Insiden Keselamatan Pasien PDF
Insiden Keselamatan Pasien PDF
SKRIPSI
OLEH:
FITRI HANDAYANI
1112101000002
ABSTRAK
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Penerapan program keselamatan pasien di
Rumah Sakit Al-Islam Bandung telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Namun,
berdasarkan laporan insiden keselamatan pasien (IKP) Komite Keselamatan
Pasien tercatat pada tahun 2013 terdapat sebanyak 108 insiden yang di antaranya
terdiri dari 18 kasus KTD, 16 kasus KNC, dan 72 kasus KTC. Tahun 2014 tercatat
sebanyak 129 insiden yang di antaranya terdiri dari 9 kasus KTD, 23 kasus KNC,
dan 96 kasus KTC. Tahun 2015 tercatat sebanyak 105 insiden yang di antaranya
terdiri dari 28 kasus KTD, 8 kasus KNC, dan 66 kasus KTC.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran IKP pada perawat
berdasarkan umur, pengetahuan, stres, kelelahan, komunikasi, implementasi SOP,
kerjasama tim, dan gangguan atau interupsi di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
Islam Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan sampel sebanyak 76 perawat dan pengumpulan data
dilakukan melalui kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian, perawat yang pernah melakukan IKP sebesar
39,5%. Perawat berusia ≤ 30 tahun sebesar 51,2%, pengetahuan kurang sebesar
89,5%, stres tinggi sebesar 78,6%, kelelahan tinggi 55,2%, persepsi kurang
terhadap implementasi SOP sebesar 65,2%, kerjasama tim kurang baik sebesar
68,4% cenderung pernah melakukan IKP. Sedangkan, perawat yang memiliki
komunikasi efektif sebesar 71,7% dan gangguan atau interupsi rendah sebesar
70,8% cenderung tidak pernah melakukan IKP.
Untuk mengantisipasi terjadinya IKP pada perawat, rumah sakit sebaiknya
dapat meningkatkan faktor – faktor yang berperan dalam insiden keselamatan
pasien terutama pada perawat yang berusia ≤ 30 tahun, pengetahuan, stres,
kelelahan, persepsi terhadap implementasi SOP, dan kerjasama tim.
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HEALTH SERVICE MANAGEMENT
Undergraduated Thesis, April 2017
ABSTRACT
Hospital patient safety is a system where hospitals make patient care safer.
Application of patient safety programs in the hospital Al-Islam Bandung has been
ongoing since 2010. However, patient safety incidents reported by Patients Safety
Committe recorded in 2013 were 108 incidents of which 72 cases KTC, 18 cases
KTD, and 16 cases of KNC. In 2014, there were 129 incidents of which 96 cases
KTC, 23 cases of KNC, and 9 cases KTD. In 2015, there were 105 incidents of
which 66 cases KTC, 28 cases KTD, and 8 cases KNC.
This study aims to description of patient safety incidents by nurses based
of individual characteristics which include age, knowledge, stress and fatigue,
organizational characteristics which consists of communication and
implementation of SOP, teamwork, and disturbance/interruptions at Unit Inpatient
of Al-Islam Bandung Hospital. The study design used in this research is
descriptive research with cross sectional approach. The study population was all
nurses in Inpatient Unit of Al-Islam Bandung Hospital. How sampling collected
using purposive sampling with a sample of 76 nurses and data collected through
questionnaires.
The results showed that were as much as 39,5% of nurses who had
conducted patient safety incidents in Inpatient Unit of Al-Islam Bandung
Hospital. Nurses age of < 30 years 51,2%, lack of knowledge 89,5%, high stress
78,6%, high fatigue 55,2%, lack of perception of the SOP 65,2%, lack of
teamwork 71,7% of nurses who had conducted patient safety incidents. While
nurses have effevtive communication 71,7% and low disturbance/interruptions
70,8% of nurses who hadn’t conducted patient safety incidents.
To prevent the occurrence of patient safety incidents, the hospital should
be able to improve determinan of patient safety incidents, specifially to nurses
age of < 30 years, knowledge, stress, fatigue, lack of perception of the SOP, and
teamwork.
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitias Pribadi
Alamat : Jalan R. A. Kosasih Ciaul Gang Mahmud RT. 003 RW. 005
No. 52, Kelurahan Citamiang, Kecamatan Cikole, Kota
Sukabumi, Jawa Barat
Agama : Islam
Telepon : 085720008912
Email : kesmas.fitri@gmail.com
Riwayat Pendidikan
vi
KATA PENGANTAR
Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada Periode 2012-
2016” dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan pada
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
dan Keluarga, Nurdin Sayid Firdaus, untuk segala do’a, dorongan semangat,
dukungan moril dan materil, perhatian, serta kasih sayang yang tiada henti
kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph. D., selaku Kepala Program Studi
4. Ibu Lilis Muchlisoh, SKM, MKM., selaku Pembimbing Skripsi yang telah
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS., Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK., dan Ibu
Puput Oktamianti, SKM, MM., selaku Penguji Sidang Skripsi yang telah
Bandung.
8. dr. Rita Herawati, Sp. PK, M. Kes. selaku Kepala Komite Mutu dan
skripsi.
10. Seluruh perawat di unit rawat inap yang telah bersedia untuk bekerja sama
Bandung.
viii
11. Sahabat terbaik, Eka Putri Hanifah, S. Pd. yang selalu mendengarkan keluh
menyelesaikan skripsi.
12. Hipni Solehudin, S. Ked., dan Keluarga “REKISHI”, Rizki Ananda Prawira
perkuliahan.
14. Bi Ade dan Keluarga Bandung, Mbak Laily Rachmayanti, dan Keluarga
15. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu penulis dalam
kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Terakhir penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin ya
rabal ‘alamin.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................ iv
D. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum....................................................................................................... 8
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 10
1. Populasi .............................................................................................................. 62
2. Sampel ................................................................................................................ 63
3. Kriteria Sampel................................................................................................... 65
xi
2. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 66
1. Usia ..................................................................................................................... 90
2. Pengetahuan ........................................................................................................ 91
3. Stres.. ................................................................................................................... 93
4. Kelelahan............................................................................................................. 95
1. Komunikasi ......................................................................................................... 96
Sifat Dasar Pekerjaan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung ....... 101
xii
2. Gangguan atau Interupsi yang Dialami oleh Perawat ....................................... 103
B. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
4. Kelelahan........................................................................................................... 129
Pekerjaan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung .......................... 141
LAMPIRAN ...................................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Islam Bandung
xiv
No. Nama Tabel Halaman
Tabel
Islam Bandung
Bandung
Islam Bandung
xv
No. Nama Tabel Halaman
Tabel
Bandung
Al-Islam Bandung
xvi
DAFTAR BAGAN
No.
Nama Bagan Halaman
Bagan
xvii
DAFTAR GRAFIK
No.
Nama Grafik Halaman
Grafik
Periode 2012-2016
xviii
DAFTAR GAMBAR
No.
Nama Gambar Halaman
Gambar
et al., 2008)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
DAFTAR ISTILAH
Nama Singkatan Kepanjangan
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang di dalamnya terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non
memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman. Resiko pasien tidak aman di
rumah sakit bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan terhadap siapa saja. Hal
memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien
sangat penting dalam bidang kesehatan terutama dalam pelayanan rumah sakit
(Sofyan, 2010).
1
Dampak lain yang dapat terjadi menurut Apriningsih (2013) adalah
menyalahkan, konflik antara petugas dan pasien, tuntutan dan proses hukum,
blow up media massa, dapat menurunkan citra dari sebuah rumah sakit, serta
rumah sakit dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan
Colorado, serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan Kejadian Tidak
New York ditemukan KTD sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%.
Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang
berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 - 98.000 per tahun. Publikasi
2
WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka – angka penelitian di rumah
ditemukan KTD dengan rentang 3,2% - 16,6%. Dengan data – data tersebut,
tahun 2008 sebanyak 61 laporan, tahun 2009 sebanyak 114 laporan, tahun 2010
sebanyak 103 laporan, dan tahun 2011 sebanyak 34 laporan. Total keseluruhan
laporan dari tahun 2007 – triwulan I tahun 2011 sebanyak 457 laporan insiden
keselamatan pasien yang terjadi di rumah sakit yang ada di Indonesia (KKPRS,
yakni sebesar 47,6%. Angka tersebut jelas lebih tinggi jika dibandingkan
dengan KTD yang hanya sebesar 46,2% (KKPRS, 2008). Data – data yang
di unit farmasi, dan 4,12% oleh dokter. Hal tersebut disebabkan karena ruang
pasien, maka risiko untuk terjadi kesalahan ataupun insiden keselamatan pasien
sangat besar.
3
Menurut Cahyono (2015), tenaga perawat merupakan tenaga profesional
yang berperan penting dalam fungsi rumah sakit. Hal tersebut didasarkan atas
jumlah tenaga perawat yang memiliki porsi terbesar, yakni 40% - 60% di
dalam pelayanan rumah sakit karena perawat merupakan staf yang memiliki
bagian dari suatu tim yang didalamnya terdapat profesional lain, salah satunya
yakni dokter. Luasnya peran perawat memungkinkan lebih besar terjadi risiko
dan lingkungan.
terjadinya insiden keselamatan pasien dikemukakan pula oleh Cooper & Clarke
pada tahun 2003 yakni stres di tempat kerja (WHO, 2009). Mattox (2012) juga
4
berpendapat bahwa kelelahan perawat merupakan faktor yang dapat
disebabkan karena komunikasi dan kerjasama tim yang buruk. Begitu pula
penyebab insiden keselamatan pasien sebesar 19,58% berasal dari tim kerja
yang kurang.
Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) tahun 2003 juga
pasien adalah masalah sumber daya manusia dalam pelaksanaan alur kerja atau
prosedur yang tidak adekuat. Begitu pula laporan KKPRS tahun 2011
rumah sakit ada beberapa aspek yang harus dibangun, salah satunya adalah
swasta tipe B yang telah menerapkan program keselamatan pasien sejak tahun
2010. Dalam PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
0% atau 100% tidak terjadi di rumah sakit. Namun, insiden keselamatan pasien
di Rumah Sakit Al-Islam Bandung masih terjadi. Hal ini didasarkan atas
5
laporan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Al-Islam Bandung, yakni
pada tahun 2013 terdapat sebanyak 108 insiden yang terdiri dari 18 KTD, 16
KNC, dan 72 Kejadian Tidak Cidera (KTC). Tahun 2014 terdapat sebanyak
129 insiden yang terdiri dari 9 KTD, 23 KNC, dan 96 KTC. Tahun 2015
terdapat sebanyak 105 insiden yang terdiri dari 28 KTD, 8 KNC, dan 66 KTC.
rawat inap.
Atas dasar tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Organisasi, dan Sifat Dasar Pekerjaan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
B. Rumusan Masalah
meningkatkan mutu dan citra rumah sakit. Fokus tentang keselamatan pasien
adalah adanya kejadian terkait insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Al-
Islam Bandung sehingga standar yang ditetapkan dalam Permenkes No. 129
tahun 2008 belum dapat terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa perawat dalam
6
memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien di unit rawat inap
C. Pertanyaan Penelitian
interupsi yang dialami oleh perawat) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
Islam Bandung?
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
gangguan atau interupsi yang dialami oleh perawat) di Unit Rawat Inap
E. Manfaat Penelitian
8
keselamatan pasien diharapkan pula dapat meningkatkan kepercayaan
sifat dasar pekerjaan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada
menunjukkan tidak tercapainya salah satu target SPM Rumah Sakit dalam
PMK No. 129 tahun 2008 pada poin keselamatan pasien. Penelitian ini
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien bukan sebuah pilihan akan
tetapi merupakan hak pasien untuk pecaya pada pelayanan yang diberikan
adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien adalah
pasien bebas dari cedera (harm) yang tidak seharusnya terjadi atau bebas
dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial,
kesehatan.
Dalam PMK RI No. 1691 tahun 2011, keselamatan pasien rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
seharusnya dilakukan.
10
2. Tujuan Program Keselamatan Pasien
11
c. Standar III: Jaminan keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
pasien
12
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
keselamatan pasien
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan
faktor – faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan tujuh
13
langkah keselamatan pasien rumah sakit. Menurut Depkes (2006), tujuh
b. Pimpin dan dukung staf. Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan
potensial bermasalah.
Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, rumah sakit dan tenaga kesehatan
14
membentuk TKPRS yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai
dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah
sasaran ini mengacu kepada Nine Life – Saving Patient Safety Solutions dari
15
WHO (2007) yang digunakan juga oleh KKPRS PERSI, dan dari The Joint
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Enam
akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir,
16
gelang identitas pasien dengan barcode, dan lain – lain. Nomor kamar
lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit
gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma
darah.
tindakan/prosedur.
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien sehingga akan
17
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
(read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
18
4) Kebijakan dan/atau prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
Medications)
pasien. Obat – obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
atau Look Alike Sound Alike/ LASA). Obat – obatan yang sering
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%,
dan magnesium sulfat sama dengan 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini
bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang
19
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
serta pemberian label secara benar pada elektrolit yang benar dan
untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati – hati.
elektrolit konsentrat.
diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted).
20
Safety (2009), juga The Joint Commitions Universal Protocol for
Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien pada operasi adalah
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
atas satu tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara
konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator atau orang yang
multiple struktur (jari tangan, jari kaki lesi), atau multiple level (tulang
21
2) Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan yang tersedia, diberi label dengan baik dan
dipampang.
checklist.
penandaan.
22
prosedur, tepat – pasien operasi, termasuk prosedur medis dan dental
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi – infeksi lain adalah
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Rumah sakit mempunyai proses
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain
pelayanan kesehatan.
23
f. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi obat, gaya jalan dan
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak
diharapkan.
sakit.
Dalam PMK No. 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien adalah
setiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan kondisi yang
24
pasien. Menurut Depkes (2008), insiden keselamatan pasien juga merupakan
yang dapat dicegah (preventable adverse event) dan ada yang tidak dapat
dari kesalahan proses asuhan pasien. KTD sebagai dampak dari kesalahan
proses asuhan sudah banyak dilaporkan terutama di negara maju. KTD yang
tidak dapat dicegah adalah suatu kesalahan akibat komplikasi yang tidak
dapat dicegah.
disease) atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
reaksi dari pengobatan atau obat – obat yang diberikan, 42% adalah kejadian
25
didapat di poliklinik, 10% - 30% merupakan kesalahan hasil laboratorium.
dibandingkan dengan KTD, frekuensi kejadian ini tujuh sampai seratus kali
dibandingkan dengan KTD. Bentuk KNC yang dilaporkan oleh Shaw et al.
tahun 2005 dari total insiden sebanyak 28.998 kasus yang dilaporkan
terkait manajemen obat, (8%) insiden terkait sumber dan fasilitas, dan (7%)
dapat dibuat sehingga cedera aktual tidak terjadi. Pada sebagian besar kasus
KNC dapat memberi dampak pada pembuatan model penyebab dari insiden
26
kekuatan dari sistem pelayanan kesehatan, yaitu tidak ada perencanaan atau
suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan
obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan
didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali insiden terjadi. Faktor
penyebab KNC sulit didapatkan jika tidak didukung oleh dokumentasi yang
27
terjadi, dan memberi penguatan pada model pemecahan masalah yang
keselamatan pasien, analisis, dan solusi untuk pembelajaran (PMK No. 1691
tahun 2011).
Menurut KKPRS (2008), KTD dan KNC sangat rentan terjadi di rumah
sakit. Pada tahun 2005, WHO menyebutkan kecelakaan yang terjadi di rumah
analisis. Sistem pelaporan ini dipastikan akan mengajak semua orang dalam
28
organisasi kesehatan untuk peduli akan bahaya atau potensi bahaya yang dapat
seluruh karyawan.
3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
4. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama
laporan.
29
pembelajaran, sistem pelaporan yang bersifat rahasia, dijamin keamanannya,
dibuat anonim, dan tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak.
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
masalah.
b. KKPRS (Ekternal)
30
Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di
1. Pelaporan Internal
laporan insiden pada akhir jam kerja/shift yang ditujukan kepada atasan
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
maksimal 1 minggu.
maksimal 2 minggu.
31
3) Grade kuning: Investigasi komprehensif/ analisis akar masalah /RCA
masalah/ RCA.
masing - masing.
2. Pelaporan Eksternal
32
RS ke KKP-RS nasional dengan mengisi formulir laporan insiden
keselamatan pasien.
faktor yang sistemik, artinya tidak hanya berasal dari kinerja seorang perawat,
dokter, atau tenaga kesehatan lain menurut Sanders, 1993 dalam Kohn (2000).
Laporan tersebut juga memberi perhatian pada faktor komunitas manusia yang
diperlukan kecuali beberapa faktor yang tidak sesuai. Kekurangan pada faktor
– faktor tersebut terlihat pada sistem, telah lama ada sebelum terjadi suatu
insiden. Yang menjadi poin penting adalah pada pemahaman bahwa, ada
kebutuhan untuk menyadari dan memahami fungsi dari banyaknya sistem yang
bagaimana kebijakan, serta tindakan yang diambil pada suatu bagian (dalam
sistem tersebut) akan berdampak pada keamanan, kualitas, dan efisiensi pada
sistem bagian lainnya (Kohn, 2000). Adanya laporan tersebut berdampak pada
33
seluruh dunia untuk mengatasi masalah insiden keselamatan pasien yang sering
faktor. salah satunya yakni WHO tahun 2009 mengembangkan empat kategori
bahwa setiap sistem secara sempurna dirancang untuk meraih hasil yang
34
Tabel 2.2 Faktor Model Sistem yang Berkontribusi dalam Insiden
Keselamatan Pasien (Henriksen et al., 2008)
No Penulis Faktor Pada Model Sistem
1 Henriksen et al., 1993 1. Karakteristik individu
2. Sifat dasar pekerjaan
3. Interaksi antara sistem dan manusia
4. Lingkungan fisik
5. Lingkungan sosial/organisasi
6. Manajemen
7. Lingkungan Eksternal
2 Vincent, 1998 1. Karakteristik pasien
2. Faktor pekerjaan
3. Faktor individu
4. Lingkungan kerja
5. Faktor manajemen dan organisasi
3 Carayon, 2000 1. Manusia (disiplin ilmu)
2. Teknologi dan perangkat
3. Lingkungan fisik
4. Target organisasi
5. Proses pelayanan
Terdiri dari berbagai bagian sistem yang saling bertautan. Pendekatan sistem
secara fisik dan budaya. Sebagai contoh, yakni bagaimana pengaturan unit,
teknis, kurangnya kebijakan dan prosedur, komunikasi antar tim, dan isu dalam
aman dan berkualitas. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka akan
35
Menurut Carayon (2003), tipe error dan bahaya dapat terklarifikasi
4. Technical failure, yaitu kegagalan secara tidak langsung dari fasilitas atau
sumberdaya eksternal.
pengetahuan di rumah sakit, alur kerja, kegagalan teknis, serta kebijakan dan
terjadinya insiden keselamatan pasien adalah faktor eksternal atau luar rumah
kerjasama tim, faktor petugas dan kinerja, faktor tugas, faktor pasien, dan
faktor komunikasi.
terdapat dalam sebuah sistem perlu dipahami tentang dasar terjadinya insiden
keselamatan pasien. Setiap faktor saling berinteraksi satu sama lain. Ketika
36
komponen – komponen tersebut berfungsi secara bersamaan akan terbentuk
bergerak terpisah, maka hal itulah yang menjadi kekurangan sistem sehingga
adanya insiden keselamatan pasien (Henriksen et al, 2008). Gambar 2.1 juga
37
Eksternal Environment
Knowledge Base New Technology Economic Pressure Public Awareness
Demographics Government intiatives Healthcare Policy Political climate
Management
Patient load Organizational Accessibility of Personnel
Staffing Empluyee Development
Structure
Leadership Involvement
Latent Condition
Individual Characteristics
Knowlwdgw/Skill Fatique
Experience Motivation
Sensory Capability Cultural Competency
Active Errors
Acceptable
Performance
Sub-Standard
Performance
38
Faktor yang berkontribusi dalam insiden keselamatan pasien yang
disampaikan oleh Henriksen et al. (2008) dan WHO (2009) dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Karakteristik Perawat
a. Usia
dalam bekerja.
cepat bosan, kurang tanggung jawab, dan turn over tinggi. Staf dengan
usia lebih tua kondisi fisiknya kurang tetapi bekerja lebih ulet, tanggung
tahun memiliki risiko asuhan keperawatan yang tidak aman, sehingga hal
39
terjadinya insiden keselamatan pasien semakin kecil. Perawat dengan
usia yang lebih dewasa atau tua memiliki kematangan dalam berpikir dan
kunjungan rawat yang dilakukan pada klien. Usia berkaitan erat dengan
b. Pengetahuan
di rumah sakit ada beberapa aspek yang harus dibangun, salah satunya
keselamatan pasien.
40
Berdasarkan Laporan FDA Safety tahun pada 2001
tahun 2003 bahwa tipe error dan bahaya diklarifikasikan menjadi tiga,
pasien.
41
baik sehingga melakukan kesalahan yang dapat menyebabkan insiden
keselamatan pasien.
suatu hal yang penting khususnya dalam konteks keselamatan pasien. Hal
perawat. Pada intinya, pengetahuan yang baik dapat menjadi tolak ukur
dari suatu pelaksanaan, maka pelaksanaan yang baik dan benar harus
42
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat. Lubis (2007)
tindakan tidak aman yang menjadi salah satu pemicu terjadinya insiden
keselamatan pasien.
a) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
pelaporan insiden.
43
c. Stres
2014).
perawat dalam menangani pasien, serta situasi pekerjaan dan beban kerja
kondisi ini terjadi karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab
44
penelitiannya mengungkapkan bahwa pekerjaan perawat memiliki
karakteristik cukup sulit karena tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi.
ketat dan harus siap kerja setiap saat, serta 6) tekanan – tekanan dari
Indonesia (PPNI) pada tahun 2006, sekitar 50,9% perawat rumah sakit
lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita
yang mengalami stres kerja yang tinggi tidak dapat menunjukkan kinerja
kesehatan fisik muncul dalam bentuk, yakni sakit kepala, sakit punggung
45
mempengaruhi konsentrasi dan kinerja dari perawat itu sendiri sehingga
yang dialami. WHO tahun 2009 menyatakan bahwa stres dapat dicegah
dan mengelola gejala), dan tersier (meliputi: efek stres yang dapat
tim atau individu yang mungkin terkena situasi stres tinggi (WHO,
2009).
d. Kelelahan
46
mengakibatkan medical error. Lingkungan kerja dan pekerjaan perawat
dapat ditimbulkan dari pengaturan shif kerja, jam kerja, rotasi, lama
meningkatnya rasa kantuk, tertidur pada saat bekerja, dan pada tingkat
2. Karakteristik Organisasi
a. Komunikasi
47
sama antara pemberi informasi dan penerima informasi. Menurut
terjadi dalam pola dua arah, dari pimpinan ke personel garis depan dan
48
perawatan pasien dapat berisiko terjadinya kesalahan ketika informasi
dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel yaitu
49
karena masih ada perawat ataupun petugas kesehatan junior yang segan
untuk berbicara langsung kepada atasannya, serta masih ada sekat status
keduanya.
feedback yang baik harus terus ditingkatkan dengan rasa saling percaya
dan no blame culture, artinya bila staf melakukan kesalahan staf lainnya
tidak menilai sebelah mata atas kesalahan yang telah dilakukan oleh staf
tersebut dan memberikan umpan balik kepada staf yang telah melapor.
Apabila staf melaporkan setiap kesalahan, maka tidak berarti staf tersebut
50
elemen staf tidak takut untuk melaporkan kejadian. Ketika sistem
terstandarisasi.
perawat yang bertugas. Interaksi antara blunt and sharp end seharusnya
demikian, peran perawat sebagai sisi tajam dari pelayanan sangat besar,
51
standar praktik keperawatan. Jika hal ini dilanggar, cedera pada pasien
a. Kerjasama Tim
52
dalam keselamatan pasien salah satunya yakni kerjasama tim. Cahyono
Menurut Bower et al. (2003) dalam WHO (2009), kerja tim yang
53
mengungkapkan bahwa kerjasama tim sangat dibutuhkan antar tim medis
aktivitas atau kegiatan lain diluar tugas dan tanggung jawabnya yang
oleh faktor sifat dasar pekerjaan yang meliputi: gangguan atau interupsi
selama bekerja, beban kerja, dan alur kerja atau proses kerja.
pada teori yang dikemukakan oleh Henriksen et al. (2008) dan WHO (2009)
54
Faktor – faktor yang berkontribusi dalam insiden keselamatan
pasien:
Karakteristik Individu:
Usia1, Pengetahuan1, Kelelahan1,2, Keterampilan1, Kapabilitas
Sensori dan Memori1, Training dan Edukasi1, Tingkat
Pendidikan1, Pengalaman Kerja1, Motivasi1, Stres2, Kewaspadaan
Situasi2, Pengambilan Keputusan2
Karakteristik Organisasi:
Lingkungan Organisasi1, Komunikasi1,2, SOP1, Kekuasaan dan
Kepemimpinan1,2, Insiden Keselamatan
Karakteristik Sifat Dasar Pekerjaan:
Pasien
Gangguan atau Interupsi1, Kerjasama1,2, Alur Kerja1, Beban
Kerja1, Kompleksitas Kerja1
Karakteristik Manajemen:
Struktur Organisasi1, Budaya Safety1,2, Staffing1, Supervisor2
Karakteristik Lingkungan Eksternal:
Kebijakan Kesehatan1, Demografi1
Karakteristik Lingkungan Fisik:
Desain Tempat dan Peralatan Kerja1, Suhu1, Kebisingan1,
Pencahayaan1, Lingkungan Kerja dan Bahaya2
Karakteristik Interaksi Sistem dan Manusia:
Sistem1, Peralatan1, Teknologi Informasi1.
55
BAB III
A. Kerangka Konsep
tinjauan pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, pada penelitian ini peneliti
mengacu pada Teori Henriksen et al. (2008) dan WHO (2009). Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi variabel yang diteliti yakni difokuskan pada
dasar pekerjaan yang terdiri dari kerjasa tim dan gangguan atau interupsi yang
dialami oleh perawat di Unit Rawat Inap di Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni berdasarkan teori yang
dikemukan oleh Henriksen et al. (2008) dan WHO (2009) mengenai faktor –
faktor yang memiliki peranan yang sangat besar terhadap insiden keselamatan
masing keempat faktor tersebut memiliki sub faktor yang terdiri atas sepuluh
56
sub faktor. Sedangkan berdasarkan Henriksen et al. (2008) mengemukakan
faktor yang berkontribusi dalam insiden keselamatan pasien dimulai dari akar
ini berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyana (2013) dan
Sedangkan untuk variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini yakni
pengambilan data.
57
Karakteritik Individu Perawat:
- Usia
- Pengetahuan
- Stres
- Kelelahan
Karakteristik Organisasi:
Insiden Keselamatan Pasien
- Komunikasi
(KTD, KNC, KTC)
- Implementasi SOP
- Kerjasama Tim
58
B. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Cara Ukur Skala
1. Insiden Setiap kejadian atau situasi yang tidak Kuesioner 0. Pernah melakukan insiden Pengisian Ordinal
Keselamatan disengaja dan kondisi yang mengakibatkan keselamatan pasien baik Kuesioner
Pasien atau berpotensi mengakibatkan cedera yang KTD, KNC, dan KTC, jika
dapat dicegah pada pasien meliputi: perawat memilih jawaban
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yaitu “Jarang”, “Sering”, dan
kejadian yang berakibat cedera, Kejadian “Selalu” pada kueioner.
Nyaris Cidera (KNC) yaitu kejadian yang 1. Tidak pernah melakukan
berpotensi menimbulkan cedera, dan insiden keselamatan pasien
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yaitu kejadian baik KTD, KNC, dan KTC,
yang tidak menimbulkan cedera. jika perawat memilih
jawaban “Tidak Pernah”
pada kuesioner.
2. Usia Masa hidup perawat dihitung sejak tanggal Kuesioner 0. ≤ 30 tahun Pengisian Ordinal
kelahiran hingga ulang tahun terakhir pada 1. > 30 tahun Kuesioner
59
saat mengisi kuesioner. (Mulyana, 2013)
3. Pengetahuan Tingkat pengetahuan perawat terhadap Kuesioner 0. Pengetahuan kurang Pengisian Ordinal
konsep keselamatan pasien, pengertian, cara (apabila nilai median < 7) Kuesioner
pelaporan, dan tindakan yang bertujuan pada 1. Pengetahuan baik (apabila
keselamatan pasien. nilai median ≥ 7)
4. Stres Suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan Kuesioner 0. Stres tinggi (apabila nilai Pengisian Ordinal
fisik atau psikis perawat karena adanya median < 9) Kuesioner
tekanan dari dalam ataupun dari luar 1. Stres rendah (apabila nilai
sehingga dapat mengganggu pelaksanaan median ≥ 9)
kerja.
5. Kelelahan Suatu kondisi yang dialami oleh perawat Kuesioner 0. Kelelahan tinggi (apabila Pengisian Ordinal
yang disebabkan karena adanya beban kerja nilai median < 9 ) Kuesioner
berlebih dan jadwal kerja yang padat. 1. Kelelahan rendah (apabila
nilai median ≥ 9)
6. Komunikasi Suatu proses penyampaian pesan (informasi, Kuesioner 0. Komunikasi kurang efektif Pengisian Ordinal
ide, gagasan, pernyataan) dari staf (perawat) (apabila nilai median < 16) Kuesioner
tanpa rasa takut atau bebas mengungkapkan 1. Komunikasi efektif (apabila
pendapat, baik mengenai tindakan yang nilai median ≥ 16)
diputuskan maupun jika melihat sesuatu
60
yang berdampak negatif yang dapat
mempengaruhi pasien pada perawat di
Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
7. Implementasi Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Kuesioner 0. Implementasi SOP kurang Pengisian Ordinal
SOP (SOP) oleh perawat terkait dengan baik (apabila nilai median < Kuesioner
pelaporan insiden keselamatan pasien di 16)
Rumah Sakit Al-Islam Bandung. 1. Implementasi SOP baik
(apabila nilai median) ≥ 16)
8. Kerjasama Tim Kondisi dimana individu dalam satu unit Kuesioner 0. Kerjasama tim kurang baik Pengisian Ordinal
saling mendukung satu sama lain dan saling (apabila nilai median < 22) Kuesioner
membantu untuk memberikan perawatan 1. Kerjasama tim baik (apabila
terbaik bagi pasien pada perawat di RSAI nilai median ≥ 22)
Bandung.
9. Gangguan atau Adanya aktivitas atau kegiatan lain yang Kuesioner 0. Gangguan/interupsi tinggi Pengisian Ordinal
Interupsi dialami oleh perawat di unit kerja diluar (apabila nilai median < 9) Kuesioner
tugas dan tanggung jawab yang harus 1. Gangguan/interupsi rendah
dilakukan pada saat sedang memberikan (apabila nilai median ≥ 9)
pelayanan kesehatan kepada pasien atau
keluarga pasien.
61
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sectional karena peneliti ingin mengukur semua variabel pada waktu yang
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
1. Populasi
perawat yang bertugas di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung
62
2. Sampel
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi
Z21-α/2 P(1-P)N
n =
d2(N-1)+ Z21-α/2 P(1-P)
Keterangan : PQ
n = jumlah sampel yang dibutuhkan
N = jumlah populasi
Z 1-α/2 = tingkat kepercayaan sebesar 95% = 1,96
P = proporsi insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung sebesar 50% (0,5)
d = sampling error sebesar 10%
63
233,3772
= = 69,03 dibulatkan menjadi 69
2,42 + 0,9604
populasi sebesar 243 perawat, maka jumlah sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 69 perawat dan untuk menghindari adanya drop out,
dengan cara meminta persetujuan dari pihak rumah sakit. Kemudian peneliti
sedang bertugas pada saat shif pagi dan sift malam yang memenuhi kriteria
64
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Bandung
b. Kriteria Ekslusi
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data yang berasal dari
ini adalah jumlah respon dari setiap pertanyaan atau pernyataan pada
65
respon yang didapatkan adalah 49 dikali 76 responden yaitu 3.724 respon
kuesioner.
b. Data Sekunder
2. Instrumen Penelitian
digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang diisi oleh responden.
SOP, kerjasama tim, dan gangguan atau interupsi yang dialami oleh
skala likert yang ditujukan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
66
favorable dan pernyataan unfavorable. Untuk menjawab pernyataan
kepada 30 perawat yang bertugas di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
Firdaus, dan HCU. Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh
r tabel, dikatakan valid apabila nilai r hasil yang dilihat pada tabel
nilai Cronbach Alpha dengan nilai standar yaitu 0,6. Suatu variabel
dikatakan realibel atau dapat dipercaya apabila hasil yang dapat dilihat
67
c. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi variabel penelitian
sebagai berikut:
pada kuesioner.
2) Usia
68
Jawaban usia perawat kemudian dikategorikan menurut Mulyana
3) Pengetahuan
KKPRS (2008) ini karena aplikatif dan sesuai dengan kondisi rumah
sakit tempat penelitian dilakukan dan hal ini merupakan standar yang
4) Stres
69
fisiologis, dan perilaku untuk mengukur tingkat stres kerja yang
5) Kelelahan
unit tempat bekerja, adanya beban kerja, dan jadwal kerja perawat,
responden.
6) Komunikasi
Culture.
7) Implementasi SOP
70
8) Kerjasama Tim
untuk mengukur faktor kerjasama tim ini diambil dari kuesioner yang
Culture.
(2014).
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar – benar mengukur apa yang diukur. Menurut Hastono (2007), uji
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu kuesioner dikatakan valid
akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item
masing skor item pernyataan dari setiap variabel dengan total skor variabel
71
Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran
uji validitas berjumlah paling sedikit 20 orang agar diperoleh distribusi nilai
di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang bukan merupakan
dinyatakan valid apabila nilai r hasil yang dilihat pada tabel Corrected item
komputer lebih besar daripada nilai r tabel. Dari total 56 pernyataan atau
yang di uji validitas kepada perawat, sebanyak 7 kuesioner tidak valid dan
72
2. Uji Realibilitas
dengan nilai standar yaitu 0,6. Suatu variabel dikatakan realibel atau dapat
dipercaya apabila hasil yang dapat dilihat pada tabel Chronbach Alpha ≥
0,6, dan dikatakan tidak realibel apabila Chronbach Alpha < 0,6 (Hastono,
F. Pengolahan Data
yang benar dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan
73
setelah seluruh data yang diperlukan selesai dikumpulkan. Tahapan yang
1. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi
kode atau nilai pada jawaban dari setiap pernyataan dalam kuesioner.
pada kuesioner.
2. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat
dalam komputer, sehingga ketika terdapat data yang salah atau meragukan
3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu
74
5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah diinput kemudian
dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan,
dianalisis.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data univariat. Analisis
75
BAB V
HASIL PENELITIAN
pelayanannya.
Bandung merupakan salah satu amal usaha Ibu – Ibu Badan Kerja Sama
Yayasan Rumah Sakit Islam BKSWI Jawa Barat yang dibantu oleh berbagai
1. Visi:
2. Misi:
c. Melakukan kerjasama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya
76
e. Mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan sumber
3. Falsafah:
shaubishabri).
4. Motto:
Bandung
insiden sangat besar. Oleh karena itu, Rumah Sakit Al-Islam Bandung telah
dari pihak pengguna pelayanan. Demikian pula laporan insiden masih terjadi
baik yang dilaporkan oleh staf rumah sakit sendiri maupun laporan yang
didapat dari pihak pengguna pelayanan, serta tidak sedikit berujung pada
77
Budaya saling menyalahkan apabila terjadi insiden masih sering terjadi
baik medis, keperawatan, profesi lain, maupun non medis sebagai advisory
board dalam menjaga mutu pelayanan. Hal – hal tersebut dirasakan perlu
upaya lain dalam peningkatan mutu pelayanan yang lebih terstruktur dan
dan pada akhirnya akan berkembang suatu budaya karyawan yang memberikan
dari kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan profesi sehari – hari.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, salah satu upaya yang
(KKPRS) PERSI dan The Joint Comission International (JCI). Pada tahun
2011, Rumah Sakit Al-Islam Bandung telah terakreditasi lulus tingkat lengkap
(16 pelayanan). Kemudian pada tahun 2016, telah lulus paripurna dalam
penilaian Akreditasi Rumah Sakit Nasional Versi 2012. Hal tersebut dilakukan
sesuai dengan visinya untuk menjadi rumah sakit yang unggul, islami, dan
menangani keselamatan pasien rumah sakit. Komite tersebut yakni Sub Komite
Keselamatan Pasien yang berada dalam Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
78
(KMKP) yang telah ditetapkan oleh keputusan Direktur Rumah Sakit AI-Islam
Bandung pada tahun 2008. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
merupakan unit fungsional yang dipimpin seorang ketua yang diangkat oleh
rumah sakit. Pada bagan 5.1 merupakan struktur organisasi Komite Mjutu dan
DIREKTUR
KETUA
KOMITE MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
79
Rumah Sakit Al-Islam Bandung telah menerapkan sasaran keselamatan
pasien sejak tahun 2010 sebagai program kerja yang dilaksanakan oleh Sub
konsisten pada semua situasi dan lokasi. Identifikasi pasien adalah proses
bukti – bukti dari pasien agar sesuai dengan rekam medik pasien, sehingga
telah menggunakan minimal dua identitas pasien yaitu nama, tanggal lahir
dan nomor rekam medis. Petugas melakukan identifikasi pasien dengan cara
dilakukan sejak dari awal pasien masuk rumah sakit yaitu di perawatan IGD
(Instalasi Gawat Darurat) dan akan selalu dikonfirmasi dalam segala proses
80
darah, urin, dan cairan tubuh lainnya) dan sebelum pemberian tindakan atau
prosedur.
Bandung terdiri dari gelang identitas pasien, label identitas pasien, berkas
pelayanan, dan lembar resep pasien). Pada gelang identitas pasien dibedakan
antara jenis kelamin perempuan dan laki – laki. Gelang identitas pasien
warna merah muda untuk pasien perempuan dan warna biru untuk pasien
Tbak melalui telepon untuk staf yang menerima pesan harus menuliskan dan
81
membacakannya kembali kepada pemberi pesan (konfirmasi dan verifikasi
telah memiliki daftar obat NORUM (Nama Obat, Rupa, dan Ucapan Mirip)
NORUM. Obat high alert tidak berada diruang perawatan dan harus
dengan tempat terpisah dan dilakukan double kunci. Adapun obat high alert
yang disimpan di nurse station ditempatkan pada lemari secara terpisah dan
lemari dalam keadaan terkunci serta diberi label “Peringatan: High Alert
82
aman untuk mengurangi kejadian salah lokasi, prosedur dan pasien yang
akan menjalani suatu tindakan operasi. Upaya yang dilakukan yaitu dengan
efektif, dan site marking. Penerapan site marking dengan menuliskan “YA”
pada daerah yang akan dilakukan operasi dan mengisi lembar formulir
Untuk menjamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat, serta
pasien yang tepat baik sebelum, saat dan setelah menjalani operasi
menutup luka operasi dan meninggalkan kamar operasi) dan Check – Out
83
program kebersihan tangan (hand hygiene) yang menekankan pada
standar yang ditetapkan oleh WHO dengan five moments for hand hygiene.
Five Moments for Hand Hygiene adalah 5 momen krusial mencuci tangan
pasien.
tersedia di setiap westafel yang berada di area perawatan pasien dan area
atau alat yang terkontaminasi. Hal ini menunjukkan kepedulian yang tinggi
84
Petugas kesehatan telah diberikan sosialisai melalui klasikal
mencuci tangan yang terdiri dari 2 (dua) yaitu cuci tangan dengan
dekontaminasi tangan jika tangan tidak terlihat noda dan cuci tangan dengan
60 detik) bila tangan terlihat kotor atau cairan tubuh pasien. Adapun langkah
CIPUPUT yang artinya telapak tangan, punggung tangan, sela – sela jari
kemudian diputar putar. Berikut ini 6 (enam) langkah mencuci tangan yang
baik dan benar sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu:
2) Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya;
5) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya; dan
6) Gosok dengan memutar ujung jari – jari ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya.
85
fasilitas pendukung keselamatan pasien, seperti: menggunakan tempat tidur
yang memiliki penghalang sisi kanan dan kiri/bed plang, bel pasien,
penempatan furniture kamar pasien dan peralatan yang rapi dengan tidak
mengganggu mobilitas pasien, serta penanda pasien risiko jatuh yang terdiri
dari: label penanda risiko jatuh (warna kuning) pada gelang identitas pasien,
pemasangan sign net peringatan risiko jatuh pada tempat tidur pasien bagi
keluarga dan pengunjung serta tanda segitiga berwarna kuning pada pintu
kamar pasien sebagai peringatan bagi perawat bahwa di kamar tersebut ada
risiko jatuh baik pada pasien dewasa, pasien anak dan pasien ganggung
jiwa. Perawat yang bertugas akan melakukan pengkajian pada pasien risiko
jatuh saat awal pasien masuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan rawat
telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Al-Islam Bandung yaitu pada pasien
pasien anak dengan menggunakan Skala Humpty Dumpty Score dan pada
melingkari score.
86
Pada metode dengan menggunakan Skala Morse/Morse Fall Scale
(MFS) untuk pasien dewasa terbagi menjadi kategori risiko tinggi (skor
≥45), kategori risiko sedang (skor 25-44) dan kategori rendah (skore 0-24).
pasien anak terbagi menjadi kategori risiko tinggi (skore ≥12) dan kategori
risiko rendah (skor 7-11). Sedangkan pada metode dengan Skala Hendrich
untuk pasien lansia memiliki risiko jatuh apabila skor total ≥ 20). Bila
sedang diberikan penanda risiko jatuh pada gelang identitas, dan apabila
pasien masuk dalam kategori resiko tinggi selain diberikan penanda risiko
jatuh pada gelang identitas juga diberikan penanda khusus pada tempat tidur
resiko jatuh secara berkala sesuai hasil pengkajian risiko jatuh yang
dapat juga dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan kondisi fisik
atau status mental. Hasil asesssment ulang tersebut dituliskan pada formulir
identitas pasien dengan risiko jatuh sedang atau tinggi, pemasangan sign net
sebagai tanda risiko jatuh pada tempat tidur dan pemasangan tanda segitiga
87
C. Distribusi Frekuensi Insiden Keselamatan Pasien di Unit Rawat Inap
Cedera (KNC), dan Kejadian Tidak Cedera (KTC). Distribusi frekuensi insiden
Dari tabel 5.1 diatas, didapatkan dari 76 responden penelitian yang tidak
atau sebesar 60,5%, dan perawat yang pernah melakukan insiden keselamatan
88
Grfaik 5.1 Distribusi Pernyataan Perawat Berdasarkan KTD, KNC, KTC
di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada Periode 2012-
2016
Keterangan:
perawat atau sebesar 36,8% pernah melakukan Kejadian Tidak Cidera (KTC).
89
D. Distribusi Frekuensi Insiden Keselamatan Pasien Berdasarkan
Bandung
1. Usia
pasien pada perawat berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.3
yang berusia > 30 tahun adalah sebanyak 29 perawat atau sebesar 38,2%.
diketahui usia termuda di unit rawat inap adalah berusia 22 tahun dan
90
2. Pengetahuan
19 perawat atau sebesar 25%. Hasil tabulasi silang diketahui perawat yang
sebesar 89,5%.
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dapat dilihat pada tabel 5.4
91
Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Perawat Terkait Pengetahuan di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Jawaban
No Pertanyaan Total
Salah Benar
1 Sistem keselamatan pasien di rumah sakit 25 51 76
(32,9%) (67,1%) (100%)
2 Pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah 39 37 76
Sakit Al-Islam Bandung (51,3%) (48,7%) (100%)
3 Jenis insiden keselamatan pasien 10 66 76
(13,2%) (86,8%) (100%)
4 Waktu pelaporan setiap terjadi insiden harus 25 51 76
dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim (32,9%) (67,1%) (100%)
Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
5 Dua cara untuk mengidentifikasi seorang 13 63 76
pasien (17,1%) (82,9%) (100%)
6 Prinsip pemberian obat kepada pasien 17 59 76
(22,4%) (77,6%) (100%)
7 Prosedur mencuci tangan yang baik benar 6 70 76
sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO (7,9%) (92,1%) (100%)
8 Five moments for hand hygiene atau 5 moment 0 76 76
krusial mencuci tangan pada petugas kesehatan (100%) (100%)
untuk mengoptimalkan kebersihan tangan
disaat
9 Pengkajian resiko pasien jatuh 2 74 76
(2,6%) (97,4%) (100%)
dan 1 item pertanyaan yang dijawab benar oleh hampir seluruh perawat
92
pengkajian resiko pasien jatuh dengan form dilakukan pada saat pasien
32,9%, dan setiap terjadi insiden harus dilaporkan secara internal kepada
TKPRS (Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dalam waktu paling lambat
3. Stres
digolongkan kedalam dua kategori yaitu stres tinggi dan stres rendah.
stres di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dapat dilihat pada
tabel 5.5
93
Dari tabel 5.5, didapatkan dari 76 responden penelitian yang
perawat atau sebesar 18,4%. Hasil tabulasi silang diketahui perawat yang
perawat yang mengalami stres tinggi yaitu sebanyak 11 perawat atau sebesar
78,6%.
Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Perawat Terkait Stres di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Jawaban
No Pernyataan Total
STS TS S SS
1 Pimpinan dan rekan kerja saya 0 0 44 32 76
saling mendukung satu sama (57,9%) (42,1%) (100%)
lain sehingga tercipta situasi
yang kondusif ditempat kerja
2 Saya mampu menjaga 0 5 60 11 76
konsentrasi kerja saat sedang (6,6%) (78,9%) (14,5%) (100%)
sibuk
3 Jadwal kerja dan peraturan di 20 36 19 1 76
rumah sakit tidak (26,3) (47,4%) (25%) (1,3%) (100%)
memungkinkan saya untuk
memulihkan semangat kerja
Dari tabel 5.6 diketahui sebagian besar menyetujui pada saat bekerja
atau sebesar 78,9%, pimpinan dan rekan kerja saling mendukung satu sama
perawat atau sebesar 57,9%. Namun, ada beberapa jawaban perawat yang
94
perlu mendapatkan perhatian tentang stres yaitu sebanyak 19 perawat atau
sebesar 25% menyetujui terhadap jadwal kerja dan peraturan di rumah sakit
4. Kelelahan
95
Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Perawat Terkait Kelelahan di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Jawaban
No Pernyataan Total
STS TS S SS
1 Jumlah perawat di unit tempat 0 7 58 11 76
bekerja sudah sesuai dengan (9,2%) (76,3%) (14,5%) (100%)
beban kerja perawat
2 Perawat melakukan kesalahan 13 37 26 0 76
dalam pelayanan pasien karena (17,1%) (48,7%) (34,2%) (100%)
bekerja melebihi dari ketentuan
yang ada dan terlalu banyak
tugas yang harus dikerjakan
3 Merasakan kenyamanan dengan 0 3 68 5 76
jadwal kerja yang sudah (3,9%) (89,5%) (6,6%) (100%)
ditetapkan
perawat atau sebesar 89,5% dan jumlah perawat di unit tempat bekerja
sudah sesuai dengan beban kerja perawat sebanyak 58 perawat atau sebesar
bekerja melebihi dari ketentuan yang ada dan terlalu banyak tugas yang
harus dikerjakan.
Bandung
1. Komunikasi
96
komunikasi efektif. Distribusi frekuensi insiden keselamatan pasien
keselamatan pasien.
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dapat dilihat pada tabel 5.10
97
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Perawat Terkait Komunikasi di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Jawaban
No Pernyataan Total
STS TS S SS
1 Manajer saya memberikan 0 1 39 36 76
umpan balik ke arah perbaikan (1,3%) (51,3%) (47,4%) (100%)
berdasarkan laporan kejadian
insiden
2 Kami bebas mengungkapkan 0 1 56 19 76
pendapat jika melihat sesuatu (1,3%) (73,7%) (25%) (100%)
yang bisa berdampak negatif
terhadap pelayanan pasien
3 Kami diberi tahu mengenai 0 2 50 24 76
kesalahan – kesalahan yang (2,6%) (65,8%) (31,6%) (100%)
terjadi di unit kami
4 Kami merasa bebas untuk 0 4 54 18 76
bertanya kepada sesama (5,3%) (71,1,%) (23,7%) (100%)
perawat lain/dokter tentang
keputusan maupun tindakan
yang diambil di unit ini
5 Di unit ini kami mendiskusikan 1 11 38 26 76
dengan sesama perawat/dokter (1,3%) (14,5%) (50%) (34,2%) (100%)
bagaimana cara untuk
mencegah insiden supaya tidak
terjadi kembali
98
mendiskusikan dengan sesama perawat/dokter bagaimana cara untuk
99
SOP terkait pelaporan insiden keselamatan pasien yaitu sebanyak 15
Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dapat dilihat pada tabel 5.12
100
atau sebesar 9,2% tidak menyetujui ketika terjadi suatu insiden keselamatan
Karakteristik Sifat Dasar Pekerjaan di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-
Islam Bandung
1. Kerjasama Tim
pasien pada perawat berdasarkan kerjasama tim dapat dilihat pada tabel 5.13
memiliki kerjasama tim baik adalah sebanyak 57 perawat atau sebesar 75%.
101
sebanyak 19 perawat atau sebesar 25%. Hasil tabulasi silang diketahui
adalah perawat yang memiliki kerjasama tim kurang baik yaitu sebanyak 13
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dapat dilihat pada tabel 5.14
merasa ada kerja sama yang baik antar unit di rumah sakit saat
jika banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan cepat, kami saling
102
bekerja sama sebagai tim sebanyak 45 perawat atau sebesar 59,2%, dan
perawat merasa setiap orang di unit ini saling menghargai satu sama lain
dengan unit lain di rumah sakit ini tidak berkoordinasi dengan baik.
yaitu gangguan atau interupsi rendah dan gangguan atau interupsi tinggi.
interupsi yang dialami oleh perawat dapat dilihat pada tabel 5.15
103
tabulasi silang diketahui sebanyak 16 perawat atau sebesar 57,1% yang
yang mengalami gangguan atau interupsi tinggi lebih sedikit yang pernah
dialami oleh perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung
28,9% pada saat bekerja selalu melakukan lebih dari satu pekerjaan dalam
104
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
di lapangan.
keselamatan pasien.
yakni berupa kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti sendiri
berdasarkan teori – teori yang ada, sehingga untuk menghindari bias maka
105
sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan uji
4. Untuk mengukur variabel stres perawat pada penelitian ini hanya terdiri dari
bekerja, dan jadwal kerja perawat yang diadopsi sebagian dari indikator
stres Health and Safety Executive (HSE), tidak berdasarkan pada kuesioner
stres yaitu gejala psikologis, fisiologis, dan perilaku untuk mengukur tingkat
5. Untuk mengukur variabel kelelahan perawat pada penelitian ini terdiri dari 3
kerja, dan jadwal kerja perawat, tidak berdasarkan pada Kuesioner Alat
oleh responden.
asuhan pasien yang aman melalui suatu sistem yang dapat mencegah terjadinya
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
pasien merupakan suatu kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan kondisi
106
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang
39,5%. Hal ini berarti insiden keselamatan pasien masih terjadi di ruang
perawatan. Dalam PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
0% kasus atau 100% tidak terjadi di rumah sakit. Sehingga hal tersebut
keselamatan pasien.
oleh Komite Keselamatan Rumah Sakit Al-Islam Bandung, yakni pada tahun
2013 terdapat sebanyak 108 insiden, tahun 2014 terdapat sebanyak 129 insiden,
dan tahun 2015 terdapat sebanyak 105 insiden. Sebagian besar insiden
107
Didalam pelayanan kesehatan di rumah sakit seperti yang tertuang dalam
pelayanan minimal rumah sakit. Sehingga semua insiden yang terjadi di rumah
sakit merupakan tanggung jawab dari rumah sakit khususnya perawat dalam
rumah sakit sekecil apapun kejadiannya haruslah segera ditangani, jika tidak
hal ini akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf,
menyalahkan, konflik antara petugas dan pasien, tuntutan dan proses hukum,
blow up media massa, dapat menurunkan citra dari sebuah rumah sakit, serta
sakit memerlukan perhatian pihak manajemen dan petugas sendiri agar di masa
108
yang akan datang keselamatan pasien lebih ditingkatkan karena keselamatan
pasien bukan hanya penting bagi pasien atau keluarganya, tetapi juga
dan merugikan pasien maka reputasi mutu rumah sakit akan berkurang di mata
masyarakat. Efek domino dari permasalahan ini adalah promosi dari mulut ke
Kejadian Tidak Cidera (KTC) yaitu kejadian yang tidak menimbulkan cidera.
Hasil penelitian pada 76 perawat pelaksana yang bertugas di unit rawat inap,
peneliti menemukan bahwa dari 30 perawat atau sebesar 39,5% yang pernah
26,3% pernah melakukan KTD yang disebabkan karena pasien yang dirawat
terjatuh dari tempat tidur sehingga pasien mengalami cedera karena tidak
komunikasi yang tidak efektif sehingga terjadi insiden yang merugikan pasien
sebanyak 13,1%.
disebabkan karena pasien yang dirawat terjatuh dari tempat tidur tetapi pasien
109
tidak mengalami cedera sebanyak 18,7% dan terjadi kesalahan dalam
pasien sebanyak 32,9%% dan pasien yang dirawat hampir terjatuh dari tempat
tidur tetapi tidak terjadi karena segera diketahui oleh petugas yang sedang
terjadi adalah insiden KTC dibandingkan dengan insiden KNC dan insiden
KTD. Hasil ini diperkuat pula dari data laporan insiden keselamatan pasien
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada tahun
2013, yakni terdapat sebanyak 72 KTC, 16 KNC, dan 18 KTD. Tahun 2014
KTD lebih jarang terjadi dibandingkan dengan KNC sebesar 26,3% di Unit
Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Tahun 2009 – 2010. Bentuk
seperti salah penulisan nomor medical record, penulisan nama pasien yang
kurang tepat, penempelan stiker nama pasien tidak sama dengan penulisan
manual, dan penulisan nomor kamar pasien yang salah, 2) kesalahan dalam
110
pemberian obat seperti salah pasien, salah dosis, dan salah jenis obat, 3) sampel
keselamatan pasien yang pernah dilakukan oleh perawat yang paling banyak
perawat tidak melakukan identifikasi dan pengelolaan risiko pasien. Hasil ini
didukung pula oleh data laporan insiden keselamatan pasien, bahwa jumlah
insiden jatuh pada tahun 2013 terdapat 13 kasus, tahun 2014 terdapat 21 kasus,
dan tahun 2015 terdapat 22 kasus. Hal ini berarti dari tahun 2013 sampai
yang bertugas di unit rawat inap masih ditemukan belum melakukan asessment
ulang atau pengkajian secara berkala sesuai dengan penilaian pada pasien yang
memiliki risiko jatuh dan jika terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Hal
tersebut belum sesuai dengan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit Al-Islam
pengkajian secara berkala. Selain itu, pada pengisian formulir pengkajian ulang
untuk pasien yang memiliki resiko jatuh, perawat tidak melakukan penilaian
ditemukan pula bahwa terjadinya insiden jatuh disebabkan pasien atau keluarga
111
pasien tidak memberitahu perawat yang sedang berjaga ketika pasien akan
ini dikarenakan perawat belum melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai faktor risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan meminta
yakni beberapa kasus di antaranya berakibat pada kematian dan luka berat.
Insiden jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik, dan
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari insiden jatuh adalah patah
tulang panggul. Jenis patah tulang lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah
patah tulang pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis, serta kerusakan
jaringan lunak. Dampak psikologis selain cedera fisik, yakni syok pasca jatuh
dan rasa takut akan terjatuh lagi yang dapat memiliki banyak konsekuensi
dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden jatuh pada pasien antara lain: 1)
mengorientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan menjelaskan sistem
komunikasi yang ada, 2) bersikap hati – hati saat mengkaji pasien dengan
112
keterbatasan gerak, 3) melakukan supervisi ketat pada awal pasien dirawat
pada pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, dan (8)
awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan asessmen ulang pasien
bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain – lain, 2)
langkah – langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian
Upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk mencegah dan mengurangi
No. 1691 tahun 2011 meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
serta kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
113
Selain itu, dalam Permenkes No. 1691 tahun 2011 disebutkan bahwa
pasien. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan
mengacu pada “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” dari WHO Patient
Safety tahun 2007 yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), terdiri dari:
tepat prosedur dan tepat pasien operasi, 5) pengurangan risiko infeksi terkait
dapat belajar dari persitiwa yang tidak diharapkan, nyaris terjadi, dan akan
terjadi. Menurut Kohn (2000), inti dari sistem keselamatan pasien adalah
114
C. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien Berdasarkan Karakteristik
1. Usia
dibandingkan dengan usia perawat yang lebih tua. Perawat yang berusia >
30 tahun biasanya jauh lebih terampil karena cenderung berhati – hati dan
Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung adalah 22 tahun dan perawat tertua
berusia 45 tahun. Rata – rata responden dalam tahap usia dewasa muda yaitu
Rumah Sakit Al-Islam Bandung saat ini sebagian besar termasuk usia yang
115
Hasil penelitian didapatkan pula bahwa perawat yang berusia ≤ 30
perawat atau sebesar 53,2% dibandingkan perawat yang berusia > 30 tahun.
keselamatan pasien.
berarti bahwa semakin dewasa usia perawat, maka semakin baik kinerjanya
jawab, dan turn over tinggi. Staf dengan usia lebih tua kondisi fisiknya
kurang tetapi bekerja lebih ulet, tanggang jawab besar, dan turn over rendah.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak Manajemen Rumah Sakit Al-
116
langsung guna mengatasinya (Gibson, 1996 dalam Aprilia 2016).
2. Pengetahuan
rumah sakit ada beberapa aspek yang harus dibangun, salah satunya yakni
yang memiliki kemungkinan belum mencakup secara detail dari aspek yang
yang masih salah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan yakni sebesar
keselamatan pasien, dan 32,9% salah dalam menjawab waktu paling lambat
117
pelaporan setiap terjadi insiden keselamatan pasien di rumah sakit selama 2
x 24 jam.
lainnya adalah kurangnya minat belajar perawat, yakni perawat yang tidak
dari usia perawat. Pada penelitian ini, proporsi responden paling banyak
pada perawat yang berusia kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 47 perawat
atau sebesar 61,8% dan 25 perawat atau sebesar 53,2% diantaranya pernah
karena masa kerja yang masih singkat sehingga perawat belum dapat
118
Perawat dengan masa kerja lebih lama cenderung memiliki pengalaman
kerja lebih banyak dibandingkan perawat yang baru bekerja. Lama kerja di
banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja. Hal ini sejalan dengan
penelitian Aprilia (2011), perawat dengan masa kerja lebih lama akan lebih
bahwa tingkat pengetahuan yang sangat baik lebih didominasi oleh perawat
informasi dari berbagai sumber maka pengetahuan akan semakin baik. Hal
119
pengetahuan seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ketersediaan
pengetahuan yang ada. Menurut Lubis (2007), perawat yang tidak mendapat
melakukan tindakan tidak aman yang menjadi salah satu pemicu terjadinya
2012.
120
pelayanan untuk mengelola pelayanan yang berorientasi pada keselamatan
pengetahuan yang baik dapat menjadi tolak ukur dari suatu pelaksanaan,
maka pelaksanaan yang baik dan benar harus didasari oleh pengetahuan dan
atau diminimalisir.
secara jelas.
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
pelaporan insiden.
121
c. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
melayani pasien.
tentang keselamatan pasien harus dilakukan pretest dan post test agar dapat
keselamatan pasien.
Hal ini pun disampaikan oleh Rivai dan Sagala (2009), pelatihan
122
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang
relatif singkat.
pasien. Menurut PMK No. 1691 tahun 2011, sasaran keselamatan pasien
123
obat yang perlu diwaspadai, 4) kepastian tepat lokai tepat prosedur dan tepat
3. Stres
Pada titik tertentu dalam dunia pekerjaan banyak orang yang akan
dari seorang perawat dalam menangani pasien, serta situasi pekerjaan dan
beban kerja yang ada membuat perawat mengalami tekanan yang membuat
tingkat tinggi dan juga membutuhkan kerjasama tim dalam berbagai situasi,
Stres perawat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu keadaan
mengukur variabel stres perawat, pada penelitian ini hanya terdiri dari 3
bekerja, dan jadwal kerja perawat yang diadopsi sebagian dari indikator
124
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar perawat
disebabkan oleh jadwal kerja dan peraturan di rumah sakit yang menuntut
perawat bekerja lebih lama dari waktu yang seharusnya dan perawat juga
cukup singkat, namun hal tersebut tetap menjadikan setiap pelayanan yang
keselamatan pasien.
mengalami beban atau tugas yang berat orang tersebut tidak dapat mengatasi
tugas yang dibebankan, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu
spiritual. Sumber stres yang lain adalah berasal dari 1) di dalam diri sendiri,
125
berbeda, dalam hal ini permasalahan yang terjadi tidak sesuai dengan
dirinya dan tidak mampu diatasi maka dapat menimbulkan suatu stres, dan
kerja, tanggung jawab kerja, dan keamanan kerja (Bart Smet, 1993 dalam
Tobing, 2007).
merupakan profesi yang memiliki resiko tinggi terhadap stres, kondisi ini
terjadi karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
cukup sulit karena tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi. Karakteristik
kompetitif di rumah sakit, 5) jadwal kerja yang ketat dan harus siap kerja
dan teman kerja tidak baik, mudah bosan, merasa tidak puas terhadap
sesuatu yang salah dan beban kerja untuk gaji, merasa tidak seefisien
126
pekerjaaan, dan faktor individu yakni umur, lama kerja, serta lingkungan
mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena
beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu. Stres kerja pada perawat
manusia di Rumah Sakit. Stress kerja adalah suatu tekanan yang tidak dapat
ditoleransi oleh individu baik yang bersumber dari dirinya sendiri mapun
dari luar dirinya. Penyebab stres bersumber dari biologis, psikologik, sosial,
dan spritual. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari
(Widyasari, 2010).
yang mengalami stres kerja yang tinggi, tidak dapat menunjukkan kinerja
fisik muncul dalam bentuk, yakni sakit kepala, sakit punggung atau leher,
127
tersebut diketahui bahwa, kesehatan fisik dan mental dipengaruhi oleh stres
pasien.
dengan baik ada beberapa cara yang direkomendasikan oleh para ahli
berdasarkan kebutuhan dan tingkat stres yang dialami. Salah satunya, WHO
(2009) menyatakan bahwa stres dapat dicegah dengan tiga cara, yakni
(efek stres yang dapat diobati). Untuk melakukan identifikasi risiko dapat
yang memadai dan memberikan pelatihan yang tepat. Selain itu, organisasi
periode pemulihan setelah periode beban kerja yang tinggi dan memberikan
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen Rumah Sakit Al-
Islam Bandung untuk menurunkan stres yang dialami oleh perawat yaitu
kerja pada perawat. Hal ini direkomendasikan dari penelitian Jones &
128
Johnston (dalam McVicar, 2003) program yang dapat dilakukan untuk
stres yaitu gejala psikologis, fisiologis, dan perilaku untuk mengukur tingkat
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Unsur yang dinilai antara lain: perasaan
4. Kelelahan
129
Kelelahan perawat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu
Untuk mengukur variabel stres perawat, pada penelitian ini hanya terdiri
perawat atau sebesar 38,3% dan sebanyak 16 perawat atau sebesar 55,2%
pasien karena bekerja melebihi dari ketentuan yang ada dan terlalu banyak
tugas yang harus dikerjakan sebesar 48,7%, sehingga hal tersebut dapat
kelelahan. Selain itu, asumsi peneliti mencoba meninjau dari stres yang
mengalami stres tinggi yaitu sebanyak 14 perawat atau sebesar 18,4% dan
130
hambatan yang akan timbul oleh karena adanya stres yang dialami perawat
prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang
menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun.
lupa, merasa nyeri di punggung, dan lain-lain. Selain itu kelelahan kerja
dari pengaturan shift kerja, jam kerja, rotasi, lama kerja, karakteristik
pekerjaan, pengaturan waktu istirahat, beban kerja, kondisi kerja, dan iklim
kesalahan dan mengalami kejadian pasien jatuh pada saat mereka berdinas.
Kelelahan yang dialami perawat karena bekerja dengan waktu yang terlalu
et al., 2008).
131
Peters and Peter (2008) menyatakan bahwa salah satu penyebab
Jam kerja yang lama dan kelebihan beban kerja dapat memungkinkan
meningkatnya rasa kantuk, tertidur pada saat bekerja, dan pada tingkat yang
dengan yang diharapkan pasien. Bila beban kerja seorang perawat tinggi,
adalah sering merasa lelah, tidak dapat rileks, otot tengkuk, dan punggung
tegang. Kadang – kadang perawat mudah marah, sulit tidur, dan sulit
berkonsentrasi, selain itu konsekuensi dari beban kerja yang dialami perawat
132
yakni kurang responsif dan kurang memperhatikan aspek psikologis, serta
emosi pasien.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak Manajemen Rumah Sakit Al-
sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak
pertanyaan (3 aspek keluhan subjektif yang diderita oleh tenaga kerja yang
aspek pelemahan motivasi sebanyak 3 butir, dan aspek gejala fisk sebanyak
7 butir).
133
D. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien Berdasarkan Karakteristik
1. Komunikasi
sama antara pemberi informasi dan penerima informasi. Dalam PMK No.
masih kurang efektif yaitu sebanyak 36 perawat atau 47,4% dan sebanyak
134
bagaimana cara untuk mencegah insiden supaya tidak terjadi kembali
sebesar 15,8% dan perawat belum merasa bebas untuk bertanya kepasa
sesama perawat lain atau dokter tentang keputusan maupun tindakan yang
sejak tahun 2010. Menurut Salim (2006) dan Hamdani (2007), komunikasi
harus terjadi dalam pola dua arah, dari pimpinan ke personel garis depan
Strategi tersebut ditetapkan oleh JCAHO sejak tahun 2010 sebagai tujuan
135
proses komunikasi efektif melalui pendekatan standarisasi komunikasi yakni
pada saat serah terima pasien (hand over). Hal tersebut dikarenakan
pada saat serah terima. Briefing digunakan untuk berbagi informasi seputar
isu – isu keselamatan pasien, perawat dapat secara bebas bertanya seputar
Ronde keperawatan dapat dilakuakn setiap minggu dan fokus hanya pada
keselamatan pasien.
Bandung biasanya tidak hanya secara lisan tetapi juga dalam bentuk tulisan.
oleh perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung dengan
136
melengkapi dokumentasi verifikasi secara tertulis berupa pembubuhan tanda
tangan/paraf pada berkas rekam medis pasien. Hal tersebut belum sesuai
efektif dalam catatan berkas rekam medis pasien. Ada pula komunikasi yang
antara lain: 1) buku operan shift, 2) catatan perawat yang dipegang sendiri
terdapat kendala karena berbagai kegiatan dan tugas yang padat dari bagian
137
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan keselamatan pasien dan
keselamatan pasien.
komunikasi yang kurang efektif lebih diperhatikan lagi oleh pihak rumah
organisasi. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Menurut IOM
138
keselamatan pasien yaitu sebanyak 53 perawat atau sebesar 69,7%.
pasien dan sebesar 6,6% belum mendapatkan tindak lanjut dari komite
menilai jenis insiden yang terjadi dan dapat diketahui kesalahan yang biasa
terjadi karena telah belajar dan terinformasi dengan jelas dari insiden yang
baik harus terus ditingkatkan dengan rasa saling percaya dan no blame
139
culture, artinya bila staf melakukan kesalahan, staf lainnya tidak menilai
sebelah mata atas kesalahan yang telah dilakukan oleh staf tersebut dan
memberikan umpan balik kepada staf yang telah melapor. Apabila staf
atau rekan yang telah melaporkan kesalahan dengan tidak mengecilkan hati
rekan yang telah melakukan kesalahan. Bila keadaan ini mampu dibangun
supaya setiap elemen staf tidak takut untuk melaporkan kejadian. Ketika
Hal ini ditunjang oleh teori Wood dalam Cahyono (2008) yang
140
interaksi manusia dengan sistem yang dapat menyebabkan terjadinya
penampilan organisasi, dalam hal ini SOP atau alur kerja yang berfungsi
Interaksi antara blunt and sharp end seharusnya seimbang sehingga insiden
sebagai sisi tajam dari pelayanan sangat besar, perawat diharapkan mampu
1. Kerjasama Tim
141
Kerjasama merupakan bentuk attitude dari perawat dalam bekerja di dalam
memiliki kerjasama tim yang baik yaitu sebanyak 57 perawat atau sebesar
75%. Sedangkan perawat yang memiliki kerjasama tim kurang baik yaitu
sebanyak 19 perawat atau sebesar 25% dan 13 perawat atau sebesar 68,4%
semakin perawat memiliki kerjasama tim yang kurang baik, maka semakin
berkoordinasi dengan unit lain sebesar 22,4% dan perawat lebih nyaman
bekerja sendiri dibanding bekerja dalam tim sebesar 16,1%. Hal tersebut
pasien yang menjadi tanggung jawabnya saja dari pada bekerja di dalam
tidak saling meng-crosscheck pekerjaan satu sama lain, hal ini dapat
142
semakin besar menimbulkan potensi terjadinya kesalahan dalam
sakit.
keselamatan pasien tiga kali lebih besar dari perawat yang memiliki persepsi
143
Kerjasama tim dalam pelayanan dapat mempengaruhi kualitas dan
dalam interaksi tim dapat berakibat pada pelaksanaan kerjasama tim dalam
pelayanan. Bekerja secara tim merupakan sebuah nilai yang harus dibangun
(2003) dalam WHO (2009) bahwa kerja tim yang baik dapat membantu
dan kesejahteraan tim sehingga tim akan berfungsi dari waktu ke waktu.
Adapun menurut Baker et al. (2005), kerja tim sangat dibutuhkan antar tim
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak Manajemen Rumah Sakit Al-
koordinasi antar unit, dan koordinasi antar tim terkait dengan keselamatan
pasien dan melaksanakan outbond bersama – sama antar perawat dan profesi
144
berakibat fatal bagi pasien. Menurut teori Henrikson et al. (1993) dalam
satunya disebabkan oleh faktor sifat dasar pekerjaan yang meliputi adanya
perawat merasakan adanya aktivitas atau kegiatan lain di luar tugas dan
pekerjaannya.
interupsi tinggi yaitu seabnyak 28 perawat atau sebesar 36,8% dan sebanyak
banyak disebabkan karena sering melakukan lebih dari satu pekerjaan dalam
waktu yang sama sebesar 28,9%. Namun, secara keseluruhan perawat yang
145
menyulitkan perawat untuk melakukan aktifitas atau kegiatan lain di luar
menjemput pasien saat konsul ke unit atau rumah sakit lain, serta mengisi
formulir lain yang terkait dengan asuhan keperawatan. Di luar itu, perawat
interaksi dengan banyak pihak dan terlibat dalam pekerjaan lain di luar
asuhan keperawatan.
146
BAB VII
A. Simpulan
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada Periode 2012-2016”
1. Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada periode
keselamatan pasien yakni KTC lebih banyak pernah dilakukan oleh perawat
147
78,6%, dan perawat yang mengalami kelelahan tinggi cenderung pernah
pasien sebesar 52,8% dan perawat yang memiliki persepsi kurang baik
pasien sebesar 68,4% dan perawat yang mengalami gangguan atau interupsi
sebesar 57,1%.
B. Saran
dilaksanakan.
148
keselamatan pasien harus dilakukan pretest dan post test agar dapat
keselamatan pasien.
terkait dengan kerjasama, koordinasi antar unit, dan koordinasi antar tim
kerjasam tim.
149
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
belum diteliti.
Rtaing Scale Anxiety) yang mengembangkan tiga gejala stres yaitu gejala
150
DAFTAR PUSTAKA
Agency For Healthcare Research and Quality (AHRQ). 2003. Diakses dari
https://www.ahrq.gov/ pada tanggal 27 Mei 2016.
Apriningsih, Desmawati., & Joesro, Mohamad. 2013. Kerjasama Tim dalam Budaya
Keselamatan Pasien di RS X (Studi Kualitatif di Suatu RSUD di Provinsi Jawa
Barat). Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (3).
Aspden, Philip., Corrigan, Janet M., Wolcott, Julie., and Erickson, Shari M. 2004.
Patient Safety: Achieving A New Standard For Care. Washington, D.C.: The
National Academies Press.
xxii
Bawelle, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD
Liun Kendage Tahuna. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Carayon, Pascale. & Ayse, P. Gurses. 2008. Nursing Workload and Patient Safety – A
Human Factors Enginnering Perspektive. Patient Safety and Quality: An
Advance – Based Handbook for Nurses. Chapter 30 Vol.2. Diakses dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.ahrq.gov/p
rofessionals/cliniciansproviders/resources/nursing/resources/nurseshdbk/Carayo
nP_NWPS.pdf pada tanggal 17 Mei 2016.
xxiii
Gunibala, Moch. T. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
Penerapan Patient Safety di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri
Gorontalo.
Hamdani, Siva. 2007. Analisis Budaya Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture)
di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2007. FKM UI.
Hapsari, Raditya Wahyu. 2013. Hubungan Peran Perawat Sebagai Edukator dengan
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Paisen di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Universitas Jember.
Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI.
Hastono, Sutanto Priyo., & Sabri, Luknis. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pres.
Henriksen, K., et. al. 2008. Patient Safety and Quality: An Evidence Base Handbook
for Nurses. Rockville MD: Agency for Healthcare Research and Quality
Publications. Diakses dari http://www.ahrq.gov/QUAL/nurseshdbk/ pada
tanggal 17 Mei 2016.
Institute of Medicine (IOM). 2000. To Err is Human: Building a Safer Health System.
Washington D.C.: The National Academies Press.
xxiv
Joint Commission International (JCI). 2007. Meeting the International Patient Safety
Goals. ISBN: 978-1-59940-158-4.
Kaplan, H. 2002. Alertness to Danger When Rates of Injury are Low. Institute od
Medicine Committee.
Kertadikara, P. 2008. Patient Safety: Paradigma Baru Layanan Medis. Diakses dari
http://kertadikara.blogspot.com/ pada tanggal 23 Februari 2017.
Kohn, Linda T., Corrigan, Janet M., and Donaldson, Molla S. 2000. To Err Is
Human: Building a Safer Health System. Wahington, D.C.: The National
Academies Press.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit
Standar Akreditasi Versi 2012. Edisi-1.
xxv
2011. Laporan Insiden Keselamatan Pasien. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Komite Keselamatan Paisen Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Tahun 2013 – 2015.
Laporan Insiden Keselamatan Pasien Komite Keselamatan Paisen Rumah Sakit
Al-Islam Bandung Tahun 2013 – 2015.
Kuncoro. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Kualitas Kerja dengan Kinerja
Perawat dalam Penerapan Sistem Keselamatan Pasien.
Lim, A. 2010. New Course Tackles Patient Safety. Australian Nursing Journal. North
Fitzroy.
Mattox, E. A. 2012. Strategies for improving patient safety: Linkingt ask type to error
type. Critical Care Nurse. Vol. 32/No.1. Diakses pada
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=25&hid=118&sid=b9117e5d-bab1-
4cae-9010-559f1406d321%40sessionmgr1 pada tanggal 1 Juni 2016.
Mulyana, Dede Sri. 2013. Analisis Penyebab Insiden Kesehatan Pasien oleh Perawat
di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Tesis: FKM UI.
xxvi
Mustikawati, Y. H. 2011. Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera dan Kejaidna
Tidak Diharapkan di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.
Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Peters and Peters. 2008. Medical Error and Patient Safety; Human Factors in
Medicine [e-book]. London, New York: CRC Press. Diakses dari
http://www.freebookspot.es/Comments.aspx?Element_ID=364411 pada tanggal
17 Mei 2016.
Potter, P. A & Perry, A.G. 2009. Fundamental of Nursing: Concepts, Prosess &
Practice. St Louis: Mosby Year Book. Inc. Jakarta: ECG.
Reason, J. 2000. Human Error: modes and management. BMJ: 320( 7237): 768-770.
Diakses dari http://www.bmj.com/content/320/7237/768 pada tanggal 29 Juli
2016.
xxvii
Reader, et al. 2006. Communication skills and error in the intensive care unit.
Wolters Kluwer Health. Diakses dari http://www.pdfio.com/k-6647985.html
pada tanggal 29 Juli 2016.
Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi ke-10. Jakarta: PT. Indeks Gramedia.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutriningsih, Ani., & Harus, Bernadeta Dece. 2015. Pengetahuan Perawat tentang
Keselamatan Paisen dengan Pelaksanaan Prosedur keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KPRS) di Rumah Sakit Panti Walyu Sawahan Malang. Jurnal CARE,
Vol. 3, No.1.
Tobing, Erida R. L. 2007. Gambaran Stres Kerja pada Perawat di Ruang TB Paru di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten
Dairi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
xxviii
World Health Organization (WHO). 2005. World Allience For Patient Safety: WHO
Draft Guidelines For Adverse Events Reporting and Learning System. WHO:
Geneva. Diakses dari http://osp.od.nih.gov/sites/default/files/resources/Reportin
g_Guidelines.pdf pada tanggal 24 Mei 2016.
2009. Human Factors in Patient Safety Review of Topics and Tools. Diakses
dari http://www.who.int/patientsafety/research/methods_measures/human_facto
rs/human_factors_review.pdf pada tanggal 24 Mei 2016.
xxix
xxx
No.Responden
KUESTIONER PENELITIAN
Kepada Yth
Bapak/Ibu/Saudara/i Perawat Unit Rawat Inap
di Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Ruang :....................................................................
Fitri Handayani
B. Petunjuk Pengisian
1. Survei ini bertujuan untuk meminta Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan pendapat
mengenai keselamatan pasien di rumah sakit Bapak/Ibu/Saudara/i. Survei ini kira-
kira memerlukan 10 – 15 menit untuk mengisi keseluruhan pernyataan.
2. Kuesioner ini bukan tes dengan jawaban benar atau salah, yang terpenting adalah
menjawab pernyataan dengan jujur sesuai pendapat dan keadaan yang sebenarnya.
3. Kuestioner ini dapat digunakan secara optimal bila semua pertanyaan dijawab,
oleh karena itu mohon teliti kembali apakah semua pernyataan semua telah
terjawab sebelum dikembalikan kepada peneliti.
C. Kuestioner Penelitian
Pengetahuan
A. Petunjuk pengisian :
Berilah jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara/i benar pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda
(√) pada kolom yang tersedia.
Kode Pertanyaan
[A1] Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi, kecuali.....
A. asessmen implementasi solusi pelaporan dan terciptanya budaya
resiko untuk meminimalkan analisis insiden keselamatan pasien di
timbulkan resiko rumah sakit
[A2] Rumah Sakit Al-Islam Bandung telah menerapkan keselamatan pasien sejak tahun?
2010 2009 2008 2007
[A3] Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah..........
suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak mengakibatkan cidera.
suatu kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden.
suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pada pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien.
terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
[A4] Setiap terjadi insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKPRS (Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit) dalam waktu paling lambat, adalah...........
1 x 24 jam 2 x 24 jam 3 x 24 jam 4 x 24 jam
[A5] Diperlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, yaitu dengan......
nomor rekam medik nama pasien dan nomor rekam medik semua jawaban
dan nomor kamar nomor kamar dan nama pasien benar
[A6] Pemberian obat kepada pasien dilakukan dengan prinsip............
7 benar 1 dok 6 benar 1 dok 5 benar 1 dok 4 benar 1 dok
[A7] Prosedur mencuci tangan yang baik benar sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO, terdiri dari.........
5 langkah 6 langkah 7 langkah 8 langkah
[A8] Berikut ini yang bukan termasuk kedalam Five moments for hand hygiene atau 5 moment krusial
mencuci tangan pada petugas kesehatan untuk mengoptimalkan kebersihan tangan disaat, yaitu....
sebelum setelah melakukan setelah menyentuh sebelum menyentuh
menyentuh tindakan – tindakan daerah sekitas keluarga pasien
pasien invasive pasien
[A9] Pengkajian resiko pasien jatuh dengan form dilakukan saat...........
Pasien mengalami angka kejadian tak pasien ada instruksi dari
cedera akibat jatuh diharapkan (KTD) meningkat masuk dokter
rawat inap
B. Petunjuk pengisian :
Berilah jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara/i sesuai pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda
ceklis (√) pada kolom yang tersedia.
Pilihan Jawaban :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
STS TS S SS
Kode Pernyataan
1 2 3 4
Stress Perawat
[B1] Pimpinan dan rekan kerja saya saling mendukung satu sama
lain sehingga tercipta situasi yang kondusif ditempat kerja
[B2] Saya mampu menjaga kosentrasi kerja saat sedang sibuk
[B3] Jadwal kerja dan peraturan di rumah sakit tidak
memungkinkan saya untuk memulihkan semangat kerja
Kelelahan Perawat
[B4] Jumlah perawat di unit tempat bekerja sudah sesuai dengan
beban kerja perawat
[B5] Perawat melakukan kesalahan dalam pelayanan pasien karena
bekerja melebihi dari ketentuan yang ada dan terlalu banyak
tugas yang harus dikerjakan
[B6] Merasakan kenyamanan dengan jadwal kerja yang sudah
ditetapkan
Implementasi SOP (Standar Operasional Prosedur)
[C1] Ketika terjadi insiden keselamatan pasien diharuskan untuk
melaporkan insiden tersebut kepada Kepala unit terkait untuk
mendapatkan tindak lanjut.
[C2] Setelah ditindaklanjuti kejadian insiden keselamatan pasien,
menyegerakan untuk membuat laporan insiden dengan mengisi
formulir laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada
kepala unit terkait
[C3] Ketika terjadi suatu insiden keselamatan pasien paling lambat
dilaporkan selama 2 x 24 jam setelah terjadinya insiden
keselamatan pasien
[C4] Pelaporan insiden keselamatan pasien bertujuan untuk
mengetahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada
akar masalahnya
[C5] Setiap terjadi suatu insiden keselamatan pasien mendapatkan
tindaklanjut dari Komite Keselamatan Pasien
Kerjasama Tim
[D1] Kami sesama staf di unit ini saling mendukung satu sama lain
[D2] Jika banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan cepat,
kami saling bekerja sama sebagai tim
[D3] Saya merasa setiap orang di unit ini saling menghargai satu
sama lain
[D4] Bila suatu area di unit ini sibuk, maka perawat di area lain
akan membantu
[D5] Kami merasa ada kerja sama yang baik antar unit di rumah
sakit saat menyelesaikan pekerjaan bersama
[D6] Unit satu dengan unit lain di rumah sakit ini tidak
berkoordinasi dengan baik
[D7] Saya sering kali merasa tidak nyaman bila harus bekerja sama
dengan staf unit lain di rumah sakit ini
Tidak
Kode Pernyataan Pernah Jarang Sering Selalu
1 2 3 4
Komunikasi
[E1] Manajer saya memberikan umpan balik ke arah perbaikan
berdasarkan laporan kejadian insiden
[E2] Kami bebas mengungkapkan pendapat jika melihat sesuatu
yang bisa berdampak negatif terhadap pelayanan pasien
[E3] Kami diberi tahu mengenai kesalahan – kesalahan yang terjadi
di unit kami
[E4] Kami merasa bebas untuk bertanya kepada sesama perawat
lain/dokter tentang keputusan maupun tindakan yang diambil
di unit ini
[E5] Di unit ini kami mendiskusikan dengan sesama perawat/dokter
bagaimana cara untuk mencegah insiden supaya tidak terjadi
kembali
Gangguan/Interupsi
[F1] Anda mendapatkan pekerjaan lain di luar tugas dan tanggung
jawab sebagai perawat pelaksana
[F2] Pada saat bekerja melakukan lebih dari satu pekerjaan dalam
waktu yang sama
[F3] Saya mendapatkan pekerjaan lain yang harus dilakukan ketika
sedang melaksanakan tugas
C. Petunjuk pengisian :
Berilah jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara/i sesuai pada pertanyaan di bawah ini dengan memberi
tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia.
Pilihan Jawaban :
Kuesioner Tentang Insiden Keselamatan Pasien
Pilihan jawaban :
1. Tidak Pernah : (>5 tahun sekali)
2. Jarang : (>2-5 tahun sekali)
3. Sering : (beberapa kali/tahun)
4. Selalu : (Tiap minggu/bulan)
Seberapa sering kejadian di bawah ini terjadi di area kerja/unit kerja Anda?
Tidak
Kode Pernyataan Pernah Jarang Sering Selalu
1 2 3 4
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
[G1] Melaksanakan tindakan kepada pasien yang mengakibatkan
cedera pada pasien
[G2] Salah memberikan tindakan kepada pasien sehingga
menyebabkan pasien mengalami gangguan kesehatan lain di
luar penyakitnya
[G3] Pasien yang dirawat ditempat saya bekerja terjatuh dari
tempat tidur sehingga pasien mengalami cedera karena tidak
melakukan identifikasi dan pengelolaan risiko pasien
[G4] Terjadi kesalahan dalam pengisian data rekam medik pasien,
sehingga saya melakukan kesalahan dalam pemberian
tindakan kepada pasien yang mengakibatkan pasien cedera
[G5] Komunikasi antara petugas tidak efektif sehingga terjadi
insiden yang merugikan pasien
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
[G6] Memberikan tindakan kepada pasien yang mengakibatkan
insiden yang telah terpapar ke pasien tetapi tidak
mengakibatkan cedera pada pasien
[G7] Salah memberikan tindakan kepada pasien tetapi tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan lain
[G8] Terjadi kesalahan dalam pengisian data rekam medik pasien,
sehingga saya melakukan kesalahan dalam pemberian
tindakan tetapi pasien tidak mengalami cedera
[G9] Pasien yang dirawat ditempat Anda bekerja terjatuh dari
tempat tidur tetapi pasien tidak mengalami cedera
[G10] Komunikasi antara petugas tidak efektif sehingga terjadi
insiden tetapi tidak mengakibatkan cedera pada pasien
Kejadian Tidak Cedera (KTC)
[G11] Pasien saya hampir mengalami insiden tetapi tidak jadi
karena segera diketahui oleh petugas yang lain
[G12] Terjadi kesalahan dalam pengisian data rekam medik pasien,
tetapi segera diketahui dan dilakukan perbaikan
[G13] Pasien yang dirawat ditempat Anda bekerja hampir terjatuh
dari tempat tidur tetapi tidak jadi karena segera diketahui
oleh petugas
[G14] Komunikasi antara petugas tidak efektif tetapi tidak terjadi
insiden pada pasien
Kategori_KTD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 20 26.3 26.3 26.3
Tidak Pernah 56 73.7 73.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_KNC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 23 30.3 30.3 30.3
Tidak Pernah 53 69.7 69.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_KTC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 28 36.8 36.8 36.8
Tidak Pernah 48 63.2 63.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
UJI NORMALITAS
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_PengetahuanPerawat Mean 7.20 .128
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.94
Mean
Upper Bound 7.45
5% Trimmed Mean 7.22
Median 7.00
Variance 1.254
Std. Deviation 1.120
Minimum 5
Maximum 9
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -.168 .276
Kurtosis -.546 .545
Skor_Komunikasi Mean 16.34 .224
95% Confidence Interval for Lower Bound 15.90
Mean Upper Bound 16.79
5% Trimmed Mean 16.28
Median 16.00
Variance 3.828
Std. Deviation 1.957
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .556 .276
Kurtosis -.935 .545
Skor_GangguanInterupsi Mean 9.24 .244
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.75
Mean
Upper Bound 9.72
5% Trimmed Mean 9.31
Median 9.00
Variance 4.530
Std. Deviation 2.128
Minimum 3
Maximum 12
Range 9
Interquartile Range 3
Skewness -.276 .276
Kurtosis -.544 .545
Skor_StresPerawat Mean 9.49 .144
95% Confidence Interval for Lower Bound 9.20
Mean
Upper Bound 9.77
5% Trimmed Mean 9.47
Median 9.00
Variance 1.586
Std. Deviation 1.260
Minimum 7
Maximum 12
Range 5
Interquartile Range 1
Skewness .442 .276
Kurtosis -.128 .545
Skor_KelelahanPerawat Mean 8.91 .113
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.68
Mean
Upper Bound 9.13
5% Trimmed Mean 8.88
Median 9.00
Variance .965
Std. Deviation .982
Minimum 7
Maximum 12
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .449 .276
Kurtosis .178 .545
Skor_ImplementasiSOP Mean 16.86 .221
95% Confidence Interval for Lower Bound 16.41
Mean
Upper Bound 17.30
5% Trimmed Mean 16.83
Median 16.00
Variance 3.725
Std. Deviation 1.930
Minimum 14
Maximum 20
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness .496 .276
Kurtosis -1.225 .545
Skor_KerjasamaTim Mean 22.74 .296
95% Confidence Interval for Lower Bound 22.15
Mean
Upper Bound 23.33
5% Trimmed Mean 22.71
Median 22.00
Variance 6.676
Std. Deviation 2.584
Minimum 16
Maximum 28
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness .470 .276
Kurtosis .480 .545
DISTRIBUSI FREKUENSI
Kategori_UsiaPerawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 30 Tahun 47 61.8 61.8 61.8
> 30 Tahun 29 38.2 38.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_PengetahuanPerawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pengetahuan Kurang 19 25.0 25.0 25.0
Pengetahuan Baik 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_StresPerawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Stres Tinggi 14 18.4 18.4 18.4
Stres Rendah 62 81.6 81.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_KelelahanPerawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kelelahan Tinggi 29 38.2 38.2 38.2
Kelelahan Rendah 47 61.8 61.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_Komunikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Komunikasi Tidak Efektif 36 47.4 47.4 47.4
Komunikasi Efektif 40 52.6 52.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_ImplementasiSOP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Implementasi SOP Kurang 23 30.3 30.3 30.3
Implementasi SOP Baik 53 69.7 69.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_KerjasamaTim
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kerjasama Tim Kurang 19 25.0 25.0 25.0
Kerjasama Tim Baik 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kategori_GangguanInterupsi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Gangguan/Interupsi Tinggi 28 36.8 36.8 36.8
Gangguan/Interupsi Rendah 48 63.2 63.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
A2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 39 51.3 51.3 51.3
1 37 48.7 48.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
A3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 10 13.2 13.2 13.2
1 66 86.8 86.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
A4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 25 32.9 32.9 32.9
1 51 67.1 67.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
A5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 13 17.1 17.1 17.1
1 63 82.9 82.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
A6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 17 22.4 22.4 22.4
1 59 77.6 77.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
A7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 6 7.9 7.9 7.9
1 70 92.1 92.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
A8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 76 100.0 100.0 100.0
A9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 2 2.6 2.6 2.6
1 74 97.4 97.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
D1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 44 57.9 57.9 57.9
4 32 42.1 42.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
D2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 5 6.6 6.6 6.6
3 60 78.9 78.9 85.5
4 11 14.5 14.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
D3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 19 25.0 25.0 26.3
3 36 47.4 47.4 73.7
4 20 26.3 26.3 100.0
Total 76 100.0 100.0
D4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 7 9.2 9.2 9.2
3 58 76.3 76.3 85.5
4 11 14.5 14.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
D5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 26 34.2 34.2 34.2
3 37 48.7 48.7 82.9
4 13 17.1 17.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
D6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 3 3.9 3.9 3.9
3 68 89.5 89.5 93.4
4 5 6.6 6.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
E1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 29 38.2 38.2 38.2
4 47 61.8 61.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
E2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
3 45 59.2 59.2 60.5
4 30 39.5 39.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
E3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 7 9.2 9.2 9.2
3 45 59.2 59.2 68.4
4 24 31.6 31.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
E4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 48 63.2 63.2 63.2
4 28 36.8 36.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
E5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 5 6.6 6.6 6.6
3 45 59.2 59.2 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
F1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 39 51.3 51.3 51.3
4 37 48.7 48.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
F2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 45 59.2 59.2 60.5
4 30 39.5 39.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
F3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 44 57.9 57.9 57.9
4 32 42.1 42.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
F4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 8 10.5 10.5 14.5
3 43 56.6 56.6 71.1
4 22 28.9 28.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
F5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 3 3.9 3.9 5.3
3 47 61.8 61.8 67.1
4 25 32.9 32.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
F6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 13.2 13.2 13.2
2 7 9.2 9.2 22.4
3 33 43.4 43.4 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
F7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 6 7.9 7.9 7.9
2 7 9.2 9.2 17.1
3 37 48.7 48.7 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
B1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 39 51.3 51.3 52.6
4 36 47.4 47.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
B2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 56 73.7 73.7 75.0
4 19 25.0 25.0 100.0
Total 76 100.0 100.0
B3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 2 2.6 2.6 2.6
3 50 65.8 65.8 68.4
4 24 31.6 31.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
B4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 4 5.3 5.3 5.3
3 54 71.1 71.1 76.3
4 18 23.7 23.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
B5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 11 14.5 14.5 15.8
3 38 50.0 50.0 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
C1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 12 15.8 15.8 17.1
3 33 43.4 43.4 60.5
4 30 39.5 39.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
C2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 22 28.9 28.9 32.9
3 26 34.2 34.2 67.1
4 25 32.9 32.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
C3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 2 2.6 2.6 2.6
2 17 22.4 22.4 25.0
3 31 40.8 40.8 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
G1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 4 5.3 5.3 5.3
4 72 94.7 94.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
G2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 5 6.6 6.6 6.6
4 71 93.4 93.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
G3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 13 17.1 17.1 17.1
4 63 82.9 82.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
G4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 4 5.3 5.3 6.6
4 71 93.4 93.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
G5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 9 11.8 11.8 13.2
4 66 86.8 86.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
G6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 5 6.6 6.6 6.6
4 71 93.4 93.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
G7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 6 7.9 7.9 7.9
4 70 92.1 92.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
G8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 9 11.8 11.8 13.2
4 66 86.8 86.8 100.0
Total 76 100.0 100.0
G9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 2 2.6 2.6 2.6
3 13 17.1 17.1 19.7
4 61 80.3 80.3 100.0
Total 76 100.0 100.0
G10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 13 17.1 17.1 18.4
4 62 81.6 81.6 100.0
Total 76 100.0 100.0
G11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 5 6.6 6.6 7.9
3 16 21.1 21.1 28.9
4 54 71.1 71.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
G12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 4 5.3 5.3 5.3
3 21 27.6 27.6 32.9
4 51 67.1 67.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
G13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 10 13.2 13.2 13.2
3 13 17.1 17.1 30.3
4 53 69.7 69.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
G14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 1 1.3 1.3 1.3
3 17 22.4 22.4 23.7
4 58 76.3 76.3 100.0
Total 76 100.0 100.0