Anda di halaman 1dari 33

JUDUL: EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR PADA PERUSAHAAN

PELAYARAN ADMIRAL LINES; STUDI KASUS KEGIATAN KAPAL GENERAL


CARGO PADA LINTASAN PELABUHAN CIWANDAN – PANJANG – BELAWAN

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Deskripsi Konsep

2.1.1. Pengertian Efisiensi

Kata efisiensi berasal dari bahasa latin efficere yang berarti menghasilkan, mengadakan,

menjadikan. Efisiensi dapat di rumuskan menurut suatu pengertian tertentu yaitu

memaksimalkan perbandingan antara hasil bersih yang nyata (imbang akibat-akibat yang

dikehendaki) dengan pengorbanan yang di berikan. Suatu tindakan dapat disebut efisien

apabila mencapai hasil yang maksimum dengan usaha tertentu yang di berikan, atau apabila

mencapai suatu tingkat hasil tertentu dengan usaha terkecil yang mungkin di berikan

(Lisdianti, 2017: 20).

Dengan adanya kegiatan bisnis di lingkup pelayaran membutuhkan penanganan yang lebih

serius agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan yang dapat mengakibatkan

kerugian keuangan pada perusahaan, untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan suatu

sistem pengawasan yang tepat guna untuk mengetahui efisiensi terhadap pemakaian bahan

bakar yang terjadi diatas kapal. Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar

pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik (Putro, 2018: 9).

Setiap kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai sasaran, diperlukan adanya efisiensi

dalam melakukan suatu pekerjaan agar tercapainya sasaran tersebut sesuai dengan apa yang

sudah direncanakan dengan tepat. Merujuk pada (Sedarmayanti, 2014: 22) pengertian

1
2

efesiensi adalah; “ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin

hemat atau sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien”.

Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan

lebih cepat (Putro, 2018: 18).

Sedangkan menurut (Hasibuan, 1984: 233-4) mengutip pernyataan dari H. Emerson,

efesiensi dirumuskan sebagai; “efisiensi merupakan perbandingan yang terbaik antara

sebuah input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang

dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang telah dicapai dengan penggunaan

sumber yang terbatas. Jadi bisa dikatakan hubungan antara apa yang telah diselesaikan” .

Sumber lainnya mengenai efesiensi turut dinyatakan Mulyamah yang mengartikan bahwa

efesiensi adalah; “sebuah ukuran dalam membandingkan antara rencana penggunaan

masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang

sebenarnya” (Mulyamah, 1987:3).

Dari pengertian-pengertian mengenai efesiensi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

efisiensi merupakan ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin

hemat atau sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien.

Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan

lebih cepat.

Menurut Yoto Paulus dan Nugent dalam tulisan Amanda, efesiensi dibedakan ke dalam tiga

kategori yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis

merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga, sehingga efisiensi ekonomis

dapat tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga dapat tercapai (Amanda, 2010).

Dalam teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi

ekonomis. Efisiensi ekonomis mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai


3

jangkauan lebih luas dibandingkan efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro.

Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam

proses konversi input menjadi output, akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis

hanya memerlukan kebijakan yang bersifat mikro. Efisiensi teknis (technical efficiency)

merupakan pilihan proses produksi yang kemudian menghasilkan output tertentu dengan

meminimalisasi sumber daya, sedangkan efisiensi ekonomis (cost efficiency) yaitu bahwa

pilihan apapun teknik yang digunakan dalam kegiatan produksi haruslah meminimumkan

biaya. Selain itu, efisiensi teknis merupakan kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit

ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari jumlah input dan

teknologi (Rendiana, 2015: 4).

2.1.1.1. Tujuan dan Manfaat Efisiensi

Penggunaan istilah efesiensi sering digunakan dalam setiap bidang kehidupan manusia yang

tentunya mempunyai tujuan ialah sebagai alasan dilakukannya efisiensi. Secara umum,

tujuan efisiensi ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai sebuah hasil atau tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Untuk menghemat atau juga mengurangi penggunaan sumber daya didalam

melakukan aktivitas atau kegiatan.

3. Untuk bisa memaksimalkan penggunaan segala sumber daya yang dipunya sehingga

tidak ada yang terbuang dengan percuma.

4. Untuk bisa meningkatkan kinerja suatu unit kerja sehingga hasil atau output-nya

semakin maksimal.

5. Untuk bisa memaksimalkan keuntungan yang mungkin didapatkan (Sutawijaya dan

Lestari, 2009: 55).


4

2.1.1.2. Tujuan dan Manfaat Efisiensi dalam Pelayaran

Tujuan dan manfaat dari efisiensi dalam pelayaran, yakni kemampuan pelayaran dalam

menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan

(input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga

merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar (Palwa, 2017:

1).

Efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis dalam soal bahan bakar dan dalam industri pelayaran

itu secara umum, perusahaan pelayaran menggunakan efisiensi seperti ini. Karena setiap

perusahaan dalam pengoperasian kapalnya itu melihat meminimalisasi mengenai biaya,

sumber daya yang berada di kantor tersebut ataupun mengenai biaya lainnya, seperti biaya

pemakaian bahan bakar ketika kapal sedang beroperasi. Dalam perusahaan biaya pemakaian

bahan bakar ini juga terbilang penting, sebab suatu perusahaan pelayaran dapat terlihat

pendapatan, salah satunya melalui keefisienan pemakaian bahan bakar ini. Karena jika

pemakaian bahan bakar di atas kapal terbilang boros, maka perusahaan pastinya akan

mengeluarkan biaya yang lebih untuk usahanya serta perusahaan bisa dikatakan gagal dalam

meminimalisasi pengeluaran mengenai biaya tersebut dalam satu kali perjalanan. Peusahaan

mempunyai tujuan untuk memperoleh penghasilan yang sebesar-besarnya guna untuk

menutupi kekurangan yang terjadi selama ini di dalam perusahaan tersebut.

2.1.2. Bahan Bakar

2.1.2.1. Pengertian Bahan Bakar

Pemahaman mengenai bahan bakar mencakup lingkup pengertian sebagai berikut. Suatu

materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Bahan bakar mengandung energi panas
5

yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia

melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan

panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari

bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti fisi nuklir atau fusi

nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) merupakan jenis bahan bakar

yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam

radioaktif (Muslim dan Faturachman, 2015: 1).

2.1.2.2. Pengertian Sistem Bahan Bakar

Sistem bahan bakar atau heavy fuel oil system adalah sistem yang digunakan untuk memasok

bahan bakar yang diperlukan motor induk pada umumnya, yaitu :

1. Mesin diesel kecepatan rendah dapat beropersi dengan hampir setiap bahan bakar cair

dari minyak tanah (kerosine) sampai minyak bunker.

2. Mesin diesel kecepatan tinggi modern, karena singkatnya selang waktu yang tersedia

untuk pembakaran pada setiap daur memerlukan minyak bakar yang lebih khusus dan

lebih ringan.

3. Jenis bahan bakar terbagi berdasarkan bentuk dan wujudnya (Putro, 2018: 19).

Berikut diuraikan sistem bahan bakar berdasarkan bentuknya, yaitu :

1. Bahan bakar padat

Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat dan kebanyakan menjadi

sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa

digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan

menyediakan energi.

2. Bahan bakar cair


6

Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, jika dibandingkan

dengan bahan bakar bebas. Bensin/gasolin/premium, minyak solar, minyak tanah adalah

contoh bahan bakar cair. Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri,

transportasi maupun rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah

campuran berbagai hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin,

naphtena, olefin, dan aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam

kandungan hidrogennya. Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa

macam fraksi, seperti bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar,

minyak bakar, dan lain-lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat

kelompok senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda.

3. Bahan bakar gas

Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni compressed natural gas (CNG) dan liquid

petroleum gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah

campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk

kompor rumah tangga, sama bahannya dengan bahan bakar gas yang biasa digunakan

untuk sebagian kendaraan bermotor (Putro, 2018: 20).

Sedangkan sistem bahan bakar berdasarkan materinya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bahan bakar tidak berkelanjutan

Bahan bakar tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari alam dan

bersifat konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa habis

keberadaannya di alam. Misalnya bahan bakar berbasis karbon seperti produk-produk

olahan minyak bumi.


7

2. Bahan bakar berkelanjutan

Bahan bakar berkelanjutan bersumber pada materi yang masih bisa digunakan lagi dan

tidak akan habis keberadaannya di alam. Misalnya tenaga matahari (Putro, 2018: 21).

Berikut ini diuraikan sifat-sifat yang mempengaruhi prestasi dan kendala dari suatu mesin

diesel, yaitu : (1)penguapan, (2)residu karbon, (3)viskositas, (4)kandungan belerang, (5)abu,

(6)air dan endapan, dan (7)titik nyala dan mutu pelayanan (Putro, 2018: 21).

2.1.2.3. Pengertian Pemakaian Bahan Bakar

Salah satu karakteristik unit konversi energi yang mengubah energi kimiawi bahan bakar

menjadi bahan bakar energi lainnya yang lebih bermanfaat seperti panas, energi mekanis

dalam bentuk daya poros, dan sebagainya. Pemakaian bahan bakar dinyatakan dalam satuan

jumlah bahan bakar yang dibutuhkan (dalam kilogram, gram meter kubik, dan liter) untuk

menghasilkan suatu energi berguna (dalam kilo watt dan daya kuda) dalam jangka waktu

tertentu (dalam menit, jam, atau detik).

Untuk mendapatkan energi panas diperlukan campuran gas yang terdiri dari udara dan bahan

bakar. Banyaknya bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan energi panas tergantung

pada besar volume langkah torak dan efisiensi volumetrik atau pengisian. Pemakaian bahan

bakar biasanya dikenal yang menyatakan jarak tempuh kendaraan tiap satu liter bahan bakar.

Pemakaian bahan bakar jika dibandingkan dengan daya mesin yang dihasilkan selama kurun

waktu tertentu dikenal dengan istilah “konsumsi bahan bakar spesifik”. Satuan konsumsi

bahan bakar spesifik adalah gram bahan bakar perkilowatt jam. Konsumsi bahan bakar

spesifik aktif (SFC) dinyatakan dalam perhitungan SFC = gr bahan bakar/ daya kuda x

waktu.
8

Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption - SFC) adalah indikator

keefektifan suatu motor bakar torak dalam menggunakan bahan bakar yang tersedia untuk

menghasilkan daya, misal diketehui besarnya pemakaian nilai bahan bakar spesifik motor a

adalah 245 sampai 300 gram per-kilo watt jam dan motor b adalah 175 sampai 205 gram

perkilo watt jam, maka yang lebih irit adalah motor b.

Bila sebuah motor memiliki bahan bakar senilai SFC lebih rendah, motor tersebut lebih irit

kebutuhan bahan bakarnya untuk menghasilkan daya yang sama dalam kurung waktu sama,

dengan demikian besarnya SFC suatu motor atau unik konversi energi umunya dapat sebagai

tolak ukur untuk memperkiran untuk segi ekonomis operasional motor tersebut (Putro,

2018: 23).

2.1.3. Perusahaan Pelayaran

Menurut Suwarno perusahaan pelayaran adalah badan usaha milik negara atau swasta,

berbentuk perusahaan negara persero, perseroan terbatas (PT), perseroan comanditer (CV),

dan lain-lain yang melakukan usaha jasa dalam bidang penyediaan ruangan kapal laut untuk

kepentingan mengangkut muatan penumpang (orang) dan barang (dagangan) dari suatu

pelabuhan asal (muat) kepelabuhan tujuan (bongkar), baik di dalam negeri (intersuler atau

antar pulau) maupun luar negeri (ocean going shipping) (Bahari, 2019: 7).

Menurut Engkos Kosasih dan Hananto Soewedo dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Perusahaan Pelayaran”, pelayaran niaga (merchant marine) ialah usaha pengangkutan

barang (khususnya barang dagangan) atau penumpang melalui laut, baik yang dilakukan

antar pelabuhan-pelabuhan dalam wilayah sendiri maupun antar negara (2007: 6).
9

2.1.3.1. Manfaat Industri Pelayaran

Masih menurut Kosasih dan Soewedo, usaha pelayaran merupakan usaha industri bidang

jasa transportasi laut atau shipping industry atau industri jasa pelayaran yang memberi

manfaat sebagai berikut :

a) Place utility, yaitu barang yang di satu tempat kurang bermanfaat dipindahkan ke tempat

yang manfaatnya lebih besar.

b) Time utility, yaitu barang dari satu tempat yang saat tertentu sudah diproduksi dan

berlebihan dipindahkan ke tempat yang pada waktu yang sama belum diproduksi dan

membutuhkan pengangkutan dengan kapal dapat dilakukan melalui laut, danau, maupun

sungai.

2.1.3.2. Macam-Macam Perusahaan Pelayaran

Masih menurut engkos Kosasih dan Soewedo, ditinjau dari sifat usahanya perusahaan

pelayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pelayaran tetap atau linier service

Pelayaran tetap mempunyai ciri sebagai berikut :

1.1. Jalur pelayaran (trade line) dan perjalanan kapal tertentu dan teratur, menyinggahi

pelabuhan yang ditetapkan sebelumnya dengam frekuensi yang tetap dan

mempunyai sailing schedule tertentu yang semuanya di umumkan kepada semua

cargo owner (pemilik muatan).

1.2. Umumnya pelayaran tetap dapat menerima semua jenis muatan.

1.3. Pelayaran tetap menawarkan freight rate (daftar tarif angkutan) yang telah di

tetapkan dan berlaku umum.


10

1.4. Carrier (pengusaha pelayaran) harus mempunyai peraturan atau syarat-syarat

pengangkutan yang dicantumkan pada lembar formulir bill of lading (B/L) atau

mungkin ada perjanjian khusus antara carrier dan shipper.

Sebagaimana usaha lain, usaha pelayaran service linier juga memiliki keuntungan dan

kerugian. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

1. Keuntungan linier service, mencakup tiga indikator yaitu; (1)memenuhi kebutuhan bagi

cargo owner, yaitu satu pelayaran yang tetap dan teratur, (2)mempunyai customer tetap

yang selalu mendukung perusahaan, dan (3)karena sifatnya yang teratur lebih mudah

diramalkan dan diadakan preplanning sehinnga memungkinkan untung/rugi lebih mudah

diketahui sebelumnya.

2. Kerugian linier service, mencakup tiga keadaan yaitu; (1)linier membutuhkan satu

organisasi yang mahal atau besar harus ada unit usaha, armada, keuangan, dan

administrasi umum dalam jumlah yang sesuai dengan kegiatan, (2)harus balanced trade

terutama untuk linier container untuk menghindari biaya respositioning yang tinggi, dan

(3)agar dapat memelihara satu frekuensi yang tinggi harus mempunyai armada yang

besar atau banyak.

2. Pelayaran tidak tetap atau tramper service

Pelayaran tramper service merupakan pelayaran bebas yang tidak terikat ketentuan formal,

tidak mempunyai jalur pelayaran tetap, dan kapal dapat berlayar kemana saja. Kapal

membawa muatan apa saja dan sering membawa muatan sejenisnya. Pelayaran tramp tidak

mempunyai jadwal yang diumumkan sebelumnya. Syarat pengangkutan dan uang tambang

(freight rate) dalam pelayaran tramper merupakan hasil permufakatan kedua belah pihak.

Berikut ini diuraikan keuntungan dan kerugian dari penyelengaraan pelayaran tidak tetap.
11

Keuntungan pelayaran tidak tetap; (1)kapal hanya menyinggahi pelabuhan yang mempunyai

prospek yang bermuatan cukup, (2)pelabuhan yang disinggahi kurang, tetapi muatan yang

diangkut cukup banyak dan, (3)organisasi perusahaan cukup sederhana, yang penting ada

unit armada. Kerugian pelayaran tidak tetap, yaitu; (1)tidak mudah untuk mendapatkan

employment kapal karna tidak mempunyai customer yang tetap dan, (2)ada kemungkinan

berlayar dalam keadaan kosong menuju satu pelabuhan muat atau tidak memperoleh muatan

balik.

2.1.4. Pengertian Muatan

Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan dalam sistem transportasi laut,

dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh

pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam

kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan (Berlianto, 2014: 6).

Menurut (Sudjatmiko, 1995:64), muatan kapal adalah segala macam barang dan barang

dagangan (goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut

dengan kapal, guna diserahkan kepada orang/barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan

(Berlianto, 2014: 6).

2.1.4.1. Jenis Muatan Kapal

Pengelompokan muatan menurut Kwartama, adalah :

1. Muatan basah kapal (wet cargo)

Muatan basah itu adalah muatan-muatan cair yang disimpan di botol-botol, drum-drum,

sehingga apabila tempatnya pecah/bocor akan membasahi muatan-muatan lainnya.

Contoh : susu, bier, buah-buahan dalam kaleng, cat, minyak dan sebagainya.

2. Muatan kering kapal (dry cargo)


12

Muatan kering kapal adalah muatan-muatan kering yang rusak bila basah. Contoh : jenis

muatan tepung, beras, biji-bijian, bahan-bahan pangan kering, kertas rokok dalam

bungkusan, kopi, teh, tembakau dan lain sebagainya.

3. Mutaan kotor kapal/berdebu (dirty / dusty cargo)

Muatan kotor/berdebu adalah muatan yang setelah dibongkar selalu meninggalkan debu

atau sisa yang perlu dibersihkan. Misalnya semen, biji timah, arang dan lain sebagainya.

4. Muatan bersih kapal (clean cargo)

Muatan ini tidak merusak muatan lain dan tidak meninggalkan debu atau sisa yang perlu

dibersihkan setelah dibongkar dan tidak merusak jenis barang lain. Contoh : sandang,

benang tenun, perkakas rumah tangga (piring, mangkok, gelas), barang-barang

kelontong.

5. Muatan berbau kapal (edorous cargo)

Jenis muatan ini dapat merusak/membuat bau jenis barang lainnya, terutama terhadap

muatan seperti kopi, teh, tembakau dan lain-lain. Maupun dapat pula merusak sesama

golongannya sendiri. Contoh : keroin, terpentin, amoniak, greasy, wool, crade rubber,

lumber (kayu), ikan asin dan lain-lain.

6. Muatan bagus/enak (delicate cargo)

Yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan muatan yang pada umumnya terdiri

dari bahan-bahan pangan. Jenis barang ini dengan mudah dapat dirusak oleh barang-

barang yang mengandung bau, muatan basah dan muatan kotor/berdebu. Contoh : beras,

tepung, teh, susu bubuk dalam plastik, tembakau, kopi.

7. Muatan berbahaya (dangerous cargo)

Jenis muatan ini adalah golongan muatan yang mudah menimbulkan bahaya ledakan

(explosif) maupun kebakaran. Pemuatan/pemadatan muatan ini haruslah ditempatkan


13

tersendiri dan pemuatannya harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan

dalam buku petunjuk yaitu blue book. Contoh : dinamit, mesin, bensin, korek api, kepala

peluru, karbon disulfida dan lain-lain (Kwartama, 2019: 20).

2.1.4.2. Kapal General Cargo (General Cargo Ship)

Pada perkembanganya kapal general cargo sering disebut kapal multi purpose, pada dewasa

kini tercatat sebanyak 10.919 unit kapal general cargo yang beroperasi di seluruh dunia.

Kapal general cargo yang lebih modern dibangun dengan dua deck, disebut tweendeckers,

dengan berbagai keunggulannya dibanding tipe single deck. Ada juga kapal general cargo

yang dilengkapi container fittings sehingga mampu memuat kontainer atau peti kemas.

Untuk kebutuhan bongkar muat, kapal general cargo dilengkapi crane (sekitar 30-40 ton

SWL) sehingga mampu menangani bongkar muat kontainer dan jenis cargo lainnya (Jurnal

Maritim, 2017).

Kapal general cargo atau bulk, yakni kapal yang mengangkut muatan berupa barang yang

telah di packing atau pun yang tidak di-packing (curah). Muatan yang di packing seperti

mesin, pupuk, semen, coli, dan lainnya. Muatan curah seperti nickel ore, PKE (palm kernel

expeller), batubara, dan lainnya. Karena kapal general cargo ini termasuk dalam jenis kapal

barang, sehingga syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal laut berlaku pula untuk

kapal general cargo ini. Kapal general cargo pada umumnya berukuran sekitar 5.000

sampai 25.000 DWT serta dilengkapi dengan crane pengangkut barang untuk memudahkan

bongkar muat dan kapal ini mempunyai kecepatan berkisar antara 8 s/d 25 knot (Manik,

Chrismianto, Niagara, 2013: 109) dan kapal jenis ini banyak berfungsi sebagai tramper

karena harganya murah dan dapat mengangkut muatan ke segala penjuru dunia.

2.2. Penelitian Relevan


14

Hasil peneltian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah dari tiga

penelitian yang berbeda serta dilakukan oleh Anzari Syah Putro tentang “Analisis

Pengawasan Bunkering terhadap Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar pada Towing Tugboat

PT Transcoal Pasific” (Putro, 2018), Prasetyo Adi dan Amiadji tentang “Analisa Penerapan

Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan

Bakar” (Adi dan Amiadji, 2013) dan Farin Valentino, R.O. Saut Gurning, A.A.B Dinariyana

D.P yaitu “Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper”

(Valentino, Gurning, dan Dinariyan, 2012).

Metode yang digunakan dalam ketiga penelitian tersebut adalah metode kualitatif deskriptif

yang menguraikan fakta-fakta yang terjadi pada perusahaan dalam upayanya untuk

mengetahui mekanisme pemakaian bahan bakar yang ada pada perusahaan tersebut.

Adapun penelitian yang telah dilakukan pada ketiga riset tersebut bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh pengawasan serta kecepatan kapal yang dapat mempengaruhi

pemakaian bahan bakar diatas kapal tersebut, sehingga bisa terjadi ketiadaan efisien

ketiadaan pemakaian bahan bakar terhadap perusahaan.

Dari penelitian tersebut terungkap hasil penelitian yang menyatakan bahwa dengan tidak

adanya pengawasan yang penuh dari perusahaan, memberikan dampak yang sangat

berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar selama ini yang akan mempengaruhi juga

pendapatan dari perusahaan. Hal tersebut membuat departemen logistik kapal berperan

penting dalam sistem pengawasan terhadap pemakaian bahan bakar tersebut, agar efisien

pemakaian bahan bakar dapat kembali normal sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan

oleh perusahaan.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan tiga penelitian tersebut adalah, sama-

sama mengkaji tentang efisiensi pemakaian bahan bakar serta pengawasan terhadap
15

pemakaian bahan bakar di atas kapal. Kemudian terkait dengan metode yang dipergunakan

adalah, sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik

pengumpulan data melalui obsevasi, wawancara, dan dokumentasi. Persamaan metodologi

penelitian juga terdapat dalam teknik pengambilan validitas data melalui triangulasi sumber.

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

R&D”, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu

yang lain, di luar itu untuk keperluan pengecekan atau suatu pembanding terhadap data itu.

Peneliti berusaha mengkaji data dengan mengkaji beberapa sumber dan mengadakan

pengecekan hasil penelitian dengan para ahli ekonomi melalui buku-buku ekonomi Islam.

Secara garis besar triangulasi ada 3 yaitu triangulasi sumber, tehnik, dan waktu.

Triangulasi sumber adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data, tehnik ini dilakukan

dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber.

Triangulasi tehnik adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan tehnik yang berbeda.

Triangulasi waktu adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan data pada waktu yang berbeda.

Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak

pada teknik pengambilan sampel, lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini

adalah di Kota Surabaya dan Semarang. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti

berada di Jakarta. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari teknik pengambilan sampel nya,

yang dimana dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive

sampling, sedangkan yang akan peneliti lakukan menggunakan teknik pengambilan validitas

data melalui triangulasi sumber serta terlihat perbedaan dibidang kajiannya. Jika penelitian

yang sudah ada melihat ketiadaan pengawasan, jarak tempuh serta kecepatan kapal yang
16

dapat mempengaruhi pemakaian bahan bakar ketika sedang beroperasi. Sedangkan peneliti

akan mengkaji tentang efisiensi pemakaian bahan bakar serta mekanisme pemakaian bahan

bakar saat diatas kapal.

2.3. Kerangka Konsep


17

2.4. Gambaran Perusahaan

2.4.1. Sejarah Singkat PT Admiral Lines

Perusahaan PT. Pelayaran Samudera Ampera Lines didirikan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Atau Panglima Angkatan Laut 13 No. 540156 pada tahun 1996, tanggal 25 Agustus

1996. PT Pelayaran Samudera Ampera Lines didirikan dengan akta Nomor 26 tanggal 20

September 1966 yang dibuat oleh Soeleman Ardjasasmita, SH Notaris di Jakarta. Dengan

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: DPRI/40/1970 Tanggal 6

November 1970, PT Ampera Lines secara yuridis telah mendapat ijin operasional sebagai

perusahaan pelayaran samudera. Namun nama Ampera Lines tidak pernah disyahkan oleh

Departemen Kehakiman (Lainsamputty, 2018: 33).

Adapun informasi mengenai pemegang saham di dalam perusahan PT Pelayaran Samudera

Ampera Lines dimiliki oleh lima pemegang saham, yakni :

1. Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL)

2. PT Yala Gada

3. PT Pelnus Bahari

4. PT Yala Nautika

5. PT Yala Tunda

Pada tahun 1972 sesuai Akta Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH No. 7 Tanggal 6 Juli 1972,

diadakan perubahan nama PT Pelayaran Samudera Ampera Lines menjadi PT Pelayaran

Samudera Admiral Lines dengan pemegang sahamnya adalah :

1. PT Yala Gada

2. PT Pelnus Bahari

3. PT Yala Nautika
18

Pada tahun 1998 sesuai Akta Notaris Samsul Hadi, SH No. 2 tanggal 2 April 1998 telah

diadakan perubahan dari nama PT Pelayaran Samudera Admiral Lines menjadi PT Admiral

Lines dan kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman RI No. C-11524 HT.01.04. Th 1999.

Pemegang saham pada waktu perubahan nama menjadi PT Admiral Lines adalah :

1. PT Jala Bhakti Yasbhum (PT JBY)

2. Yayasan Sosial Bhumyamca (Yasbhum)

PT. Admiral Lines adalah anggota dari Indonesian ship owners association (INSA),

Indonesia National Lines (INL), Indonesia Japan/Japan-Indonesia Freight Conference

(IJJIFC), Korea-Indonesia/Indonesia-Korea Freight Conference (KIIKFC), dan Jakarta

Chamber of Commerce and Industry (KADIN).

Pada tahun 1999 perusahaan memperoleh International Safety Management (ISM CODE) /

manajemen keselamatan pelayaran yang dikeluarkan oleh badan sertifikasi Class-NK

(Nippon Kaiji Kyokai, Jepang). Prusahaan yang melaksanakan ISM Code dianggap

manajemen keselamatannya sudah baik dan diakui oleh dunia Internasional. Selain

sertifikasi diatas, PT. Admiral Lines juga memiliki sertificate ISO 9002 (International

Standart Organization/manajemen mutu pelayanan) pada tahun 2002. Sertifikat ini

dikeluarkan oleh badan sertifikat KEMA (Belanda) dan diberikan kepada PT. Admiral Lines

kantor pusat untuk kegiatan ship Operation dan Ship Agency (Ulya, 2019: 13).

2.4.2. Visi, Misi dan Values PT Admiral Lines

Visi perusahaan adalah, Menjadi perusahaan pelayaran nasional berkelas dunia. Adapun

misi perusahaan mencakup pandangan-pandangan berupa, (1)memberikan pelayanan prima,

(2)mengembangkan sumber daya manusia (SDM) perusahaan yang professional,

(3)menggunakan kapal yang handal, dan mengembangkan networking.


19

Melalui visi dan misi tersebut merefleksikan values atau nilai-nilai korporasi, yaitu:

profesional, customer oriented, proactive, trust building, dan accountable.

2.4.3. Dasar Hukum Pendirian Perusahaan

Dilihat dari perspektif perundang-undangan, PT Admiral Lines yang semula bernama

Pelayaran Samudera Ampera Lines telah syah sebagai Badan Hukum dengan telah

dipenuhinya ketentuan-ketentuan sebagai berikut (Lainsamputty, 2018: 43):

1. Anggaran Dasar PT Admiral Lines telah disahkan dengan Surat Keputusan Menteri

Kehakiman Tanggal 5 Agustus 1972 Nomor: J.A.5/192/13, didaftarkan di Kantor

Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 8 Agustus 1972 Nomor 2206, diumumkan dalam

Berita Negara R.I. Tanggal 20 Oktober 1972 Nomor 54 Tambahan Nomor 396.

2. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Terbatas, Anggaran Dasar PT Admiral Lines telah dirubah dan disesuaikan dengan

undang-undang tersebut, dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman pada

Tanggal 22 Juni 1999 dibawah Nomor: C-11524 HT.01.04 Th. 99.

3. Perubahan dan penyesuaian anggaran dasar telah didaftarkan di Kantor Pendaftaran

Perusahaan Kodya Jakarta Pusat pada tanggal 22 Februari 2000 dibawah Nomor: 557/

BH.09.05/ II/ 2000 dengan Tanda Daftar Perusahaan Nomor: TDP 090514500889, satu

dan lain hal untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang

Wajib Daftar Perusahaan.

4. Perubahan dan penyesuaian anggaran dasar telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia pada Tanggal 11 April 2000 dibawah Nomor 29, Tambahan Nomor

1790.
20

5. Dengan diundangkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas sebagai Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1995, maka Anggaran Dasar

perusahaan harus disesuaikan dengan undang-undang baru tersebut.

6. Penyesuaian dengan undang-undang baru tersebut dituangkan dalam Akta Berita Acara

Rapat Nomor 24 Tanggal 30 Oktober 2008, dan telah mendapat pengesahan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: AHU-07681.A-II.01.02 Tahun 2009

Tanggal 16 Maret 2009, telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia

Tanggal 31 Juli 2009 Nomor 61 Tambahan No. 20141.

2.4.4. Tentang PT Admiral Lines

Informasi berikut menguraikan data-data berupa domisili perusahaan yang beralamat pada:

Jl. Gn. Sahari No.79-80, Gn. Sahari Sel., Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat, (021) 4247908,

dengan surel juhartono@admiral.co.id, dan situs perusahaan berupa http://www.admiral.

co.id.

2.4.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RKAT 2019 atau rencana kerja anggaran tahunan 2019 adalah sebagai

pedoman bagi jajaran PT Admiral Lines dalam melaksanakan kegiatan dan sebagai alat

pengendalian internal, dengan tujuan agar tercapai persamaan persepsi dalam melaksanakan

program yang telah direncanakan, dengan hasil maksimal.

2.4.6 Jenis dan Kegiatan Perusahaan

PT Admiral Lines adalah perusahaan pelayaran dan mempunyai kegiatan-kegiatan usaha

sebagai berikut (Lainsamputty, 2018: 43) :


21

1. Operasional kapal milik, yaitu mengoperasikan KM Amrta Jaya-I dan SPOB Amrta

Lima-I (beroperasi mulai Bulan Februari 2019), dengan model operasi time charter

(TC).

2. Kegiatan keagenan yaitu jasa memberi pelayanan melayani terhadap kapal-kapal asing

yang memasuki pelabuhan di Indonesia, maupun kapal-kapal domestik. PT Admiral

Lines bertindak sebagai general agent yang mendapat penunjukan langsung dari

principal dan selanjutnya PT Admiral Lines menunjuk sub agent di pelabuhan-

pelabuhan tertentu yang disinggahi oleh kapal-kapal yang diageni oleh PT Admiral

Lines.

3. Kegiatan jasa accounting authority, yaitu kegiatan jasa administrasi untuk

melaksanakan penagihan kepada principal/pemilik kapal atas biaya-biaya komunikasi

antar kapal dan antar dengan kantor pusatnya melalui coast station, untuk selanjutnya

diteruskan kepada pemilik coast station tersebut.

4. Kegiatan kantor cabang sebagai kepanjangan tangan kantor pusat, turut memberikan

kontribusi dalam perfomance kemampulabaan perusahaan.

5. Anak-anak perusahaan sebagai subsidiary company memberikan kontribusi dalam

bentuk deviden pada penutupan tahun buku. PT BBM Bandar Krida Jasindo dan PT

PJPT Admiral Bandar Caraka bergerak dibidang bongkar muat barang, serta PT PJPT

Admiral Bandar Caraka bergerak dibidang perusahaan jasa pengelolaan transportasi.


22

2.4.7. Struktur organisasi

Struktur organisasi yang digunakan adalah hasil dari proses restrukturisasi organisasi dan

rasionalisasi personel PT Admiral Lines tahun 2018. Dilaksanakan penggabungan beberapa

fungsi yang saling terkait, misalnya departemen logistik digabung dengan departemen

teknik, menjadi departemen logistik kapal. departemen operasi digabung dengan departemen

pemasaran menjadi departemen pemasaran dan operasi.

2.4.8. Kerangka Kerja

Pendapatan dalam tahun 2018 secara kesekuluruhan tercapai sebesar 104,94% dari RKAT.

Peningkatan pendapatan yang signifikan berasal dari pendapatan keagenan dan accounting

authority. Pendapatan dari kapal milik dengan pengoperasian time charter atau biasa

disingkat TC adalah sebesar 15,59% dari pendapatan tahun 2018, disebabkan oleh lemahnya

PT Tendri Dharma Samudera sebagai pencharter dalam mencari muatan sehingga PT


23

Admiral Lines memutuskan untuk menghentikan kerjasama dan mencari pencharter lain

yang lebih menguntungkan.

2.4.9. Modal Bisnis

Bisnis-bisnis yang dilakukan PT Admiral Lines adalah pelayaran niaga khususnya cargo

carrier, keagenan kapal, accounting authority, kantor cabang dan anak perusahaan, secara

keseluruhan memberikan kemampulabaan kepada perusahaan sebagai berikut :

2.5.0. Customer Segments

1. Operasional Kapal Milik

Jenis muatan adalah muatan curah maupun in bag, yakni semen, pupuk, jagung, maupun

barang-barang konstruksi dan bangunan.

Pelanggan utama pemilik barang adalah dari perusahaan perusahaan pemerintah, seperti

PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Semen Padang. Namun

demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk melaksanakan pengangkutan barang milik

swasta, bergantung pada operasi yang dilaksanakan oleh pihak pen-charter. Secara

keseluruhan kapal yang dioperasikan PT Admiral Lines dapat di-resume-kan sebagai

berikut, (1)tahun 1966 s/d 1971 : 2 unit, (2)tahun 1972 s/d 1974: 7 unit. (3)tahun

1975: 6 unit, (4)tahun 1976: 3 unit, (5)tahun 1977 s/d 1978 : 5 unit, (6)tahun 1979: 5

unit, (7)tahun 1980: 6 unit, (8)tahun 1981 s/d 1983: 8 unit, (9)tahun 1984 s/d 1987: 10

unit, (10)tahun 1988 s/d 1990: 9 unit, (11)tahun 1991: 8 unit, (12)tahun 1992 s/d 1993:

5 unit, (13)tahun 1994 s/d 2002: 3 unit, (14)tahun 2002 s/d 2016: 2 unit.
24

Dalam periode tahun 1984-1987 PT Admiral Lines memiliki dan mengoperasikan

sepuluh unit kapal dengan total DWT 81.007 ton dan kapal terbesar yang pernah

dimiliki adalah MV Sangkuriang VII dengan DWT 15.249 ton.

Selanjutnya dalam upaya untuk menanggulangi beban hutang yang lebih besar

khususnya untuk menyelesaikan kewajiban keuntungan kepada kreditor dalam dan luar

negeri, antara tahun 1975 s/d 2003 telah dilakukan pengurangan kapal milik sebagai

berikut, (1)KM Tarakan dijual tahun 1975, (2)KM Djatiroto, MT Bula dan LST Teluk

Banten dijual tahun 1976, (3)KM Sangkulirang – 5 tahun 1988 dijual kepada PT Andika

Lines, (4)KM Sangkulirang VII dijual pada tanggal 06 September 1991 kepada Precious

Stones Shipping Ltd di Bangkok karena kontruksi peralatan bongkar muat kapal dan

konsumsi bahan bakar tidak ekonomis, (5)KM No. 3 Sangkulirang, KM Amrta I, KM

Amrta II, dijual pada tanggal 28 Februari 1992 kepada PT Gurita Lintas Samudera di

Jakarta karena ekspor kayu log dihentikan oleh pemerintah, (6)KM Amrta III dijual

pada 12 Juli 1994 kepada PT Surabaya Pasific Lines, dan KM Amrta V dijual pada

bulan Agustus 1994 kepada PT Pagaruyung Padang, (7)KM Amrta 7 dijual pada tanggal

15 September 1997 kepada PT Gurita Lintas Samudera, (8)KM Amrta Jaya II dijual

pada tanggal 15 April 29003 kepada Hongyuan Shipping, Co. Ltd di China.

Kapal milik yang masih dioperasikan sampai dengan saat ini adalah KM Amrta Jaya I

buatan tahun 1984 dan KM Amrta VII buatan tahun 1990. Khusus untuk pengadaan KM

Amrta VII pengadaannya melibatkan 3 pihak yaitu finance, pembeli dan pen-charter

dengan skema atau pola sebagai berikut :

1. Salah satu lembaga keuangan di Jepang yaitu Orix Corporation, atas rekomendasi

dari Eastern Car Liner (pen-charter kapal-kapal PT Admiral Lines dan mitra kerja

Orix Coporation), bersedia memberikan pinjaman dana sebesar 70% dari harga
25

kapal atau sebesar ¥ 420,000,000,- untuk jangka waktu 8 tahun dengan bunga

sesuai Libor + 1,75%.

2. Pada sisi lain ECL memberikan komitmen untuk mencharter kapal tersebut selama

8 tahun dalam 2 jenis mata uang yaitu Yen dan USD. Hasil charter hire yang

berupa Yen langsung dibayarkan kepada Orix Corporation sebagai installment.

3. Pola tersebut diatas yaitu penjualan dan pembelian kapal, pendanaan dan charter,

merupakan satu paket yang saling berkaitan dan sulit diwujudkan apabila

dilaksanakan sendiri-sendiri.

2. Keagenan Kapal

Kegiatan keagenan adalah melayani kapal-kapal asing yang memasuki pelabuhan di

Indonesia dan PT Admiral Lines bertindak sebagai general agent yang mendapat

penunjukan langsung dari principal di luar negeri, selanjutnya PT Admiral Lines

menunjuk sub agent di pelabuhan yang disinggahi oleh kapal asing yang dimaksud.

Dalam penunjukan sub agent mengutamakan penunjukan kantor cabang PT Admiral

Lines sebagai sub agent. Apabila tidak ada, baru ditunjuk perusahaan pelayaran lain.

Dari kegiatan ini PT Admiral Lines mendapat fee dari principal dalam kegiatannya

mengurus kepentingan kapal-kapal asing. Dalam kondisi tertentu, PT Admiral Lines

selaku agent dapat menujuk perusahaan bongkar muat, dan dari penunjukan itu PT

Admiral Lines akan mendapat tambahan penghasilan.

Dalam rangka perluasan jaringan kerjasama khususnya di bidang keagenan, telah

diadakan perjanjian kerjasama keagenan dengan beberapa principal-principal dan

pemilik muatan dalam dan luar negeri sebagai berikut :

1. Samjoo Shipping Co. Ltd, Korea tanggal 10 Juni 1987

2. Vista Company Ltd Taipei, Taiwan, ROC tanggal 1 April 1990


26

3. Joint Maritime Co. Ltd Hongkong tanggal 13 September 1990

4. Company General Maritime (CGM) Perancis

5. Toyofuji Shipping Co. Ltd Nagoya tanggal 6 Juni 1991

6. Famous Shipping Agency Co. Ltd Taipei, tanggal 25 Agustus 1993

7. Eastern Car Lines Ltd Tokyo tanggal 21 Oktober 1994

8. PT Toyofuji Serasi Indonesia tanggal 1 April 2006

9. PT Toyofuji Logistik Indonesia tanggal 1 April 2006

10. PT ECL Tokyo

11. PT Pelayaran Sutra Lestari Lines, dan

12. PT Duta Shipping International

2.5.1. Acounting Authority

Kegiatan jasa accounting authority atau AA, yaitu kegiatan jasa administrasi untuk

melaksanakan penagihan kepada para principal (pemilik kapal) atas biaya komunikasi antar

kapal dan antara kapal dengan kantor pusatnya melalui stasiun radio pantai, untuk

selanjutnya diteruskan kepada negara-negara pemilik stasiun radio pantai tersebut.

Untuk pelaksanaan kegiatan ini, PT Admira Lines telah mendapat izin/penunjukan dari

Pemerintah Indonesia, Pemerintah Panama dan Belize, untuk melaksanakan tagihan kepada

principal sesuai dengan bendera kebangsaan kapal. Dari kegiatan ini PT Admiral Lines

memungut jasa untuk setiap kapal yang mendaftar dibawah accounting authority PT

Admiral Lines. Ada beberapa principal-principal yang bekerjasama dengan accounting

authority antara lain; (1)PT Bumi Ship Management, (2)PT Bumi International Tanker,

(3)PT Layar Sentosa, (4)PT Humpuss Trans Kimia, (5)PT Pelita Bara Samudera, (6)PT

Pertamina Trans Kontinental, (7)PT Hikmah Sarana Bahari, (8)PT Pelayaran Sakti Erawan,
27

(9)PT Bhaskara Inti Samudera, (10)PT Pel. Putra Sejati, (11)PT Hutama Trans Kencana,

(12)PT Sumber Kencana, (13)PT Patria Nusa Segara, (14)PT Arcadia Shipping, (15)PT

Baraka Alam Sari.

2.5.2. Cabang

Kantor cabang sebagai kepanjangan tangan kantor pusat turut memberikan konstribusi

performance kemampulabaan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa cabang PT Admiral

Lines antara lain cabang Merak, Banjarmasin, Jambi, Samarinda, Cirebon, Belawan dan

Surabaya.

2.5.3. Crewing/ Manning

Crewing/ manning adalah suatu jenis kegiatan menyediakan crew/anak buah kapal (ABK)

baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk ditawarkan ke perusahaan lain, dan dari

kegiatan ini PT Admiral Lines mendapat fee dari perusahaan yang menggunakan crew

tersebut. Dalam perkembangannya PT Admiral Lines pernah menyediakan 2 set crew

lengkap untuk MV Serasi I dan MV Serasi II milik PT Toyofuji Serasi Indonesia Jakarta.

2.5.4. Ships Management

Dalam perjalanan sejarah PT Admiral Lines pernah juga melaksanakan kegiatan ships

management untuk mendukung kelailautan dan safety quality kapal-kapal MV Serasi I dan

MV Serasi II dari PT Toyofuji Serasi Indonesia Jakarta. Dari kegiatan ini PT Admiral Lines

mendapatkan management fee.


28

2.5.5. Anak Perusahaan

Anak perusahaan sebagai subsidiary company memberikan konstribusi dalam bentuk

deviden apabila untuk anak perusahaan tersebut memperoleh keuntungan dalam satu tahun

hukum. Berbeda halnya dengan kantor cabang, anak perusahaan apabila mengalami kerugian

tidak akan mempengaruhi neraca konsolidasi PT Admiral Lines karena anak perusahaan

tersebut merupakan badan hukum yang berdiri sendiri. Sampai dengan saat ini anak

perusahaan dari PT Admiral Lines yang masih beroperasi adalah PT PBM Bandar Krida

Jasindo (BKJ), PT Admiral Bandar Caraka (ABC), PT PBM Bintang Upaya Samudera

(BUS).

2.5.6. Value propositions

Value proposition atau keunggulan umum yang ditawarkan kepada para principal, client,

atau pelanggan adalah :

1. Harga bersaing, memberi pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, dengan rute

yang sesuai dengan jasa yang diberikan, serta tidak lebih mahal/ tinggi daripada yang

diberikan oleh perusahaan lain yang bekerja dalam bidang yang sama.

2. Well brand, PT Admiral Lines telah dikenal sebagai perusahaan yang menjual jasa

angkutan (general cargo) dengan menggunakan kapal laut, maupun memberi jasa

keagenan dan jasa accounting authority yang telah memiliki pengalaman yang cukup

lama (lebih dari 50 tahun), dengan kredibilitas pelayanan yang dapat diandalkan.

2.5.7. Channels

Memanfaatkan jaringan yang dimiliki oleh pemegang saham, dalam hal ini Yasbhum atau

TNI AL, untuk mendapatkan muatan bagi kapal milik, maupun mendapatkan dukungan

moral untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada selama ini di bidang keagenan,
29

maupun dalam hubungan antara PT Admiral Lines dengan pemangku kepentingan dalam

usaha angkutan laut (PT Pelindo dan anak-anak perusahaan di bawahnya).

2.5.8. Customer Relationships

Membangun hubungan yang sudah ada antara pengguna jasa perusahaan. Pemerintah

maupun swasta, dengan PT Admiral Lines, untuk dapat dipertahankan dan dikembangkan

untuk hubungan yang lebih baik dimasa depan. Terutama untuk mendapatkan muatan kapal

milik dengan freight yang lebih baik, serta untuk meningkatkan tarif keagenan yang telah

lama menggunakan besaran yang sama.

2.5.9. Revenue Streams

Bagi operasi kapal milik, keuntungan utama yang diperoleh oleh perusahaan adalah selisih

antara freight yang diterima dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasi kapal milik.

Dengan demikian, mendapatkan freight yang lebih tinggi adalah tujuan umum dari kegiatan

operasi kapal, agar mampu menutup biaya operasi kapal yang besar. Sedangkan dalam usaha

keagenan, adalah mendapatkan selisih harga yang baik antara biaya-biaya rupiah yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan, dengan pembayaran dari principal dalam tarif dan mata uang

USD. Demikian pula dengan kegiatan accounting authority.

2.6.0. Key Activities

Pengorganisasian yang baik dan efisien menjadi kunci dari keberhasilan perusahaan untuk

mencapai keuntungan yang ingin dicapai. Mulai dari struktur organisasi dan pengawakannya

yang profesional, sampai dengan terbangunnya mekanisme kerja yang efektif dan efisien,

didukung dengan teknologi yang diaplikasikan secara tepat di dalam perusahaan. Namun

demikian, langkah-langkah menuju kondisi ideal terus berproses, sesuai dengan langkah
30

revitalisasi yang dilaksanakan oleh Yasbhum, selaku pemegang saham. Kegiatan inti

perusahaan adalah memberi pelayanan angkutan barang umum (general cargo) dengan

menggunakan kapal milik maupun kapal charter lainnya, dan memberi jasa keagenan kepada

kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia. Sedangkan kegiatan accounting authority memberi

layanan komunikasi internasional kepada kapal-kapal yang beroperasi di seluruh dunia.

2.6.1. Key Resources

Sumber daya utama dari usaha angkutan laut adalah kapal milik. Sedangkan sumber daya

berikutnya adalah sumber daya manusia profesional yang telah berpengalaman sesuai

dengan bidang yang diembannya, terutama dibidang pelayaran (tatalaksana, permesinan,

nautika) dan bidang keuangan, terutama akuntansi, serta tenaga pemasaran yang handal.

2.6.2. Key Partnerships

Kerjasama utama yang terjalin lama adalah dengan Toyofuji Shipping Co. Ltd. Nagoya,

Jepang beserta seluruh jaringannya, yang beroperasi di Indonesia maupun di luar negeri,

terutama Asia.

2.6.3. Cost Structure

Struktur pembiayaan perusahaan lebih diperuntukkan pada operasi pelayanan keagenan,

operasi pelayanan accounting authority, operasi kapal milik, serta biaya perkantoran

(Lainsamputty, 2018: 49).


31

Daftar Pustaka

BUKU
Engkos Kokasih dan Hananto Soewedo, 2007. Manajemen Perusahaan Pelayaran. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung :Alfabeta, hal. 274

JURNAL
Adi, Prasetyo dan Amiadji. (2013). “Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal
Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar”. Jurnal Teknik
Sistem Perkapalan, Vol. 3, No. 1. Fakultas Teknologi Kelautan, Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Web 16 Juni 2020.
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/6033/1640.

Manik, Parlindungan, Deddy Chrismianto, Gigih Niagara. (2013). “Perancangan Kapal


General Cargo 1500 DWT Rute Pelayaran Jakarta-Surabaya”. Kapal: Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kelautan, Vol. 10, No. 2, PP. 108-115. Teknik Perkapalan
Universitas Diponegoro Semarang. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/artic
le/view/5125.
Suryanto dan Wudianto. (2017). “Model Estimasi Konsumsi Bahan Bakar Kapal Ikan
Huhate dan Rawai Tuna”. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia volume 21. Jakarta
Utara: Gedung BRSDM KP II. Web 11 April 2020. http://ejournal-balitbang.kkp.
go.id/index.php/jppi/article/view/5816/5242.
Sutawijaya, Adrian, Etty Puji Lestari. (2009).”Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009, hal. 49-67. Fakultas Ekonomi Univesitas
Terbuka Jakarta. Web 19 Juni 2020.
https://media.neliti.com/media/publications/83658-ID-efisiensi-teknik-perbankan-
indonesia-pas.pdf

Wahyusah, Riche Reinawati, Aulia Sitin Aisjah, dan Agoes A. Masroeri. (2011).
“Perancangan Sistem Monitoring Pengambilan Keputusan Pemakaian Bahan Bakar
pada Kapal Berbasis Logika Fuzzy”. Jurnal Teknik Pomits volume 2. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Web 11 April 2020. http://ejurnal.
its.ac.id/index.php/teknik/article/view/1650/1016.
32

SKRIPSI
Amanda, Rica. (2010). “Analisis Efisiensi Teknis Bidang Pendidikan dalam Implementasi
Model Kota Layak Anak”. (Publikasi Skripsi). Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro Semarang.

Bahari, Rizqi Fajar. (2019). “Peran Agen dalam Menangani Kedatangan dan
Keberangkatan Kapal MV. Sattha Bhum oleh PT. Perusahaan Pelayaran Nusantara
Panurjwan Cabang Semarang”. (Publikasi Skripsi). Jurusan Ketatalaksanaan
Pelayaran Niaga, Diploma III , Universitas Maritim AMNI Semarang.
Fajardianto, Arian Puji. (2016). “Analisa Pengaruh Emisi Gas Buang Dalam Penggunaan
Bahan Bakar LNG Pada Kapal-kapal yang Beroperasi di Jalur APBS dengan
Pemodelan Dinamika Sistem”. Undergraduate thesis. Jurusan Teknik Sistem
Perkapalan, Fakultas Teknologi Sepuluh November, Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS) Surabaya.
Gurning, Farin R.O. Saut, Valentino, A.A.B Dinariyana D.P (2012). “Optimasi Skenario
Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper”. (Publikasi Skripsi).
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Kamaludin. (2011). “Optimalisasi Konsumsi Bahan Bakar Kapal Skala Penuh berdasarkan
Analisa Uji Tarik Kapal Model”. (Publikasi Skripsi). Jurusan Teknik Perkapalan,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Depok.
Lainsamputty, Jozef Therry. (2018). “Strategi Pengoperasian Kapal Milik (MV Amrta Jaya
I) Pada PT Admiral Lines”. (Publikasi Skripsi). Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran
Niaga dan Kepelabuhanan, STIMar “AMI” Jakarta.

Lisdiantini, Netty. (2017). “Sekretaris dan Efisiensi Kerja Pimpinan, Tinjauan Teoritis
Peran Sekretaris dalam Mendukung Efisiensi Kerja Pimpinan”. (Publikasi Skripsi).
Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Madiun.
Moeljani, Lilik. (1995). “Sistem Pengendalian terhadap Perhitungan Uang Tambang dalam
Mengamankan Pendapatan Tambang pada PT X cabang Surabaya (Studi Kasus
Pada Perusahan Pelayaran)”. (Publikasi Skripsi). Jurusan Akuntansi, Universitas
Airlangga Surabaya.
Palwa, Ade Andrianto Eka. (2017).”Efektivitas Pengembangan Sarana dan Prasarana
Dermaga Guna Menunjang Arus Barang di Pelabuhan Arar Sorong’. (Publikasi
Skripsi). Jurusan Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan. Diploma IV,
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Putro, Anzari Syah. (2018). “Analisis Pengawasan Bunkering terhadap Efisiensi Pemakaian
Bahan Bakar pada Towing Tugboat PT Transcoal Pasific”. (Publikasi Skripsi).
Jurusan Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan, Diploma IV, Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang.
33

Rendiana, Gery. (2015). “Analisis Pengaruh Efisiensi (BOPO) dan Capital Adequacy Rasio
(CAR) terhadap Return On Assets (ROA) (Studi Kasus pada Perbankan Syariah
yang Terdaftar di OJK pada tahun 2010-2014)”. (Publikasi Skripsi). Program studi
Manajemen, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung.
Ulya, Atik Kotul. (2019). “Penanganan Muatan General Cargo dan Pengapalannya di PT
Admiral Lines Jakarta”. (Publikasi Skripsi). Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran
Niaga, Diploma III, Stimart Amni Semarang.

e-BOOK
Muslim, Muswar dan Danny Faturachman. 2015 “Prosiding Seminar Hasil Penelitian:
Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Dosen melalui Penelitian”. <http://reposito
ry.unsada.ac.id/1029/1/Kajian%20Penggunaan%20Flow%20Meter%20Untuk
%20%20%20Monitoring%20Pemakaian%20Bahan%20Bakar%20Minyak%20di
%20Kapal%20Tug%20boat%20Milik%20PT.pdf >. Web 28 Maret 2020.

Materi Perkuliahan
Kwartama, Agung. (2019). Modul 1: Stevedoring/Bongkar-Muat. [Available from WPS
Office].

PERATURAN
Republik Indonesia. 2019. PM No. 55 Tahun 2019 tentang Komponen biaya dan Pendapatan
yang Diperhitungkan dalam Kegiatan Pelayanan Kapal Perintis. http://jdih.Dephub
.go.id/assets/uudocs/permen/2019/PM_55_TAHUN_2019.pdf. [Diakses 11 April 2020].

Republik Indonesia. 1985. Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus
Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. http://www.jdih.pn-bangkinang.go.id/admin/
inpres/download_inpres.php?id=224. [Diakses 08 Mei 2020].

Dan lain-lain

https://jurnalmaritim.com/sekilas-tentang-bulker-kapal-pengangkut-kargo-curah-kering/Me
ngenal Bulker, Kapal Pengangkut Cargo Curah Kering. [Diakses 9 Juni 2020].

Anda mungkin juga menyukai