Anda di halaman 1dari 4

KOMUNIKASI BAHAYA

A. Pengertian Pada bab sebelumnya telah diuraikan berbagai potensi bahaya yang
terdapat dalamindustri dan metode pengukurannya. Setelah selesai melakukan
identifikasi hazard(riskassessment) maka hasil identifikasi tersebut harus
dikomunikasikan. Sebagus apapunhasil identifikasi hazard, maka upaya pengendalian
tidak akan berhasil jika tidak dikomunikasikankepada seluruh tenaga kerja dan pihak-
pihak terkait. Agar berhasil optimal, dalamkomunikasi hazard ini ahli higene industri
perlu mempertimbangkan potensi bahaya yangada, tingkat pengetahuan dan
kompetensi tenaga kerja, metode komunikasi yang efektif sertapanduan nasional atau
internasional. Komunikasi bahaya atau populer dengan istilah HazCom (hazard
communication) itusendiri menurut Spellman (2006) adalah suatu metode untuk
menginformasikanataumenunjukkan bahwa suatu bahan atau area kerja mengandung
jenis bahaya tertentu. Dengan adanya petunjuk ini maka setiap orang yang akan
melakukan pekerjaandenganbahan berbahaya tersebut atau akan bekerja di area
berbahaya tersebut dapat mengantisipasi dan melakukan tindakan pencegahan
sehingga tidak terpapar. Di indonesia, menurut UU no. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1
telah disyaratkanbahwasetiap pengusaha wajib mengkomunikasikan bahaya di tempat
kerja kepada seluruhtenagakerja. Komunikasi ini mencakup : a) Kondisi-kondisi dan
bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja; b) Semua pengamanan dan
alat-alat perlindungan yang diharuskandalam tempat kerja; c) Alat-alat perlindungan
diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; dand)Cara-cara dan sikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya. Lebih jauh di syaratkanjuga dalam standar sistem
manajemen K3 (OHSAS 18001), klausul 4.4.2 selain apayangdisyaratkan di UU
no.1/1970, juga komunikasi ini mencakup awareness atau kesadarandari pekerja
terhadap kebijakan K3 perusahaan dan konsekuensi jika tidak menjalankan
prosedurkerja yang ada termasuk apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.

B. Pentingnya komunikasi bahaya


Menurut OSHA (2009) inti dari komunikasi bahaya adalah peringatan.
Penggunaanberbagai macam produk kimia baik untuk rumah tangga maupun untuk
industri yangsemakinmeningkat, sementara itu pengetahuan dan keterampilan
masyarakat untuk membedakanbahan yang aman atau bahan yang berbahaya masih
terbatas. Untuk itu diperlukankomunikasi bahaya sehingga dampak yang merugikan
dari penggunaan berbagai bahankimiatersebut dapat dihindari. Di tempat kerja,
komunikasi bahaya memastikan bahwa pekerjayang mungkin terkena bahan kimia
berbahaya tahu tentang bahaya bahan kimiadanmemahami bagaimana untuk
melindungi diri dari paparan. Komunikasi bahayajugamencakup berbagai prosedur
kerja dan tempat-tempat yang dapat membahayakantenagakerja. Bahan kimia dapat
membahayakan secara fisik maksudnya bahan kimia tersebut bersifat tidak stabil, jika
tidak ditangani dengan baik dan benar dapat menimbulkanledakanatau kebakaran.
Bahan kimia yang secara fisik membahayakan mempunyai karakteristik: cairan
mudah terbakar, gas bertekanan, mudah meledak, mudah terbakar, raktif terhadapair,
dapat menyebabkan bahan lain mudah terbakar dan dapat menyala spontan di udara.
Bahan kimia yang membahayakan kesehatan dapat merusak jaringan tubuh
manusiayang terkena, organ-organ vital, atau sistem internal. Umumnya, semakin
tinggi toksisitasbahan kimia semakin tinggi pula efek kerusakan yang ditimbulkan.
Efek kerusakanyangditimbulkan bervariasi dari efek sementara sampai efek
permanen, hal ini tergantungdari dosisnya, toksisitas, dan durasi paparan bahan kimia.
Efek kesehatan dari paparanbahankimia berbahaya dapat berdurasi pendek, segera dan
sering muncul (efek akut) ataugejalapersisten yang biasanya muncul setelah lama
paparan (efek kronis). Efek terhadap kesehatandapat diklasifikasikan berdasarkan
bagaimana bahan kimia tersebut mempengaruhi jaringan, organ vital, atau sistem
internal : zat karsinogenik dapat menyebabkan kanker, zat korosifdapat merusak
jaringan, agen hematopoetik dapat menyebabkan kerusakan systemdarah, agen
hepatotoksin dapat menyebabkan kerusakan hati, zat iritan dapat
menyebabkanperadangan pada jaringan, zat yang dapat menyebabkan kerusakan
nepronginjal (nerpotoksin), zat yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan syaraf
(neurotoksin), zat yangdapat menyebabkan kerusakan system reproduksi, endokrin
dan reaksi alergi.

C. Proses komunikasi
bahaya Komunikasi bahaya dimulai ketika produsen bahan kimia dan importir
mengevaluasi produk mereka untuk menentukan bahaya dari masing-masing produk
kimianya. Selanjutnya, mereka mempersiapkan lembar/data keselamatan bahan atau
dikenal dengan singkatanMSDS (material safety data sheet). Sebuah MSDS
mencakup informasi rinci tentangprodukbahaya. Produsen dan importir harus
mencantumkan MSDS dan label peringatandenganmasing-masing wadah produk yang
mereka mengirim ke pelanggan. Bagian dari proses kerjayang mungkin
membahayakan tenaga kerja juga harus dituliskan dalamrencana komunikasi bahaya.
Rencana yang sudah disusun harus mencerminkan hasil identifikasi bahaya di tempat
kerja, dan menjelaskan bagaimana cara penggunaan MSDS, tanda-tanda
peringatanbahaya, pelatihan-pelatihan untuk penanganan berbagai bahan kimia serta
metode menghindari paparan

D. Metode Komunikasi
Terdapat beberapa metode komunikasi bahaya, antara lain : 1. Melalui lisan,
misalnya melalui pelatihan-pelatihan 2. Memalui tulisan, misalnya melalui MSDS
atau poster 3. Melalui visual, misalnya melalui pemasangan label, tanda bahaya serta
rambu-rambubahaya
Simbol bahaya di tempat kerja
Warna keselamatan dan maknanya

Anda mungkin juga menyukai