LTA HANA IQOMATUL Revisi 3
LTA HANA IQOMATUL Revisi 3
i
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
laporan Akhir Profesi Ners, Agustus 2020
ABSTRAK
Penyakit nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya
batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan penyebab
terbanyak kelainan saluran kemih. Pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara
garis besar pem-bentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Sebagian besar kasus Nefrolitiasis (batu ginjal) tatalaksana yang diberikan salah satunya dengan
teknik Nefrolitotomi.
Menurut WHO di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu
ginjal. Dari jumlah 100 penderita, Penyakit ini merupakan penyakit terbanyak di bidang
urologi. Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan
nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%),
diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%)
[ CITATION Fau16 \l 1057 ]. Dari data yang didapat di Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani
Metro di ruang bedah diperoleh kasus sebanyak 86 pasien dengan kasus batu ginjal.
Tujuan penulisan laporan ini adalah menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan
perioperatif pada kasus nefrolitiasis dengan tindakan nefrolitotomi. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada tahap pengkajian, dengan melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Subyek dalam laporan ini adalah pasien nefrolitiasis dengan
tindakan operasi nefrolitotomi.
Asuhan keperawaan dilakukan pada 19 Februari 2020 di instalasi bedah sentral Jendral Ahmad
Yani Metro tahun 2020. Hasil laporan kasus ditemukan pasien tampak cemas, pasien tampak terus
menanyakan prosedur yang akan dilakukan, Pasien juga mengatakan ini adalah operasinya yang
kedua kali tetapi dirinya tetap merasa cemas dan takut. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan
masalah keperawatan preoperasi yaitu ansietas berhubungan dengan suasana menjelang
pembedahan. Sedangkan di intraoperasi masalah keperawatan yaitu resiko hipotermi Dan untuk
masalah keperawatan pascaoperasi yaitu hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis.
Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka disusunlah rencana dan implementasi keperawatan
serta evaluasi keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yaitu Ansietas pada
preoperasi dapat menurun, resiko hipotermi pada intraoperasi tidak terjadi, dan hipotermi pada post
operasi teratasi . Batu ginjal merupakan kasus yang sering terjadi dimasyarakat bila tidak segera
ditangani ada komplikasi penyakit lainnya.
ii
POLITEKNIK HEALTH TANJUNGKARANG
DEPARTMENT OF NURSING
PROFESSIONAL STUDY PROGRAM NERS
Report the final profession Ners, August 2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Akhir Profesi Ners ini. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners. Saya
menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Laporan akhir profesi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
Poltekkes Tanjungkarang
3. Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat, Selaku dosen pembimbing u t a m a yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
skripsi ini;
6. Pihak RSUD Jendral Ahmad Yani Metro yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv
BIODATA PENULIS
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamiin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat yang tiada terhingga dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada
baginda besar kita Rosulullah Muhammad SAW. Atas Ridho dan kehendak-Mu ku
persembahkan karya ilmiah ku ini untuk orang terkasih dalam hidupku.
1. Teruntuk cahaya hidupku, Ayah dan Ibu tercinta (Akhmad Solihin dan Sugiyanti)
sebagai motivator terbesar dalam hidupku, yang tak pernah henti memanjatkan do’a
kepada-Nya dan berjuang untuk putri pertama tercinta dalam setiap sujudnya. Serta
selalu menantikan keberhasilan ku menjadi seorang sarjana.
2. Untuk saudaraku yang sangat kusayangi (Muhammad Yusuf) yang selalu menerimaku
sebagai kakak dengan segala kekuranganku. Terimakasih kalian adalah cerita terindah
dalam hidupku.
3. Teruntuk ibu Dr. Anita, M. Kep., Sp. Mat dan bapak Purbianto, S.Kp., M.Kep.,
Sp.KMB Selaku pembimbing yang selalu menyempatkan waktu disela kesibukannya
untuk membimbing saya dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
4. Terimakasih untuk teman-temanku Ners Angkatan 2, terimakasih untuk 1 tahun yang
berarti, takkan ku lupa.
5. Terimakasih untuk teman-temanku yang membantu aku dalam proses menjadi lebih
baik lagi.
Ku persembahkan karya ku ini untuk semua orang yang kusayangi dan menyayangiku serta
untuk semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN
AKHIR PROFESI NERS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
( ……………….…. )
vii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Profesi Ners pada
Program Studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Tanjungkarang
Kemenkes RI
TIM PENGUJI
Ditetapkan di : Bandarlampung
Tanggal :..........................
viii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 1914901027
ix
DAFTAR ISI
Halaman
D. Jurnal Terkait........................................................................31
xi
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Fokus Asuhan Keperawatan .....................................................33
B. Subyek Asuhan Keperawatan....................................................33
C. Lokasi Dan Waktu.....................................................................33
D. Pengumpulan Data.....................................................................34
E. Penyajian Data...........................................................................35
F. Prinsip Etik.................................................................................35
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 : Klasifikasi Pembedahan...............................................................6
Tabel 2.2 : Renpra Masalah Keperawatan Nyeri Akut.................................12
Tabel 2.3 : Renpra Masalah Keperawatan Praoperasi Ansietas...................14
Tabel 2.4 : Renpra Masalah Keperawatan Intraoperasi Resiko cidera.........16
Tabel 2.5: Renpra Masalah Keperawatan Pasca Operasi resiko tinggi
pola nafas tidak efektif ...............................................................20
Tabel 2.6 : Renpra Masalah Keperawatan Pascaoperasi Hipotermi.............21
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat perioperatif.....21
Gambar 2.2 Nefrolitiasis...................................................................................23
Gambar 2.3 Patways Batu Ginjal......................................................................27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang
menderita batu ginjal. Dari jumlah 100 penderita, Penyakit ini
merupakan penyakit terbanyak di bidang urologi. Di Amerika serikat
sendiri penyakit terbanyak pada system perkemihan yaitu penyakit batu
ginjal dengan presentase 30% dari jumlah 100.000 jumlah penderita batu
ginjal. Di Negara barat lebih 90% batu saluran kemih diterapi secara
minimal invasif atau endourologi, dan sisanya secara medikamentosa
maupun operatif [ CITATION Sep16 \l 1057 ].
Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran
kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian tebanya pada ginjal, yaitu
1
di pasu ginjal dan calcyx re-nalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat,
atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam urin (Sun et al., 2010
dalam [ CITATION Pat11 \l 1057 ].
Pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar
pem-bentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain umur, jenis kelamin dan keturunan.
Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat
atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain sebagainya (Eric, 2005
dalam [ CITATION Pat11 \l 1057 ].
Prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi yang dapat menimbulkan
rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam integritas tubuh,
jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Ansietas adalah kondisi emosi dan
pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman[ CITATION Tim16 \l 1057 ] . Setiap pasien yang akan
menjalani prosedur operasi akan dilakukan prosedur anestesi dan efek dari
anastesi umum adalah hipotermi. Menurut teori dari [ CITATION Set16 \l 1057 ]
dalam [ CITATION Mub17 \l 1057 ] menyebutkan bahwa pasien pasca general
anastesi biasanya mengalami beberapa gangguan salah satunya yaitu
Hipotermi. Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain
itu juga karna efek dari obat-obatan yang dipakai, faktor usia, lamanya
2
operasi, dan jenis kelamin perempuan lebih beresiko terkena hipotermi pasca
anastesi. Sehingga diagnosa yang sering muncul post operasi adalah
hipotermi berhubungan dengan agen farmakologi (Anastesi GA). Hal ini
didukung oleh teori dari Smeltzer (2011) yang mengatakan bahwa pasien
pasca bedah dapat mengalami hipotermi yang dapat terjadi pada periode peri-
operasi hingga berlanjut pada periode pasca operasi di ruang pemulihan,
sebagai akibat sekunder dari suhu yang rendah di ruang operasi, infus dengan
cairan yang dingin, inhalasi dengan gas yang dingin, kavitas atau luka yang
terbuka, aktivitas otot yang menurun, usia yang lanjut atau agen obat – obatan
yang digunakan, seperti anestesi dan vasodilator. Menurut SDKI tahun 2018,
hipotermi adalah di mana suhu tubuh berada dibawah batas rentang normal
yaitu 36,50c.
Selain masalah psikologis masalah fisik yang paling sering terjadi pada pasien
perioperatif adalah risiko cidera, dan hipotermi [ CITATION Placeholder2 \t \l
1033 ]. Dari masalah-masalah tersebut perlu diberikan asuhan keperawatan
yang tepat sesuai dengan diagnosa yang ditemukan pada pasien agar tidak
terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan. Asuhan keperawatan adalah
segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek keperawatan yang
diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) [ CITATION Car09 \l 1033 ]. Sedangkan keperawatan perioperatif
merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan rencana asuhan secara
individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang
mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).
3
Berdasarkan survey di Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro di
ruang bedah diperoleh data pada tahun 2019 selama 3 bulan yang lalu
sebanyak 180 pasien dengan kasus batu ginjal dan masalah yang biasa
diangkat oleh tenaga keperawatan di Ruang bedah Rumah Sakit Umum
Jendral Ahmad Yani Metro adalah Nefrolitiasis.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul Asuhan keperawatan perioperatif pada kasus nefrolitiasis
dengan tindakan nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani
Metro tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah asuhan keperawatan perioperatif pada kasus nefrolitiasis
dengan tindakan nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani
Metro tahun 2020 ?“
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada kasus
nefrolitiasis dengan tindakan nefrolitotomi di instalasi bedah sentral
RSUD Ahmad Yani Metro tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Gambarkan asuhan keperawatan pre operasi dengan tindakan
nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani Metro
tahun 2020.
b. Gambarkan asuhan keperawatan intra operasi dengan tindakan
nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani Metro
tahun 2020.
c. Gambarkan asuhan keperawatan post operasi dengan tindakan
nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani Metro
tahun 2020.
4
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang penyakit nefrolitiasis (Batu
Ginjal) sehingga dapat mencegah angka kesakitan dan angka kematian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat melaksanakan proses asuhan keperawatan perioperatif
pada kasus nefrolitiasis dengan tindakan operasi nefrolitotomi dan
dapat menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan
perioperatif pada kasus nefrolitiasis dengan tindakan operasi
nefrolitotomi
b. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini nantinya dapat dijadikan bahan masukan alam proses
pembelajaran tentang asuhan keperawatan perioperatif pada kasus
nefrolitiasis dengan tindakan operasi nefrolitotomi serta dijadikan
bahan bacaan di Poltekkes Tanjung Karang.
c. Bagi Rumah Sakit
Studi kasus ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bahan
masukan serta bahan pertimbangan dalam proses asuhan keperawatan
perioperatif pada kasus nefrolitiasis dengan tindakan operasi
nefrolitotomi
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan studi kasus ini meliputi: Asuhan Keperawatan
Post Operasi Dengan Tindakan Nefrolitotomi Di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Ahmad Yani Metro Tahun 2020.
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
kotor jas yang dipakai saat operasi menandakan bahwa orang itu
berpengalaman. Cuci tangan bedah dilakukan setelah tindakan operasi
selesai bukan sebelumnya.
Setelah melalui proses yang panjang, pada akhir tahun 1800-an, gagasan
mikroorganisme yang berlaku hingga sekarang melai mengambil
bentuknya. Gagasan ini dipelopori oleh ilmuan terkemuka, misalnya
Louis Pasteur dan Joseph Lister. Riset pasteur adalah hubungan antara
mikroorganisme dengan penyakit, sedangkan temuan Lister adalah
bahwa pengendalian mikroorganisme (saat ini kita knal dengan teknik
aseptik) dapat mengontrol infeksi [ CITATION Mut09 \l 1057 ].
c. Instrumen bedah
Dahulu, instrumen sudah dapat bertahan lama, tetap masih terdapat
masalah besar. Terjadi penumpukan kotoran di bagian sendi/ sambungan
instrumen. Sehingga pembersihan dan sterilisasi instrumen sulit
dilakukan. Perang dunia ke-2 memicu terjadinya kemajuan besar dalam
bidang instrumentasi pembedahan. Komposisis baja karbon kemudian
dikalahkan oleh stainless steel yang berkembang di jerman. Stainless
steel adalah suatu campuran logam yang terdiri atas besi,karbon dan
krominum. Setiap penambahan akan mengubah sifat akhir
produk[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
2. Klasifikasi Pembedahan
Klasifikasi dapat memberikan indikasi pada perawat tentang tingkat asuhan
keperawatan yang diperlukan pasien.
Tabel 2.1 Klasifikasi Pembedahan
Klasifikasi Jenis Pengertian Contoh
Keseriusan Mayor Melibatkan rekonstruksi atau Bypass arteri
perubahan yang luas pada bagian koroner, reseksi
tubuh, memberikan dampak resiko kolon, reseksi
yang tinggi bagi kesehatan. lobus paru dll.
8
Minor bagian tubuh, sering dilakukan untuk Ekstrasi katarak,
memperbaiki deformitas, dan dengan graft kulit, operasi
resiko yang lebih kecil daripada bedah plastik.
mayor.
Urgensi Elektif Pembedahan dilakukan berdasarkan Rekonstruksi
pilihan pasien, tidak penting dan tidak payudara atau
dibutuhkan untuk kesehatan. vagina, bedah
plastik pada wajah.
Perforasi apendiks,
Pembedahan harus segera dilakukan amputasi
untuk menyelamatkan jiwa. traumatik,
Darurat mengontrol
perdarahan.
Tujuan Diagnostik Pembedahan untuk pemeriksaan lebih Bippsi massa
lanjut. tumor.
Cangkok ginjal,
Mengganti organ atau struktur yang total hip
mengalami malfungsi. replacement.
Transplantasi
Mengembalikan fungsi yang hilang Bibir sumbing,
akibat anomali kongenital. penutupan defek
katup jantung.
Konstruktif
Sumber : [ CITATION Per05 \l 1057 ]
9
3. Modalitas Manajemen Keperawatan Perioperatif
a. Peran Perawat di Kamar Operasi
Peran perawat perioperatif tampak meluas, mulai dari praoperatif,
intraoperatif, sampai post operatif. Peran perawat dikamar operasi ( di
indonesia dikenal dengan sebutan OK ). Berdasarkan fungsi dan tugasnya di
bagi menjadi 3, yaitu perawat instrumen, perawat administratif, dan perawat
anastesi. Berikut peran perawat di kamar operasi :
10
tersebut, perawat instrumen harus berdiri dalam waktu lama dan
dibutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapar
mengikuti jalannya pembedahan secara optimal, dibutuhkan kekuatan dan
ketahanan fisik yang baik.
3) Keterampilan
Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor, manual dan
interpersonal yang kuat. Agar dapat mengikuti setiap jenis pembedahan
yang berbeda-beda, perawat instrumen di harapkan mampu untuk
mengintegrasikan anatara keterampilan yang dimiliki dengan keinginan
dari operator bedah pada setiap tindakan yang dilakukan dokter bedah dan
asisten bedah.
4) Pengetahuan
Pengetahuan yang optimal tentang prosedur tetap pembedahan yang
berlaku akan memberikan arah pada peran yang akan dilaksanakan.
5) Sikap profesional
Pada kondisi pembedahan pada tingkat kerumitan yang tinggi, timbul
kemungkinan perawat melakukan kesalahan saat menjalankan perannya.
Oleh karena itu, perawat harus bersikap profesional dan menerima teguran.
11
a) Menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai dengan jenis
operasinya
b) Harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan instrumen kepada
ahli bedah
c) Harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik bedah yang sedang
dikerjakan
d) Melakkan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi
e) Harus mempertahankan integritas lapangan steril selama pembedahan
f) Dalam menangani intrumen, perawat instrumen harus mengawasi semua
aturan keamanan yang terkait
g) Harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan pemakaian
h) Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada tim bedah mengenai
setiap pelanggaran teknik aseptik selama pembedahan
i) Menghitung kasa, jarum,benang, dan instrumen sebelum pembedahan
dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi
[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
12
Perawat anastesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anastesi,
diploma anastesi, atau D-III Keperawatan yang mengikuti pelatihan asisten
salama satu tahun. Di indonesia, perawat anastesi lebih dikenal dengan sebutan
penata anastesi.
i. Manajemen Hemostatis
13
Hemostatis yang adekuat merupakan fondasi dari tindakan operasi. Apabila
pasien mengidap gangguan mekanisme pembekuan, maka ahli bedah harus
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hemostatis, sifat cidera yang
terjadi,dan pengobatan yang tersedia[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
14
e) Sistem pernafasan, Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba
di kamar operasi.
f) Sistem gastrointestinal, berapa kali bising usus pasien permenit
g) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi
h) Pemeriksaan lainnya seperti nyeri tekan pada pinggang sebelah kanan atau
kiri
i) Sistem saraf, bagaimanakah status kesadaran
j) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
15
a) Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harusmemberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah).
16
1. Diagnosa keperawatan perioperatif menurut [ CITATION Tim16 \l 1057 ]
a. Pre operatif
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi
a) Definisi
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
b) Penyebab
Kritis situsional (Operasi)
c) Gejala tanda mayor dan minor
DS : - Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
- Sulit berkonsentrasi (sering menanyakan prosedur
tindakan operasi )
DO : - Tampat gelisah
- Tampak tegang
- Diaforesi
- Frekuensi napas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
17
Ketiadaan atau kurangnya informasi mognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
b) Penyebab
Kurang terpapar informasi
b. Intra operatif
1) Resiko cedera
18
a) Definisi
Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam
kondisi baik.
b) Penyebab
Tidak ada
c) Gejala tanda mayor dan minor
DS : -
DO : -
c. Post operatif
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen farmakologis
(anastesi)
a) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b) Penyebab
Efek agen farmakologis
c) Gejala tanda mayor dan minor
19
DS : - Mengatakan sesak napas (Dipsnea)
DO : - Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase Ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal
- Tekanan ekspirasi dan inspirasi menurun
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor elektris
( energi listrik bertekanan tinggi, ESU )
a) Definisi
Kerusakan kulit ( dermis dan atau epidermis) atau jaringan
membran mukosa, kornea, fasia, otot, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan atau ligamen
b) Penyebab
faktor elektris ( energi listrik bertekanan tinggi, ESU )
c) Gejala tanda mayor dan minor
DS : -
DO : - Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
- Tampak nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
20
- Pengisian kapiler >3detik
21
cukup menurun dan kegiatan pengalihan
(4) untuk mengurangi
ketegangan
22
fisiologis diharapkan nyeri intensitas nyeri
berkurang dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri
1. Keluhan nyeri secara non-verbal
menurun (5) 4. Berikan teknik non-
2. Meringis, sikap farmakologis untuk
protektif dan mengurangi nyeri.
gelisah menurun (misalnya, terapi
(5) murotal Quran dan
3. Diaforesis relaksasi nafas dalam)
menurun (5) 5. Jelaskan strategi
4. Frekuensi nadi, meredakan nyeri
pola nafas dan 6. Kolaborasi pemberian
tekanan darah analgetik ( keterolac )
membaik (5) sebelum pembedahan
4. Intra Operatif Setelah dilakukan 1. identifikasi area
Resiko cedera tindakan lingkungan yang
keperawatan berpotensi menyebabkan
diharapkan cedera cedera
tidak terjadi, dengan 2. hilangkan bahaya
kriteria hasil: keselamatan lingkungan
1. Kejadian cidera (mis, hazat kimia)
menurun (5) 3. identifikasi obat yang
2. Tekanan darah, dapat menyebabkan
frekuensi nadi, cidera
dan frekuensi 4. identifikasi kesesuaian
napas membaik alas kaki atau stoking
(5) elastis pada ekstremitas
bawah
5. sediakan pencahayaan
yang memadai
23
6. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
7. Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
5. Intra Operatif Setelah dilakukan 1. Monitoring status
Risiko syok tindakan kardiopulmonal
keperawatan ( frekuensi dan kekuatan
diharapkan syok nadi, frekuensi nafas,
hipovolemik dapat TD, MAP)
dicegah dengan 2. Monitoring status
kriteria hasil: oksigen
1. kekuatan nadi 3. Monitoring status cairan
meningkat (5) 4. Berikan oksigen untuk
2. output urine mempertahankan
meningkat (5) saturasi oksigen > 94%
3. saturasi oksigen 5. Persiapkan intubasi dan
meningkat (5) ventilasi mekanik
4. akral dingin 6. Pasang jalur IV dan
menurun (5) kateter urine untuk
5. tekanan darah menilai produksi urine
sistol dan diastol 7. Kolaborasi pemberian
membaik (5) transfusi darah, bila
6. tekanan nadi, perlu
pengisian kapiler,
Mean Arteri
Preassure membaik
24
(5)
7. frekuensi nadi dan
napas membaik (5)
25
dengan kriteria nacl
hasil: 4. Bersihkan jaringan
1. perdarahan nekrotik
menurun (5) 5. Baerikan salep yang
2. kemerahan sesuai ke kulit
menurun (5) 6. Pertahankan teknik streril
3. nyeri menurun (5) 7. Ajarkan mengkonsumsi
4. kerusakan makanan tinggi kalori dan
jaringan menurun protein
(5) 8. Kolaborasi pemberian
5. kerusakan lapisan antibiotik
kulit menurun (5)
26
membaik (5)
27
di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter [ CITATION
Sar14 \l 1057 ]
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya[ CITATION Sar14 \l 1057 ].
28
a) Geografi: Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
b) Iklim dan temperatur tinggi.
c) Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Faktor Diet
Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
e) Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya
duduk atau kurang aktifitas.
29
5) Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram
per hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami
gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien
yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat ( teh,
kopi instan, soft drink, sayuran berwarna hijau).
b. Batu Struvit
30
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75- 80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan
sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat
banyak diderita oleh pasien penyakit gout, penyakit mieloproloferatif,
pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang menggunakan obat
urikosurik seperti thiazide, sulfinpirazone, dan salisilat. Kegemukan,
alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mendapatkan penyakit ini. Sumber asam urat berasal dari diet yang
mengandung purin dan metabolism endogen di dalam tubuh. Degradasi
purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubah menjadi hipoxantin.
Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah
menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat
tidak larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali
membentuk Kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam
urat.
Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah :
1 urine yang terlalu asam (pH urine <6),
2 volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi,
3 hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi
4. Patway Nefrolitiasis
31
Gambar 2.3 patway batu ginjal
Sumber : [ CITATION DrS10 \l 1057 ]
5. Penegak Diagnosa
A. Anamnase
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus
dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,
aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun
berkurangnya nyeri. Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada
posisi, letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri
32
pinggang. Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. riwayat muntah, gross
hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan
riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama
[ CITATION Sar14 \l 1057 ].
B. Pemeriksaan Fisik
a. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan nyeri
ketok pada daerah kostovertebra (CVA), dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
b. Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal
adalah adalah foto polos abdomen, usg abdomen, ct-scan. Dari
pemeriksaan radiologi dapat menentukan jenis batu, letak batu, ukuran,
dan keadaan anatomi traktus urinarius.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria,
dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
b) Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea, sensitivity test
c) Pemeriksaan darah lengkap, leuco, diff, LED
d) Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting
untuk menilai fungsi ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani
pemeriksaan foto IVU dan asam urat, Parathyroid Hormone (PTH),
dan fosfat sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih
(antara lain: kalsium, oksalat, fosfat, maupun asaam urat di
33
dalam darah atau di dalam urin serta untuk menilai risiko
pembentukan batu berulang
6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong keluar batu
saluran kemih
b. Intervensi Bedah
1) ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran
kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan
2) PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikelaurkan dengan
memecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil
3) Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kenih saat ini
sedang berkembang. cara ini banyak dipaki untuk mengambil batu
ureter
4) Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi,
laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan
bedah terbuka, antara lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk
mengambil batu di ginjal dan ureter.
7. Komplikasi Penyakit
34
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal
mungkin tidak mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila
batu tersebut menyababkan sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat
menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal ginjal
8. Pencegahan
Pencegahan berupa: menghindari dehidrasi dengan minum cukup air 2-3
liter per hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam, rendah purin
untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian
yang cukup, dan pemberian medikamentosa
D. Jurnal Terkait
35
Laporan kasus yang dilakukan oleh [ CITATION Soe15 \l 1057 ] melaporkan
bahwa, batu ginjal terutama staghorn stone, sebagian besar pasien akan
mengeluhkan nyeri pada area pinggang yang telah lama dan bersifat hilang
timbul, keluhan lain yang menyertai kondisi ini berupa mual maupun muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada palpasi regio hipokondrium
(ballotment +) dan nyeri ketok CVA, serta di tunjang dengan pemeriksaan
penunjang yang memperlihatkan adanya struktur batu pada ginjal yang
tercetak pada pelvis dan lebih dari dua kaliks. Penatalaksanaan kasus berikut
tergantung dari besar dan luas batu tersebut, jika terbentuk staghorn stone
sempurna atau batu lebih dari 2cm maka disarankan untuk melakukan
tindakan open stone surgery (OSS).
Pada penelitian yang dilakukan juga oleh [ CITATION Fau16 \l 1057 ] Penyakit
nefrolitiasis ini memiliki gejala yang cukup khas dengan adanya rasa nyeri di
daerah pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat
menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun
demam jarang dijumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya bruto atau
mikrohematuria. Penatalaksanakan kasusini dapat dilakukan dengan metode
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL (Percutaneus Nephro
Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif
medikamentosa (TEM).
36
BAB III
METODE
A. Fokus Asuhan Keperawatan
Pada laporan tugas akhir ini penulis melakukan pendekatan asuhan
keperawatan Perioperatif. Asuhan ini berfokus pada kasus nefrolitiasis
dengan tindakan operasi nefrolitotomi di Ruang bedah sentral RS
Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung.
B. Subyek Asuhan
Subyek asuhan pada laporan tugas akhir ini adalah klien yang
mengalami kasus nefrolitiasis pada tindakan operasi nefrolitotomi di
Ruang bedah sentral RS Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung
Agar karaktetistik subyek tidak menyimpang, maka sebelum dilakukan
pengambilan data perlu ditentukan kriteria dari subyek penelitian,
dengan memiliki kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) dan tidak
memiliki kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti). Berikut
ini adalah kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1. Pasien yang terdiagnosis nefrolitiasis yang dirawat di Ruang bedah
RS Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung
2. Pasien dengan usia Lansia Akhir 56-65 tahun
3. Pasien yang dilakukan tindakan operasi Nefrolitotomi
4. Pasien Lansia Akhir yang bersedia dijadikan objek asuhan.
5. Pasien Lansia Akhir yang kooperatif.
Kriteria eksklusi:
1. Tidak kooperatif,
2. Tidak ada kesediaan yang dileliti,
3. Tidak bisa membaca ataupun penulis,
4. Mengalami gangguan pendengaran.
5. Pasien yang bukan tergolong Lansia Akhir
37
C. Lokasi dan Waktu
Asuhan keperawatan perioperatif dilaksanakan di Ruang bedah sentral
RS Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung Provinsi Lampung
pada bualn februari 2020.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimulai saat penelitian saat penulisan
melakukan administrasi perizinan kepada pihak rumah sakit, setelah
mendapatkan persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dan
pengumpulan data yang sebelumnya penulis sudah mendatangi anak
dan keluarga sebagai subyek asuhan untuk meminta ketersediaan
menjadi sampel penelitian. Sedangkan pada pengumpulan data yang
perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :
1) Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada asuhan keperawatan perioperatif yang
berfokus pada diagnosa Nefrolitiasis antara lain adalah format
pengkajian keperawatan anak, alat-alat pemeriksaan fisik, serta
panduan kriteria normal hasil pemeriksaan fisik.
2) Teknik Pengumpulan Data
Data pengumpulan data dibedakan atas data subjektif dan data
objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, sedangkan
data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
perawat [ CITATION Nur082 \l 1057 ]. Ada empat metode yang
digunakan dalam pengumpulan data yang digunakan penulis dan
termasuk dalam tahap pengkajian, yaitu anamnesis, observasi,
pemeriksaan flsik, dan pemeriksaan penunjang.
3) Sumber Data
a) Sumber data primer
Sumber data primer adalah klien, Baik data subjektik maupun
objektif.
38
b) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien,
yaitu keluarga, orang terdekat, teman, dan orang lain yang tahu
tentang status kesehatan klien. Selain itu, tenaga kesehatan
lainnya seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium,
radiologi, juga termasuk sumber data sekunder (Rohmah &
Nikmatur, 2016:27).
E. Penyajian Data
Menurut [ CITATION Not102 \l 1057 ] penyajian data penelitian dilakukan
melalui berbagai bentuk. Pada umumnya dikelompokkan mcnjadi tiga.
yaitu bentuk teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan
penyajian dalam bentuk grafik. Pada studi kasus ini penulis
menggunakan dua bentuk penyajian data, yaitu:
1) Penyajian Textular
Penyajian textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam
bentuk uraian kalimat. Penyajian textular biasanya digunakan
untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian textular disajikan
dalam bentuk narasi.
2) Penyajian Tabel
Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian yang
sistematik dari pada data numerik, yang tersusun dalam kolom atau
jajaran. Penyajian data dalam bentuk tabel digunakan untuk data
yang sudah ditabulasi dan diklasiflkasikan.
F. Prinsip Etik
Dalam melakukan penelitian , peneliti mendapatkan izin dari RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk melakukan penelitian.
Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
39
Menurut Hidayat (2007) dalam [ CITATION Eni18 \l 1057 ] melakukan
penelitian seorang peneliti harus menerapkan etika penelitian sebagai
berikut :
1) Persetujuan riset (informed concent)
informed concent merupakan proses pemberian informasi yang
cukup dapat dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya
dalam suatu penelitian. Peneliti memberikan informasi kepada
responden tentang hak-hak dan tanggung jawab mereka dalam
suatu penelitian pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan
kandung kemih dan mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan
cara menandatangani lembar persetujuan riset bila responden
bersedia diteliti, namun apabila responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa
2) Keadilan (justice)
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus
diperlakukan tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan. Jadi peneliti
harus berlaku adil dan tidak membedakanderajat pekerjaan, status
sosial, dan kaya ataupun miskin terhadap kontrol maupun
kelompok intervensi untuk mendapatkan perlakuan sebanding.
3) Kerahasiaan (confidentiality)
Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari
responden dan tidak menyampaikan kepada orang lain. Identitas
responden dibuat kode, hasil pengukurannya hanya peneliti dan
kolektor data yang mengetahui. Selama proses pengolahan data,
analisis dan publikasi identitas responden tidak diketahui orang
lain.
4) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Peneliti akan memberikan informasi yang sebenar-
benarnya tentang mobilisasi dini, dan pemulihan kandung kemih
40
sehingga hubungan antar peneliti dan responden dapat terbina
dengan baik dan penelitian ini dapat berjalan sesuai tujuan.
5) Beneficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin
bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat
populasi. Pemberian latihan mobilisasi dini akan membantu
mempercepat pemulihan kandung kemih.
6) Nonmaleficience
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.
Pemberian latihan mobilisasi dini tidak membahayakan responden
karena latihan ini bisa mempercepat pemulihan kandung kemih.
Apabila responden dengan latihan ini menimbulkan
ketidaknyamanan maka responden berhak untuk menghentikan
latihan. Peneliti juga akan membatasi responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
41
BAB IV
HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tidak tamat SD
Gol.Darah : B+
Alamat : Marga Tiga, Lampung Timur
Tanggungan : BPJS
No.RM : 381065
Tgl Masuk Rs : 18 Februari 2020
Tgl Pengkajian: 19 Februari 2020
Diagnosa : Nefrolitiasis
c. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 18 februari 2020 diruang bedah atas
b. Keluhan Utama : Pasien mengatakan cemas
c. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu dirinya pernah menjalani prosedur
tindakan URS di RSUD Ahmad Yani Metro dan dilakukan pemasangan J-
stent. Namun, 1 bulan kemudian saat akan dilakukan pengecekan untuk
pelepasan J-stent pasien mengatakan nyeri pada bagian pinggang kanan
42
dan nyeri menyebar sampai ke bagian perut bawah kanan hingga
selangkangan. Nyeri dirasakan bertambah apabila melakukan aktifitas
yang berat. Pasien juga mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7 yaitu
nyeri berat yang mengganggu aktivitas dan saat dilakukan Ct-scan Urologi
ulang terdapat batu yang berukuran 2cm pada bagian kaliks dan pelvis
renalis ginjal. Sehingga pasien disarankan untuk dilakukan tindakan
operasi nefrolitotomi atau OSS untuk pengangkatan batu pada ginjal di
RSUD Ahmad Yani Metro. Pasien juga merasa saat tiba diruang operasi
pasien tampak cemas, pasien tampak terus menanyakan prosedur yang
akan dilakukan, pasien mengatakan ia takut untuk melakukan prosedur
operasi. Pasien juga megatakan ini adalah operasinya yang kedua kali
tetapi dirinya tetap merasa cemas dan takut.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala Dan Leher :
1) INSPEKSI
Tidak ada lesi , tidak ada pembengkakan , tidak ada jejas ,
warna sama dengan warna kulit lain.
2) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan pada mata , hidung, mulut . Tidak ada
nyeri tekan pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan
tidak ada pembesaran tiroid
2. Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
43
1) INSPEKSI
Pada jantung tidak tampak Ictus Cordis, simetris antara paru
kanan dan kiri
2) PALPASI
Pada jantung letak ictus cordis sebelah medial linea
midklavikularis sinistra tidak bergeser. Dan saat dilakukan
penekanan tidak ada nyeri tekan pada semua lapang dada baik
kanan maupun kiri.
3) PERKUSI
- Batas jantung jelas yaitu :
Kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Kana bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah : ICS IV Linea Media Clavicularis
Sinistra
- Suara paru saat diperkusi sonor
4) AUSKULTASI
Suara jantung S1 dan S2 reguler , tidak ada suara tambahan
suara nafas vesikuler.
3. Abdomen :
1) INSPEKSI
Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, terdapat distensi
abdomen
2) AUSKULTASI
Suara bising usus 15x/m
3) PALPASI
Terdapat nyeri tekan pada pinggang kanan sampai perut bagian
kanan bawah
4) PERKUSI
Suara perkusi timpani
44
4. Ekstremitas ( atas dan bawah)
Tidak ada lesi pada ekstremitas atas dan bawah , tidak ada
pembengkakan , tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot
5 5
5 5
2. Riwayat psikologi
a. Emosional
45
Klien mengatakan saat ada masalah dirinya selalu menceritakan
kepada suaminya secara baik baik, klien merasa sedih diakibatkan
penyakit yang dialaminya tidak kunjung sembuh, dan klien merasa
cemas akan prosedur operasi yang akan dilakukan karena pasien akan
di bius total sehingga pasien merasa takut. Klien juga mengatakan
dirinya bahagia jika keluarga dan tetangganya selalu menyemangati
akan penyakit yang di deritanya.
b. Gaya komunikasi
Klien tidak tampak hati-hati dalam bicara, Pola komunikasinya
spontan, Klien juga tidak menolak diajak komunikasi, Komunikasi
klien pun jelas, Tipe kepribadian terbuka.
c. Pola pertahanan
Klien mengatakan jika klien mempunyai masalah klien mengatasinya
dengan cara mengobrol / curhat kepada suaminya.
d. Kondisi emosi / perasaan klien
Suasana hati klien saat ini cemas dan takut akan prosedur operasi
3. Riwayat social
Saat ini klien berinteraksi dengan keluarga terdekatnya yaitu suaminya
dan perawat. Klien mengatakan orang yang paling dekat di percaya oleh
klien adalah suaminya. Klien aktif berinteraksi. Klien mengatakan
sebelum sakit dirinya sering pergi kesawah untuk menanam padi.
4. Riwayat spiritual
Klien mengatakan selama dirawat klien selalu berdoa kepada Allah
semoga segera diangkat penyakitnya
c) Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Laboratorium
Nama Pasien : Ny. M Tgl pemeriksaan : 14 februari 2020
46
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
HEMOSTATIS
KIMIA KLINIK
IMUNOLOGI
URINALISA
Urine Lengkap
Makroskopis
47
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
KIMIA URIN
pH 5,5 5-8
SEDIMEN URINE
Ket :
Pasien mengatakan tidak merasakan tanda dan gejala apa pun.
48
- Pemeriksaan Ct-Scan Urologi
Kesimpulan :
Hydronephrosis grade 3 e.c pyelolithiasis dextra
Nephrocalcinosis dextra
Tak tampak kelainan pada ran sinistra, kedua ureter
- Pemeriksaan lainnya
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )
49
7.) Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 19 februari 2020 Pukul : 11.30 WIB
TD : 112/86 mmHg
Nadi : 86 x/m
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 20 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi : Lumbotomi
c. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi : Pyelolitotomi
Area/bagian tubuh yang dibedah : Pinggul kanan belakang
d. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anastesi, Asisten dokter anastesi, Dokter bedah, Asisten bedah,
Perawat instrumentator dan Perawat sirkuler
50
alergi ? Tim mengkonfirmasi yang perlu
dengan suara yang ditangani.
Ya
keras mereka Tim bedah
Tidak melakukan : membuat
Tidak
e. Pemberianobat-obatan :
Obat Premedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
51
11.35 Atrakurium 25 mg Intravena
Instrumen :
Sponge holding 2
Bengkok 1
Kom 2
Needle holder 2
Duk klem 4
Klem 4
Klem 90 1
Elis 1
Stuntang 1
Hak Besar 2
Handle mess no 3 1
Handle mess no 4 1
Gunting jaringan 1
Gunting benang 1
Pinset anatomis 2
Pinset cirugis 2
Mata couter 1
52
Posisikan pasien dengan posisi lateral , kemudian dilakukan
sign in sebelum pasien di anastesi, dilakukan general
anastesi oleh penata anastesi kemudian tim bedah melakukan
cuci tangan bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan
gloving kemudian perawat instrumen menyiapkan instrumen
operasi yg akan digunakan dan asisten melakukan tindakan
aseptik dengan alkohol 70% dan povidon iodine , setelah itu
dilakukan drapping , kemudian dilakukan time out oleh
perawat sirkuler , kemudian dilakukan insisi 10cm,
kemudian dilakukan kontrol perdarahan dengan
menggunakan kassa, jepit ujung pembuluh darah
menggunakan klem arteri lalu digunakan ESU untuk
koagulasi kemudian buka subkutis, vasia lalu otot,
selanjutnya jepit vasia dan otot menggunakan klem arteri
buka ginjal menggunakan mess nomer 3 pengambilan batu
menggunakan stuntang di mulai. Setelah selesai di ambil lalu
dilakukan penjahitan pada ginjal menggunakan cromic 2/0
tepper. Kemudian dilakukan penjahitan otot, vasia, dan
subkutis dengan PGA 2/0 tapper kemudian menjahit kutis
dengan PGA 3/0 cutting. Kemudian luka dibersihkan dengan
NACL 0,9% dan ditutup kassa dan hypapix.
53
8.) Post Operasi
a.Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 13.10
b.Keluhan saat di RR/PACU : Pasien mengeluh dingin
c.Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas
d.Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 2L/m
SPO2 : 98%
e.Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 20 tt/m
f.Observasi Recovery Room :
Sianosis 0
2. Aktifitas Motorik
Gerak 4 anggota tubuh 2
Gerak 2 anggota tubuh 1 2
54
dipanggil 1 1
Bangun jika dipanggil 0
Tidak ada respon
Jumlah 9
Perdarahan 800cc
55
Ekstremitas
56
TTV :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/m
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 23 x/m
57
2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan
Tahapan Masalah Etiologi
Keperawatan
Pre Operasi Ansietas Suasana Menjelang
Pembedahan
Intra Operasi Resiko Hipotermi
58
2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi tingkat ansietas. Misalnya
situasional Operasi diharapkan Ansietas berkurang dengan ( kondisi pasien, waktu )
KH : 2. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 3. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
yan dihadapi cukup menurun (4) kepercayaan
2. erilaku tegang dan gelisah cukup 4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
menurun (4) 5. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Frekuensi pernapasan, nadi, dan 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
tekanan darah cukup menurun (4) 7. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Pucat dan tremor cukup menurun 8. Jelaskan prosedur tindakan, termasuk sensasi yang
(4) mungkin akan dialami
9. Latih teknik relaksasi dan kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
59
1. Menggigil menurun (1) 4. Sediakan lingkungan yang hangat (mis, atur suhu
2. Pucat menurun (1) ruangan)
3. Suhu tubuh membaik (5) 5. Lakukan penghangatan pasif (mis, selimut, menutup
4. Pengisian kapiler membaik (5) kepala)
5.Tekanan darah dan ventilasi 6. Lakukan penghangatan aktif internal (mis, cairan
membaik (5) infus hangat, oksigen hangat)
60
2.4 Catatan Perkembangan
No Jam Implementasi Jam Evaluasi
dx
1. 10:00 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas. 10:40 S:
Misalnya ( kondisi pasien, waktu ) Pasien mengatakan Ansietas berkurang dan sudah lebih
10:00 2. Memonitor tanda-tanda ansietas rileks
10:05 3. Menciptakan suasana teraupetik untuk 10:45 O:
menumbuhkan kepercayaan TTV
10:05 4. Menemani pasien untuk mengurangi TD : 130/80 mmHg
kecemasan Nadi : 88 x/m
10:05 5. Memahami situasi yang membuat 10:45 Suhu : 36,3 0C
61
ansietas 10:45 Pernafasan : 23 x/m
10:05 6. Mendengarkan dengan penuh 10:45 Pasien tampak lebih rileks
perhatian 10:45 Pasien mengungkapkan apa yang dirasakan
10:10 7. Mengunakan pendekatan yang tenang Pasien sudah melakukan relaksasi nafas dalam
dan meyakinkan Pasien sudah mengerti tentang prosedur dan sensasi yang
10:15 8. Menjelaskan prosedur tindakan, mungkin dialami
termasuk sensasi yang mungkin akan
dialami A : Masalah ansietas teratasi
10:30 9. Melatih teknik relaksasi dan kegiatan P:
pengalihan untuk mengurangi ketegangan 1. Monitor TTV
2. Anjurkan pasien melakukan teknik distraksi dan relaksasi
3. Anjurkan pasien untuk berdoa
62
11:37 11:37 bagian bawah kaki
5. Melakukan penghangatan pasif (mis, Akral Hangat
11:40 selimut, menutup kepala) 11:40 CRT 3 Detik
6. Melakukan penghangatan aktif internal
(mis, cairan infus hangat, oksigen hangat) A : Resiko Hipotermi teratasi
P : Manajemen Hipotermia
1. Observasi suhu tubuh pasien
2. Pertahankan duk steril yang digunakan untuk menutupi
bagian atas hingga bawah tubuh pasien
3. Pantau suhu ruangan
4. Monitor tanda dan gejala hipotermi
3. 13:10 1. Memonitor suhu tubuh 13: 25 S : pasien mengatakan sudah tidak dingin
13: 10 2. Mengidentifikasi penyebab hipotermi O:
13:10 3. Memonitor tanda dan gejala hipotermi 13: 25 Suhu 36,3 C
13:12 4. Menyediakan lingkungan yang hangat (mis, 13:25 Pasien terpasang selimut
13:13 atur suhu ruangan) 13:25 Akral hangat
5. Melakukan penghangatan pasif (mis, 13:25 Suhu ruangan 190C
13:15 selimut, menutup kepala)
Terpasang cairan infus Nacl 0,9% hangat
6. Melakukan penghangatan aktif internal
63
(mis, cairan infus hangat, oksigen hangat) A : Masalah Hipotermia teratasi
P : Manajemen Hipotermia
5. Observasi suhu tubuh pasien
6. Pertahankan selimut pasien
7. Pindahkan ke ruang rawat
64
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan perioperatif pada Ny.M di Ruang Bedah
Atas RSUD Ahmad Yani Metro yang dilakukan pada tanggal 19 februari 2020,
dengan hasil analisa data di dapatkan beberapa masalah keperawatan baik dalam
fase pre, intra, dan post operatif yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 februari 2020 jam 10.00 WIB
diperoleh data: Pasien bernama Ny.M, Umur: 63 tahun, Agama: Islam,
Alamat: Marga Tiga, Lampung Timur , NO RM : 341065
b. Gambaran kasus
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu dirinya pernah menjalani prosedur
tindakan URS di RSUD Ahmad Yani Metro dan dilakukan pemasangan J-
stent. Namun, 1 bulan kemudian saat akan dilakukan pengecekan untuk
pelepasan J-stent pasien mengatakan nyeri pada bagian pinggang kanan
dan nyeri menyebar sampai ke bagian perut bawah kanan hingga
selangkangan. Nyeri dirasakan bertambah apabila melakukan aktifitas
yang berat. Pasien juga mengatakan skala nyeri yang dirasakan 4 yaitu
nyeri sedang yang mengganggu aktivitas dan saat dilakukan Ct-scan
Urologi ulang terdapat batu yang berukuran 2cm pada bagian kaliks dan
pelvis renalis ginjal. Sehingga pasien disarankan untuk dilakukan
tindakan operasi nefrolitotomi atau OSS untuk pengangkatan batu pada
ginjal di RSUD Ahmad Yani Metro. Pasien juga merasa saat tiba diruang
operasi pasien tampak cemas, pasien tampak terus menanyakan prosedur
yang akan dilakukan, pasien mengatakan ia takut untuk melakukan
prosedur operasi. Pasien juga megatakan ini adalah operasinya yang kedua
kali tetapi dirinya tetap merasa cemas dan takut.. Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Tanggal 19 februari 2020 Pukul : 10.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 Orientasi : Baik
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 23 x/m
66
(OSS) dengan teknik Nefrolitotomi. Nefrolitotomi terbuka atau OSS
adalah tindakan yang dilakukan dengan melakukan insisi pada kulit lalu
mengekspos ginjal sehingga memudahkan untuk proses pengangkatan batu
ginjal, terutama staghorn stone > 2cm [ CITATION Soe15 \l 1057 ].
5. Diagnosa keperawatan
Pasien datang dari ruang bedah atas pada tanggal 19 februari 2020 pukul
10.00 WIB. Perawat melakukan checking terhadap kelengkapan berkas dan
inform consent yang harus ditandatangani pasien atau keluarga.
a. Pre operasi
Persiapan pre operasi dilakukan dengan mengecek identitas pasien,
pemeriksaan fisik, hasil tes diagnostik, inform consent pembedahan dan
inform consent anastesi. Inform consent sudah ditandatangani oleh
penanggungjawab yaitu Ny.M Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
dan puasa sejak jam 24.00 WIB, pasien terpasang infus RL 20 tpm di
tangan kanan. Alat dan obat anastesi yang diberikan telah lengkap,
instrument pembedahan dalam keadaan steril, hasil CT-scan dipasang pada
X-ray film viewer di ruang operasi sebagai wacana area yang akan
dilakukan insisi agar tidak mengalami kesalahan. Dari hasil pengkajian
sudah dilakukan sesuai dengan sop yang berlaku di rumah sakit.
Pada hasil pengkajian diagnosa pre operasi, Masalah yang ditemukan yaitu
Pasien mengatakan merasa cemas, dan sering bertanya tentang prosedur
operasi open Nefrolitotomi walaupun pasien sudah pernah dilakukan
tindakan operasi sebelumnya yaitu URS.
67
b. Perencanaan
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana
perawatan.Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan dan komplikasi
post operasi dapat diminimalkan[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
c. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (Tartowo & Wartonah, 2015).
68
d. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien pre yaitu penulis menggunakan
metode pendokumentasian SOAP yaitu Subyektif(S), Obyektif(O),
Assesment(A), dan Planning(P).
6. Intra operasi
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian intra operasi data-data yang di dapat yaitu pasien
operasi Nefrolitotomi, posisi pasien Lumbotomi, posisi kedua tangan
memeluk guling, pasien anastesi general, durasi operasi ± 1jam 15
menit, pasien operasi menggunakan couter. Terpasang blanket
warming, Akral hangat, suhu tubuh 36,5°C, suhu lingkungan 22°C, TD
112/86 mmHg, Nadi 86 x/m, Pernafasan 20 x/m. Hal ini sesuai dengan
teori[ CITATION Mut09 \l 1057 ] Pengkajian intra operasi secara ringkas
mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya
adalah validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang
69
dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium
dan radiologi[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
b. Diagnosa
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur.
Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah, manajemen
asepsis dan prosedur nefrolitotomi akan memberikan implikasi pada
masalah keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan intra
operasi bedah urologi Nefrolitiasis adalah resiko hipotermi
berhubungan dengan suhu ruangan rendah dan infus dengan cairan
yang dingin[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
c. Perencanaan
Intervensi yang bisa dilakukan pada pasien intra operasi dengan
diagnosa resiko Hipotermi yaitu, Monitor suhu tubuh, Identifikasi
penyebab hipotermi, Monitor tanda dan gejala hipotermi, Sediakan
lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan), Lakukan
70
penghangatan pasif (mis, selimut, menutup kepala), Lakukan
penghangatan aktif internal (mis, cairan infus hangat, oksigen hangat)
Intervensi ini sesuai dengan[ CITATION SIK18 \l 1057 ] dan [ CITATION
Mut09 \l 1057 ], bahwa perawat instrumen mempunyai peran agar
proses pembedahan agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien
serta bertanggung jawab penting atas resiko cidera.
d. Implementasi
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien intra operasi
Nefrolitotomi dengan indikasi Nefrolitiasis (Batu Ginjal) dengan
diagnose resiko hipotermi yaitu memonitor suhu tubuh,
mengidentifikasi penyebab hipotermi, memonitor tanda dan gejala
hipotermi, Sediakan lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan),
melakukan penghangatan pasif (mis, selimut, menutup kepala),
melakukan penghangatan aktif internal (mis, cairan infus hangat,
oksigen hangat) [ CITATION SIK18 \l 1057 ].
e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien intra operasi meliputi kondisi
Menggigil menurun, Pucat menurun, Suhu tubuh membaik, Pengisian
kapiler membaik, Tekanan darah dan ventilasi membaik [ CITATION
SLK18 \l 1057 ]
71
pasien difiksasi dengan meja operasi, Akral hangat, CRT 3 detik.
Masalah keperawatan resiko hipotermi, rencana tindak lanjut
manajemen hipotermi
.
7. Post operasi
a. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
b. Diagnosa Keperawatan
Pasien post operasi akan mengalami perubahan fisiologis sebagai efek
dari anastesi dan intervensi bedah. Efek dari anastesi umum akan
menurunan kemampuan terhadap kontrol kepatenan jalan nafas dimana
kemampuan memposisikan lidah secara fisiologis masih belum
optimal, sehingga cenderung menutup jalan nafas dan juga penurunan
kemapuan untuk melakukan batuk efektif dan muntah masih belum
optimal (Muttaqin,2009) dan juga menurut teori dari [ CITATION Set16 \l
1057 ] dalam [ CITATION Mub17 \l 1057 ] menyebutkan bahwa pasien
pasca general anastesi biasanya mengalami beberapa gangguan salah
satunya yaitu Hipotermi. Gangguan metabolisme mempengaruhi
72
kejadian hipotermi, selain itu juga karna efek dari obat-obatan yang
dipakai, faktor usia, lamanya operasi, dan jenis kelamin perempuan
lebih beresiko terkena hipotermi pasca anastesi. Sehingga diagnosa
yang sering muncul post operasi adalah hipotermi berhubungan dengan
agen farmakologi (Anastesi GA).
c. Intervensi
Intervensi keperawatan bertujuan agar hipotermi teratasi dengan
kriteria hasil: pasien mengatakan tidak dingin lagi, pasien tidak
menggigil kedinginan, suhu tubuh pasien 36,5 – 37,50c. Adapun
intervensi keperawatan meliputi: observasi tanda – tanda vital pasien,
atur suhu ruangan rendah, beri selimut hangat elektrik kepasien.
Berdasarkan intervensi yang dirumuskan agar hipotermi teratasi,
73
penulis menggunakan intervensi pada SIKI tahun 2018. Hal ini sesuai
dengan teori Sjamsuhidajat & De Jong (2010), yang mengatakan
bahwa teknik terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipotermi yaitu dengan memberikan selimut hangat,
mengatur suhu lingkunngan yang memadai, serta menggunakan
penghangat cairan untuk tranfusi dan cairan lain. Hal ini juga diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Suswitha (2018), tentang
efektifitas penggunaan electricblanket pada pasien yang mengalami
hipotermi post operasi di instalasi bedah sentral (IBS) rumah sakit
umum daerah palembang bari, yang menjelaskan bahwa pasien dengan
diagnosa keperawatan hipotermi dapat diatasi dengan upaya
peningkatan suhu tubuh dengan intervensi electricblanket.
d. Implementasi
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi hipotermi yaitu
dengan mengobservasi tanda – tanda vital pasien, mengatur suhu
ruangan rendah, memberi selimut hangat elektrik kepasien. Sesuai
dengan teori (Tartowo & Wartonah, 2015) Implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi
e. Evaluasi
Pada tahap ini, penulis menggunakan metode pendokumentasian
SOAP yaitu Subyektif(S), Obyektif(O), Assesment(A), dan
Planning(P). Evaluasi dari diagnosa hipotermi diperoleh hasil:
Subyektif: pasien mengatakan sudah tidak dingin. Obyektif:
terpasang selimut elektrik pada pasien, tanda – tanda vital TD :
130/80 mmHg, HR : 90x/menit, RR : 22x/menit, suhu tubuh
pasien: 36,30c. Assesment: -. Planning: observasi suhu tubuh
pasien, pertahankan selimut pasien sampai suhu tubuh diatas
36,50c, pindahkan ke ruang rawat. Sesuai dengan teori (Tarwoto &
74
Wartonah, 2015) Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses
keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan
keperawatan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakuakan oleh [ CITATION Sis18 \l 1057 ] mengatakan bahwa
electricblanket efektif untuk meningkatkan suhu tubuh pasien post
operasi dengan nilai pvalue 0,000. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dan pengawasan selama di ruang recovery penulis
melakukan penilaian dengan hitungan Alderette Score dengan
batasan skornya ≥ 8 pasien masuk diruang rawat inap, jika Aldrette
skornya < 8 pasien harus dimasukkan ke dalam ruang ICU. Dari
perhitungan dengan Alderette Score diperoleh hasil: warna kulit
kemerahan/normal, aktivitas motorik gerak dengan 4 anggota
tubuh, pernafasan dalam, batuk, tekanan darah 130/80 mmHg,
kesadaran bangun jika dipanggil. Hal tersebut merupakan indikasi
pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan. Kemudian penulis
melakukan operan ke perawat ruangan dengan rincian sebagai
berikut: posisi supinasi, O2 3 lpm nasal kanul, awasi tanda-tanda
vital setiap 15 menit, observasi nyeri, observasi bising usus, pasien
dipuasakan sampai bising usus positif/platus.
8. KETERBATASAN
1. Kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian dibatasi oleh usia yaitu Lansia
lanjut (56-65 tahun)
2. Adanya kesulitan dalam mengarahkan komunikasi pada usia Lansia lanjut
75
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam kasus ini pengkajian yang didapatkan saat pre operasi adalah pasien
merasa nyeri pada bagian pinggang kanan belakang hingga ke bagian perut
bawah kanan, yang ditandai dengan meningkatnya nilai TTV, dan pasien
tampak keluar keringat dingin pasien. Saat intra operasi pasien megalami
resiko hipotermi, dimana didapatkan data yaitu Lamanya pembedahan 1
jam 15 menit, jenis pembedahan Mayor, suhu ruangan 220C, Suhu tubuh
pasien 36,50C, Akral dingin. dan saat post operasi pasien juga mengeluh
dingin, suhu 35,30C, akral dingin, badan gemetar.
2. Diagnosa yang muncul saat pre operasi adalah ansietas berhubungan
dengan krisis situsional menjelang pembedahan, intraoperasi yaitu resiko
hipotermi, dan post operasi, hipotermi b.d efek agen farmakologi sesuai
dengan teori. Sedangkan diagnosa yang tidak muncul sesuai teori untuk
pre operasi yaitu nyeri akut, dan defisit pengetahuan, dan diagnosa di
intraoperasi resiko perdarahan, sedangkan untuk post perasi yaitu bersihan
jalan nafas , nyeri akut, resiko jatuh
3. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa nyeri pre operasi sudah
dilakukan secara teori yaitu ansietasnya Identifikasi tingkat ansietas.
Misalnya ( kondisi pasien, waktu ), Monitor tanda-tanda ansietas, Ciptakan
suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan, Temani pasien
untuk mengurangi kecemasan, Pahami situasi yang membuat ansietas,
Dengarkan dengan penuh perhatian, Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan, Jelaskan prosedur tindakan, termasuk sensasi yang
mungkin akan dialami, Latih teknik relaksasi dan kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan. Untuk diagnosa intraoperasi resiko
hipotermi intervensi yang dilakukan Monitor suhu tubuh, Identifikasi
penyebab hipotermi, Monitor tanda dan gejala hipotermi, Sediakan
lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan), Lakukan penghangatan
pasif (mis, selimut, menutup kepala), Lakukan penghangatan aktif internal
(mis, cairan infus hangat, oksigen hangat) dan untuk diagnosa post operasi
hipotermi intervensinya adalah monitor TTV, beri Selimut Penghangat,
monitor suhu ruangan, atur suhu ruangan.
4. Implementasi tindakan dilaksanakan secara observasi , monitor, edukasi
dan kolaborasi sesuai dengan teori sehingga tujuan rencana tindakan
tercapai dan dilaksanakan sesuai rencana .
5. Evaluasi dari setiap diagnosa yang muncul untuk pre operasi dengan
ansietas, masalah teratasi karena pasien mengatakan sudah rileks, pada
tahap intra operasi resiko hipotermi tidak terjadi dan pada diagnosa post
operasi hipotermi, masalah teratasi suhu tubuh pasien menjadi 36,30C.
5.2 Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan memfasilitasi kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif
melalui seminar, workshop, dan pelatihan baik saat pre operasi, intra
operasi , maupun post operasi .
2. Bagi perawat
Diharapkan dapat melakukan prosedur dokumentasi asuhan keperawatan
sesuai dengan buku panduan yang telah dibagikan yaitu mulai dari tahapan
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, pembuatan intervensi
keperawatan, pelaksanaan implementasi dan evaluasi baik saat pre operasi,
intra operasi , maupun post operasi .
3. Bagi Institusi Poltekkes Tanjungkarang
Diharapkan agar mempertahankan mutu pembelajaran yang bermutu
tinggi terutama dalam bidang keperawatan perioperatif, dan diharapkan
hasil laporan tugas akhir ini dapat memperkaya literatur perpustakaan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Aslim, O., Utomo, N. B., Prasidja, N., & Prasetyo, R. B. (2017). Penatalaksanaan batu ginjal dengan
stone burner lebih dari dua sentimeter di RSP angkatan darat gatot subroto. Jurnal Bedah
Nasional , 1 (1), 7-14.
Dr. dr. Imam Rasjidi, S. (. (2010). Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Dr. Suyatno, S. (. (2010). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: CV Sagung Seto.
Eni, S. (2018). Pengaruh Pemberian Teknik Distraksi Nafas Ritmik Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pasien Post Operasi TURP di ruang Kutilang RSUD Dr.Hi.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Kesehatan Poltekkes TanjungKarang , 48-49.
Fauzi, A., & Adi Putra, M. M. (2016). Nephrolitiasis. Majory , 5 (2), 69-70.
Fildayanti, W. E., Aristo, & Sariffudin. (2019). Election Of Open Stone Surgery (OSS) As Treatment To
Case On Staghorn Stone. Medical Presefessional (MedPro) , 1 (1), 19-20.
Hanley, J., Saigal, C., Scales, C., & Smith, A. (2015). Prevalences of kidney stone in the United States.
Journal European Association Of Urology , 62 (1), 160.
Kartika, I. R., & Stenalia, Y. (2019). Deskripsi Penerapan Patient Safety Pada Pasien di Bangsal Bedah.
Jurnal Human Care , 42, 88.
Mubarokah, P. P. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipotermi pasca general anastesi
di instalasi bedah sentral RSUD Kota Yogyakarta tahun 2017. Jurnal Kesehatan Politeknik
kesehatan Yogyakarta , 25-26.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2009). Asuhan keperawatan perioperatif konsep, proses, dan aplikasi .
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika .
Patricia, D. N. (2011, Juli). Faktor Resiko Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Keolahragaan , 52-53.
Perry, P. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Potter, P. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan PrAKTIK (Vol. 3). Jakarta.
Sari, S., & Husni, T. E. (2014). Bed Site Teaching dan Case Report Session Kepaniteraan Klinik Senior.
Jambi.
SDKI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. JAKARTA: Dewan Pengurus Pusat.
Septianingsih, H. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
Dengan Nyeri Di Ruang Inayah PKU Muhammadiyah Gombang , 1.
78
Setiyanti, W. (2016). Efektifitas selimut alumunium foilterhadap kejadianhipotermi pada pasien post
operasi RSUD kota salatiga. Skripsi Stikes kusuma husada .
SIKI. (2018). Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed., hal.
452-515). Jakarta.
Siswati. (2018). efektifitas penggunaan electricblanket pada pasien yang mengalami hipotermi post
operasi di instalasi bedah sentral (IBS) rumah sakit umum daerah palembang . Jurnal
Kesehatan , 22-24.
SLKI. (2018). TIM pokja DPP PPNI. Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta.
Sucipta, I. G., Gede Oka, A. A., & Widiana, I. G. (2019). Perbandingan aeafektivitas teknik modifikasi
dan konvensional pada operasi open pyelolithotomi batu staghorn. Intisari sains medis , 10
(1), 120-124.
79
LAMPIRAN 1
INFORMED CONSENT
Nama : (inisial)
Umur : tahun
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar permohonan persetujuan di
atas dan yang telah dijelaskan oleh tim peneliti
2. Dengan ini saya nyatakan bahwa secara sukarela saya bersedia untuk ikut serta menjadi
salah satu subyek dalam penelitian yang berjudul
“…………………………………………………………………”
80
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa ini :
Nama : (inisial)
Umur : tahun
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar permohonan persetujuan di
atas dan yang telah dijelaskan oleh tim peneliti
2. Dengan ini saya nyatakan bahwa secara sukarela saya bersedia untuk ikut serta menjadi
salah satu subyek dalam penelitian yang berjudul “………………………………………………….”
Lampiran 2
81
I. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : No. RM :
Umur : Tgl. MRS :
Jenis Kelamin : Diagnosa :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Gol. Darah :
Alamat :
Tanggungan :
A. Riwayat Praoperatif
.........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................
.
.......................................................................................................................................
.
3. Hasil pemeriksaan fisik
a. Tanda- tanda vital, Tgl : …..............................Jam :......................................
Kesadaran : ...................... GCS : .................... Orientasi : ...........................
Suhu : ……………… Tensi : ……………… Nadi : ………………. RR : ………………
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala & Leher :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Thorax (jantung & paru) :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Abdomen :
..............................................................................................................
82
..............................................................................................................
..............................................................................................................
................................ .........................................................................
83
Ekstremitas (atas dan bawah) :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
................................. ............................................................................
Genetalia & Rectun :
.............................................................................................................
..............................................................................................................
................................ .............................................................................
Pemeriksaan lain (spesifik) :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. ECG Tgl: .........................................Jam :............................................
Hasil :...............................................................................................................
..........................................................................................................................
b. X- Ray Tgl :…………….. .................... Jam : ……………...................................
Hasil :..............................................................................................................
..........................................................................................................................
c. Hasil laboratorium, Tgl :....................................... Jam : ...............................
Hasil :...............................................................................................................
...............................................................................................................
d. Pemeriksaan lain:
Hasil :……………………………………………………………………………….................
……………………………………………………………………………………….......
84
4.
Prosedur khusus sebelum pembedahan
5. Pemberian obat-obatan :
Ket:………………………………………………………………………………………..............
…………………………………………………………………………………………............
......................................................................................................................
85
B. INTRAOPERATIF
86
Dokter anestesi :…………………………...,asisten :……………………………............... Dokter
bedah :…………………………...,asisten :…………………………………............ Perawat
Instrumentator : .................................................................................... Perawat
Sirkuler : ............................................................................................... Lainnya :
............................................................................................................
..........................................................................................................................
.
87
88
6. Tahap – tahap / kronologis pembedahan :
Waktu/tahap Kegiatan
Pemberian oksigen
Pemberian suction
Resusitasi jantung
Pemasangan drain
Pemasangan intubasi
Transfusi darah
Lain – lain:………………………………………………………………………...........
…………………………………………………………………………………................
………………………………………………………………………………………….................
………………..........................................................……………………………...........
……………………………………...........................................................………………..
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
Pindah ke PACU/ICU/PICU/NICU, jam Wi
2. Keluhan saat di RR/PACU : ...........................................................
..................................................................................................................................
3. Air Way :
............................................................................................................
............................................................................................................
.
4. Breathing :
............................................................................................................
........ ...................................................................................................
5. Sirkulasi :
............................................................................................................
.......... .................................................................................................
6. Observasi Recovery Room
Logbook_presepte _Perioperatif _Poltekkes Tanjungkarang|
2222
Steward Scor Aldrete Scor Bromage Score
- Kemerahan / normal 2
- Pucat 1
2. AktifitasMotorik
- Gerak 4 anggotatubuh 2
- Gerak 2 anggotatubuh 1
- Nafasdangkaldanadekuat 1
4. TekananDarah
- ± 20 mmHg dari pre operasi 2
KETERANGAN
BROMAGE SCORE
Soporous Coma
10.Balance cairan
Enteral Muntah
Parenteral IWL
Jumlah Jumlah
Pengobatan
…………………………………………………………………………………………………….....
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………..……..............................................................
………………………………………………………………………………….......................................
...........……………………………………………………………………………..................................
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Integumen
Ekstremitas
Masalah
Data Subyektif & Obyektif Keperawatan Etiologi
Pre Operasi
Intra Operasi
Post Opersi (di RR/PACU)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intra Operasi
Post Operasi
III. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
DIAGNOSA
NO TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Lampiran 3
33
34