Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal.

47-54 47

ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA KLORAMFENIKOL PADA SEDIAAN


TETES MATA SAMPEL NAMA DAGANG DI KOTA PALEMBANG
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Mauizatul Hasanah1, Budi Untari2, Cintia Afrilianti3


1,3
STIFI Bhakti Pertiwi Palembang Jl. Ariodillah III No.22A Palembang
2
S-1 Farmasi, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir, Sumsel
e-mail : 1mauizatulhasanah@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian analisis kadar kloramfenikol pada sediaan tetes mata sampel nama
dagang yang dijual di apotek kota Palembang dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian kadar kloramfenikol dalam
sediaan tetes mata secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) pada fase terbalik dengan
detektor ultraviolet pada panjang gelombang 273,4 nm. Fase diam yang digunakan adalah kolom
C18, fase gerak metanol:larutan asam asetat glasial 0,1% (75:25) dengan laju alir 1,0 ml/menit.
Penentuan linearitas dengan kurva baku menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dan
baku kloramfenikol dengan konsentrasi 5-25 mg/L (r=0,998). Persamaan regresi yang diperoleh
adalah Y=39020,92x + 196296. Uji presisi memberikan hasil nilai koefisien variasi sebesar 6,09%.
Nilai limit of detection (LOD) sebesar 1,4920 mg/L dan nilai limit of quantitation (LOQ) sebesar
4,9734 mg/L. Uji akurasi memberikan hasil nilai persen perolehan sebesar 100,71%. Hasil
penetapan kadar kloramfenikol dalam sediaan tetes mata ialah sampel A, B, dan C sebesar
100,75%, 102,64%, 105,29%. Berdasarkan pengujian, sampel tetes mata dengan kriteria harga dan
volume memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V.

Kata Kunci: Kloramfenikol, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), tetes mata.

PENDAHULUAN ukur kualitas obat. Sediaan obat yang


berkualitas baik akan memberikan efek
Kloramfenikol merupakan salah satu farmakologinya jika sesuai dengan kadar yang
antibiotik yang bersifat bakteriostatik (Tjay telah ditentukan. Persyaratan kadar
dan Rahardja, 2010). Kloramfenikol sediaan kloramfenikol sediaan tetes mata yaitu
tetes mata dalam perawatan eksternal mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
digunakan untuk mengobati konjungtivitis tidak lebih dari 130,0% jumlah yang tertera
bakteri (Rimawi dan Kharoaf, 2011). Dilihat pada etiket (Kemenkes RI, 2014).
dari strukturnya, unsur elektronegatifan Penetapan kadar kloramfenikol ditentukan
kloramfenikol bersifat polar, sehingga dapat dengan beberapa metode yaitu secara titrasi
dipisahkan dengan metode kromatografi cair bebas air, nitrimetri, bromometri,
kinerja tinggi pada fase terbalik. argentometri, dan volumetri. Penetapan kadar
Kloramfenokil juga memiliki gugus kromofor tetes mata kloramfenikol dapat dilakukan
sehingga dapat dianalisis oleh detektor UV secara kromatografi cair kinerja tinggi
(Connors, 1992). (KCKT) (Kemenkes RI, 2014).
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Penelitian Suguna dkk (2015) tentang
pada pasal 105 ayat 1 tentang Kesehatan penetapan kadar kloramfenikol menggunakan
menjelaskan bahwa obat dan bahan baku obat metode Spektrofotometri UV-Visible. Metode
harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia ini dilakukan untuk penetapan kadar
atau buku standar lain (Yudhoyono, 2009). kloramfenikol tetapi kurang memenuhi
Persyaratan kadar merupakan salah satu tolak kriteria parameter validasi metode analisa jika

Mauizatul Hasanah dkk


48 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54

dibandingkan dengan metode KCKT. Spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu 1700);


Penelitian yang dilakukan oleh Pasri (2010) syringe (SGE); dan alat-alat gelas (seperti
bahwa penetapan kadar kloramfenikol dalam labu ukur, gelas ukur, erlenmeyer, pipet ukur,
sediaan kapsul menggunakan metode KCKT dan beaker glass) (Lampiran 4); dan
memberikan hasil akurasi dan presisi dengan timbangan analitik.
persen perolehan kembali = 99,71% dan RSD
= 0,8031%, serta memenuhi persyaratan kadar Bahan
yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi Kloramfenikol baku (Nanjing Baijingyu
IV (1995), dengan demikian metode ini dapat Pharmaceutical) dari PT. Indofarma; tetes
digunakan untuk penetapan kadar mata kloramfenikol nama dagang; metanol
kloramfenikol dalam sediaan kapsul. (grade HPLC); metanol p.a (for analysis);
Kromatografi cair kinerja tinggi memiliki aquabidest; asam asetat glasial); dan kertas
banyak kelebihan antara lain mampu whatman.
memisahkan molekul-molekul suatu
campuran, mudah melaksanakannya, Prosedur
kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi,
dapat dihindari terjadinya Pengambilan Sampel Tetes Mata
dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis,
resolusi yang baik, dapat digunakan Pengambilan sampel tetes mata
bermacam-macam detektor, kolom dapat kloramfenikol berdasarkan kriteria volume
digunakan kembali, serta mudah dalam dan kadar sampel. Sampel tersebut diperoleh
melakukan “sample recovery” (Putra, 2004). tiga kelompok tetes mata kloramfenikol nama
Sebelum melakukan penetapan kadar dagang yang terdapat dari apotek di kota
kloramfenikol dilakukan validasi untuk Palembang yang memiliki kandungan setara
menjamin metode analisis yang akurat, dengan 50 mg.
spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran
analit yang akan dianalisis. Suatu metode Preparasi Larutan Induk Baku
analisis harus divalidasi untuk melakukan Kloramfenikol
verifikasi bahwa parameter-parameter
kinerjanya mampu mengatasi problem Ditimbang seksama kloramfenikol baku
analisis. Parameter validasi metode yaitu sebanyak 20 mg, dimasukkan ke dalam labu
akurasi, presisi, linearitas, batas deteksi, batas ukur 100 ml. Diencerkan dengan metanol p.a
kuantifikasi, spesifikasi, linieritas dan rentang sampai tanda sehingga diperoleh larutan
(Gandjar dan Rohman, 2007). Validasi induk kloramfenikol dengan konsentrasi 200
terhadap suatu metode analisis menjadi faktor mg/L.
penting karena hanya metode analisis yang
dibuktikan validasinya, hasil pengukurannya Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
dipertanggung jawabkan (Sugihartini dkk, Kloramfenikol Menggunakan
2014). Validasi ulang perlu dilakukan Spektrofotometri UV-Vis
meskipun validasi sebelumnya menghasilkan
data yang sesuai (Noviyanto dkk, 2014). Dipipet sebanyak 1,0 ml larutan induk
baku kloramfenikol di masukkan ke dalam
labu ukur 10 ml, diencerkan dengan metanol
METODE PENELITIAN p.a sampai garis tanda disaring menggunakan
kertas whatman sehingga diperoleh
Alat konsentrasi 20 mg/L. Diukur menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada rentang
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Water panjang gelombang 230-300 nm. Diperoleh
486 tunable absorbance detector, water 600 panjang gelombang maksimum dari kurva
controller, water 626 pump, kolom C18); serapan yang dihasilkan.

Mauizatul Hasanah dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54 49

Preparasi Fase Gerak Validasi metode

Sebanyak 300 ml metanol grade HPLC Validasi metode dilakukan meliputi uji
disaring dengan menggunakan kertas linearitas, uji presisi, LOD dan LOQ (Edi,
whatman dimasukkan ke dalam wadah fase 2008), dan uji akurasi (Sari dan Utami, 2009).
gerak dan sebanyak 300 ml larutan asam Uji linearitas diperoleh dari kurva kalibrasi
asetat glasial 0,1% (v/v) disaring dengan dengan persamaan garis X (konsentrasi) dan
menggunakan kertas whatman dimasukkan ke Y (kromatogram) yaitu dari seri konsentrasi
dalam wadah fase gerak yang berbeda. 5; 10; 15; 20; 25 mg/L. Persamaan garis yang
diperoleh selanjutnya ditentukan derajat
Penyiapan Alat Kromatografi Cair Kinerja linearitasnya melalui koefisien regresi (y =
Tinggi ax+b) dan koefisien kolerasi (r).

Masing-masing unit diatur pada alat Penetapan Kadar Sampel Kloramfenikol


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Kolom yang digunakan adalah kolom C18. Dipipet masing-masing 10 ml obat tetes
Detektor UV dan pompa diatur berdasarkan mata kloramfenikol yang setara dengan 50 mg
panjang gelombang maksimum yang telah di dari sampel A, B dan C, dimasukkan ke
peroleh sedangkan metode aliran tetap pada dalam labu ukur 250 ml, diencerkan dengan
laju aliran 1,0 ml/menit. Perbandingan fase metanol p.a sampai tanda batas. Dari larutan
gerak metanol dan larutan asam asetat glasial sampel kemudian dipipet sebanyak 2,5 ml
0,1 % (75:25) v/v. Setelah diperoleh kondisi dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml,
yang sesuai, pompa dijalankan dan fase gerak diencerkan dengan metanol p.a sampai tanda
dibiarkan mengalir selama 30 menit sampai batas, kemudian disaring dengan kertas
diperoleh garis alas datar pada monitor, maka whatman sehingga diperoleh larutan
dari itu menandakan bahwa sistem telah stabil konsentrasi 20 mg/L. Diinjeksikan sebanyak
(Hamdani dkk, 2014). 20 µl ke dalam sistem KCKT dengan laju alir
1,0 ml/menit dan dideteksi pada panjang
Pembuatan Kurva Kalibrasi Kloramfenikol gelombang maksimum. Kadar kloramfenikol
dihitung menggunakan kurva kalibrasi yang
Untuk membuat seri konsentrasi 5; 10; 15; telah dibuat
20; 25 mg/L, dipipet sebanyak 0,25 ml; 0,5
ml; 0,75 ml; 1,0 ml, 1,25 ml dari larutan Analisis Data
induk kloramfenikol pada konsentrasi 200
mg/L. Masing-masing dimasukkan ke dalam Analisis validitas metode diketahui dari
labu ukur 10 ml, diencerkan dengan metanol beberapa parameter uji, yaitu: uji linearitas
p.a, dikocok dan ditara sampai tanda batas yang didapatkan dari regresi linier sehingga
lalu disaring menggunakan kertas whatman. menunjukkan hubungan luas area dengan
Masing-masing konsentrasi diinjeksikan rentang seri konsentrasi 5; 10; 15; 20; 25
sebanyak 20 µl dengan laju alir 1,0 ml/menit mg/L. Setelah itu dilakukan uji presisi untuk
ke dalam sistem KCKT pada panjang melihat nilai standar deviasi dan relatif
gelombang maksimum sehingga diperoleh standar deviasi. Lalu penentuan batas deteksi
waktu retensi, luas area dan tinggi area. (limit of detection, LOD) dan batas kuantitasi
Dicatat semua data yang ditunjukkan pada (limit of quantitation, LOQ) yang dihitung
kromatogram. Data kromatogram yang secara statistik melalui persamaan regresi
diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibrasi linier dari kurva kalibrasi. Kemudian
dengan mencari hubungan antara konsentrasi dilakukan uji akurasi yang didapatkan dari
(X) dengan luas area kromatogram (Y) dan perbandingan luas area larutan sampel dengan
kemudian ditentukan persamaan regresinya (y penambahan larutan induk 200 mg/L dan
= ax+b). tanpa penambahan larutan induk 200 mg/L

Mauizatul Hasanah dkk


50 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54

yang digunakan untuk menghitung persen diperoleh panjang gelombang maksimum


perolehan kembali. Hasil dibuat dalam bentuk sebesar 273,4 nm dengan absorbansi 0,638
tabel. memberikan puncak yang baik dan hampir
Larutan induk baku kloramfenikol sesuai dengan literatur yang ada. Pada kondisi
yang dianalisis menggunakan panjang gelombang maksimum yang didapat
spektrofotometri UV-Vis untuk mencari ini digunakan untuk menganalisa larutan
panjang gelombang maksimum dan kurva standar dan sampel. Hasil panjang gelombang
kalibrasi. Dari larutan induk kloramfenikol yang diperoleh mengalami sedikit pergeseran
200 mg/L dibuat seri konsentrasi 5; 10; 15; dari panjang gelombang literatur yaitu 272
20; 25 mg/L. Dari masing-masing seri nm (Sreevatsav dkk, 2013). Panjang
konsentrasi akan didapatkan luas area yang gelombang yang diperoleh mengalami
akan diplot menjadi persamaan regresi untuk pergeseran sebesar 1,4 nm sehingga dapat
membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan disebabkan karena kondisi pengujian pada
didapatkan nilai persamaan regresi linier y = saat penelitian berbeda dengan kondisi
ax + b. Kemudian penetapan kadar pengujian pada literatur. Hal tersebut dapat
kloramfenikol dalam sediaan tetes mata mempengaruhi absorbansi dari senyawa
dihitung dengan mensubstitusikan nilai y (Gandjar dan Rohman, 2007).
dengan luas area dari masing-masing sampel. Sebelum melakukan penetapan kadar
perlu divalidasi terlebih dahulu untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menjamin dan membuktikan bahwa metode
yang digunakan dalam penelitian ini
Sampel tetes mata kloramfenikol memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,
digunakan berdasarkan kriteria volume dan sesuai dengan tujuan penggunaannya
kadar yang terdapat di kota Palembang, yaitu sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian
tiga produk tetes mata kloramfenikol nama merupakan hasil yang baik dan dapat
dagang. Sebelum dilakukan penetapan kadar dipercaya. Parameter yang digunakan dalam
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi validasi metode pada penelitian ini antara lain
(KCKT), terlebih dahulu ditentukan panjang linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi (limit
gelombang maksimum dengan menggunakan of detection, LOD) dan batas kuantifikasi
spektrofotometer UV-Vis dari larutan baku (limit of quantification, LOQ), serta
kloramfenikol pada konsentrasi 20 mg/L dan penetapan kadar zat aktif kloramfenikol
metanol p.a sebagai blanko. Sehingga dalam sediaan tetes mata (Harmita, 2004).

Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar kloramfenikol

Mauizatul Hasanah dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54 51

Persamaan kurva kalibrasi menunjukkan tersebut cukup memadai untuk analisis


hubungan antara luas area dan konsentrasi kualitatif dan kuantitatif kloramfenikol dalam
larutan standar. Penentuan kurva kalibrasi sediaan tetes mata secara KCKT.
dibuat seri konsentrasi 5 mg/L; 10 mg/L; 15 Parameter selanjutnya akurasi. Akurasi
mg/L; 20 mg/L; dan 25 mg/L dari larutan merupakan ketelitian metode analisis atau
baku kloramfenikol 200 mg/L sehingga di kedekatan antara nilai terukur dengan nilai
peroleh persamaan regresi y=39020,92x yang diterima. Akurasi dinyatakan sebagai
+196296 dengan nilai r=0,998. Nilai r bisa persen perolehan kembali (% recovery) analit
diterima karena (r) tabel < (r) hitung yaitu yang ditambahkan. Akurasi dapat di bedakan
0,811 < 0,998 sehingga memenuhi syarat uji menjadi dua metode yaitu metode simulasi
linearitas (Harmita, 2004) (spiked placebo recovery) dan metode
Presisi merupakan ukuran keterulangan penambahan bahan baku (standard addition
metode analisis dan biasanya diekspresikan method) (Harmita, 2004). Penelitian ini
sebagai relatif standar deviasi (RSD). menggunakan metode penambahan bahan
Pengujian parameter presisi dilakukan dengan baku (standard addition method) yaitu sampel
tujuan mengetahui ketepatan suatu hasil dianalisis lalu sejumlah larutan baku
analisis pada kondisi analisis yang sama kloramfenikol yang diperiksa ditambahkan ke
berupa peralatan yang digunakan, analis yang dalam sampel dicampur dan dianalisis
mengerjakan, tempat, dan waktu pelaksanaan. kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang
nilai RSD dari 6 kali replikasi konsentrasi diharapkan). Berdasarkan hasil perhitungan
kloramfenikol 15 mg/L didapatkan nilai SD didapatkan nilai rata-rata persen perolehan
sebesar 0,8711 mg/L dan nilai RSD sebesar kembali sebesar 100,71 %. Hal ini
6,09 %. Kriteria seksama diberikan jika menunjukkan bahwa persen perolehan
metode memberikan nilai RSD <2%. Akan kembali dari ketiga pengulangan memenuhi
tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung persyaratan yaitu berada pada rentang 97-103
pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah % (Harmita, 2004).
sampel, dan kondisi laboratorium, sehingga Penetapan kadar kloramfenikol sediaan
nilai RSD 5-19% masih dapat diterima. tetes mata dilakukan dengan metode
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa kromatografi cair kinerja tinggi karena
metode yang digunakan memenuhi mampu memisahkan molekul-molekul dari
persyaratan presisi (Harmita, 2004). suatu campuran dengan baik, mampu
Parameter selanjutnya yang diuji adalah memisahkan zat yang labil dan tidak mudah
batas deteksi (limit of detection, LOD) dan menguap, memiliki kecepatan analisis dan
batas kuantifikasi (limit of quantification, kepekaan yang tinggi, memiliki resolusi yang
LOQ). Batas deteksi (limit of quantification, baik, dapat menggunakan berbagai detektor,
LOQ) digunakan untuk mengetahui kolom dapat digunakan kembali, dilakukan
konsentrasi analit terendah dalam suatu pada suhu kamar, dan mudah melakukan
sampel yang masih dapat dideteksi. Batas perolehan kembali. Tetapi jika sampel yang
kuantifikasi (limit of quantification, LOQ) dianalisis sangat kompleks, maka resolusi
digunakan untuk kuantitas analit terkecil yang yang baik sulit diperoleh (Gandjar dan
masih dapat menghasilkan pengukuran yang Rohman, 2007).
teliti dan seksama (Harmita, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Berdasarkan data yang diperoleh maka nilai Utami (2009), bahwa penetapan kadar
LOD yang didapat ialah sebesar 1,4920 mg/L, kloramfenikol dalam sediaan tetes mata
angka ini menunjukkan bahwa konsentrasi menggunakan fase gerak metanol dan air
kloramfenikol terendah dalam sampel yang (40:60). Sedangkan fase gerak yang
masih dapat dideteksi oleh kromatografi cair digunakan pada penelitian ini adalah metanol
kinerja tinggi dan nilai LOQ yang diperoleh dan larutan asam asetat glasial 0,1% dengan
ialah sebesar 4,9734 mg/L, dimana nilai perbandingan (75:25). Alasan memilih fase

Mauizatul Hasanah dkk


52 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54

gerak tersebut karena metode kromatografi gerak adalah 75:25. Pada penggunaan fase
cair kinerja tinggi yang digunakan pada fase gerak metanol dan air (40:60) diperoleh
terbalik, dimana fase diam yang relatif kurang waktu retensi sebesar 6,575 menit, sedangkan
polar dibandingkan fase gerak (kemampuan pada penggunaan fase gerak metanol dan
elusi menurun dengan meningkatnya polaritas larutan asam asetat glasial 0,1% (75:25)
pelarut) dan fase gerak juga dapat diperoleh waktu retensi pada sampel merek A
mempengaruhi waktu retensi dari sampel sebesar 5,661 menit; merek B sebesar 5,669
yang dianalisis. Berdasarkan kelarutannya menit; merek C 5,616 menit. Hal ini
kloramfenikol mudah larut dalam etanol, menunjukkann bahwa luas area yang didapat
tetapi karena metanol merupakan pelarut yang waktu retensinya lebih cepat, repsodusibel,
bersifat organik dan memiliki nilai viskositas dan stabil dibandingkan dengan penelitian
yang lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya.
etanol maka fase gerak yang digunakan Dalam penelitian ini digunakan
adalah metanol. Metanol yang digunakan perhitungan menggunakan data luas area dan
harus grade HPLC agar tidak adanya konsentrasi pada masing-masing sampel,
pengotor dalam reagen yang menyebabkan sebab luas area kromatogram sebanding
gangguan pada sistem kromatografi (Gandjar (proposional) dengan konsentrasi zat yang
dan Rohman, 2007). Aquabidest digunakan menghasilkan puncak (Putra, 2004). Kadar
sebagai fase gerak untuk membuat suasana kloramfenikol dalam sediaan tetes mata ini
fase gerak menjadi lebih polar. Sedangkan diperoleh menggunakan persamaan regresi y
asam asetat glasial digunakan untuk = 39020,92x + 196296 dengan luas area
mengendalikan keasaman sehingga dapat masing-masing sampel. Dari persamaan
menahan ioniasi analit dan mengurangi ekor regresi tersebut diperoleh nilai X yang
puncak senyawa asam. Maka larutan asam merupakan konsentrasi sampel. Hasil
asetat glasial 0,1% mempunyai pengaruh penelitian pada penetapan kadar
yang baik terhadap waktu retensi dan luas kloramfenikol yang diperoleh dari tiga sampel
area (Munson, 1991). sediaan tetes mata di apotek kota Palembang
Hasil optimasi fase gerak pada penetapan merek A sebesar 100,75 %, merek B sebesar
kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat 102,64 % dan merek C sebesar 105,29 %.
dalam sediaan krim yang telah dilakukan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat
Hamdani dkk, 2014 bahwa kondisi KCKT dilihat bahwa kadar kloramfenikol yang
yang optimum dengan pemisahan yang baik terdapat dalam tiga sampel uji memenuhi
dan waktu yang singkat diperoleh persyaratan pada Farmakope Indonesia edisi
perbandingan fase gerak metanol dan larutan V(2014) yaitu mengandung C16H14O3 tidak
asam asetat 0,1% (75:25). Oleh karena itu, kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130%
perbandingan yang digunakan untuk fase dari jumlah yang tertera pada etiket.

Tabel 1. Data hasil penetapan kadar kloramfenikol sediaan tetes mata


Waktu Kadar zat aktif Kadar sampel
Nama
No. retensi Luas area Kloramfenikol kloramfenikol dalam
Sampel
(menit) (%) etiket (0,5%)
1 Sampel A 5,661 982607 100,75 0,5037

2 Sampel B 5,669 997341 102,64 0,5132

3 Sampel C 5,616 1018022 105,29 0,5264

Setelah itu, masing-masing sampel 0,5037 %; merek B 0,5132 %; merek C


kloramfenikol dalam sediaan tetes mata yang 0,5264 %, pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
tertera pada etiket diperoleh merek A sebesar tersebut, dapat dilihat bahwa kadar

Mauizatul Hasanah dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54 53

kloramfenikol yang diperiksa menggunakan Hamdani, S., Maimonah, S., Akmal. 2014.
metode kromatografi cair kinerja tinggi Optimasi fase gerak pada penetapan
dengan menggunakan fase gerak metanol dan kadar kloramfenikol dan hidrokortison
larutan asam asetat glasial 0,1%, didapatkan asetat dalam sediaan krim secara
hasil yang sesuai dengan kadar yang terdapat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dalam etiket sediaan tetes mata kloramfenikol (KCKT). (Skripsi). Bandung: Sekolah
yaitu 0,5%. Tinggi Farmasi Indonesia.
Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi
SIMPULAN metode dan cara perhitungannya.
Majalah ilmu kefarmasian, 1(3), 117-
Kadar kloramfenikol dalam sediaan tetes 135.
mata sampel A, B dan C yang dianalisis Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia
adalah 100,75 %; 102,64 %; 105,29 %, dan (Edisi V). Jakarta: Kementerian
hasil didapatkan dengan metode kromatografi Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
cair kinerja tinggi sesuai dengan parameter- Jendral Bina Kefarmasiaan dan Alat
parameter validasi metode yang meliputi Kesehatan.
linearitas, presisi, LOD, LOQ dan akurasi. Munson, J.W. 1991. Analisa Farmasi.
Kadar kloramfenikol dalam sediaan tetes Surabaya: Universitas Air Langga.
mata dari semua sampel sesuai dengan Noviyanto, F., Tjiptasurasa., dan Utami, P.I.
persyaratan yang tertera dalam Farmakope 2014. Ketoprofen penetapan kadar dalam
Indonesia edisi V, yaitu mengandung sediaan gel dengan metode
C16H14O3 tidak kurang dari 90 % dan tidak spektrofotometri UV-Vis. Pharmacy, 1-8.
lebih dari 130 % dari jumlah yang tertera Pasri. 2010. Penerapan metode Kromatografi
dalam etiket. Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada
penetapan kadar Kloramfenikol dalam
DAFTAR PUSTAKA sediaan kapsul dengan nama dagang dan
generik. (Skripsi). Medan : Universitas
Connors, K.A. 1992. Stabilitas kimiawi Sumatra Utara.
sediaan farmasi. Penerjemah: D.D. Putra, E.D.L. 2004. Kromatografi cair kinerja
Gunawan. Semarang: IKIP Press. tinggi dalam bidang farmasi. Fakultas
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas
(Edisi III). Jakarta: Departemen Sumatra Utara.
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Sari, F.D.P., Utami, P.I. 2009. Penetapan
Jendral pengawasan Obat dan Makanan. kadar Kloramfenikol dalam tetes mata
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia pada sediaan generik dan merk dengan
(Edisi IV). Jakarta: Departemen metode Kromatografi Cair Kinerja
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Tinggi. Pharmacy, 6(2), 53-59.
Jendral pengawasan Obat dan Makanan. Sreevatsav, S.K., Ramesh, C., Prasad, N.S.,
Edi, R. 2008. Optimasi fase gerak Maleraju, J., Sunder, K.S. 2013. RP
metanol:campuran air-asam fosfat pada HPLC method development and
penentuan kadar sediaan tablet Simetidin validation of Chloramphenicol eye and
dengan metode Kromatografi Cair ear drops. International journal of
Kinerja Tinggi (KCKT). (Skripsi). biopharmaceutics, 4(3), 166-174.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Sugihartini, N., Fadholi, A., Pramono, S.,
Gandjar, I.G., Rohman, A. 2007. Kimia Sismindari. 2014. Validasi metode
farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka analisa penetapan kadar epigalokatekin
Pelajar. galat dengan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. Jurnal pharmaciana, 4(2), 111-
115.

Mauizatul Hasanah dkk


54 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(2), hal. 47-54

Suguna, P., Naidu, N.V.S., Sathyanarayan, B. Tjay, T.H., Rahardja, K. 2010. Obat-obat
2014. Determination of Chloramphenicol penting khasiat penggunaan dan efek-
in bulk drug and pharmaceutical dosage efek sampingnya (Edisi VI). Jakarta: PT
forms by HPLC. IOSR journal of Elex Media Komputindo. Hal 82-83.
pharmacy, 4(12), 60-70. Yudhoyono, S.B. 13 Oktober 2009. Undang-
Suguna, P., Ramacandra, B., Naidu, N.V.S. undang republik Indonesia nomor 36
2015. Development and validation of tahun 2009 tentang kesehatan. Diakses
UV-Visible spectrophotometric method 10 April 2017 dari
for the determination of Chloramphenicol http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/20
in pure and in dosage form. J.Pharm. 09/36TAHUN2009UU.htm
Phytopharmacol, 4(5), 271-275.

Mauizatul Hasanah dkk

Anda mungkin juga menyukai