Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan adalah salah satu negara yang tingkat kesehatannya masih

rendah. Tidak hanya dipandang dari keadaan kesehatan saja tetapi juga dilihat dari

keadaan yang lain seperti keadaan rohani,ekonomi dan sosial dan itulah definisi kesehatan

menurut WHO bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera seseorang baik jasmani, rohani,

ekonomi maupun sosial. Semua hal itu harus seimbang, artinya semuanya terkontrol

dengan baik dalam melengkapi kehidupan. Tapi bila komponen-komponen tersebut tidak

seimbang, maka kondisinya tidak sehat (sakit). Lihat kondisi Indonesia sekarang, selain

jasmani rakyatnya lemah, iman mereka lemah, pergaulan remaja pun semakin jauh dari

kategori generasi negeri yang berpendidikan dan tidak terkontrol. Tidak hanya itu,

keharmonisan sesama penduduk Negara Indonesia pun masih jauh dari kategori baik.

Banyaknya demo, tawuran antar pelajar, perang saudara itu menunjukkan bahwa keadaan

penduduk Indonesia tidak sehat. Kita kesulitan mendeteksi sumber penyakit yang telah

menular dan meluas sehingga sudah dirasa sebagai kebiasaan.

Hal yang paling menonjol adalah bebasnya pola hidup dalam masyarakat yang

akhirnya mengakibatkan masyarakat itu sendiri terserang berbagai penyakit. Penyakit

yang tersebar di Negara kita di jaman kekinian, mayoritasnya diakibatkan pola hidup

masyarakat sendiri yang tidak sehat. Ternyata dibalik zaman yang semakin modern,

mencari info tentang segala hal pun mudah termasuk info seputar kesehatan, namun

masih saja mereka belum berperilaku sehat.

Hal yang paling menonjol adalah bebasnya pola hidup masyarakat yang akhirnya

mengakibatkan masyarakat itu sendiri menjadi sakit. Seringkali masyarakat mengetahui


dirinya sakit setelah tubuh mereka terjangkit dan terasa gejalanya. Seperti halnya penyakit

hipotensi. Tekanan Darah rendah atau hipotensi mungkin saja normal bagi orang lain.

Umumnya, tekanan darah normal berubah-ubah antara 90/60 sampai 130/80. Namun,

pada sebagian orang perubahan yang signifikan walaupun turun 20 mmhg saja sudah bisa

mendatangkan masalah. Maka dari itu perlu adanya kesadaran bahaya hipotensi bagi

tubuh serta melacak apa penyebab turunnya tekanan darah tersebut.

Maka dari itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Hipotensi” yang

membahas ….

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat mengerti, memahami

dan memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan

hipotensi menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah penulisan malah ini, penulis mampu :

a. Menjelaskan konsep dasar gangguan hipotensi dimulai dari penjelasan

anatomi fisiologi hipotensi , pengertian, penyebab, patofisiologi,

pemeriksaan diagnostik sampai dengan penatalaksanaan medik serta

komplikasi pada hipotensi.

b. Melakukan pengkajian data pada klien dengan Hipotensi.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan kepada klien dengan Hipotensi.

d. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Hipotensi.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipotensi.

f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Hipotensi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan

puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik

adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai

dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal

biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001)

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini

dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan

darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat.

Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan

milimeter air raksa (mmHg).

2.1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah

secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun

hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat

menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 7 Universitas Sumatera Utara

2001).
Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan

kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena

tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan

pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer

dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan

alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini

dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai

dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer

& Bare, 2001).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset

dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan

dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya

denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis

telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik

hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan

pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur

tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan

diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau

diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga

antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput

otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik,

sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah

sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan

detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset
turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang

(Smeltzer & Bare, 2001).

2.1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar

endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh.

Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua

bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah

dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan

keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah,

isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-

saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).

Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di

dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal

merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi

sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat

mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan

beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan

estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin,

yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2003).

Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang

bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di

sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan

baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah

rendah.
2.1.4 Pembagian Tekanan Darah

Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, sebagai

berikut:

1. Tekanan darah rendah (hipotensi).

2. Tekanan darah normal (normotensi).

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

Banyak ahli kedokteran membuat batasan hipertensi dengan alasan masing-masing. Oleh

karena itu, WHO (World Health Organization, 1992) menentukan standar batasan

tekanan darah manusia agar memudahkan diagnotis dan terapi atau penatalaksanaan.

Alat yang biasa digunakan oleh praktisi kesehatan untuk mengukur tekanan darah

disebut spygmmanometer atau disebut juga tensi meter. Ada tensi meter yang

menggunakan air raksa atau tensi meter digital. Ada parameter yang digunakan untuk

mengukur tekanan darah yaitu sistolik dan diastolik.


2.2 Hipotensi

2.2.1 Pengertian

Hipotensi atau tekanan darah rendah, terjadi jika terdapat ketidakseimbangan

antara kapasitas vaskuler darah dan volume darah atau jika jantung terlalu lemah untuk

menghasilkan tekanan darah yang dapat mendorong darah. (Sherwood, 2001).

Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari 90/60

mmHg sehingga menyebabkan keluhan. Namun jika tidak terjadi keluhan dapat

dikatagorikan kondisi yang normal. Sedangkan Tekanan darah adalah tekanan yang

ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan

disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat

ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya digambarkan

sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Oxford, 2003).

Hipotensi adalah tekanan darah yang rendah sehingga tidak mencukupi untuk

perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat. Hipotensi dapat primer atau sekunder (misal:

penurunan curah jantung, syok hipovolemik, penyakit Addison) atau postural (ortostatik).

=> Kelenjar adrenal (insufisiensi adrenal), Syok. (Chris Brooker, 2005)

Pada tekanan darah yang terlampau rendah akan menyebabkan masalah yang

dapat mengancam jiwa karena akan terjadi penurunan aliran darah yang mengangkut

nutrisi dan oksigen pada organ vital seperti jantung dan otak. (Lintang, 2000).

2.2.2 Etiologi

Terjadinya tekanan darah rendah di pengaruhi 3 hal, apabila sesuatu atau ke

tiganya mengalami gangguan penurunan maka tekanan darah akan turun.


1. Struk volume, yakni kekuatan otot jantung untuk menguncup mengeluarkan

darah dari rongga otot jantung ke seluruh tubuh.

2. Heart rate yaitu berapa kali jantung berdenyut dalam satu menitnya. Semakin

tinggi heart rate, semakin tinggi pula tekanan darah.

3. Tegangan perifer atau tegangan kekakuan pembuluh darah. Makin kaku

pembuluh darah, makin tinggi tekanan darah. Demikian juga sebaliknya

makin lembek pembuluh darah maka tekanan darah akan semakin rendah.

4. Diare, hebat membuat kondisi seseorang kekurangan cairan sehingga tidak

bertenaga. Kondisi ini membuat otot jantung lemah dalam memompakan

darah dari jantung keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan menjadi menurun.

5. Berdiri teralu lama terlebih dalam kondisi yang belum sarapan pagi atau

malam harinya yang kurang tidur dapat menyebabkan tekanan darah rendah.

6. Pendarahan, Terjadi karena seseorang mengalami pendarahan akibat luka

terbuka atau luka yg terlalu dalam. Penyebab lainnya adalah kondisi lemah

jantung, serangan jantung dan alergi obat. (Arumi,2011)

7. Dehidrasi, yang sering disebabkan oleh muntah, diare, demam dan panas

stroke. Dehidrasi ringan dapat menyebabkan Anda merasa pusing atau bahkan

pingsan. Jika berkepanjangan, hal ini dapat menyebabkan shock dan kondisi

serius lainnya. (dr…. “jurnal”)

2.2.3 Manifestasi

Terdapat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :

1. Hipotensi, (Alo, 2014)

Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual, pinsan,

pandangan buram dan kehilangan keseimbangan.


2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal,2009)

Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot terasa kram,

gelisah, pusing kecemasan.

3. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk., 2014)

Pusing hingga pinsan.

2.2.4 Klasifikasi

a) Hipotensi Postural

Hipotensi postural merupakan jenis hipotensi yang mendadak karena

perubahan posisi tubuh, biasanya pada saat sedang berdiri dari posisi duduk atau

dari posisi berbaring. Tekanan darah turun karena jantung tidak dapat memompa

cukup darah sehingga terjadi kekurangan oksigen di otak, menyebabkan

timbulnya gejala rasa pusing bahkan pinsan. Menurut (Chris Brooker, 2005)

Hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah tiba-tiba saat mengubah posisi

dengan cepat dari berbaring atau duduk menjadi berdiri. Kondisi ini paling umum

terjadi pada lansia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mekanisme fisiologis yang

terlambat, yang normalnya mengompensasi perubahan postur tubuh. Hipotensi

postural juga dapat terjadi jika pasien sedang menjalani pengobatan menggunakan

obat antihipertensi, terutama jika diberikan dosis yang paling tepat. Perawat juga

harus menganjurkan pasien untuk menghindari perubahan posisi tiba-tiba. Jika

pasien berbaring atau duduk selama beberapa waktu, tenaga pelayanan kesehatan

harus mengantisipasi potensi penurunan tekanan darah tiba-tiba saat pasien

berdiri, dan memastikan bahwa pasien berdiri perlahan dan aman.

Gejala lain dari gangguan otonom yang sering menyertai hipotensi,

diantaranya: Keluar keringat dingin, perubahan besar pupil, gangguan


gastrointestinal (pencernaan), disfungsi kandung kemih dan poliuria nokturnal

(sering kencing waktu malam). (Van der Cammen, 1991).

b) Hipotensi Postprandial

Hipotensi postprandial merupakan jenis hipotensi yang mendadak setelah

mengkonsumsi makanan. Setelah makan, darah mengalir cepat kesaluran

pencernaan, dan untuk mengkompensasi penurunan mendadak dalam pembuluh,

laju detak jantung meningkat dan beberapa pembuluh darah menyempit.

Seseorang yang mengalami hipotensi postprandial harus makan makanan dalam

porsi yang sedikit supayatidak memicu terjadinya penurunan tekanan darahsecara

mendadak.

c) Hipotensi karena saraf (Neurally Mediated Hypotension)

Dalam kondisi normal, jika anda berdiri atau berjalan selama jangka waktu

tertentu, gaya gravitasi menarik darah ke ujung-ujung bagian bawah tubuh anda,

yang menyebabkan tekanan darah turun. Pada sebagian orang suplai darah tidak

dapat terpenuhi karena adanya masalah komunikasi pada sistem syaraf yang

menyampaikan perintah dari otak kepada jantung, sehingga jantung tidak segera

meningkatkan laju detaknya dan terjadilah ketidak-seimbangan sirkulasi darah dan

menyebabkan pusing bahkan pingsan.

d) Hipotensi Akut

Hipotensi yang munculnya tiba-tiba dengan faktor pencetus. Hipotensi

jenis ini merupakan hipotensi yang berbahaya di bandingkan jenis lainnya, karena

di sebabkan oleh menurunnya tekanan darah seseorang secara tiba-tiba. (Olvista,

2011)

2.2.5 Patofisiologi (Perjalanan Penyakit)


Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka tekanan darah

bagian atas tubuh akan menurun  karena pengaruh gravitasi. Pada orang dewasa normal,

tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah arteri

setinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada dasarnya, darah akan

mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior:650 hingga 750 ml

darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan jantung akan berkurang,

dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehinggapada posisi berdiri akan terjadi

penurunan sementara tekanan darah sistolik hinga 25mmHg, sedang tekanan

diastolik tidak berubah atau meningkat ringan hingga10mmHg.

Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuhbagian

bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akanturun

mencapai 20-30 mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekananparsial CO2

(pCO2) dan penurunan tekanan parsial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak.

Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat di dalam

dinding dan hampir setiap arteri besar di daerah dada dan leher; namun dalam jumlah

banyak didapatkan dalam dinding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcatio

carotis,daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta.

Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluhdarah

perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi

respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif.Sekresi zat

vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiotensin Aldosteron,

pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex autonomy inilah yang

menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh faktor penurunan curah

jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravaskular baik yang relatif

maupun absolut. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjutberkaitan dengan :
a) Penurunan sensitivitas baroreseptor yang diakibatkan oleh proses

atherosklerosis sekitar sinus karotikus dan arkus aorta; hal ini akan

menyebabkan takberfungsinya refleks vasokonstriksi dan peningkatan

frekuensi denyut jantung sehingga mengakibatkan kegagalan pemeliharaan

tekanan arteri sistemik saat berdiri: dan

b) menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot ekstremitas inferio. (Andhini

Afliani Putri.F, 2012).

2.2.6 Komplikasi Hipotensi

a) Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang mengalir ke

otak, sel-sel otak tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi-nutrisi. Sehingga

mengakibatkan pening bahkan pingsan.

b) Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen yang

menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Sehingga menimbulkan

kematian pada jaringan otak karena arteri otak tersumbat (infark serebral) atau

arteri pecah (perdarahan).

c) Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi sel darah

merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang rendah sehingga

mengakibatkan anemia.

d) Serangan jantung : hipotensi yang mengakibatkan kurangnya tekanan darah yang

tidak cukup untuk menyerahkan darah kearter-arteri koroner (arteri yang

menyuplai darah keotot jantung) sehingga menyebabkan nyeri dada yang akan

mengakibatkan serangan jantung.

e) Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-ginjal, ginjal-

ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-pembuangan dari tubuh yaitu


urea, dan creatin, dan peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah

terjadi (contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN, dan serum

keratin.

f) Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa darah lebih

banyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana tekanan darah yang

gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal.hati.jantung,dan otak untuk gagal

secara cepat .

2.2.7 Treatment

Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya. Hipotensi kronik

jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak bergejala pada orang-orang sehat

biasanya tak memerlukan perawatan. Dalam mengatasi hipotensi berdasarkan

penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan gejalanya.

- Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien dianjurkan untuk

pemulihan kepada kebutuhan cairannya, yang mempengaruhi atau mengurangi

volume darah, mengakibatkan menurunnya tekanan darah.

- Kecelakaan/luka yang menyebabkan perdarahan, akan mengakibatkan kurangnya

volume darah dan menurunkan aliran darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita

adalah transfusi darah sesuai yang dibutuhkan.

- Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka penderita harus

menjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter, ataupun menjalani pengobatan yang

intensif untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.

 Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu:

- Menambahkan elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat

meringankan gejala dari hipotensi ringan.


- Minum kopi. Dosis kafein di pagi hari dapat memberikan efek karena

kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih cepat.

- Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah, di mana

pasien masih merespon dengan meletakkan posisi kaki lebih tinggi dari

pada punggung (posisi trendelenburg) posisi itu akan meningkatkan aliran

balik vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-organ yang

membutuhkan seperti bangian dada dan kepala.

- Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak beristirahat,

dan membatasi aktivitas fisiknya selama keadaan ini.

- Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempuyai pola

makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap seperti susu untuk

meningkatkan stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup

lemah dan mudah lelah.

- Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia, maka klien harus

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi ataupun

suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah yang

menambah volume darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah

penderita.

- Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan, misalnya

joging, untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan melancarkan aliran

darah keseluruh tubuh.

 Penanganan hipotensi simtomatik:

Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan mengatur posisi

tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Fludrokortison, suatu mineralokortikoid,

dapat juga berguna, tetapi banyak pasien tidak mempunyai respons yang baik
terhadap obat ini dan obat-obatan yang lain yang telah dicoba seperti indometasin.

(Lionel Ginsberg, 2005)

 Penanganan hipotensi yang dilakukan sendiri

- Perbanyak asupan cairan terutama air minum

- Tambahkan lebih banyak garam dalam makanan, kecuali sudah kondisi lain

yang tidak membolehkannya

- Teratur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembuluh darah

menjadi lebih sehat.

- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain (dr. Indra K. Muhtadi,

2013)

 Penanganan yang dilakukan oleh dokter

- Dokter akan mencari penyebab dari hipotensi yang sampai menimbulkan

gejala tersebut, berdasarkan dari gejala yang ada, dengan mengatasi

kondisi medis yang menjadi penyebabnya.

- Bila kondisi dapat menjadi bahaya, dokter dapat meminta untuk dipasang

infus dengan tujuan rehidrasi, untuk menaikkan tekanan darah. Sehingga

ada kemungkinan untuk dirawat inap. (dr.Indra K. Muhtadi, 2013)

2.2.8 Pencegahan

Yang dapat dilakukan umtuk mengatasi tekanan darah rendah adalah sebagai

berikut : (Sekar Arumi,2011)

a) Makanlah yang bergizi tinggi ( empat sehat lima sempurna )

b) Sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas

c) Hindari tidak tidur hingga larut malam

d) Konsumsi garam cukup


e) Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas

per hari, sesekali minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung

sehingga tekanan darah akan meningkat

f) Konsumsi vitamin

g) Konsumsi makanan yang seimbang protein dan lemaknya

h) Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x

seminggu dapat membantu mengurangi timbulnya gejala.

2.2.9 Pengobatan (Farmakologi)

No Nama Dagang Isi Indikasi Dosis Perhari


Cafedine 100mg
1. Akinor + Theodrenaline Hipotensi 1-2 x 1-2 Tablet
5mg
Harus dilarutkan
Mengontrol
dengan NaCl 5%
hipotensi gagal
Glyceryl Trimitrat Glyceryl / Glukosa 5%
2. jantung kongesif
DBL Trimitrat maksimum 400
dengan infark
mg/ml titrasi
miokard
awal mg/menit.

2.2.10 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas

- Identitas klien yang meliputi:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku bangsa :

Status marital :
Pendidikan :

Pekerjaan :

Tanggal masuk RS :

Tanggal pengkajian :

Nomor medrec :

Diagnosis :

Alamat :

- Identitas penanggung jawab yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b) Riwayat kesehatan

- Keluhan utama, biasanya didapatkan keluhan pusing dan mudah lelah.

- Riwayat kesehatan sekarang, merupakan informasi sejak timbulnya

keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama

klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan,

faktor apa saja yang memperberat dan meringankan keluhan dan

bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah

terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST.

- Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan masalah kesehatan yang lalu yang relavan baik yang berkaitan

langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya.

Lamanya keluhan berlangsung, bagaimana sifat-sifat terjadinya gejala,

apakah mendadak, perlahan-lahan, atau terus menerus,untuk keluhan lokal

harus dirinci lokalisasi dan sifatnya yaitu apakah menetap, menjalar, atau

menyebar, berat ringannya keluhan apakah menetap, bertambah berat atau

berkurang. Apakah keluhan tersebut baru pertama kali / sudah pernah


sebelumnya, obat-obatan yang dikonsumsi sebelumnya dan identifikasi

obat-obat yang dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan

gangguan kardiovaskular.

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada

hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup,

misalnya merokok, minum alkohol, dan lain-lain.

- Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderit penyakit yang sma

dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan

genogram.

c) Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi sistem tubuh secara menyeluruh

dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

- Keadaan umum. Kaji tentang keadaan klien, kesadaran, dan tanda-tanda

vital.

d) Data psikologis

Klien dengan keluhan pusing, kepala berat, pandangan yang kabur

sementara, dingin, pucat akan menimbulkan perasaan yang mengganggu

kenyamanan bagi klien dengan ditemukan data klien yang lebih suka diam

karena tubuh yang terasa lemas dan keletihan.

e) Data spiritual

Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya.

Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.

f) Data sosial
Biasanya didapatkan interaksi klien dengan lingkungannya menjadi

menurun dikarenakan adanya penyakit yang diderita klien.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

2. Penurunan curan jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas otot

jantung.

3. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran

darah ke ginjal

4. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai

darah ke otak

b. Intervensi Keperawatan

1) DX: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

TUJUAN : Aktivitas pasien terpenuhi.

KH: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,

melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

INTERVENSI

1. Toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :

frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,

dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing

atau pingsan.

R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas

dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung.


2. Kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /

kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi.

R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan

tingkataktivitas individual.

2) DX: Penurunan curan jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas otot

jantung.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

curah jantung pasien tetap adekuat

KH : Nadi normal, tekanan darah normal, kulit tidak pucat, CRT <3detik.

INTERVENSI

1. Lakukan auskultasi bunyi jantung dan suara nafas minimal setiap 4jam.

Laporkan suara yang tidak normal sesegera mungkin

R/ bunyi jantung tambahan dapat mengindikasikan dekompensasi jantung

awal; suara nafas tambahan dapat mengidikasikan kongesti pulmonal dan

penurunan curah jantung.

2. Timbang berat badan pasien setiap hari sebelum sarapan.

R/ untuk mendeteksi retensi cairan

3. Pantau dan catat tingkat kesadaran, denyut, dan irama jantung dan tekanan

darah sekurang-kurangnya setiap 4 jam atau lebih sering bila di perlukan.

R/ untuk mendeteksi hipoksia serebral akibat penurunan curah jantung

3) DX: Ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran

darah ke ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

fungsi ginjal yang adekuat.

KH : keseimbangan cairan dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh

INTERVENSI

4) DX : Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai

darah ke otak

Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan klien tidak menunjukan

peningkatan TIK.

KH: - klien tidak merasakan sakit kepala lagi dan merasa nyaman

- Mencegah cedera

- Peningkatan pengetahuan pupil membaik

INTERVENSI :

5) DX : intoleransi aktifitas berhubungan dengan keseimbangan suplai oksigen.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24jam pasien menunjukan peningkatan

tanda fisiologis intoleransi, misalnya : nadi,tekanan darah dalam batas normal

KH : Terjadi peningkata toleransi aktivitas

INTERVENSI :

1. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau pusing

R/ hipotensi postural dapat menyebabkan pusing,berdenyut, dan

meningkatkan resiko cedera.


DAFTAR PUSTAKA

Arumi ,Sekar.2011.Menstabilkan DARAH TINGGI dan DARAH RENDAH.Yogyakarta.

Araska, hera, Yuda.2010.Hipotensi Ortostatik.

Herdman ,T.Heather.2011.DIAGNOSIS KEPERAWATAN.Jakarta.Buku Kedokteran EGC

http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/waspadai-ancaman-stroke.html

http://penyakitanemia.com/

http://www.academia.edu/5224124/PEMERIKSAAN_DENYUT_NADI_DAN_PENGUKU

RAN_TEKANAN_DARAH

http://www.academia.edu/6961220/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_STROKE_1

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/community-pharmacist/36-scientific-publication-on-

health/1533-mengenal-tekanan-darah-rendah-hipotensi.html

Sumiyati, Lilis.2011.Askep Hipotensi.Jakarta.

Sunjoyo, Raden.2014.Farmakologi Hipotensi.

Taylor, Cynthia M & Ralph, Sheila Sparks.2014.DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan

rencana asuhan. Jakarta.Buku Kedokteran EGC

Wilkinson, Judit M.& Ahren, Nensi R.2011.BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan.Jakarta.

Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai