun 2008 untuk pelaksanaan sistem implementasi
secara menyeluruh di seluruh negara di dunia. APEC sebagai organisasi
regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan sistem GHS di
seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya adalah Indonesia.
Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country project
untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat ASEAN.
Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa berbagai
keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka
Indonesia akan memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan
kimia yang selama ini ada di Indonesia namun terdapat beberapa
klasifikasi yang berbeda antar Kementerian / Departemen. Selain itu juga
Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia
yang seragam, dimana diharapkan tidak akan ada perbedaan lagi dalam
hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir
adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan
format GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan
adanya sistem ini, seluruh instansi dan sektoral terkait akan
menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan
sistem yang digunakan.
Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di
Indonesia adalah mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara
global baik impor maupun ekspor, dan juga akan membantu dan
mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang
yang tidak boleh diperjual belikan. Selain itu, tujuan utama GHS adalah
juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia
secara umum.
Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara
lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

• Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi


bahan kimia dan komunikasi bahaya

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 3 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

• Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan


terhadap resiko dan bahaya bahan kimia
• Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya
yang diakibatkan oleh penggunaan berbagai bahan kimia.
• Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas
bahan kimia khususnya untuk campuran
• Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu
/ GHS Purple Book kedalam bahasa lokal

Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk
membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara lain melalui:

• Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan


bahan kimia
• Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain
yang terkait dengan implementasi GHS
• Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi
frekuensi, kuantitas maupun kualitas
• Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat
dengan implementasi GHS
• Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai
kelompok target yang berbeda
• Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program
kerja pemerintahan propinsi atau daerah
• Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan
jasa layanan pembuatan MSDS dan Penandaan sesuai GHS
khususnya untuk membantu SME agar dapat bertahan dengan
implementasi GHS

4. MSDS dan Implementasi berdasarkan GHS

Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan


klasifikasi bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang
digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS
dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan
adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan
menggunakan standar adopsi GHS.
Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, tentunya
penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan
yang akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol
yang cocok untuk digunakan.
Sistem klasifikasi bahaya GHS sangatlah berbeda dengan beberapa
sistem klasifikasi yang sudah diterapkan di beberapa negara di dunia

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 4 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

seperti EU / UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya


GHS akan menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini
terjadi di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan perbedaan
pandangan dalam hal klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah
contoh perbedaan klasifikasi tersebut :
Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off
toksisitas akut untuk Kategori 1 memiliki nilai LD 50 25 mg/kg (oral),
sementara di USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia
antara 25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik
perbandingan antar klasifikasi:
mg/ kg UN EU USA J PN GHS

5000

Ca r bon di s ul l f i de 75- 15- 0


3000

2000
Ha r mf u l

Br omoe t ha ne 74- 96- 4


Xn

1000
Ha r mf u l

Be nz oni t r i l e 100- 47- 0


Re l a t i v e l y l o w r i s k

500
Li qui d

Phe nol 108- 95- 2


300

Di me t hyl s ul f a t e 77- 78- 1


200
De l e t e r i o u s
To x i c
So l i d

Ac r yl a mi de 79- 06- 1
T

100
Epi c hl or ohydr i n 106- 89- 8
To x i c

Al l yl a l c ohol 107- 18- 6

50
Ni c ot i ne 54- 11- 5
2, 4- Di ni t r ophe nol 51- 28- 5
30
Se r i o u s r i s k

Sodi um a z i de 26628- 22- 8

20
Ac e t one c ya nohydr i n 75- 86- 5

Te t r a e t hyl l e a d 78- 00- 2


10

4, 6- Di ni t r o- o- c r e s ol 534- 52- 1

5
Ye l l ow phos phor us 7723- 14- 0
Ve r y s e v e r e r i s k

T+

3
Hi g h l y t o x i c
Ve r y T o x i c

St r yc hi ni ne 57- 24- 9
Po i s o n o u s

Me r c ur i c c hl or i de 7484- 94- 7
1

TEPP 107- 49- 3

Grafik 1. Perbandingan Klasifikasi Toksistas Akut (Oral)

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 5 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki


nilai LD50 ≤ 5 seperti terlihat pada grafik berikut dibawah ini.

mg/ kg UN EU USA J PN GHS

5000

Ca t eg or y 5
Car bon di s ul l f i de 75- 15- 0
3000

2000

Br omoet hane 74- 96- 4

Ha r mf ul

Ca t eg or y 4
1000 Xn
Benzoni t r i l e 100- 47- 0
Ha r mf ul

500
Li qui d

Phenol 108- 95- 2


Rel a t i v el y l ow r i s k

300

Di met hyl s ul f at e 77- 78- 1


200 Ca t eg or y 3
Del et er i ous
Tox i c
Sol i d

Acr yl ami de 79- 06- 1


100
T

Epi chl or ohydr i n 106- 89- 8


Al l yl al cohol 107- 18- 6
Tox i c

50
Ni cot i ne 54- 11- 5
2, 4- Di ni t r ophenol 51- 28- 5
30
Sodi um a zi de 26628- 22- 8
Ca t eg or y 2
Ser i ous r i s k

20
Acet one cyanohydr i n 75- 86- 5

Tet r aet hyl l ead 78- 00- 2


10

4, 6- Di ni t r o- o- cr es ol 534- 52- 1

5
Yel l ow phos phor us 7723- 14- 0
Ver y s ev er e r i s k

3
T+

St r ychi ni ne 57- 24- 9


Hi g hl y t ox i c

2
Ver y Tox i c

Ca t eg or y 1
Poi s onous

Mer cur i c chl or i de 7484- 94- 7


1

TEPP 107- 49- 3


Grafik 2. Perbandingan Toksisitas Akut Yang Ada vs GHS

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 6 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut


(LD50 Oral Rat ) antar sistem klasifikasi yang ada saat ini
dibandingkan dengan sistem GHS.
Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memiliki
kriteria sendiri yang berbeda dibandingkan dengan beberapa
sistem klasifikasi yang ada. Berikut adalah grafik perbandingan
klasifikasi kategori untuk flamabilitas berdasarkan GHS dan
beberapa sistem klasifikasi lain.

CAS No. F.P Temp C UNRTDG EU USA ANSI JPN GHS


(B.P)

4th class
1330-78-5 234 *
(420)
200
64-67-5 110 *
(208)

3rd class
93.3
121-69-7 73 * * *

Category 4
(194) 70
95-50-1 69 * * *

Combustible liquid
(180) 60.5

liquid

97-95-0 57 * * * *
(146) 55

petroleums
Class 3.3 Pkg.G

2nd class

Category 3
108-01-0 40 * * * * *
(135) 37.8
Flammable

78-83-1 30 * * * * *

Flammable
(108) 23
Flammable liquid

107-18-6 22 21 * * * * *
Ⅰ BP ≦35 ℃

(97)

≦35 ℃
108-21-4 2 * * * * *
High ly flammable

(97) 0
BP ≦35 ℃

1st class

-6.7
   Class 3.2 Pkg.G

Category 1, B.P

Category 2
78-93-3 -7 * * * * *
Class 3.1 Pkg.G

(80)
-18
flammable

74-90-8 -20 * * * * * *
flammable

(26)
liquid

60-29-7 -49 * * * * *
Special flammables

(35)
B.P≦40℃
Extremely
Extremely

Grafik 3. Perbandingan Kategori Flamabilitas Antar Sistem

Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan


dikarenakan Indonesia sudah menerapkan sistem format MSDS
menggunakan 16 sections / bagian yang dimandatkan melalui
Kepmenaker No 187 tahun 1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada
sistem klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan digunakan
dimana standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai
instansi terkait.

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 7 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS


Sections Format Kepmenaker Format GHS

1 Identitas Perusahaan Identitas Perusahaan


2 Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya *
3 Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *
4 Tindakan P3K Tindakan P3K
5 Tindakan Penanggulangan Tindakan Penanggulangan
Kebakaran Kebakaran
6 Tindakan Penanggulangan Tindakan Penanggulangan
Kebocoran dan Tumpahan Kebocoran dan Tumpahan
7 Penyimpanan dan Penyimpanan dan
Penanganan Bahan Penanganan Bahan
8 Pengendalian Pemaparan Pengendalian Pemaparan
dan APD dan APD
9 Sifat Fisika dan Kimia Sifat Fisika dan Kimia
10 Stabilitas dan Reaktifitas Stabilitas dan Reaktifitas
Bahan Bahan
11 Informasi Toksikologi Informasi Toksikologi
12 Informasi Ekologi Informasi Ekologi
13 Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah
14 Informasi Untuk Informasi Untuk
Pengangkutan Bahan Pengangkutan Bahan
15 Informasi Perundang- Informasi Perundang-
undangan undangan
16 Informasi Lain Informasi Lain

Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan


dijabarkan sebagai berikut:

1. Identitas Bahan dan Perusahaan


Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari
bahan. Juga berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur
bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon
beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada
saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.

2. Identifikasi Bahaya
GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari
bahan kimia dan menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya
dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi
bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan / komposisi bahan,
oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi
Identifikasi Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi Komposisi
Bahan. Oleh sebab itu untuk aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker
MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS
Halaman 8 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit


perubahan menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya
yang digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat
atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan
penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian
dari bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan
penggunaan simbol / piktogram sesuai standar GHS, artinya Indonesia
juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam hal simbol
bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya
mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol
yang umum digunakan saat ini:

Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh


maka Indonesia akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol /
piktogram GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar
pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu
pekerja / konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta
perlindungan apa saja yang harus digunakan pada saat bekerja
dengan bahan kimia terkait.
Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah
sbb:

Kelas Simbol Keterangan


1
Eksplosif

4
Gas Pengoksidasi

5 Gas Bertekanan

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 9 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Cairan Mudah Menyala


6

Padatan Mudah Menyala


7

8 Bahan Yang Dapat Bereaksi


Sendiri

10 Padatan Piroporik

11 Bahan Yang Dapat


Menumbulkan Panas Sendiri

12 Bahan Yang Apabila Kontak


Dengan Air Menyebabkan Gas
Mudah Menyala

13 Cairan Pengoksidasi

14 Padatan Pengoksidasi

15 Peroksida Organik

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 10 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

16 Korosif Terhadap Logam

17 Toksisitas Akut

18 Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit

19 Kerusakan Parah / Iritasi Pada


Mata

20 Sensitasi Saluran Pernafasan /


Kulit

21 Mutagenitas Sel Induk

22 Karsinogenitas

23 Toksisitas Terhadap Reproduksi

24 Toksisitas Sistemik Pada Organ


Target Spesifik Karena Paparan
Tunggal

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 11 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

25 Toksisitas Sistemik Pada Organ


Target Spesifik Karena Paparan
Berulang

26 Bahaya Aspirasi

27 Bahaya Terhadap Lingkungan


Akuatik / Perairan

3. Komposisi Bahan
Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number,
sinonim, impurities dan konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif
penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus
dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.

4. Tindakan P3K
Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk
efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan,
apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai
tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang
dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.

5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran


Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan
tindakan khusus dalam penanganannya. Dalam sections 5
dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok
untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan
oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa
yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan
mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.

6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan


Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri
dan prosedur tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan
kebocoran bahan kimia ditempatkan pada sections 6. Peringatan
bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan
kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan
bahan yang digunakan untuk menampung serta membersihkan

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 12 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak


evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan kedalam sections ini.

7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan


Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang
aman dan sesuai dengan petunjuk peraturan. Informasi mengenai
kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk
inkompatabilitas / ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan
harus dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa
mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.

8. Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri


Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan
memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini parameter apa saja
yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari
MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi
pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap
individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk
Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan
untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya
pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini
masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun
negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar
yang ada pada negara masing-masing.

9. Sifat Fisika dan Kimia


Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat
esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan
penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9 menempatkan informasi
tersebut yang antara lain berisikan:
• Penampakan
• Titik Leleh / Beku
• pH
• Titik Nyala
• Laju Penguapan
• Flamabilitas (padatan, gas)
• Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
• Tekanan Uap
• Densitas Relatif
• Viskositas
• dll

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 13 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”
10. Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai
reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan
terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang
harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk
mengenai bahan apa saja yang tidak cocok / inkompatibel untuk
ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus
dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi
dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber informasi
esensial tambahan.

11. Informasi Toksikologi


Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang
tercakup oleh GHS termasuk dalam hal ini antara lain:
 Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi
 Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.
 Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari
pemaparan jangka pendek atau panjang.
 Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll
 Dan data-data informasi lain yang mendukung
Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya
dituliskan di SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak
terdapat.

12. Informasi Ekologi


Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan
Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi
bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping
lainnya.

13. Pembuangan Limbah


Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar.
Sections 13 dari MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang
cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.

14. Informasi Untuk Pengangkutan Bahan


Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang
sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan
Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup,
Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.

15. Informasi Perundang-undangan


Sections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait
yang tidak disediakan pada sections lain dari MSDS. Peraturan

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 14 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”
Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik
untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.

16. Informasi Lain Yang Diperlukan


Berisikan anatara lain:
 Tanggal pembuatan MSDS
 Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya
 Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS
 Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS

Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk


Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan
bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar
biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap
bahaya pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol
APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:

: Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot

: Gunakan Pelindung Wajah / Face Shield

: Gunakan Masker / Respirator

: Gunakan Sarung Tangan

: Gunakan Kacamata / googles

3.3. Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal


diatas adalah penerapan bahasa lokal baik untuk MSDS maupun
Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan setiap

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 15 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”
MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan
bahasa Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting
karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia dan
lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk
memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal,
hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi
dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan
kimia. Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita
kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting karena GHS
Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan klasifikasi
bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll.
Diharapkan agar pemerintahan dapat segera merampungkan
penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia
secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait.
Oleh karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS
dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan seperti Depnaker,
Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga
disosialisasikan dalam bentuk hard cover.

3.4. Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan


mempengaruhi sistem penandaan transportasi yang sudah terlebih
dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem penandaan
transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan
distandardisasi sebelum isu GHS diangkat sehingga GHS hanya
akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk atau kemasan
dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat
transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia.
Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan
berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki keterkaitan antar satu
dengan yang lainnya.

4. Kesimpulan

Implementasi GHS akan memberikan perubahan yang mendasar dalam


hal komunikasi bahaya yang meliputi klasifikasi bahaya, MSDS / LDKB,
dan penandaan / labelling dari bahan kimia. Perubahan global ini
membutuhkan kerja sama lintas sektoral agar dapat memenuhi target
implementasi pada tahun 2008. Material Safety Data Sheet (MSDS)
sebagai salah satu persyaratan yang akan diharmonisasikan melalui GHS
akan disesuaikan formatnya beserta simbol yang digunakan, oleh sebab
itu revisi peraturan pemerintah seperti Kepmenaker No 187/1999 dan
peraturan Departemen terkait lainnya seperti Kepmenkes No.
427/Menkes/Per/V/1996 dan Kepmenperindag No. 254/MPP/Kep/7/2000
sangat penting untuk segera diselesaikan sebelum tahun 2006 agar

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 16 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”
payung hukum GHS di Indonesia menjadi jelas keberadaannya. Hasil
terjemahan Guide GHS Purple book perlu disosialisaikan baik secara
online maupun offline agar masyarakat pengguna dapat memperoleh
sumber informasi secara tepat dan akurat. Secara keseluruhan
implementasi GHS baik secara umum dan MSDS berdasarkan GHS akan
memberikan keuntungan baik bagi pemerintah, industri baik besar
maupun kecil, pekerja maupun konsumen dan lingkungan hidup.

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 17 dari 18
Seminar Nasional K3
“Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Resiko Kimia dan Asbestos di Tempat Kerja Sektor
Industri dan Jasa Ditinjau Dari Sudut K3”

Daftar Pustaka

[1] Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.

[2] Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS”


Chapter 29, United Nations.

[3] Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United
Nations.

[4] Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding


GHS Implementation: Draft Report” Seventh Meeting of the
UNITAR/ILO GHS Capacity Building Programme Advisory Group
(PAG)

[5] Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for
Hazards Classification and Labelling”, www.jcia-net.or.jp

[6] Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”,


Penerbit: Prestasi Pustaka.

[7] www.osha.gov/SLTC/hazardcommunications/global.html

[8] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/presentation_e.html

[9] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/pictograms.html

[10] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/implementation_e.html
#Indonesia

MSDS dan Implementasinya Berdasarkan GHS


Halaman 18 dari 18

Anda mungkin juga menyukai