Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP

F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah

Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE MARET 2020 – JULI 2020
UPTD PUSKESMAS GABUS I
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
“Penyuluhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Gabus I”

Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah

Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE MARET 2020 – JULI 2020
UPTD PUSKESMAS GABUS I
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
HALAMAN PENGESAHAN

F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


“Penyuluhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus I”
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati
Jawa Tengah

Pati, Juni 2020

Pembimbing Dokter Internsip

dr. M. Wahib Hasyim dr. Farah Fauziah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Permasalahan.................................................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................................2
1.4. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Diabetes Mellitus...........................................................................................4
2.2. Pola Hidup Sehat dan Penatalaksanaan Non-Farmakologis DM................10
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI............................16
3.1. Tujuan..........................................................................................................16
3.2. Metode.........................................................................................................16
3.3. Media...........................................................................................................16
3.4. Sasaran.........................................................................................................16
3.5. Waktu..........................................................................................................16
3.6. Tempat.........................................................................................................16
3.7. Kegiatan.......................................................................................................17
3.8. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan...................................................................18
BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
4.1. Kesimpulan..................................................................................................19
4.2. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................27
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO...................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. DM diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu DM
tipe 1, DM tipe 2, DM tipe gestasional, dan DM tipe lain. Di antara tipe-tipe DM
tersebut, DM tipe-II memiliki prevalensi angka kejadian yang paling tinggi serta
merupakan DM yang dapat berkembang pada usia dewasa (Suyono et al., 2014).
DM tipe-II ialah DM yang timbul akibat adanya kerusakan pankreas secara parsial
dan mampu menimbulkan kurangnya sekresi insulin atau bahkan kondisi
resistensi insulin yang terjadi secara progresif dari waktu ke waktu (PERKENI,
2011). Untuk prognosisnya, seringkali DM dikaitkan dengan penatalaksanaannya
dalam mengontrol kadar gula darah dimana salah satunya ialah melalui
pelaksanaan Pola Hidup Sehat pada Diabetes Mellitus.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Survei pada
tahun 2013 memperkirakan bahwa terdapat sekitar ±382 juta jiwa pengidap
diabetes dan jumlah ini akan terus meningkat. Penderita DM di Indonesia sendiri
diperkirakan akan semakin meningkat setiap tahunnya, dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut WHO, pada tahun 1995,
Indonesia pernah menduduki peringkat ke tujuh sebagai negara yang memiliki
jumlah populasi penderita DM terbanyak sedunia dengan jumlah 4,5 juta jiwa.
Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025
dengan jumlah jiwa pengidap DM yang meningkat hingga 12,4 juta jiwa.
Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, terhitung
sekitar 6,9% penduduk Indonesia dengan usia 15 tahun ke atas mengidap DM atau
dengan kata lain terdapat sekitar 12 juta jiwa pengidap DM dari 176,5 juta
penduduk (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati, DM termasuk dalam kategori Penyakit Tidak Menular (PTM).

1
Pada tahun 2016 kasus DM tidak tergantung insulin dilaporkan sebesar 19.33&
(9.676 kasus) sedangkan kasus DM tergantung insulin sebesar 0.6% (298 kasus).
Pergeseran dan perkembangan jumlah kasus DM seringkali dikaitkan
dengan kurangnya aktivitas fisik dan pola hidup sehat. Hal tersebut timbul karena
kurangnya kesadaran penderita DM akan pentingnya pengaturan pola hidup sehat.
Selain itu, tingkat pengetahuan penderita DM mengenai penyakit yang dideritanya
masih dapat dinilai kurang. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya edukasi
mengenai DM khususnya pada penatalaksaan non-farmakologis terkait pola hidup
sehat dan edukasi terkait diet pada pasien DM yang benar.
1.2. Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gabus I


mengenai pengelolaan dan cara diet yang sesuai pada pasien diabetes mellitus.
1.3. Tujuan

.4.1 Tujuan Umum


Meningkatkan pengetahuan tentang diabetes mellitus dan pengelolaan
terapi nutrisi medis penyakit diabetes mellitus.
.4.1 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit, gejala,
dan faktor risiko, serta komplikasi DM.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penatalaksanaan
DM khususnya dalam penatalaksanaan non-farmakologis DM yang
dapat dikelola secara mandiri.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk menerapkan diet dan
gaya hidup sehat dalam upaya pencegahan penyakit DM.
d. Memberikan edukasi pada masyarakat untuk senantiasa
melaksanakan pola hidup sehat dan memperbaiki kebiasaan untuk
dapat meningkatkan kesejahteraaan hidup untuk dapat terhindar
dari berbagai macam komplikasi DM.

2
1.4. Manfaat

.4.1 Manfaat Teoritis


Penyuluhan ini diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya mengenai pengelolaan nutrisi medis pada diabetes mellitus.
.4.2 Manfaat Praktis
i. Bagi Puskesmas
. Membantu dalam pengembangan program promosi kesehatan
dengan sasaran untuk mengedukasi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gabus 1 mengenai cara diet DM yang baik dan
benar.
ii. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga
kadar gula agar tidak meningkat dan memahami komplikasi
akibat kadar gula yang tinggi.
c. Memberikan edukasi akan pentingnya pola hidup sehat dan diet
yang benar pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Gabus
I.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus


2.1.1. Epidemiologi DM
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu dari empat penyakit non-
communicable disease (NCD) penyebab kematian terbesar selain penyakit
kardiovaskular, kanker, dan penyakit respiratorik kronik. Menurut WHO (2016),
DM menyebabkan ±1,5 juta kematian di dunia pada tahun 2012. Prevalensi DM
sendiri terus-menerus meningkat pada beberapa dekade terakhir. Pengidap DM
pada tahun 1980 diperkirakan berjumlah sekitar 108 juta penduduk dengan angka
prevalensi 4,7%. Jumlah tersebut terbukti semakin meningkat dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2014 terdapat sekitar 422 juta penduduk pengidap DM di
dunia dengan angka prevalensi 8,5% dan angka ini diperkirakan akan terus
meningkat ke depannya mengikuti angka pertumbuhan penduduk.
Kejadian DM paling banyak didapatkan di negara berkembang, salah
satunya ialah Indonesia. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 2, diperkirakan dari
176.689.336 penduduk dengan usia ≥15 tahun di indonesia pada tahun 2013,
terdapat sekitar 12.191.564 atau 6,9% penderita DM, 29,9% atau 52.830.111
kasus toleransi glukosa terganggu (TGT), dan 36,6% atau 64.668.297 kasus
glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Sekitar 90% kasus yang terdiagnosis DM
tersebut merupakan kasus DM tipe 2 (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan Indonesia, 2014).
Tabel 1. Proporsi dan Perkiraan Jumlah DM, TGT, GDPT pada
Penduduk Usia ≥15 tahun di Indonesia Tahun 2013 (Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan Indonesia, 2014)
Gangguan Proporsi (%) Perkiraan Jumlah
DM 6,9 12.191.564
TGT 29,9 52.830.111
GDPT 36,6 64.668.297
Keterangan : Estimasi jumlah penduduk Indonesia umur 15 tahun ke atas
sejumlah 176.689.336 penduduk

4
2.1.2. Definisi dan Klasifikasi DM
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2014), diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya
karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe DM, yaitu sebagai
berikut :
i. Diabetes Melitus Tipe 1
Berdasarkan etiologinya, DM tipe 1 diklasifikasikan karena adanya
gangguan produksi dari insulin yang disebabkan oleh penyakit autoimun sehingga
terjadi kerusakan dari sel β-Pankreas. Ada sekitar 5-10% kasus DM tipe 1 dan
biasanya gejala hiperglikemia muncul pada usia muda, yaitu usia anak-anak
hingga remaja (Kumar et al., 2010).
ii. Diabetes Melitus Tipe 2
Berdasarkan etiologinya, DM Tipe 2 merupakan DM yang timbul akibat
adanya kondisi resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin yang terjadi
secara progresif dari waktu ke waktu (Kaku, 2010). Diabetes melitus tipe 2
merupakan tipe DM yang paling sering dijumpai dan memiliki prevalensi terbesar
di antara kejadian DM tipe lainnya. Terdapat lebih dari 90% kasus DM yang
merupakan DM tipe 2.
Gejala DM tipe 2 biasanya asimptomatik atau pun tidak spesifik hingga
timbul komplikasi pada penderita yang menyebabkan kasus DM tipe 2 seringkali
terlambat untuk didiagnosis (WHO, 2016). Menurut UKPDS (United Kingdom
Prospective Diabetes Studies), 50% kasus DM tipe 2 memiliki prognosis untuk
gagal terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan harus beralih menggunakan
insulin 6 tahun setelah didiagnosis (Soewondo et al., 2010).
iii. Diabetes Melitus Tipe Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan suatu kondisi intoleransi
glukosa yang terjadi semasa kehamilan. Prevalensi penyakit ini ialah sekitar 7%
dari semua kehamilan yang ada. Pada kasus DMG, pendeteksian dini diperlukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu semasa perinatal
(PERKENI, 2011).

5
iv. Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe lain dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel
β-pankreas maupun kerja insulin, endokrinopati, infeksi, penyakit eksokrin
pankreas, obat-obatan, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
(PERKENI, 2011).

2.1.3. Kriteria dan Diagnosis DM


Penilaian kadar gula darah merupakan acuan utama dan berperan sangat
penting dalam penegakkan diagnosis Diabetes melitus. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kadar gula darah, didapatkan tiga klasifikasi utama, yaitu :
i. Normoglikemia, yaitu kadar gula darah normal;
ii. Prediabetes, yaitu hiperglikemia dengan Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT); dan
iii. Diabetes, yaitu hiperglikemia dengan kriteria Diabetes melitus.
Keadaan prediabetes merupakan suatu keadaan dimana telah didapatkan
gejala hiperglikemia dengan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa dengan nilai
100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) pada GDPT atau hasil pemeriksaan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan nilai 140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L)
pada TGT. Keadaan prediabetes merupakan salah satu faktor risiko tinggi untuk
berkembang menjadi diabetes (ADA, 2014).
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila kriteria DM yang ada dapat
memenuhi minimal salah satu dari kriteria DM. Kriteria DM yang dimaksud ialah
sebagai berikut :
i. Nilai HbA1c ≥ 6,5%, atau
ii. Kadar Fasting Plasma Glucose (FPG) atau Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥
126 mg/dL atau 7,0 mmol/L (dengan catatan yaitu puasa diartikan dengan
tidak mendapatkan asupan kalori minimal selama 8 jam), atau
iii. Kadar Gula Darah 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥
200 mg/dL atau 11,1 mmol/L (dengan catatan TTGO dilakukan sesuai
prosedur WHO menggunakan 75 gram glukosa yang dilarutkan), atau
iv. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia dan memiliki kadar Gula Darah
Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL atau 11,1 mmol/L.

6
Penegakkan diagnosis DM oleh tenaga medis di Indonesia umumnya
mengacu pada aturan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) sebagai
standar penegakkan diagnosis. Konsensus yang dilakukan PERKENI (2011)
membagi alur diagnosis DM menjadi dua garis besar berdasarkan ada atau
tidaknya gejala khas pada DM. Apabila tidak didapatkan gejala, maka perlu
dilakukan dua kali pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil abnormal untuk
menegakkan diagnosis DM. Pasien dengan gejala khas DM cukup menjalani satu
kali pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil abnormal untuk dikatakan
mengidap DM. Apabila didapatkan hasil negatif, maka perlu dilakukan
pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk memastikan diagnosis.
Secara skematis, berikut ialah diagram algoritma penegakkan diagnosis DM :

Gambar 1. Diagram Algoritma Penegakkan Diagnosis Diabetes Melitus


(Suyono, 2014)

7
2.1.4. Faktor Risiko DM
Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus dapat
dibagi dua yaitu : (Infodatin Kemenkes RI, 2014)
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable)

a. Usia
Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia
b. Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes mellitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit
hitam, penduduk asli Hawaii. Hal ini disebabkan oleh rata-rata
tekanan darah yang lebih tinggi, obesitas, dan pengaruh gaya hidup
yang kurang sehat.
c. Riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga (Genetik)
Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita diabetes mellitus
mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit yang
sama ini dikarenakan gen penyebab diabetes mellitus dapat diwariasi
orang tua kepada anaknya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable)

Faktor risiko yang dapat diubah ialah faktor risiko yang berkaitan
dengan status gizi, asupan nutrisi, penyakit komorbid yang didapat, serta
kebiasaan. Hal tersebut antara lain :

a. Overweight atau Obesitas

b. Gaya hidup dengan pola aktivitas fisik kurang aktif

c. Hipertensi

d. Dislipidemia

e. Diet tidak seimbang

f. Kebiasaan merokok setiap hari

8
2.1.5. Tanda, Gejala, dan Komplikasi DM
Gejala klinis DM yang utama seringkali ditunjukkan pada skrinning
awal penyakit yang dikenal dengan istilah “Trias Diabetes Mellitus” atau
“Gejala Klasik DM”, yaitu meliputi :
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga terjadi peningkatan
osmolaritas serum plasma yang dapat menyebabkan cairan intrasel
berdifusi ke dalam cairan intravaskular, mengalir ke dalam filtrasi
ginjal sehingga menyebabkan diuresis osmotik yang berujung pada
gejala poliuria.

2. Polidipsi
Akibat adaya peningkatan difusi cairan intrasel ke dalam vaskular,
maka terjadi penurunan volume intrasel yang dapat menyebabkan
dehidrasi sel. Akibat terjadinya dehidrasi sel, sehingga memicu
rangsangan haus dan terasa selalu ingin minum.
3. Polifagia
Akibat tidak dapat masuknya glukosa ke dalam sel yang diakibatkan
oleh defisiensi / insufisiensi insulin, maka produksi energi oleh sel
menurun dan akan terjadi stimulasi rasa lapar yang mengakibatkan
seseorang cenderung merasa lapar terus-menerus.
Selain tiga gejala utama pada Diabetes mellitus, dapat pula didapatkan
tanda dan gejala lain yang lebih tidak spesifik dan mungkin telah
mengarah pada komplikasi DM antara lain :
 Perasaan cepat merasa lelah dan mengantuk;
 Penurunan berat badan;
 Timbulnya luka yang cenderung lama atau sulit untuk sembuh,
diakibatkan oleh penumpukan kadar gula darah yang dapat menjadi
media pertumbuhan mikroorganisme;
 Rasa gatal berlebih dan kecenderungan infeksi pada daerah lipatan
kulit yang lembab;

9
 Timbulnya rasa kesemutan pada saraf-saraf tepi, akibat adanya
komplikasi neuropati perifer pada DM yang berkelanjutan;
 Timbulnya masalah pada pengelihatan, akibat adanya komplikasi
berupa gangguan mikroangiopati;
 Penurunan gairah seksual yang dapat diikuti dengan disfungsi
ereksi, akibat adanya kerusakan pembuluh darah yang merupakan
komplikasi makroangiopati pada DM;
 Kehamilan makrosomia yang ditandai dengan Berat lahir Bayi
lebih dari 4 kg.
2.2. Pola Hidup Sehat dan Penatalaksanaan Non-Farmakologis DM

Pola hidup sehat pada penderita DM secara garis besar tersusun


atas pengaturan aktivitas fisik dan pengaturan pola diet nutrisi.

1. Pengaturan pola Aktivitas pada Penderita DM


Anjuran aktivitas fisik yang diberikan pada penderita DM ialah
melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan frekuensi 3-4 kali per
minggu dengan durasi 30 menit per sesi aktivitas fisik. Dengan anjuran
aktivitas fisik berupa kegiatan aerobik seperti misalnya : jalan kaki, sepeda
santai, jogging, dan berenang. Pola aktivitas fisik dilakukan dengan
beberapa petunjuk umum, antara lain :
 Kontrol metabolik, sebelum latihan fisik perlu dilakukan kontrol gula
darah dengan pertimbangan sebagai berikut :
o Hindari aktivitas fisik apabila glukosa darah puasa >250 mg/dL
dengan tanda-tanda ketosis
o Aktivitas fisik perlu dilakukan secara hati-hati pada kadar
glukosa darah puasa >300 mg/dL tanpa tanda-tanda ketosis
o Perlu diberikannya asupan karbohidrat sebelum aktivitas fisik
apabila didapatkan kadar glukosa darah puasa <100 mg/dL
 Monitoring glukosa darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik
diperlukan untuk mempelajari respon glikemia dengan kondisi latihan
fisik yang berbeda untuk penyesuaian terapi farmakologis.

10
 Asupan makanan karbohidrat simpleks perlu disediakan selama
kegiatan aktivitas fisik berlangsung untuk mencegah terjadinnya
hipoglikemia.
2. Pengaturan Asupan Nutrisi pada Penderita DM
Asupan Nutrisi pada penderita DM sehari-hari diberikan
berdasarkan penghitungan BBR (Berat Badan Relatif) dengan rumus
sebagai berikut :
BB(kg)
BBR= ×100 %
TB (cm)−100
Dengan hasil :
 Gizi Buruk : <90%
o Membutuhkan asupan kalori 40-60 Kal/kgBB/hari
 Normal : 90-110%
o Membutuhkan asupan kalori 30 Kal/kgBB/hari
 Gizi Lebih : 110-120%
o Membutuhkan asupan kalori 20 Kal/kgBB/hari
 Obesitas : >120%
o Membutuhkan asupan kalori 10-15 Kal/kgBB/hari
Pengaturan asupan kalori tersebut juga harus memenuhi
kebutuhan makronutrien yang diperlukan. Secara garis besar dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Mempunyai susunan makronutrien : 65% karbohidrat yang
merupakan karbohidrat kompleks; 15% protein yang tinggi akan
asam amino esensial; dan 20% lemak dengan kandungan kolesterol
<300 mg/hari
 Kaya akan serat : 25-35 gram/hari
 Diberikan dalam frekuensi 6 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali
pemberian makanan utama (20% Kalori pada Makan Pagi dan 25%
kalori pada makan Siang dan Malam) serta 3 kali pemberian
makanan antara (10% Kalori pada setiap kali pemberian).

11
3. Komposisi Makanan yang Dianjurkan pada Diet DM
a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
 Pembatasan karbohidrat total <130g/hari tidak dianjurkan.
 Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang
lain.
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
 Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan
energi.
 Komposisi yang dianjurkan:
- lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.4
- lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
- selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu fullcream.
 Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
c. Protein
 Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.

12
 Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari
kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi. Kecuali pada penderita DM yang sudah
menjalani hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg
BB perhari.
d. Natrium
 Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300mg perhari.
 Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
 Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
e. Serat
 Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
 Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
f. Pemanis Alternatif
 Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI).
 Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis
berkalori dan pemanis tak berkalori.
 Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti
glukosa alkohol dan fruktosa.
 Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol, sorbitol dan xylitol.
 Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM
karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada

13
alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang
mengandung fruktosa alami.
 Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame.

Selain pengaturan pola hidup sehat secara umum tersebut, pada penderita
DM, didapatkan pula sepuluh petunjuk pola hidup sehat khusus yang dikenal
dengan singkatan GULOH-SISAR yaitu :
1. G (Gula) : artinya bagi para penderita DM sebaiknya pantang untuk
mengkonsumsi gula terutama dengan indeks glikemik tinggi
2. U (Urat) : Untuk mencegah atau mengatasi Hiperurisemia maka perlu
dilakukan pembatasan konsumsi JAS-BUKET (Jeroan, Alkohol, Sarden,
Burung dan Unggas, Kaldu, Kacang-kacangan, Emping, Tape)
3. L (Lemak) : Batasi TEK-KUK-CS2 (Telor, Keju-Kepiting, Udang, Kerang-
Cumi, Susu, Santan)
4. O (Obese): Lakukan penurunan berat badan bila terjadi obesitas dengan
target lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80cm pada perempuan
5. H (Hipertensi) : Perlu dilakukan pembatasan asupan garam pada pasien
hipertensi
6. S (Sigaret) : Hentikan kebiasaan merokok
7. I (Inaktivitas) : Hindari sedentary lifestyle. Lakukan aktivitas fisik yang dapat
mengeluarkan kalori kurang lebih 300 Kal/hari yang setara dengan jalan
sejauh 3 Km atau sit up sebanyak 50-200x / hari
8. S (Stress) : Hilangkan stress dengan kebiasaan tidur sehari-hari minimal 6-7
jam per hari dengan kualitas tidur yang baik
9. A (Alkohol) : Stop konsumsi alkohol
10. R (Regular Check-up) : Lakukanlah kontrol secara teratur terutama pada
penderita DM usia >40 Tahun yang dianjurkan setiap 3 bulan sekali.

14
Tabel 2. Contoh Makanan yang Direkomendasikan pada Pasien DM

15
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI

3.1. Tujuan

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, peserta penyuluhan


diharapkan mampu memahami tentang diabetes mellitus, gejala, komplikasi
hingga asupan nutrisi dan gaya hidup sehat pada diabetes mellitus.
3.2. Metode

Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya
jawab
3.3. Media

Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet


3.4. Sasaran

Pasien yang berkunjung ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Gabus I


3.5. Waktu

Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus dilaksanakan pada :


1. Hari, tanggal : Rabu, 10 Juni 2020
2. Jam : 09.00 – selesai
3.6. Tempat

Penyuluhan dilaksanakan di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Gabus I,


dengan setting tempat penyuluhan :

16
3.7. Kegiatan

Langkah- Kegiatan Kegiatan


Waktu
langkah Penyuluhan Masyarakat
1. Pendahuluan 5 menit 1. Menyampaikan 1. Membalas
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dengan
3. Menjelaskan seksama
tujuan 3. Memberikan
4. Menyampaikan respon
estimasi waktu 4. Berpartisipasi
5. Menggali aktif
persepsi
masyarakat
terkait DM
2. Penyajian 15 menit 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan
materi tentang : dengan seksama
a. Definisi DM 2. Memberikan
b. Diagnosis DM respon interaktif
c. Gejala DM
d. Komplikasi
DM
e. Pengelolaan
non-
farmakologi
pada DM
f. Asupan nutrisi
pada DM
3. Penutup 10 menit 1. Memberikan 1. Mengajukan
kesempatan pertanyaan
untuk bertanya 2. Berperan aktif
2. Melakukan 3. Mendengarkan
evaluasi dengan dengan seksama
mengajukan
pertanyaan
terkait bahasan
sebelumnya
3. Menyampaikan
kesimpulan

17
3.8. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan

1. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta berperan aktif dan interaktif selama jalannya penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
a. Bentuk : Tanya – Jawab
b. Jumlah : 4 pertanyaan
 Bagaimana kriteria gejala klasik pada Skrinning DM?
 Kapan seseorang dinyatakan mengidap DM?
 Bagaimana pola aktivitas yang dianjurkan pada penderita DM?
 Bagaimana pola diet nutrisi yang dianjurkan pada penderita
DM?
3. Hasil : Peserta mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Kasus DM meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, usia,


dan penurunan kualitas gaya hidup di masyarakat.
2. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pola hidup
sehat pada penderita DM dan pengelolaan DM terutama dalam
pelaksanaan pola hidup sehat dan kontrol rutin kadar gula darah yang
didasari oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk pengendalian
penyakit secara mandiri.
3. Penerapan pola hidup sehat dengan diet yang seimbang sebagai suatu
bentuk upaya peningkatan kualitas hidup penderita DM di daerah Gabus.
4.2. Saran

1. Diperlukannya peran aktif tenaga kesehatan maupun kader desa dalam


mengajak masyarakat sekitar yang memiliki faktor risiko tinggi disertai
dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran yang kurang untuk mengikuti
kegiatan Prolanis maupun skrinning DM ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Tenaga kesehatan dan kader desa secara berkelanjutan memberikan
penyuluhan tentang penerapan pola hidup sehat pada peserta Prolanis di
wilayah kerja Puskesmas Gabus I.
3. Perlu ditingkatkannya kualitas pelayanan UKM Puskesmas dalam
mencanangkan program Prolanis khususnya terkait DM.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A.; Durairajanayagam, D.; Pleissis, S.S., 2014. Utility of Antioxidants


during Assisted Reproductive Techniques : An Evidence Based Review.
Reproductive Biology and Endocrinology, 12 : 112-30.
Ahmed, M.A.A.S.; El-Hakem, A.H.A.; Ewis, S.H.A.; Eid, R.A., 2013. Effect of
Punica granatum (Pomegranate) Juice on The Ultrastructure of The Testes
in The Streptozotocin Induced Diabetes in Adult Albino Rat. International
Journal of Advanced Research, 1 (9) : 831-51.
Aitken, R.J. & Roman, S.D., 2008. Antioxidant Systems and Oxidative Stress in
The Testes. Landes Bioscience, 1 (1) : 15-24.
Al-Hunayan, A.; Al-Mutart, M.; Kehinde, E.O.; Thalib, L.; Al-Ghororyt, M.,
2007. The Prevalence and Predictors of Erectile Dysfunction in Men with
Newly Diagnosed with Type 2 Diabetes Mellitus. BJU International, 99
(1) : 130-4.
Ali, R.B.; Atangwho, I.J.; Kuar, N.; Mohamed, E.A.H.; Mohamed, A.J.; Asmawi,
M.Z.; et al., 2012. Hypoglycemic and Anti-Hyperglycemic Study of
Phaleria macrocarpa Fruits Pericarp. Journal of Medicinal Plants
Research, 6 (10) : 1982-90.
Alkhamees, O.A., 2014. Quercetin Attenuates Testicular Damage and Oxidative
Stress in Streptozotocin-induced Diabetic Rats. British Journal of
Pharmacology and Toxicology, 5 (2) : 88-97.
Altaf, R.; Asmawi, M. Z. B.; Dewa, A.; Sadikun, A.; Umar, M. I., 2013.
Phytochemistry and medicinal properties of Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl. extracts. Pharmacognosy Reviews, 7 (13) : 73-80.
Alves, M.; Martins, A.; Rato, L.; Moreira, P.; Socorro, S.; Oliveira P., 2013.
Molecular mechanisms beyond glucose transport in diabetes-related male
infertility. Biochimica et Biophysica Acta, 1832 : 626-35.
American Diabetes Association (ADA), 2014. Diagnosis and Classification of
Diabetes mellitus. Diabetes Care, 37 : 581-90.
Arikawe, A., 2012. Comparison if Streptozotocin-induced Diabetic and Insulin
Resistant Effects on Spermatogenesis with Proliferating Cell Nuclear
Antigen (PCNA) Immunostaining of Adult Rat Testis. Journal of
Experimental and Clinical Medicine, 29 : 209-14.
Aybek, H.; Aybek, Z.; Rota, S.; Sen, N.; Akbulut, M., 2008. The Effects of
Diabetes Mellitus, Age, and Vitamin E on Testicular Oxidative Stress.
Fertility and Sterility, 90 (3) : 755-60.
Badole, S.L.; Chaudhari, S.M.; Bagul, P.P.; Mahamuni, S.P.; Khose, R.D.; Joshi,
A.C.; et al., 2013. Effect of Concomitant Administration of L-Glutamine
and Cycloart-23-ene-3β, 25-diol (B2) with Sitagliptin in GLP-1 (7-36)
Amide Secretion, Biochemical and Oxidative Stress in Streptozotocin –
Nicotinamide Induced Diabetic Sprague Dawley Rats. PloS ONE, 8 (8) :
1-10.
Bolona, E.R.; Uraga, M,V.; Haddad, R.M.; Tracz, M.J.; Sideras, K.; Kennedy,
C.C., 2007. Testosterone use in men with sexual dysfunction: a systematic
review and metaanalysis of randomized placebo-controlled trials. Mayo
Clinic Proceedings, 82 (1) : 20-8.

20
Carocho, M. & Ferreira, I.C.F.R., 2013. A Review on Antioxidants, Prooxidants
and Related Controversy : Natural and Synthetic Compounds, Screening
and Analysis Methodologies and Future Perspective. Food and Chemical
Toxicology, 51 :15-25.
Cassado, L.N.; Tobarra, M.A.J.; Rudilla, M.C.; Onzono, L.I.D.; Brera, J.A.B;
Garcias, J.M.M., 2010. Effect of Experimental Diabetes and STZ on Male
Fertility Capacity : Study in Rats. Journal of Andrology, 31 (6) : 584-92.
Celino, F.T.; Yamaguchi-Shimizu, S.; Miura, C.; Miura, T., 2012. Proliferating
Spermatogonia are Susceptible to Reactive Oxygen Species Attack in
Japanese Eel (Anguilla japonica). Biology of Reproduction, 87 (3) : 70-8.
Charan, J. & Biswas T., 2013. How to Calculate Sample Sixze for Different Study
Designs in Medical Research? Indian J Psychol Med, 35 : 121-6.
Chatzigeorgiou, A.; Halapas, A.; Kalafatakis, K.; Kamper, E., 2009. The Use of
Animal Models in The Study of Diabetes Mellitus. In Vivo, 23 : 245-58.
Chong, S.C.; Dollah, M. A.; Chong, P. P.; Maha, A., 2011. Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit Aqueous Extract Enhances LDL
Receptor and PCSK9 Expression in vivo and in vitro. Journal of
Ethnopharmacology, 137 (1) : 817-27.
Circu, M.L. & Aw, T.Y., 2010. Reactive Oxygen Species, Cellular Redox
Systems, and Apoptosis. Free Radical Biology & Medicine, 48 : 749-62.
David, G.; Dolores, S., 2007. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology 8th
Edition. New York : Lange McGraw-Hill.
Easmin, S.; Sarker, Z.I.; Ferdosh, S.; Shamsudin, S.H.; Yunus, K.B.; Uddin, S.; et
al., 2014. Bioactive Compunds and Advanced Processing Technology :
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl, A Review. Journal of Chemical
Technology and Biotechnology, 11 : 1-11.
Faried, A.; Bolly, H.M.B.; Septiani, L.; Kurnia, D.; Arifin, M.Z.; Wirakusumah,
F.F., 2016. Potential of Indonesian Herbal Medicine, Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl, for Targeting Multiple Malignancy Signaling Pathways :
An Introductory Overview. European Journal of Medicinal Plants, 11 (2) :
1-17.
Festing, M.F. & Altman, D.G., 2002. Guidelines for The Design and Statistical
Analysis of Experiments Using Laboratory Animals. Institute for
Laboratory Animal Research Journal, 43 (4) : 244-58.
Firdausyah, P.A., 2009. Potensi Antioksidan Propolis dalam Mencegah Penurunan
Jumlah Sel Spermatogonium, Spermatosit Primer, dan Spermatid Tikus
(Rattus norvegicus) yang Diberi Stress Fisik. Skripsi. Jember : UNEJ.
Furman, B.L., 2015. Streptozotocin-Induced Diabetic Models in Mice and Rats.
Current Protocols in Pharmacology, 70 : 5.47.1 – 5.47.20.
Galleano, M.; Verstraeten, S.V.; Oteiza, P.I.; Fraga, C.G., 2010. Antioxidant
Actions of Flavonoids : Thermodynamic and Kinetic Analysis. Archives of
Biochemistry and Biophysics, 501 : 23-30.
Gartner, L.P. & Hiatt, J.L., 2014. Buku Ajar Berwarna Histologi Edisi Ketiga.
Singapura : Elsevier.
George, G.S.; Opuene, E.; Onuoha, E.A., 2014. Male Hyperglicemic-Induced
Infertility : An Integration of Some Biochemical Factors. European
Journal of Biology and Medical Science Research, 2 (4) : 78-84.

21
Ghasemi, A.; Khalifi, S.; Jedi, S., 2014. Streptozotocin-nicotinamide-induced Rat
Model of Type 2 Diabetes (Review). Acta Physiologica Hungarica, 101
(4) : 408-20.
Guerriero, G.; Trocchia, S.; Abdel-Gawad, F.K.; Ciarcia, G., 2014. Roles of
Reactive Oxygen Species in The Spermatogenesis Regulation. Frontiers
in Endocrinology, 56 (5) : 1-5.
Guneli, E.; Tugyan, K.; Ozturk, H.; Gumustekin, M.; Cilaker, S.; Uysal, N., 2008.
Effect of Melatonin on Testicular Damage in Streptozotocin-Induced
Diabetes Rats. European Surgical Research, 40 : 354-60.
Hendra, R.; Ahmad, S.; Oskoueian, E.; Sukari, A.; Shukor, M. Y., 2011.
Antioxidant, Anti-inflammatory and Cytotoxicity of Phaleria
macrocarpa (Boerl.) Scheff Fruit. BMC Complementary and Alternative
Medicine, 110 (11) : 1-10.
Hendra, R.; Ahmad, S.; Sukari, A.; Shukor, M.Y.; Oskoueian, E., 2011. Flavonoid
Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit. International Journal of Molecular
Sciences, 12 : 3422–31. 
International Diabetes Federation (IDF), 2014. International Diabetes Federation
Annual Report 2013. Belgium : IDF Publication.
Jelodar, G.; Khaksar, Z.; Pourahmadi, M., 2009. Endocrine Profile and Testicular
Histomorphometry in Adult Rat Offspring of Diabetic Mothers. Journal of
Physiological Sciences, 59 : 377-82.
Kaku, K., 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy.
Japan Medical Association Journal, 53 (1): 41-6.
Karaca, T.; Demirtas, S.; Karaboga, I.; Ayvaz, S., 2015. Protective Effects of
Royal Jelly Against Testicular Damage in Streptozotocin-induced Diabetic
Rats. Turkish Journal of Medical Sciences, 45 : 27-32.
Kehrer, J.P. & Klotz, Lars-Oliver., 2015. Free Radicals and Related Reactive
Species as Mediators of Tissue Injury and Disease : Implications for
Health. Critical Reviews in Toxicology, 8 : 1-34.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kianifard, D.; Sadrkhanlou, R.A.; Hasanzadeh, S., 2011. The Histological,
Histomorphometrical and Histochemical Changes of Testicular Tissue in
The Metformin Treated and Untreated Streptozotocin-Induced Adult
Diabetic Rats. Veterinary Research Forum, 2 (1) : 13-24.
Kianifard, D.; Sadrkhanlou, R.A.; Hasanzadeh, S., 2012. The Ultrastructural
Changes of The Sertoli and Leydig Cells Following Streptozotocin
Induced Diabetes. Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 15 (1) :
623-35.
Kumar, V.; Abbas, A.K.; Fausto, N., 2010. Robbins & Cotran Dasar Patologis
Penyakit 7th ed. Pendit, B.U., 2009 (Alih Bahasa). Jakarta : EGC.
Lay, M.M.; Karsani, S.A.; Mohajer, S. Malek, S.N.A., 2014. Phytochemical
constituents, Nutritional Values, Phenolics, Flavonols, Flavonoids,
Antioxidant and Cytotoxicity Studies on Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl Fruits. BMC Complementary and Alternative Medicine, 14 : 152-63.
Lenzen, S., 2008. The Mechanisms of Alloxan- and Streptozotocin-induced
diabetes. Diabetalogia, 51 : 216-26.

22
Lin, A.H.; Hamaker, B.R.; Nichols, B.L., 2012. Direct Starch Digestion by
Sucrase-Isomaltase and Maltase-Glucoamylase. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 55 (2) : 43-5.
Martirosyan, D.M., 2009. Functional Food for Chronic Diseases- Obesity,
Diabetes, Cardiavascular Disorders and AIDS Vol. 4. Texas USA: Food
Science Publishers.
Mescher, A.L., 2013. Junqueira’s Basic Histology – Text & Atlas 13 th ed. Mc
Graw Hill : New York.
Momeni H.R. & Eskandari N., 2012. Effect of Vitamin E on Sperm Parameters
and DNA Integrity in Sodium Arsenite-treated Rats. Iran Journal
Reproductive Medicine, 10 (3) : 249-56.

Momeni H.R.; Oryan S.; Eskandari N., 2012. Effect of Vitamin E on Sperm
Number and Testis Histopathology of Sodium Arsenite-treated rats.
Society for Biology of Reproduction, 12 (2) : 171-81.

Moslemi, M.K. & Tavanbakhsh, S., 2011. Selenium – Vitamin E Supplementation


in Infertile Men : Effects on Semen Parameters and Pregnancy Rate.
International Journal of General Medicine, 4 : 99-104.
Murray, R.K.; Granner, D.K.; Rodwell, V.W., 2009. Biokimia Harper edisi 27.
Jakarta : EGC.
Nazir, H.; Salroo, I.N.; Nazir, F.; Shah, W., 2015. AGNORS-The Way to
Diagnose Proliferative Rate of Cells. Scholars Journal of Applied Medical
Sciences, 3(4A) : 1615-18.
Nikolaidou, B.; Nouris, C.; Lazaridis, A.; Sampanis, C.; Doumas, M., 2015.
Diabetes Mellitus and Erectile Dysfunction. Viigimaa, M. (Editor),
Erectile Dysfunction in Hypertension and Cardiovascular Disease.
Switzerland : Springer International Publishing.
Nowotny, K.; Jung, T.; Hohn, A.; Weber, D.; Grune, T., 2015. Advanced
Glycation End Products and Oxidative Stress in Type 2 Diabetes Mellitus.
Biomolecules, 5 : 194-222.
Nugraha, A.Y., 2014. Perbandingan Efektivitas Pemberian Kombinasi Vitamin C
dan Zinc dengan Pemberian secara Tunggal terhadap Jumlah Sel
Spermatogenik Testis Mencit BALB/C yang Diberi Paparan Asap Rokok.
Skripsi. Surakarta : UMS.
Pai, M.; Huang, K.; Wu, C.; Yeh, S., 2010. Effects of Dietary Arginine on
Inflammatory Mediator and Receptor of Advanced Glycation Endproducts
(RAGE) Expression in Rats with Streptozotocin-Induced Type 2 Diabetes.
British Journal of Nutrition, 104 : 686-92.
Parhizkar, S.; Yusoff, M.J.; Dollah, M.A., 2013. Effect of Phaleria macrocarpa on
Sperm Characteristics in Adult Rats. Advanced Pharmaceutical Bulletin, 3
(2) : 342-52.
Parhizkar, S.; Zulkifli, S.B.; Dollah, M.A., 2014. Testicular morphology of Male
Rats Exposed to Phaleria macrocarpa (Mahkota Dewa) Aqueous Extract.
Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 17 : 384-90.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta : PERKENI.

23
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis
Diabetes. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Rato, L.; Alves, M.G.; Soccoro, S.; Duarte, A.I.; Cavaco, J.E.; Oliveira, P.F.,
2012. Metabolic Regulation is Important for Spermatogenesis. Nature
Reviews Urology, 9 : 330-38.
Ridwan, E., 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. Journal of Indonesian Medical Association, 63 (3) : 112-6.
Rochette, L.; Zeller, M.; Cottin, Y.; Vergely, C., 2014. Diabetes, Oxidative Stress
and Therapeutic Strategies. Biochimica et Biophysica Acta, 1840 : 2709-
29.
Salomon, T.B.; Hackenhaar, F.S.; Almeida, A.C.; Schuller, A.K.; Alabarse,
P.V.G.; Ehrenbrink, G.; Benfato, M.S., 2013. Oxidative Stress in Testis of
Animals during Aging with and without Reproductive Activity.
Experimental Gerontology, 43 : 940-46.
Sheela, N.; Jose, M.A.; Sathyamurthy, D.; Kumar, B.N., 2013. Effect of Silymarin
on Streptozotocin-Nicotinamide-Induced Type 2 Diabetic Nephropathy in
Rats. Iranian Journal of Kidney Disease, 7 : 117-23.
Singh, S.; Malini, T.; Rengarajan, S.; Balasubramanian, K., 2009. Impact of
Experimental Diabetes and Insulin Replacement on Epididymal Secretory
Products and Sperm Maturation in Albino Rats. Journal of Cellular
Biochemistry, 208 : 1094-101.
Slimen, I.B.; Najar, T.; Ghram, A.; Dabbebi, H. Mrad, M.B.; Abdrabbah, M.,
2014. Reactive Oxygen Species, Heat Stress and Oxidative-induced
Mitochondrial Damage : A Review. International Journal of
Hyperthermia, 30 (7) : 513-23.
Soeksmanto, A.; Hapsari, Y.; Simanjuntak, P., 2007. Kandungan Antioksidan
pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas, 2 (8) : 92-5.
Soewondo, P.; Soegondo, S.; Suastika, K.; Pranoto, A.; Soeatmadji, D.W.;
Tjokroprawiro, A., 2010. The DiabCare Asia 2008 Study – Outcomes on
Control and Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia.
Medical Journal of Indonesia, 19 : 235-44.
Srinivasan, K. & Ramarao, P., 2007. Animal Models in Type 2 Diabetes Research
: An Overview, Indian Journal of Medical Research, 125 : 451-72.
Sulistyoningrum, E.; Setiawati; Ismaulidiya, F.R., 2013. Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl Improved Renal Histological Changes in Alloxan-induced
Diabetics Rats. International Journal of Medicinal Plants and Alternative
Medicine, 1 (5) : 87-92.
Sulistyoningrum, E.; Setiawati; Nindyastuti, H.; Putra, A.N., 2012. Infusa Daging
Buah Mahkota Dewa Memperbaiki Kerusakan Testis dan Parameter
Sperma Tikus Diabetik. Sains Medika, 4 (2) : 115-23.
Suyono, S., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 6th edition. Jakarta : Interna
Publishing.
Suyono, S.; Waspadji, S.; Soegondo, S.; dan Soewondo, P., 2007. Kecenderungan
Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta : Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo, FK UI.

24
Tabit, C.E.; Chung, W.B.; Hamburg, N.M.; Vita, J.A., 2010. Endothelial
Dysfunction in Diabetes Mellitus : Molecular Mechanisms and Clinical
Implications. Reviews in Endocrine and Metabolic Disorders, 11 : 61-74.
Taha, H.; Arya, A.; Paydar, M.; Looi, C.Y.; Wong, W.F.; Murthy, C.R.V; et al.,
2014. Upregulation of Insulin Secretion and Downregulation of Pro-
inflammatory Cytokines, Oxidative Stress and Hyperglicemia in STZ-
Nicotinamide-induced Type 2 Diabetic Rats by Pseuduvaria monticola
Bark Extract. Food and Chemical Toxicology, 66 : 295-306.
Take, G.; Erdogan, D.; Helvacioglu, F.; Goktas, G.; Ozbey, G.; Uluoglu, C.; et al.,
2009. Effect of Melatonin and Time of Administration on Irradiation-
induced Damage to Rat Testes. Brazillian Journal of Medical and
Biological Research, 42 : 621-8.
Tjandrawinata, R. R.; Nofiarny, D.; Susanto, L. W.; Hendra, P.; Clarissa, A.,
2011. Symptomatic Treatment of Premenstrual Syndrome and/or Primary
Dysmenorrhea with DLBS1442, A Bioacitve Extract of Phaleria
Macrocarpa. International Journal of General Medicine, 4 : 465-76.
Tobias, DK.; Gaskins, A.J.; Missmer, S.A.; Hu, F.B.; Manson, J.E.; Louis,
G.M.B.; et al., 2015. History of Infertility and Risk of Type 2 Diabetes
Mellitus : A Prospective Cohort Study. Diabetologia, 58 (4) : 707-15.
Tortora, G.J. & Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology 12th
ed. USA : John Willey & Sons.
Tousson, E.; Ali, E.M.M.; Ibrahim, W.; Mansour, M.A., 2011. Proliferating Cell
Nuclear Antigen as A Molecular Biomarker for Spermatogenesis in PTU-
induced Hypothyroidism of Rats. Reproductive Sciences, 18 (7) : 679-86.
Tremellen, K., 2008. Oxidative Stress and Male Infertility – A Clinical
Perspective. Human Reproduction, 14 (3) : 243-58.
Triastuti, A.; Paltiel, H.J.; Choi, J.W., 2009. Phaleria macrocarpa Suppress
Nephropathy by Increasing Renal Antioxidant Enzyme Activity in
Alloxan-induced Diabetic Rats. Natural Product Sciences, 15 : 167-72.
Triastuti, A.; Paltiel, H.J.; Choi, J.W., 2009. Phaleria macrocarpa Suppresses
Oxidative Stress in Alloxan-induced Diabetic Rats by Enhancing Hepatic
Antioxidant Enzyme Activity. Natural Product Sciences, 15 : 37-43.
Trindade, A.A.T.; Simoes, A.C.P.; Silva, R.J.; Macedo, C.S.; Spadella, C.T.,
2013. Long Term Evaluation of Morphometric and Ultrastructural
Changes of Testes of Alloxan-induced Diabetic Rats. Acta Cirurgica
Brasileira, 28 (4) : 256-65.
Tsai, P.; Liu, J.; Yeh, C.; Chiu, W.; Yeh, S., 2012. Effects of Glutamine
Supplementation on Oxidative Stress-related Gene Expression and
Antioxidant Properties in Rats with Streptozotocin-Induced Type 2
Diabetes. British Journal of Nutrition, 107 : 1112-8.
Vignera, S.L.; Condorelli, R.; Vicari, E.; D’Agata, R.; Calogero, A.E., 2012.
Diabetes Mellitus and Sperm Parameters. Journal of Andrology, 33 (2) :
145-53.
WHO, 2016. Global Report on Diabetes. Switzerland : WHO Press.
Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius
Media.
Winbaurer G.F., Luetjens, C.M.; Simoni, M.; Nieschlag, E., 2010. Chapter 2 :
Physiology of Testicular Function dalam Nieschlag, E.; Behre, H.M.;

25
Nieschlag, S. (editors), 2010. Andrology : Male Reproductive Health and
Dysfunction. Munster : Springer.
Wyns, C.; Langendonckt, A.V.; Wese, F.; Donnez, J.; Curaba, M., 2008. Long-
term Spermatogonial Survival in Cryopreserved and Xenografted
Immature Human Testicular Tissue. Human Reproduction, 23 (11) : 2402-
14.
Zegers-Hochschild, F.; Adamson, G.D.; Mouzon, J.; Ishihara, O.; Mansour, R.;
Nygren, K; et al., 2009. International Committee for Monitoring Assisted
Reproductive Technology (ICMART) and the World Health Organization
(WHO) Revised Glossary of ART Terminology 2009. Human
Reproduction, 24 (11) : 2683-7.

26
LAMPIRAN

27
28
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Juni 2020


Pukul : 12.30 WIB – selesai
Tempat : Puskesmas Gabus I
Presentan : dr. Farah Fauziah
Judul : F.4 Upaya Gizi Masyarakat
“Penyuluhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Gabus I”

No Nama Peserta Tanda Tangan


1 dr. Alnia Rindang 1.
2 dr. Fieka Amelia 2.
3 dr. Intan Rachmawati 3.
4 dr. Niken Tri Utami 4.
5 dr. Sushanti Nuraini 5.
6 dr. M Wahib Hasyim 6.

Mengetahui
Pembimbing

dr. M Wahib Hasyim

29

Anda mungkin juga menyukai