Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
Disusun oleh :
dr. Farah Fauziah
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Permasalahan.................................................................................................2
1.3. Tujuan............................................................................................................2
1.4. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Diabetes Mellitus...........................................................................................4
2.2. Pola Hidup Sehat dan Penatalaksanaan Non-Farmakologis DM................10
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI............................16
3.1. Tujuan..........................................................................................................16
3.2. Metode.........................................................................................................16
3.3. Media...........................................................................................................16
3.4. Sasaran.........................................................................................................16
3.5. Waktu..........................................................................................................16
3.6. Tempat.........................................................................................................16
3.7. Kegiatan.......................................................................................................17
3.8. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan...................................................................18
BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
4.1. Kesimpulan..................................................................................................19
4.2. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................27
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO...................................29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada tahun 2016 kasus DM tidak tergantung insulin dilaporkan sebesar 19.33&
(9.676 kasus) sedangkan kasus DM tergantung insulin sebesar 0.6% (298 kasus).
Pergeseran dan perkembangan jumlah kasus DM seringkali dikaitkan
dengan kurangnya aktivitas fisik dan pola hidup sehat. Hal tersebut timbul karena
kurangnya kesadaran penderita DM akan pentingnya pengaturan pola hidup sehat.
Selain itu, tingkat pengetahuan penderita DM mengenai penyakit yang dideritanya
masih dapat dinilai kurang. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya edukasi
mengenai DM khususnya pada penatalaksaan non-farmakologis terkait pola hidup
sehat dan edukasi terkait diet pada pasien DM yang benar.
1.2. Permasalahan
2
1.4. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2. Definisi dan Klasifikasi DM
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2014), diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya
karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe DM, yaitu sebagai
berikut :
i. Diabetes Melitus Tipe 1
Berdasarkan etiologinya, DM tipe 1 diklasifikasikan karena adanya
gangguan produksi dari insulin yang disebabkan oleh penyakit autoimun sehingga
terjadi kerusakan dari sel β-Pankreas. Ada sekitar 5-10% kasus DM tipe 1 dan
biasanya gejala hiperglikemia muncul pada usia muda, yaitu usia anak-anak
hingga remaja (Kumar et al., 2010).
ii. Diabetes Melitus Tipe 2
Berdasarkan etiologinya, DM Tipe 2 merupakan DM yang timbul akibat
adanya kondisi resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin yang terjadi
secara progresif dari waktu ke waktu (Kaku, 2010). Diabetes melitus tipe 2
merupakan tipe DM yang paling sering dijumpai dan memiliki prevalensi terbesar
di antara kejadian DM tipe lainnya. Terdapat lebih dari 90% kasus DM yang
merupakan DM tipe 2.
Gejala DM tipe 2 biasanya asimptomatik atau pun tidak spesifik hingga
timbul komplikasi pada penderita yang menyebabkan kasus DM tipe 2 seringkali
terlambat untuk didiagnosis (WHO, 2016). Menurut UKPDS (United Kingdom
Prospective Diabetes Studies), 50% kasus DM tipe 2 memiliki prognosis untuk
gagal terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan harus beralih menggunakan
insulin 6 tahun setelah didiagnosis (Soewondo et al., 2010).
iii. Diabetes Melitus Tipe Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan suatu kondisi intoleransi
glukosa yang terjadi semasa kehamilan. Prevalensi penyakit ini ialah sekitar 7%
dari semua kehamilan yang ada. Pada kasus DMG, pendeteksian dini diperlukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu semasa perinatal
(PERKENI, 2011).
5
iv. Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe lain dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel
β-pankreas maupun kerja insulin, endokrinopati, infeksi, penyakit eksokrin
pankreas, obat-obatan, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
(PERKENI, 2011).
6
Penegakkan diagnosis DM oleh tenaga medis di Indonesia umumnya
mengacu pada aturan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) sebagai
standar penegakkan diagnosis. Konsensus yang dilakukan PERKENI (2011)
membagi alur diagnosis DM menjadi dua garis besar berdasarkan ada atau
tidaknya gejala khas pada DM. Apabila tidak didapatkan gejala, maka perlu
dilakukan dua kali pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil abnormal untuk
menegakkan diagnosis DM. Pasien dengan gejala khas DM cukup menjalani satu
kali pemeriksaan kadar gula darah dengan hasil abnormal untuk dikatakan
mengidap DM. Apabila didapatkan hasil negatif, maka perlu dilakukan
pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk memastikan diagnosis.
Secara skematis, berikut ialah diagram algoritma penegakkan diagnosis DM :
7
2.1.4. Faktor Risiko DM
Faktor-faktor resiko berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus dapat
dibagi dua yaitu : (Infodatin Kemenkes RI, 2014)
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable)
a. Usia
Resistensi insulin lebih cenderung terjadi seiring pertambahan usia
b. Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes mellitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit
hitam, penduduk asli Hawaii. Hal ini disebabkan oleh rata-rata
tekanan darah yang lebih tinggi, obesitas, dan pengaruh gaya hidup
yang kurang sehat.
c. Riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga (Genetik)
Seseorang dengan ahli keluarga yang menderita diabetes mellitus
mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit yang
sama ini dikarenakan gen penyebab diabetes mellitus dapat diwariasi
orang tua kepada anaknya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah (modifiable)
Faktor risiko yang dapat diubah ialah faktor risiko yang berkaitan
dengan status gizi, asupan nutrisi, penyakit komorbid yang didapat, serta
kebiasaan. Hal tersebut antara lain :
c. Hipertensi
d. Dislipidemia
8
2.1.5. Tanda, Gejala, dan Komplikasi DM
Gejala klinis DM yang utama seringkali ditunjukkan pada skrinning
awal penyakit yang dikenal dengan istilah “Trias Diabetes Mellitus” atau
“Gejala Klasik DM”, yaitu meliputi :
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga terjadi peningkatan
osmolaritas serum plasma yang dapat menyebabkan cairan intrasel
berdifusi ke dalam cairan intravaskular, mengalir ke dalam filtrasi
ginjal sehingga menyebabkan diuresis osmotik yang berujung pada
gejala poliuria.
2. Polidipsi
Akibat adaya peningkatan difusi cairan intrasel ke dalam vaskular,
maka terjadi penurunan volume intrasel yang dapat menyebabkan
dehidrasi sel. Akibat terjadinya dehidrasi sel, sehingga memicu
rangsangan haus dan terasa selalu ingin minum.
3. Polifagia
Akibat tidak dapat masuknya glukosa ke dalam sel yang diakibatkan
oleh defisiensi / insufisiensi insulin, maka produksi energi oleh sel
menurun dan akan terjadi stimulasi rasa lapar yang mengakibatkan
seseorang cenderung merasa lapar terus-menerus.
Selain tiga gejala utama pada Diabetes mellitus, dapat pula didapatkan
tanda dan gejala lain yang lebih tidak spesifik dan mungkin telah
mengarah pada komplikasi DM antara lain :
Perasaan cepat merasa lelah dan mengantuk;
Penurunan berat badan;
Timbulnya luka yang cenderung lama atau sulit untuk sembuh,
diakibatkan oleh penumpukan kadar gula darah yang dapat menjadi
media pertumbuhan mikroorganisme;
Rasa gatal berlebih dan kecenderungan infeksi pada daerah lipatan
kulit yang lembab;
9
Timbulnya rasa kesemutan pada saraf-saraf tepi, akibat adanya
komplikasi neuropati perifer pada DM yang berkelanjutan;
Timbulnya masalah pada pengelihatan, akibat adanya komplikasi
berupa gangguan mikroangiopati;
Penurunan gairah seksual yang dapat diikuti dengan disfungsi
ereksi, akibat adanya kerusakan pembuluh darah yang merupakan
komplikasi makroangiopati pada DM;
Kehamilan makrosomia yang ditandai dengan Berat lahir Bayi
lebih dari 4 kg.
2.2. Pola Hidup Sehat dan Penatalaksanaan Non-Farmakologis DM
10
Asupan makanan karbohidrat simpleks perlu disediakan selama
kegiatan aktivitas fisik berlangsung untuk mencegah terjadinnya
hipoglikemia.
2. Pengaturan Asupan Nutrisi pada Penderita DM
Asupan Nutrisi pada penderita DM sehari-hari diberikan
berdasarkan penghitungan BBR (Berat Badan Relatif) dengan rumus
sebagai berikut :
BB(kg)
BBR= ×100 %
TB (cm)−100
Dengan hasil :
Gizi Buruk : <90%
o Membutuhkan asupan kalori 40-60 Kal/kgBB/hari
Normal : 90-110%
o Membutuhkan asupan kalori 30 Kal/kgBB/hari
Gizi Lebih : 110-120%
o Membutuhkan asupan kalori 20 Kal/kgBB/hari
Obesitas : >120%
o Membutuhkan asupan kalori 10-15 Kal/kgBB/hari
Pengaturan asupan kalori tersebut juga harus memenuhi
kebutuhan makronutrien yang diperlukan. Secara garis besar dengan
ketentuan sebagai berikut :
Mempunyai susunan makronutrien : 65% karbohidrat yang
merupakan karbohidrat kompleks; 15% protein yang tinggi akan
asam amino esensial; dan 20% lemak dengan kandungan kolesterol
<300 mg/hari
Kaya akan serat : 25-35 gram/hari
Diberikan dalam frekuensi 6 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali
pemberian makanan utama (20% Kalori pada Makan Pagi dan 25%
kalori pada makan Siang dan Malam) serta 3 kali pemberian
makanan antara (10% Kalori pada setiap kali pemberian).
11
3. Komposisi Makanan yang Dianjurkan pada Diet DM
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
Pembatasan karbohidrat total <130g/hari tidak dianjurkan.
Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang
lain.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan
energi.
Komposisi yang dianjurkan:
- lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.4
- lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
- selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu fullcream.
Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
c. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
12
Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari
kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi. Kecuali pada penderita DM yang sudah
menjalani hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg
BB perhari.
d. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300mg perhari.
Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
e. Serat
Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
f. Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI).
Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis
berkalori dan pemanis tak berkalori.
Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti
glukosa alkohol dan fruktosa.
Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol, sorbitol dan xylitol.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM
karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada
13
alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang
mengandung fruktosa alami.
Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame.
Selain pengaturan pola hidup sehat secara umum tersebut, pada penderita
DM, didapatkan pula sepuluh petunjuk pola hidup sehat khusus yang dikenal
dengan singkatan GULOH-SISAR yaitu :
1. G (Gula) : artinya bagi para penderita DM sebaiknya pantang untuk
mengkonsumsi gula terutama dengan indeks glikemik tinggi
2. U (Urat) : Untuk mencegah atau mengatasi Hiperurisemia maka perlu
dilakukan pembatasan konsumsi JAS-BUKET (Jeroan, Alkohol, Sarden,
Burung dan Unggas, Kaldu, Kacang-kacangan, Emping, Tape)
3. L (Lemak) : Batasi TEK-KUK-CS2 (Telor, Keju-Kepiting, Udang, Kerang-
Cumi, Susu, Santan)
4. O (Obese): Lakukan penurunan berat badan bila terjadi obesitas dengan
target lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80cm pada perempuan
5. H (Hipertensi) : Perlu dilakukan pembatasan asupan garam pada pasien
hipertensi
6. S (Sigaret) : Hentikan kebiasaan merokok
7. I (Inaktivitas) : Hindari sedentary lifestyle. Lakukan aktivitas fisik yang dapat
mengeluarkan kalori kurang lebih 300 Kal/hari yang setara dengan jalan
sejauh 3 Km atau sit up sebanyak 50-200x / hari
8. S (Stress) : Hilangkan stress dengan kebiasaan tidur sehari-hari minimal 6-7
jam per hari dengan kualitas tidur yang baik
9. A (Alkohol) : Stop konsumsi alkohol
10. R (Regular Check-up) : Lakukanlah kontrol secara teratur terutama pada
penderita DM usia >40 Tahun yang dianjurkan setiap 3 bulan sekali.
14
Tabel 2. Contoh Makanan yang Direkomendasikan pada Pasien DM
15
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN INTERVENSI
3.1. Tujuan
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya
jawab
3.3. Media
16
3.7. Kegiatan
17
3.8. Evaluasi dan Hasil Penyuluhan
1. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta berperan aktif dan interaktif selama jalannya penyuluhan
2. Evaluasi Hasil
a. Bentuk : Tanya – Jawab
b. Jumlah : 4 pertanyaan
Bagaimana kriteria gejala klasik pada Skrinning DM?
Kapan seseorang dinyatakan mengidap DM?
Bagaimana pola aktivitas yang dianjurkan pada penderita DM?
Bagaimana pola diet nutrisi yang dianjurkan pada penderita
DM?
3. Hasil : Peserta mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Carocho, M. & Ferreira, I.C.F.R., 2013. A Review on Antioxidants, Prooxidants
and Related Controversy : Natural and Synthetic Compounds, Screening
and Analysis Methodologies and Future Perspective. Food and Chemical
Toxicology, 51 :15-25.
Cassado, L.N.; Tobarra, M.A.J.; Rudilla, M.C.; Onzono, L.I.D.; Brera, J.A.B;
Garcias, J.M.M., 2010. Effect of Experimental Diabetes and STZ on Male
Fertility Capacity : Study in Rats. Journal of Andrology, 31 (6) : 584-92.
Celino, F.T.; Yamaguchi-Shimizu, S.; Miura, C.; Miura, T., 2012. Proliferating
Spermatogonia are Susceptible to Reactive Oxygen Species Attack in
Japanese Eel (Anguilla japonica). Biology of Reproduction, 87 (3) : 70-8.
Charan, J. & Biswas T., 2013. How to Calculate Sample Sixze for Different Study
Designs in Medical Research? Indian J Psychol Med, 35 : 121-6.
Chatzigeorgiou, A.; Halapas, A.; Kalafatakis, K.; Kamper, E., 2009. The Use of
Animal Models in The Study of Diabetes Mellitus. In Vivo, 23 : 245-58.
Chong, S.C.; Dollah, M. A.; Chong, P. P.; Maha, A., 2011. Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit Aqueous Extract Enhances LDL
Receptor and PCSK9 Expression in vivo and in vitro. Journal of
Ethnopharmacology, 137 (1) : 817-27.
Circu, M.L. & Aw, T.Y., 2010. Reactive Oxygen Species, Cellular Redox
Systems, and Apoptosis. Free Radical Biology & Medicine, 48 : 749-62.
David, G.; Dolores, S., 2007. Greenspan’s Basic and Clinical Endocrinology 8th
Edition. New York : Lange McGraw-Hill.
Easmin, S.; Sarker, Z.I.; Ferdosh, S.; Shamsudin, S.H.; Yunus, K.B.; Uddin, S.; et
al., 2014. Bioactive Compunds and Advanced Processing Technology :
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl, A Review. Journal of Chemical
Technology and Biotechnology, 11 : 1-11.
Faried, A.; Bolly, H.M.B.; Septiani, L.; Kurnia, D.; Arifin, M.Z.; Wirakusumah,
F.F., 2016. Potential of Indonesian Herbal Medicine, Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl, for Targeting Multiple Malignancy Signaling Pathways :
An Introductory Overview. European Journal of Medicinal Plants, 11 (2) :
1-17.
Festing, M.F. & Altman, D.G., 2002. Guidelines for The Design and Statistical
Analysis of Experiments Using Laboratory Animals. Institute for
Laboratory Animal Research Journal, 43 (4) : 244-58.
Firdausyah, P.A., 2009. Potensi Antioksidan Propolis dalam Mencegah Penurunan
Jumlah Sel Spermatogonium, Spermatosit Primer, dan Spermatid Tikus
(Rattus norvegicus) yang Diberi Stress Fisik. Skripsi. Jember : UNEJ.
Furman, B.L., 2015. Streptozotocin-Induced Diabetic Models in Mice and Rats.
Current Protocols in Pharmacology, 70 : 5.47.1 – 5.47.20.
Galleano, M.; Verstraeten, S.V.; Oteiza, P.I.; Fraga, C.G., 2010. Antioxidant
Actions of Flavonoids : Thermodynamic and Kinetic Analysis. Archives of
Biochemistry and Biophysics, 501 : 23-30.
Gartner, L.P. & Hiatt, J.L., 2014. Buku Ajar Berwarna Histologi Edisi Ketiga.
Singapura : Elsevier.
George, G.S.; Opuene, E.; Onuoha, E.A., 2014. Male Hyperglicemic-Induced
Infertility : An Integration of Some Biochemical Factors. European
Journal of Biology and Medical Science Research, 2 (4) : 78-84.
21
Ghasemi, A.; Khalifi, S.; Jedi, S., 2014. Streptozotocin-nicotinamide-induced Rat
Model of Type 2 Diabetes (Review). Acta Physiologica Hungarica, 101
(4) : 408-20.
Guerriero, G.; Trocchia, S.; Abdel-Gawad, F.K.; Ciarcia, G., 2014. Roles of
Reactive Oxygen Species in The Spermatogenesis Regulation. Frontiers
in Endocrinology, 56 (5) : 1-5.
Guneli, E.; Tugyan, K.; Ozturk, H.; Gumustekin, M.; Cilaker, S.; Uysal, N., 2008.
Effect of Melatonin on Testicular Damage in Streptozotocin-Induced
Diabetes Rats. European Surgical Research, 40 : 354-60.
Hendra, R.; Ahmad, S.; Oskoueian, E.; Sukari, A.; Shukor, M. Y., 2011.
Antioxidant, Anti-inflammatory and Cytotoxicity of Phaleria
macrocarpa (Boerl.) Scheff Fruit. BMC Complementary and Alternative
Medicine, 110 (11) : 1-10.
Hendra, R.; Ahmad, S.; Sukari, A.; Shukor, M.Y.; Oskoueian, E., 2011. Flavonoid
Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit. International Journal of Molecular
Sciences, 12 : 3422–31.
International Diabetes Federation (IDF), 2014. International Diabetes Federation
Annual Report 2013. Belgium : IDF Publication.
Jelodar, G.; Khaksar, Z.; Pourahmadi, M., 2009. Endocrine Profile and Testicular
Histomorphometry in Adult Rat Offspring of Diabetic Mothers. Journal of
Physiological Sciences, 59 : 377-82.
Kaku, K., 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy.
Japan Medical Association Journal, 53 (1): 41-6.
Karaca, T.; Demirtas, S.; Karaboga, I.; Ayvaz, S., 2015. Protective Effects of
Royal Jelly Against Testicular Damage in Streptozotocin-induced Diabetic
Rats. Turkish Journal of Medical Sciences, 45 : 27-32.
Kehrer, J.P. & Klotz, Lars-Oliver., 2015. Free Radicals and Related Reactive
Species as Mediators of Tissue Injury and Disease : Implications for
Health. Critical Reviews in Toxicology, 8 : 1-34.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kianifard, D.; Sadrkhanlou, R.A.; Hasanzadeh, S., 2011. The Histological,
Histomorphometrical and Histochemical Changes of Testicular Tissue in
The Metformin Treated and Untreated Streptozotocin-Induced Adult
Diabetic Rats. Veterinary Research Forum, 2 (1) : 13-24.
Kianifard, D.; Sadrkhanlou, R.A.; Hasanzadeh, S., 2012. The Ultrastructural
Changes of The Sertoli and Leydig Cells Following Streptozotocin
Induced Diabetes. Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 15 (1) :
623-35.
Kumar, V.; Abbas, A.K.; Fausto, N., 2010. Robbins & Cotran Dasar Patologis
Penyakit 7th ed. Pendit, B.U., 2009 (Alih Bahasa). Jakarta : EGC.
Lay, M.M.; Karsani, S.A.; Mohajer, S. Malek, S.N.A., 2014. Phytochemical
constituents, Nutritional Values, Phenolics, Flavonols, Flavonoids,
Antioxidant and Cytotoxicity Studies on Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl Fruits. BMC Complementary and Alternative Medicine, 14 : 152-63.
Lenzen, S., 2008. The Mechanisms of Alloxan- and Streptozotocin-induced
diabetes. Diabetalogia, 51 : 216-26.
22
Lin, A.H.; Hamaker, B.R.; Nichols, B.L., 2012. Direct Starch Digestion by
Sucrase-Isomaltase and Maltase-Glucoamylase. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 55 (2) : 43-5.
Martirosyan, D.M., 2009. Functional Food for Chronic Diseases- Obesity,
Diabetes, Cardiavascular Disorders and AIDS Vol. 4. Texas USA: Food
Science Publishers.
Mescher, A.L., 2013. Junqueira’s Basic Histology – Text & Atlas 13 th ed. Mc
Graw Hill : New York.
Momeni H.R. & Eskandari N., 2012. Effect of Vitamin E on Sperm Parameters
and DNA Integrity in Sodium Arsenite-treated Rats. Iran Journal
Reproductive Medicine, 10 (3) : 249-56.
Momeni H.R.; Oryan S.; Eskandari N., 2012. Effect of Vitamin E on Sperm
Number and Testis Histopathology of Sodium Arsenite-treated rats.
Society for Biology of Reproduction, 12 (2) : 171-81.
23
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis
Diabetes. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Rato, L.; Alves, M.G.; Soccoro, S.; Duarte, A.I.; Cavaco, J.E.; Oliveira, P.F.,
2012. Metabolic Regulation is Important for Spermatogenesis. Nature
Reviews Urology, 9 : 330-38.
Ridwan, E., 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. Journal of Indonesian Medical Association, 63 (3) : 112-6.
Rochette, L.; Zeller, M.; Cottin, Y.; Vergely, C., 2014. Diabetes, Oxidative Stress
and Therapeutic Strategies. Biochimica et Biophysica Acta, 1840 : 2709-
29.
Salomon, T.B.; Hackenhaar, F.S.; Almeida, A.C.; Schuller, A.K.; Alabarse,
P.V.G.; Ehrenbrink, G.; Benfato, M.S., 2013. Oxidative Stress in Testis of
Animals during Aging with and without Reproductive Activity.
Experimental Gerontology, 43 : 940-46.
Sheela, N.; Jose, M.A.; Sathyamurthy, D.; Kumar, B.N., 2013. Effect of Silymarin
on Streptozotocin-Nicotinamide-Induced Type 2 Diabetic Nephropathy in
Rats. Iranian Journal of Kidney Disease, 7 : 117-23.
Singh, S.; Malini, T.; Rengarajan, S.; Balasubramanian, K., 2009. Impact of
Experimental Diabetes and Insulin Replacement on Epididymal Secretory
Products and Sperm Maturation in Albino Rats. Journal of Cellular
Biochemistry, 208 : 1094-101.
Slimen, I.B.; Najar, T.; Ghram, A.; Dabbebi, H. Mrad, M.B.; Abdrabbah, M.,
2014. Reactive Oxygen Species, Heat Stress and Oxidative-induced
Mitochondrial Damage : A Review. International Journal of
Hyperthermia, 30 (7) : 513-23.
Soeksmanto, A.; Hapsari, Y.; Simanjuntak, P., 2007. Kandungan Antioksidan
pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas, 2 (8) : 92-5.
Soewondo, P.; Soegondo, S.; Suastika, K.; Pranoto, A.; Soeatmadji, D.W.;
Tjokroprawiro, A., 2010. The DiabCare Asia 2008 Study – Outcomes on
Control and Complications of Type 2 Diabetic Patients in Indonesia.
Medical Journal of Indonesia, 19 : 235-44.
Srinivasan, K. & Ramarao, P., 2007. Animal Models in Type 2 Diabetes Research
: An Overview, Indian Journal of Medical Research, 125 : 451-72.
Sulistyoningrum, E.; Setiawati; Ismaulidiya, F.R., 2013. Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl Improved Renal Histological Changes in Alloxan-induced
Diabetics Rats. International Journal of Medicinal Plants and Alternative
Medicine, 1 (5) : 87-92.
Sulistyoningrum, E.; Setiawati; Nindyastuti, H.; Putra, A.N., 2012. Infusa Daging
Buah Mahkota Dewa Memperbaiki Kerusakan Testis dan Parameter
Sperma Tikus Diabetik. Sains Medika, 4 (2) : 115-23.
Suyono, S., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 6th edition. Jakarta : Interna
Publishing.
Suyono, S.; Waspadji, S.; Soegondo, S.; dan Soewondo, P., 2007. Kecenderungan
Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta : Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo, FK UI.
24
Tabit, C.E.; Chung, W.B.; Hamburg, N.M.; Vita, J.A., 2010. Endothelial
Dysfunction in Diabetes Mellitus : Molecular Mechanisms and Clinical
Implications. Reviews in Endocrine and Metabolic Disorders, 11 : 61-74.
Taha, H.; Arya, A.; Paydar, M.; Looi, C.Y.; Wong, W.F.; Murthy, C.R.V; et al.,
2014. Upregulation of Insulin Secretion and Downregulation of Pro-
inflammatory Cytokines, Oxidative Stress and Hyperglicemia in STZ-
Nicotinamide-induced Type 2 Diabetic Rats by Pseuduvaria monticola
Bark Extract. Food and Chemical Toxicology, 66 : 295-306.
Take, G.; Erdogan, D.; Helvacioglu, F.; Goktas, G.; Ozbey, G.; Uluoglu, C.; et al.,
2009. Effect of Melatonin and Time of Administration on Irradiation-
induced Damage to Rat Testes. Brazillian Journal of Medical and
Biological Research, 42 : 621-8.
Tjandrawinata, R. R.; Nofiarny, D.; Susanto, L. W.; Hendra, P.; Clarissa, A.,
2011. Symptomatic Treatment of Premenstrual Syndrome and/or Primary
Dysmenorrhea with DLBS1442, A Bioacitve Extract of Phaleria
Macrocarpa. International Journal of General Medicine, 4 : 465-76.
Tobias, DK.; Gaskins, A.J.; Missmer, S.A.; Hu, F.B.; Manson, J.E.; Louis,
G.M.B.; et al., 2015. History of Infertility and Risk of Type 2 Diabetes
Mellitus : A Prospective Cohort Study. Diabetologia, 58 (4) : 707-15.
Tortora, G.J. & Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology 12th
ed. USA : John Willey & Sons.
Tousson, E.; Ali, E.M.M.; Ibrahim, W.; Mansour, M.A., 2011. Proliferating Cell
Nuclear Antigen as A Molecular Biomarker for Spermatogenesis in PTU-
induced Hypothyroidism of Rats. Reproductive Sciences, 18 (7) : 679-86.
Tremellen, K., 2008. Oxidative Stress and Male Infertility – A Clinical
Perspective. Human Reproduction, 14 (3) : 243-58.
Triastuti, A.; Paltiel, H.J.; Choi, J.W., 2009. Phaleria macrocarpa Suppress
Nephropathy by Increasing Renal Antioxidant Enzyme Activity in
Alloxan-induced Diabetic Rats. Natural Product Sciences, 15 : 167-72.
Triastuti, A.; Paltiel, H.J.; Choi, J.W., 2009. Phaleria macrocarpa Suppresses
Oxidative Stress in Alloxan-induced Diabetic Rats by Enhancing Hepatic
Antioxidant Enzyme Activity. Natural Product Sciences, 15 : 37-43.
Trindade, A.A.T.; Simoes, A.C.P.; Silva, R.J.; Macedo, C.S.; Spadella, C.T.,
2013. Long Term Evaluation of Morphometric and Ultrastructural
Changes of Testes of Alloxan-induced Diabetic Rats. Acta Cirurgica
Brasileira, 28 (4) : 256-65.
Tsai, P.; Liu, J.; Yeh, C.; Chiu, W.; Yeh, S., 2012. Effects of Glutamine
Supplementation on Oxidative Stress-related Gene Expression and
Antioxidant Properties in Rats with Streptozotocin-Induced Type 2
Diabetes. British Journal of Nutrition, 107 : 1112-8.
Vignera, S.L.; Condorelli, R.; Vicari, E.; D’Agata, R.; Calogero, A.E., 2012.
Diabetes Mellitus and Sperm Parameters. Journal of Andrology, 33 (2) :
145-53.
WHO, 2016. Global Report on Diabetes. Switzerland : WHO Press.
Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius
Media.
Winbaurer G.F., Luetjens, C.M.; Simoni, M.; Nieschlag, E., 2010. Chapter 2 :
Physiology of Testicular Function dalam Nieschlag, E.; Behre, H.M.;
25
Nieschlag, S. (editors), 2010. Andrology : Male Reproductive Health and
Dysfunction. Munster : Springer.
Wyns, C.; Langendonckt, A.V.; Wese, F.; Donnez, J.; Curaba, M., 2008. Long-
term Spermatogonial Survival in Cryopreserved and Xenografted
Immature Human Testicular Tissue. Human Reproduction, 23 (11) : 2402-
14.
Zegers-Hochschild, F.; Adamson, G.D.; Mouzon, J.; Ishihara, O.; Mansour, R.;
Nygren, K; et al., 2009. International Committee for Monitoring Assisted
Reproductive Technology (ICMART) and the World Health Organization
(WHO) Revised Glossary of ART Terminology 2009. Human
Reproduction, 24 (11) : 2683-7.
26
LAMPIRAN
27
28
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Mengetahui
Pembimbing
29