Anda di halaman 1dari 17

Komunikasi

Bahaya
Siska Erliana Br S. Meliala
03031281722035
Kelas A - Inderalaya
A. Pengertian
• Komunikasi bahaya atau populer dengan istilah HazCom
(hazard communication) itu sendiri menurut Spellman (2006)
adalah suatu metode untuk menginformasikan atau
menunjukkan bahwa suatu bahan atau area kerja mengandung
jenis bahaya tertentu.
• Di indonesia, menurut UU no. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1
telah disyaratkan bahwa setiap pengusaha wajib
mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada seluruh
tenaga kerja.
Komunikasi ini mencakup :
• a) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul
dalam tempat kerja;
• b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerja;
• c)Alat-alatperlindungandiri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan; dan
• d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
Lebih jauh di syaratkan juga dalam standar sistem manajemen K3
(OHSAS 18001), klausul 4.4.2 selain apa yang disyaratkan di UU
no.1/1970, juga komunikasi ini mencakup awareness atau kesadaran
dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan konsekuensi jika
tidak menjalankan prosedur kerja yang ada termasuk apa yang harus
dilakukan dalam kondisi darurat.
B. Pentingnya Komunikasi Bahaya

Menurut OSHA (2009) inti dari komunikasi bahaya


adalah peringatan. Penggunaan berbagai macam produk
kimia baik untuk rumah tangga maupun untuk industri
yang semakin meningkat, sementara itu pengetahuan
dan keterampilan masyarakat untuk membedakan bahan
yang aman atau bahan yang berbahaya masih terbatas.
Untuk itu diperlukan komunikasi bahaya sehingga
dampak yang merugikan dari penggunaan berbagai
bahan kimia tersebut dapat dihindari.
C. Proses Komunikasi
Bahaya
• Komunikasi bahaya dimulai ketika produsen bahan kimia dan
importir mengevaluasi produk mereka untuk menentukan
bahaya dari masing-masing produk kimianya. Produsen dan
importir harus mencantumkan MSDS dan label peringatan
dengan masing-masing wadah produk yang mereka kirim ke
pelanggan. Bagian dari proses kerja yang mungkin
membahayakan tenaga kerja juga harus dituliskan dalam
rencana komunikasi bahaya. Rencana yang sudah disusun
harus mencerminkan hasil identifikasi bahaya di tempat kerja,
dan menjelaskan bagaimana cara penggunaan MSDS, tanda-
tanda peringatan bahaya, pelatihan-pelatihan untuk penanganan
berbagai bahan kimia serta metode menghindari paparan.
D. Metode Komunikasi
Terdapat beberapa metode komunikasi bahaya, antara
lain:
1. Melalui lisan, misalnya melalui pelatihan-pelatihan
2. Melalui tulisan, misalnya melalui MSDS atau poster
3. Melalui visual, misalnya melalui pemasangan label,
tanda bahaya serta rambu-rambu bahaya
E. Material Safety Data Sheet (MSDS)
• Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah
informasi terperinci yang dibuat oleh
produsen/manufakturatauimportir darisuatubahan
yangmenjelaskan mengenai sifat kimia, bahaya yang
ada, batas bahaya yang diperbolehkan, cara
penanggulangan yang aman serta pertolongan pertama
seandainya terjadi paparan.
• Setiap tempat kerja harus memiliki MSDS untuk setiap
bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam pekerjaan
dan MSDS yang ada harus bisa dibaca dengan mudah oleh
setiap tenaga kerja, jika tenaga kerja tidak memahami
bahaya asing (biasanya bahasa Inggris) maka perusahaan
wajib menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
F. Bagian–Bagian Dalam MSDS
• Bagian I: Indentitas Bahan (Chemical Identity)
Nama umum serta nama lain dan struktur kimia.
Identitas dalam harus sama dengan identitas yang ada dalam label
pada kemasanbahan.
• Bagian II: Kandungan Bahaya (Hazardous Ingredients)
 Untuk bahan berbahaya campuran yang telah dites sebagai satu
campuran yang berbahaya maka nama kandungannya komposisi bahan
yang diasosiasikan dengan bahaya harus tercantum.
 jika bahan campuran belum dites secara keseluruhan maka nama
bahan kandungan berbahaya dengan kadar1% atau lebih dicantumkan.
Nama bahan yang karsinogen dan kadarnya yang lebih dari 0.1% harus
tercantum.
 Semua komponen yang menghasilkan bahaya fisik dicantumkan.
 Semua bahan yang kadarnya dibawah 1% (0.1% untuk karsinogen)
harus dicantumkan jika kadar tersebut melebihi dari standard
Permissible Exposure Limit (PEL) atau Threshold Limit Value (TLV)
atau standard lain.
• Bagian III: Karakteristik fisik dan kimia (Physical and
Chemical Char.)
Karakteristik fisik dan kimia yang terkandung dalam
bahan tersebut harus dicantumkan. Karakteristik
tersebut antara lain : boiling and freezing points,
density, vapor pressure, specific gravity, solubility,
volatility, and the warna dan bau. Karakteristik ini
sangan penting untuk desain alat yang aman pada
tempat kerja.
• Bagian IV: Data Bahaya Api dan Ledakan (Fire and
Explosion Hazard Data)
Kandungan yang mengakibatkan bahaya api
dicantumkan. Juga keadaan yang memungkinkan
timbulnya bahaya api serta ledakan dicantumkan.
Rekomendasi mengenai jenis Extinguisher dan jenis
• Bagian V: Data Reaktivitas (Reactivity Data)
Bagian ini menunjukkan informasi tentang bahan kimia lain
yang bereaksi dengan bahan ini yang dapat menimbulkan
bahaya. Begitu juga jika terjadi reaksi dekomposisi.
• Bagian VI: Bahaya bagi Kesehatan (Health Hazard)
 Bahaya akut yang dapat ditimbulkan, batasan serta akibat
yang dapat diderita harus dicantumkan. Juga ditambahkan
kegiatan medis yang harus dilakukan untuk mengurangi
akibatnya. Bahaya-bahaya khusus seperti : carcinogens,
corrosives, toxins, irritants, sensitizers, mutagens, teratogens,
dan efek terhadap organ (seperti liver, system saraf, darah,
reproduksi, kulit, mata, paru-paru, dll.).
 Ada tiga jalur bahan kimia masuk ketubuh: pernafasan,
kulit, dan mulut.
 Dicantumkan pula standard bahaya serta level berdasarkan
peraturan/perundangan yang berlaku, dan batas standard lain
yang direkomendasikan.
• Bagian VII. Petunjuk untuk pengelolaan dan
penggunaan secara aman (Precautions for Safe
Handling and Use)
Rekomendasi dari institusi kesehatan mengenai
peringatan dan prosedur dalam perbaikan alat serta
saat pembersihan jika terjadi tumpahan. Dapat pula
dicantumkan cara pengelolaan limbahnya atau
peraturan daerah yang ada.
• Bagian VIII. Kontrol (Control Measures)
Pada section ini terdiri dari engineering control,
prosedur penangan secaraaman, serta alat pencegahan
Informasi ini menjelaskan penggunaan goggles,
gloves, bodysuits, respirators, and face shields dalam
penanganan bahan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai