Corpus Alienum Pada Mata
Corpus Alienum Pada Mata
e. Patofisiologi
Debu, kerikil, pasir, serpihan kayu, atau benda lainnya yang masuk ke dalam
mata disebut sebagai korpus alienum. Korpus alienum biasanya mengenai daerah
kornea (lapisan putih mata) dan konjungtiva. Trauma pada mata akibat benda
asing bisa bersifat ringan (superfisial) atau berat (intraokular, masuk ke dalam
mata). Trauma mata ringan pada konjungtiva biasanya akan menyebabkan reaksi
inflamasi (peradangan) dan pelebaran pembuluh darah sehingga mata tampak
merah (hiperemis).
Saat kelopak mata berkedip, cairan mata akan menyebar ke seluruh
permukaan mata dan menjaga kelembabannya. Air mata yang dihasilkan oleh
kelenjar lakrimalis dapat menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang
masuk ke dalam mata. Selain itu, air mata juga mengandung antibodi yang dapat
mencegah infeksi.
Walaupun mata sudah dilengkapi dengan kelopak mata dan punya refleks
berkedip yang sangat cepat tetapi benda asing kadang-kala masih sempat masuk
ke dalam mata, mungkin ini disebabkan karena benda itu sangat kecil dan mata
dalam keadaan terbuka lebar.
f. Komplikasi
Komplikasi pada benda asing di mata, ini tergantung dari jenis benda yang
masuk (inert/tidak inert) dan arah, kecepatan, serta besarnya benda yang masuk ke
mata. Namun ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
1.Endoftalmitis
2.Panoftalmitis
3.Ablasi retina
4.Pendarahan intraokular
5.Ftisis bulbi
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaaan Dengan Oftalmoskop
Dengan oftalmoskop dapat diperiksa keadaan badan kca dan retina sehingga
dapat juga dilihat bila ada benda asing di badan kaca atau retina. Benda asing
tersebut dapat dilihaat dengan oftalmoskop, bila tidak ada kekeruhan badan kaca.
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan pada setiap luka perforasi. Pemeriksaan
radiologi ini dengan melakukan Plane X-Rays dari pada orbita dengan posisi
postero anterior dan lateral, yang mana penting untuk mengetahui ada tidaknya
suatu benda asing yang “radioopak” serta letaknya benda asing tersebut dalam
mata.
h. Penatalaksanaan
1) Tindakan Pengobatan Benda Asing Pada Permukaan Mata
Mata tersebut ditetes dengan anestetik tetes mata. Tetes midriatika ringan
berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 25 disusul dengan antibiotic local.
Mata ditutup dengan beban kain ksa smpai tidak terdapat tanda-tanda erosi
kornea.
2) Tindakan Pengobatan Benda Asing Dalam Bola Mata
Setiap benda asing di dalam bola mata pada dasarnya harus dikeluarkan. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan:
1. Jenis benda asing tersebut, apakah inert atau benda reaktif
2. Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan
3. Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer (ABCDE)
1) Airway
Kaji bersihan jalan napas. Pada keadaan corpus alienum biasanya tidak terjadi
masalah/sumbatan jalan napas.
2) Breathing
Kaji pola napas. Normal/bernapas spontan
3) Circulation
Kaji sirkulasi : TD (hipotensi/hipertensi), cianosis, denyut nadi (takikardi atau
bradikardi), ada tidaknya distensi vena jugularis.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran. Dapat terjadi cemas, gelisah, dan perubahan status
mental karena ternyadinya rangsangan nyeri pada bola mata.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan konjungtiva ditandai
dengan masuknya benda asing (corpus alienum) pada mata.
2) Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
penglihatan.
3) Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai
dengan klien banyak bercerita tentang apa yang dialami dan bertanya tentang
penyakitnya.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
c. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRETERIA HASIL INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d proses peradangan NOC : Pain Management
Pain Level,
konjungtiva ditandai dengan masuknya Lakukan pengkajian nyeri secara
benda asing (corpus alienum) pada mata. Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Batasan Karakteristik Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
□ Diaphoresis Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
□ Dilatasi pupil Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab Observasi reaksi nonverbal dari
□ Ekspresi wajah nyeri nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
□ Focus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri masa
□ Keluhan tentang intensitas mencari bantuan) lampau
menggunakan standar skala nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan Kurangi faktor presipitasi nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES, menggunakan manajemen nyeri Pilih dan lakukan penanganan
skala analog visual, skala penilaian Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, nyeri (farmakologi, non
numerik) frekuensi dan tanda nyeri) farmakologi dan inter personal)
□ Perilaku distraksi Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
□ Perubahan selera makan berkurang menentukan intervensi
□ Putus asa Tanda vital dalam rentang normal Ajarkan tentang teknik non
□ Sikap melindungi area nyeri
farmakologi
□ Sikap tubuh melindungi Berikan analgetik untuk
Faktor yang berhubungan : mengurangi nyeri
□ Agens cedera biologis (mis., Kolaborasikan dengan dokter
infeksi, iskemia, neoplasma) jika ada keluhan dan tindakan
□ Agens cedera fisik (mis., abses, nyeri tidak berhasil
amputasi, luka bakar, terpotong, Analgesic Administration
mengangkat berat, prosedur bedah, Cek instruksi dokter tentang
trauma, olahraga berlebihan) jenis obat, dosis, dan frekuensi
□ Agens cedera kimiawi (mis., luka Cek riwayat alergi
bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard)
2. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko masuknya Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
organisme patogen Knowledge : Infection control Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : Risk control dipakai pasien lain
□ Prosedur Infasif Cuci tangan setiap sebelum dan
□ Ketidakcukupan pengetahuan untuk Kriteria Hasil : sesudah tindakan kperawtan
menghindari paparan patogen Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Gunakan baju, sarung tangan
□ Trauma sebagai alat pelindung
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
□ Kerusakan jaringan dan peningkatan timbulnya infeksi Infection Protection (proteksi
paparan lingkungan Jumlah leukosit dalam batas normal terhadap infeksi)
□ Ruptur membran amnion Menunjukkan perilaku hidup sehat Monitor tanda dan gejala infeksi
□ Agen farmasi (imunosupresan) sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
penglihatan
Menggunakan cahaya yang adekuat dalam Terapi kegiatan
melakukan aktifitas Intervensi:
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan THT Edisi 6.
1997; hal.57-59.
Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2011. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
Ajar Respirologi, 2012 . Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, hal. 420-426.
Edwad Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda Asing di Liang
Telinga. 2013. Diakses darihttp://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_
tingkap_lonjong.pdf pada tanggal 1 Oktober 2017.
Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012; hal.53.
Ganong, William F.2010. Patofisiologis Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi
5. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC: Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar
Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.
Rukmini, Sri. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk
Perawat. Surabaya
Smeltzer, Suzzanne C. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC