Anda di halaman 1dari 18

Corpus Alienum pada Mata

1. Konsep Dasar Penyakit Corpus Alienum pada Mata


a. Definisi Corpus Alienum (Benda Asing) pada Mata
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam
istilah medis. Benda asing adalah suatu benda yang ada dalam tubuh yang
seharusnya tidak ada. Benda asing yang masuk ke mata itu biasanya berukuran
kecil. Benda kecil (serpihan logam atau kayu) sering melekat di daerah sklera,
konjungtiva atau kornea.
b. Klasifikasi
1) Benda Asing di Kelopak Mata
Benda asing di kelopak mata bagian luar biasanya mudah ketahuan dengan
meraba kelopak mata dari luar secara hati-hati. Mengeluarkan benda asing itu
biasanya mudah, yaitu dikorek melalui lubang masuknya tanpa perlu
membesarkan lubang itu, namun kadang-kadang lubang itu dibesarkan. Lubang
yang besar itu perlu dijahit dan apabila menembus agak dalam (sampai fasia tarso-
orbitotornya perlu dijahit dengan kat gut nomor 0000(4-0), sedangkan kulit
kelopaknya dijahit dengan zyde 000000(6-0).
2) Benda Asing di Konjungtiva Mata
Benda asing yang masuk ke konjungtiva mata, biasanya bersarang dilekuk
antara selaput lendir kelopak mata dan bola mata, sehingga bila mata berkedip-
kedip, benda asing itu akan menggores permukaan kornea. Benda asing yang
bersarang di konjungtiva kelopak mata atas dkeluarkan dengan jalan membalikkan
kelopak mata atas, lalu benda asing itu dikeluarkan.
3) Benda Asing di Kornea Mata
Benda asing di kornea harus segera dikeluarkan agar tidak terjadi kerusakan
lebih parah, karena barang asing itu dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea.
Untuk mencari dan menentukan benda asing itu, kadang-kadang perlu dipakai
lensa pembesar, senter, dan lampu kepala. Setelah ditentukan letak benda asing di
kornea, diteteskan anestesi 1-2 menit sebanyak 4-5 kali. Setelah penetesan
anestesi, mata harus ditutup terlebih dahulu agar obat anestesi bekerja.
4) Benda Asing di Sklera Mata
Benda asing pada sklera mata biasanya tidak begitu berbahaya seperti di
kornea. Sebab sklera itu tidak dilalui cahaya dan berwarna putih susu, sehingga
bila terjadi goresan, tidak mengakibatkan apa-apa. Cara mengeluarkan benda
asing itu di sklera mata sama dengan mengeluarkan di tempat lain dalam mata
c. Etiologi
Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu,
kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan
menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya klien
mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau
penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea cedera karna kornea
mengandung saraf sensori berada dibawah epitel. Klien juga bisa mengalami
epifora dan fotofobia.

d. Tanda dan Gejala


Nyeri tajam diikuti rasa terbakar, Epifora, Hiperemis konjugtiva, Terasa
mengganjal jika bola mata digerakkan ketika mata tertutup, Terasa adanya
goresan ketika mata berkedip, Mata kabur atau penurunan visus pada mata yang
terkena, Perdarahan konjungtiva/subkonjungtiva (kadang dihubungkan dengan
cedera penetrasi), Hifema sebagai tanda terjadinya cedera yang signifikan,
Blefarospasme (penutupan kedua kelopak mata diluar kontrol karena kontraksi
otot kelopak mata). , Injeksi siliar atau injeksi konjungtiva (melebarnya pembuluh
darah arteri konjungtiva posterior)

e. Patofisiologi
Debu, kerikil, pasir, serpihan kayu, atau benda lainnya yang masuk ke dalam
mata disebut sebagai korpus alienum. Korpus alienum biasanya mengenai daerah
kornea (lapisan putih mata) dan konjungtiva. Trauma pada mata akibat benda
asing bisa bersifat ringan (superfisial) atau berat (intraokular, masuk ke dalam
mata). Trauma mata ringan pada konjungtiva biasanya akan menyebabkan reaksi
inflamasi (peradangan) dan pelebaran pembuluh darah sehingga mata tampak
merah (hiperemis).
Saat kelopak mata berkedip, cairan  mata akan menyebar ke seluruh
permukaan mata dan menjaga kelembabannya. Air mata yang dihasilkan oleh
kelenjar lakrimalis dapat menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang
masuk ke dalam mata. Selain itu, air mata juga mengandung antibodi yang dapat
mencegah infeksi.
Walaupun mata sudah dilengkapi dengan kelopak mata dan punya refleks
berkedip yang sangat cepat tetapi benda asing kadang-kala masih sempat masuk
ke dalam mata, mungkin ini disebabkan karena benda itu sangat kecil dan mata
dalam keadaan terbuka lebar.
f. Komplikasi
Komplikasi pada benda asing di mata, ini tergantung dari jenis benda yang
masuk (inert/tidak inert) dan arah, kecepatan, serta besarnya benda yang masuk ke
mata. Namun ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
1.Endoftalmitis
2.Panoftalmitis
3.Ablasi retina
4.Pendarahan intraokular
5.Ftisis bulbi

g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaaan Dengan Oftalmoskop
Dengan oftalmoskop dapat diperiksa keadaan badan kca dan retina sehingga
dapat juga dilihat bila ada benda asing di badan kaca atau retina. Benda asing
tersebut dapat dilihaat dengan oftalmoskop, bila tidak ada kekeruhan badan kaca.
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan pada setiap luka perforasi. Pemeriksaan
radiologi ini dengan melakukan Plane X-Rays dari pada orbita dengan posisi
postero anterior dan lateral, yang mana penting untuk mengetahui ada tidaknya
suatu benda asing yang “radioopak” serta letaknya benda asing tersebut dalam
mata.

h. Penatalaksanaan
1) Tindakan Pengobatan Benda Asing Pada Permukaan Mata
Mata tersebut ditetes dengan anestetik tetes mata. Tetes midriatika ringan
berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 25 disusul dengan antibiotic local.
Mata ditutup dengan beban kain ksa smpai tidak terdapat tanda-tanda erosi
kornea.
2) Tindakan Pengobatan Benda Asing Dalam Bola Mata
Setiap benda asing di dalam bola mata pada dasarnya harus dikeluarkan. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan:
1. Jenis benda asing tersebut, apakah inert atau benda reaktif
2. Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan
3. Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer (ABCDE)
1) Airway
Kaji bersihan jalan napas. Pada keadaan corpus alienum biasanya tidak terjadi
masalah/sumbatan jalan napas.
2) Breathing
Kaji pola napas. Normal/bernapas spontan
3) Circulation
Kaji sirkulasi : TD (hipotensi/hipertensi), cianosis, denyut nadi (takikardi atau
bradikardi), ada tidaknya distensi vena jugularis.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran. Dapat terjadi cemas, gelisah, dan perubahan status
mental karena ternyadinya rangsangan nyeri pada bola mata.

Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)


 SAMPLE
1) Sign and Simptom
Kaji tanda dan gejala pada pasien korpus alienum pada mata.
2) Alergi
Kaji adanya alergi makanan, dan obat.
3) Medication/obat-obatan
Kaji oba-obatan yang diminum seperti sedang mengalami pengobatan
hipertensi, kencing manis, jantung, dosis atau penyalahgunaan obat.
4) Penyakit penyerta/Pregnant.
Kaji penyakit yang dimiliki pasien selain DHF seperti DM, HT, atau terjadi
kehamilan/haid.
5) Last Meal
Kaji makanan terakhir yang dikonsumsi pasien, dikonsumsi berapa jam
sebelum kejadian, periode menstruasi juga dikaji.
6) Event or Environment.
Kaji kejadian yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan terjadinya keluhan utama)
 Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
a) Rambut
Mengaji warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut, palpasi
kepala.
b) Wajah
Simetris atau tidak, apakah ada nyeri tekan
Tanda: Muka tampak kemerahan karena demam (flusy).
c) Mata
Apakah ada benda asing yang masuk seperti logam, emas, batu dan lain
sebagianya, lihat bila ada kelainan pada konjungtiva dan bagian mata lainnya.
Apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
Tanda: mata anemis
d) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
e) Hidung
kaji pernapasan cuping hidung, nyeri tekan, keluar sekret
Tanda: Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)
2) Mulut
Tanda: Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi dan nyeri telan.
Tenggorokan, kaji adanya tanda-tanda peradangan tonsil, infeksi faring, cairan
eksudat
Tanda: tenggorokan mengalami hiperemia pharing
3) Leher
Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran vena
jugularis
4) Thorax
Tanda: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
Ronchi (+)
5) Jantung
Bagaimana frekuensi iramanya jantung, Adakah bunyi tambahan, Adakah
bradicardi atau tachycardia
6) Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen, Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus, Adakah pembesaran lien dan hepar, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas
7) Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya, Turgor kulit
menurun, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
Tanda: Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
8) Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, cepat lelah, lemah dan nyeri
Tanda: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
9) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi, Poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih
 Mekanisme cedera
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menonjol pada pasien korpus alienum untuk datang ke Rumah
Sakit adalah rasa nyeri dan mengganjal pada bola mata disertai keluar cairan
yang berlebih pada mata.
b) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan rasa nyeri dan mengganjal pada bola mata disertai
keluar cairan yang berlebih pada mata
c) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita.

d) Riwayat Terjadinya Trauma


Trauma karena suatu ledakan, akan menimbulkan suatu perforasi
karena benda tersebut masuk dengan kecepatan yang tinggi dan biasanya benda
tersebut dapat mencapai segmen posterior. Trauma waktu sedang
menggunakan palu dan pahat selalu harus dipikirkan kemungkinan benda
tersebut terdapat pada segmen posterior. Trauma karena pecahan kaca waktu
kecelakaan mobil atau pecahnya kaca mata waktu jatuh, bila pecahan kaca
dapat masuk biasanya akan berada di segmen anterior yang mempunyai
kemungkinan jatuh di sudut bilik mata depan.
e) Pemeriksaan Keadaan Mata Akibat Trauma
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik diperlukan suatu lamu
dengan penerangan yang baik (sentelop) dan kaca pembesar (loupe), lebih baik
lagi kalau ada slit-lamp. Hal ini penting karena trauma perforasi yang sangat
kecil bila tanpa penerangan lampu yang baik serta loupe mungkin luka kecil akan
luput dari pengamatan.
f) Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota keluarga / lingkungan yang mengalami korpus alienum
 Reevaluasi tanda vital
 Pemeriksaan Diagnostik

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan konjungtiva ditandai
dengan masuknya benda asing (corpus alienum) pada mata.
2) Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
penglihatan.
3) Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai
dengan klien banyak bercerita tentang apa yang dialami dan bertanya tentang
penyakitnya.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
c. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRETERIA HASIL INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d proses peradangan NOC : Pain Management
         Pain Level,
konjungtiva ditandai dengan masuknya  Lakukan pengkajian nyeri secara
benda asing (corpus alienum) pada mata.          Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Batasan Karakteristik          Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
□ Diaphoresis Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
□ Dilatasi pupil  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal dari
□ Ekspresi wajah nyeri nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
□ Focus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,  Evaluasi pengalaman nyeri masa
□ Keluhan tentang intensitas mencari bantuan) lampau
menggunakan standar skala nyeri  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES, menggunakan manajemen nyeri  Pilih dan lakukan penanganan
skala analog visual, skala penilaian  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, nyeri (farmakologi, non
numerik) frekuensi dan tanda nyeri) farmakologi dan inter personal)
□ Perilaku distraksi  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
□ Perubahan selera makan berkurang menentukan intervensi
□ Putus asa          Tanda vital dalam rentang normal  Ajarkan tentang teknik non
□ Sikap melindungi area nyeri
farmakologi
□ Sikap tubuh melindungi  Berikan analgetik untuk
Faktor yang berhubungan : mengurangi nyeri
□ Agens cedera biologis (mis.,  Kolaborasikan dengan dokter
infeksi, iskemia, neoplasma) jika ada keluhan dan tindakan
□ Agens cedera fisik (mis., abses, nyeri tidak berhasil
amputasi, luka bakar, terpotong,  Analgesic Administration
mengangkat berat, prosedur bedah,  Cek instruksi dokter tentang
trauma, olahraga berlebihan) jenis obat, dosis, dan frekuensi
□ Agens cedera kimiawi (mis., luka  Cek riwayat alergi
bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard)
2. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko masuknya  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
organisme patogen  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko :  Risk control dipakai pasien lain
□ Prosedur Infasif  Cuci tangan setiap sebelum dan
□ Ketidakcukupan pengetahuan untuk Kriteria Hasil : sesudah tindakan kperawtan
menghindari paparan patogen  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Gunakan baju, sarung tangan
□ Trauma sebagai alat pelindung
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
□ Kerusakan jaringan dan peningkatan timbulnya infeksi Infection Protection (proteksi
paparan lingkungan  Jumlah leukosit dalam batas normal terhadap infeksi)
□ Ruptur membran amnion          Menunjukkan perilaku hidup sehat  Monitor tanda dan gejala infeksi
□ Agen farmasi (imunosupresan) sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup

3. Gangguan persepsi sensori : penglihatan NOC: NIC:


b.d gangguan penerimaan sensori/status Fungsi sensori : penglihatan Peningkatan komunikasi : defisit
organ indera ditandai dengan menurunnya penglihatan
ketajaman penglihatan. Kriteria Hasil: Intervensi:
Batasan Karakteristik :  Ketajaman penglihatan pusat (kiri)  Catat reaksi pasien terhadap
□ Melaporkan atau menunjukkan  Ketajaman penglihatan pusat (kanan) rusaknya penglihatan (misal,
perubahan sensori akut  Ketajaman penglihatan sekitar (kiri) depresi, menarik diri, dan
□ Iritabilitas  Ketajaman penglihatan sekitar (kanan) menolak kenyataan)
□ Disorientasi waktu, tempat, orang  Menerima reaksi pasien terhadap
 Lapang pandang pusat (kiri)
□ Perubahan kemampuan pemecahan rusaknya penglihatan
 Lapang pandang pusat (kanan)
masalah  Andalkan penglihatan pasien yang
 Lapang pandang sekitar (kiri)
□ Perubahan pola perilaku.  Lapang pandang sekitar (kanan) tersisa sebagaimana mestinya
 Respon untuk rangsangan penglihatan  Sediakan kaca pembesar atau
Kompensasi tingkah laku penglihatan kacamata prisma sewajarnya
untuk membaca
Kriteria Hasil:  Sediakan bahan bacaan Braille,
 Monitor gejala dari kemunduran penglihatan sebagaimana perlunya
 Posisikan sendiri untuk kebaikan penglihatn  Bacakan surat, koran, dan

 Mengingatkan untuk menggunakan teknik informasi lainnya pada pasien

penglihatan
 Menggunakan cahaya yang adekuat dalam Terapi kegiatan
melakukan aktifitas Intervensi:

 Menggunakan kacamata dengan benar  Bekerjasama dengan tenaga

 merawat kacamata dengan benar kesehatan, dokter, dan/atau ahli


terapis dalam merencanakan dan
 Menggunakan kontak lensa dengan benar
memantau kegiatan program
 Menggunakan tulisan
sebaimana mestinya
 Tentukan komitmen pasien untuk
meningkatkan frekuensi dan/atau
jangkauan kegiatan
 Bantu untuk menemukan makna
diri melalui aktivitas yang biasa
(misalnya bekerja) dan/atau
aktivitas liburan yang disukai
 Bantu memilih kegiatan yang
sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social
 Bantu untuk memfokuskan pada
apa yang dapat dilakukan pasien
bukan pada kelemahan pasien
 Bantu mengidentifikasi dan
memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan yang
dikehendaki
4. Ansietas b.d tindakan invasive NOC: NIC:
Batasan Karakteristik Tingkat kecemasan: Mengurangi rasa cemas
Perilaku : Kriteria Hasil: Intervensi :
□ Penurunan produktivitas  Kegelisahan  Tenangkan klien dan
□ Gerakan yang ireleven  Rasa khawatir melakukan pendekatan.
□ Gelisah  Ketegangan otot  Kaji perspektif situasi
□ Melihat sepintas  6Ketegangan wajah stress klien.
□ Insomnia  Iritabilitas  Berikan informasi
□ Kontak mata yang buruk  Masalah prilaku faktual mengenai diagnosis,
Faktor Yang Berhubungan : terapi, dan prognosis.
 Panic
□ Perubahan dalam (status ekonomi,  Bantu pasien untuk
 Tekanan darah meningkat
lingkungan,status kesehatan, pola untuk meminimalisir rasa cemas
 Denyut nadi meningkat
interaksi, fungsi peran, status yang timbul.
 Pernapasan meningkat
peran)
 Gangguan tidur
□ Pemajanan toksin
□ Terkait keluarga
□ Herediter
□ Infeksi/kontaminan interpersonal
d. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien.

e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan THT Edisi 6.
1997; hal.57-59.
Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2011. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika

Ajar Respirologi, 2012 . Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, hal. 420-426.

Dimas. 2008. Benda Asing Saluran Nafas. (Online) Available:


http://www.smallcrab.com/kesehatan/1268-benda-asing-di-saluran-nafas . Diakses
tanggal 1 Oktober 2017 Pukul 17.00 WITA

Edwad Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda Asing di Liang
Telinga. 2013. Diakses darihttp://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_
tingkap_lonjong.pdf pada tanggal 1 Oktober 2017.

Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012; hal.53.

Ganong, William F.2010. Patofisiologis Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi
5. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC: Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar
Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.

Nurjaman,Intansari.2015.Nursing Interventions Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Moco Media

Nurjaman,Intansari.2015.Nursing Outcomes Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Moco Media


Price, Sylvia A.2006.Patofisiologi : Konsep klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Brunner & Suddarth
Jilid II Edisi 8. Jakarta : EGC

Rukmini, Sri. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk
Perawat. Surabaya

Smeltzer, Suzzanne C. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai