Anda di halaman 1dari 31

MODEL PEMBELAJARAN BOLA BASKET MELALUI PERMAINAN

BASKET DRUM DALAM PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA


KELAS VIII SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun Oleh :
xxxxxxxxx
NIP. xxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxA
xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxx
HALAMAN PENGESAHAN

Judul PTK :

MODEL PEMBELAJARAN BOLA BASKET MELALUI PERMAINAN


BASKET DRUM DALAM PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Nama Peneliti : xxxxxxxxxxxxxx


NIP : xxxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol :
Tempat Penelitian : xxxxxxxxxxxx
Tahun : xxxxxxxxxxxxxx

Bekasi, Februari 2016


Mengetahui Pustakawan
Kepala SMP Negeri 3 Cikarang Utara

xxxxxxxxxxxxxxx WARSIH
NIP. xxxxxxxxxxxxx

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas
berkat limpahan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa selesainya karya tulis ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi.
2. Pengawas SMP Negeri 3 Cikarang Utara
3. Kepala SMP Negeri 3 Cikarang Utara
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril
maupun material dalam penyelesaian penelitian Tindakan Kelas ini.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan mendapat
balasan dari Allah SWT (Amin..). Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Penulis

ii
ABSTRAK

Kata Kunci : Pengembangan, Permainan Bola Basket, Basket Drum


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model
pengembangan permainan bola basket melalui modifikasi permainan basket drum
pada pembelajaran penjas untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara
kabupaten Bekasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengembangan
dari model pembelajaran bola basket melalui permainan basket drum dalam
penjas untuk kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
Metode penelitian menggunakan penelitian pengembangan (research-
based development), yaitu (1) analisis kebutuhan, termasuk observasi lapangan,
wawancara dan kajian pustaka, (2) mengembangkan produk awal, (3) evaluasi
para ahli dengan menggunakan satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran, serta
uji coba kelompok kecil dengan menggunakan kuisioner kemudian dianalisis, (4)
revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji
coba skala kecil (24 siswa), (5) uji lapangan (43 siswa), (6) revisi produk akhir
berdasarkan hasil uji lapangan, (7) hasil akhir model modifikasi permainan basket
drum pada pembelajaran Penjas untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang
Utara yang dihasilkan melalui uji produk. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh ahli (satu ahli penjas dan dua ali
pembelajaran), uji coba kelompok kecil (24 siswa), dan uji coba Lapangan (43
siswa). Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, dan hasil pengisian
kuisioner oleh siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
persentasi untuk mengungkap aspek psikomotor, kognitif, dan afektif siswa
setelah menggunakan produk.
Data uji coba diperoleh data evaluasi ahli yaitu ahli penjas 81,3 % (baik),
ahli pembelajaran I 93,3 % (sangat baik), ahli pembelajaran II 84,4 % (baik), uji
coba kelompok kecil 79,1 % ( baik), dan uji lapangan 81,4 % (baik).
Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran permainan
basket drum dalam penjas untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara
Kabupaten Bekasi dapat digunakan. Model pembelajaran permainan bola basket
yang dimodifikasi dapat diterima dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmanai pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara. Saran
yang dapat diajukan yaitu: 1) Guru pendidikan jasmani hendaknya menggunaan
produk modifikasi permainan basket drum sebagai alternatif dalam
menyampaikan pembelajaran bola basket, 2) Perlu adanya sebuah pengembangan
yang lebih lanjut disesuaikan dengan kondisi fasilitas yang tersedia di sekolah.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
ABSTRAK ........................................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan Pengembangan ...............................................................................5
1.4 Spesifikasi Produk .....................................................................................5
1.5 Pentingnya Pengembangan ........................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR


2.1 Landasan Teori ..........................................................................................8
2.1.1 Penelitian dan Pengembangan..........................................................8
2.1.2 Model Pembelajaran.........................................................................8
2.1.3 Pendidikan Jasmani .........................................................................10
2.1.4 Permainan Bola Basket ...................................................................13
2.1.5 Modifikasi Pembelajaran penjas .....................................................18
2.1.6 Permainan.........................................................................................19
2.1.7 Memilih dan Mengevaluasi Modifikasi Permainan dan Olahraga...20
2.1.8 Hakikat Permainan Basket Drum ....................................................21
2.1.9 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Lanjutan...........22
2.1.10 Perkembangan Anak Usia SMP ....................................................24
2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................................25

v
BAB III METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan ...............................................................................26
3.2 Prosedur Pengembangan ...........................................................................27
3.3 Uji Coba Produk ........................................................................................29
3.4 Jenis Data ..................................................................................................31
3.5 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................31
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................34

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN


4.1 Penyajian Data Uji Coba Skala Kecil .......................................................35
4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba Lapangan ...................................................49
4.3 Revisi Produk ............................................................................................51
4.4 Penyajian Data Uji Coba Lapangan ..........................................................52
4.5 Prototipe Produk .......................................................................................55

BAB V KAJIAN DAN SARAN


5.1 Kajian Produk yang telah di Revisi ...........................................................58
5.2 Saran Pemanfaatan dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut .................60

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................62


LAMPIRAN – LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menjadi salah satu pemicu
cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
bila tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk mengantisipasinya maka hal tersebut
akan menjadi masalah yang sangat serius. Dalam hal ini dunia pendidikan
mempunyai tanggung jawab yang besar, terutama dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang tangguh sehingga mampu hidup selaras didalam perubahan itu
sendiri. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat
dilihat dan dirasakan secara instan, sehingga sekolah sebagai ujung tombak
dilapangan harus memiliki arah pengembangan jangka panjang dengan tahapan
pencapaiannya yang jelas dan tetap mengakomodir tuntutan permasalahan faktual
kekinian yang ada di masyarakat.
Pendidikan pada jaman sekarang lebih banyak menekankan pada
pengembangan individu secara total. Setiap individu memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. Pembelajaran secara individual pada dasarnya merupakan
pembelajaran untuk semua siswa, termasuk program untuk siswa yang
mempunyai kelambanan dalam perkembangannya, mengalami gangguan
emosional, dan siswa yang memiliki cacat fisik atau mental. Setiap siswa diberi
kebebasan untuk memilih materi pembelajaran yang diinginkannya dan
memperoleh pelatihan dari bidang kejuruan yang berbeda-beda.
Dengan kata lain pendidikan pada jaman sekarang ini lebih menekankan
pada pengembangan individu secara utuh. Guru tidak hanya memperhatikan pada
aspek kognisi saja akan tetapi juga kemampuan bicara, koordinasi, dan
keterampilan sosialnya. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu
pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia
untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah
dengan perkembangan zaman.

1
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi
pekerti,psikomotor serta seni. Pada Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan di sekolah masih cenderung mengunakan konsep pendekatan
pembelajaran yang sifatnya tradisional. Artinya konsep tersebut masih
menekankan pada penguasaan teknik dasar dan berorientasi pada keterampilan
pembelajaran tidak melupakan pengembangan kemampuan pemahaman siswa
terhadap hakikat permainan itu sendiri (Danu Hoedaya 2004 :1-4)
Pada penyelenggaraan pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) secara keseluruhan belum memenuhi unsur dari pada pendidikan jasmani
yaitu belum memenuhi unsur afektif, psikomotor dan kognitif karena dalam
penyampaian materi belum disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik.
Pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada
hakekatnya mempunyai arti, peran, dan fungsi yang penting dan strategis dalam
upaya pengembangan keterampilan gerak siswa. Karena siswa di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah anak pada usia remaja. Pada tahap
perkembangan usia ini baik untuk pengembangan secara optimal kesehatan
seseorang yang berhubungan dengan kesegaran jasmani (Sugiyanto dan Sudjarwo
1993 : 155).
Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis pada salah satu
sekolah menengah pertama di kecamatan boja yaitu SMP Negeri 3 Cikarang Utara
melalui proses pengamatan langsung dan wawancara tidak terstruktur diperoleh

2
informasi dalam proses pembelajaran penjasorkes metode yang digunakan dalam
menyampaikan meteri pembelajaran bola basket, secara umum adalah metode
pengajaran tradisional dan terpusat pada guru dimana sebagian anak melakukan
aktifitas pembelajaran sesuai dengan instruksi dan sebagian lain menunggu giliran
melakukan aktivitas. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
teknis yaitu dalam menyajikan pengalaman belajar berbagai teknik dasar dengan
tingkat kesulitan mulai dari yang sederhana sampai teknik dasar formal dalam
olahraga.
Penyajian pembelajaran dengan pendekatan teknik membuat anak keluar
dari suasana bermain akibat terpusat pada penguasaan teknik dasar dalam
olahraga. Porsi terbesar waktu pembelajaran dihabiskan untuk mempelajari dan
mempraktikan keterampilan melalui drill teknik dasar yang tidak mudah di
transfer dalam permainan sebenarnya. Pembelajaran mengarah pada keterampilan
bagian teknik dasar sempit, sedangkan pada pengaplikasiannya siswa
diorganisasikan untuk memainkan tetapi keanggotaan timnya berubah setiap saat.
Pada saat praktik keterampilan setiap bagian teknik awalnya menunjukan
bebarapa siswa mampu melakukan drill keterampilan dengan baik mereka tidak
dapat mentransfer keterampilan mereka pada konteks permainan yang komplek
akibatnya hampir semua permainan selalu dimainkan dengan kurang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas pembelajaran penjasorkes melalui
permainan olahraga bola basket belum efektif sebagai media pembelajaran gerak,
dikarenakan materi pembelajaran bola basket belum mampu membuat anak
bergerak secara efektif, selama pengajaran penjas siswa hanya malakukan gerakan
beberapa menit saja karena harus menunggu giliran. Keadaan ini berakibat pada
terbatasnya waktu dalam bergerak sehingga pembelajaran gerak kurang optimal.
Selain itu dalam segi fasilitas pembelajaran yang digunakan ditinjau dari
kelengkapan sarpras sekolah termasuk dalam kategori baik bahkan cukup
memadahi namun hal tersebut cenderung membuat kurangnya inovatif dalam
pembelajaran yang dampaknya terlihat dalam proses pembelajaran yaitu masih
menggunakan sarana dan prasaranan yang ada tanpa memperhitungkan standar
dan efek terhadap perkembangan siswa.

3
Sarana dan prasarana standar kurang mampu membuat siswa untuk
termotivasi dalam pembelajaran, padahal dengan melihat karakteristik anak pada
jenjang sekolah menengah pertama kurang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa. Siswa sulit untuk mentransfer materi untuk diaplikasikan
kedalam konteks permainan terkendala alat seperti bola dianggap masih terlalu
berat dan keras, ring basket yang tinggi memberi untuk siswa untuk memasukan
bola, ukuran lapangan yang cupuk luas membuat siswa malas bergerak terlebih
untuk siswa putri.
Dari latar belakang diatas peneliti cermati dan memberikan alasan
mengapa permasalahan tersebut perlu diteliti karena pertama peneliti ingin
mengubah paradigma pendidikan jasmani ke arah pengembangan individu secara
total dari paradigma sebelumnya yang memandang peserta didik hanya sebagai
objek, kedua, penulis ingin memberi pengertian bahwa baik ada maupun tidaknya
suatu sarana dan prasara proses pembelajaran masih dapat dikembangkan menjadi
lebih menarik dengan inovatif dan trobosan – trobosan modifikasi pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan efektifitas. Ketiga, ingin memberi contoh dengan
menciptakan suatu bentuk model pembelajaran suatu cabang olahraga khususnya
adalah bola basket melalui permainan yang dimodifikasi baik dari segi peraturan
dan sarana dan prasarana dengan nama basket drum yang baik sebagai alternatif
penyampaian pembelajaran gerak pada siswa SMP Negeri 3 Cikarang Utara,
Bekasi.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai permasalahan yang perlu
diteliti dan dianalisis untuk memecahkan permasalahan. Setelah mencermati dari
latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di kaji sebagai
berikut: bagaimana bentuk pengembangan model pembelajaran bola basket
melalui permainan basket drum dalam pembelajaran penjas untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara?

4
1.3. Tujuan Penelitian Pengembangan
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan diatas, maka tujuan pada
penelitian ini sebagai berikut: menghasilkan bentuk pengembangan model
pembelajaran bola basket melalui permainan basket drum dalam pembelajaran
penjas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara sehingga dapat
meningkatkan aktifitas belajar siswa.

1.4. Spesifikasi Produk


Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian
pengembangan ini adalah model pembelajaran permainan bola basket berupa
permainan bola basket yang sudah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik siswa
Sekolah Menengah Pertama, yaitu permainan bola basket dengan satu sasaran
tembak atau sasaran serangan dengan drum karton sebagai media yang dapat
mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif,afektif,dan psikomotor)
pada hasil penelitian efektif dan efisien , dan dapat meningkatkan kemampuan
fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan
dalam mengajar bola basket.

1.5. Pentingnya Pengembangan


Pendidikan Jasmani pada saat sekarang ini masih jauh dari tujuan
pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan jasmani masih mengacu pada teknik-
teknik dasar olahraga tertentu sehingga siswa masih merasa kesulitan dalam
menjalankan materi pendidikan jasmani tersebut.
Pemecahan masalah seperti ini dapat melalui penerapan model
pengembangan. Dalam bentuk modifikasi permainan yang diharapkan dapat
digunakan serta dapat membantu guru pendidikan jasmani, sehingga kualitas
pembelajaran dapat meningkat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Adapun keuntungan dari mengembangkan dan memodifikasi permainan
sebagai berikut:
1) Menunjukkan kemampuan mengkombinasi keterampilan manipulatif,
lokomotor, dan non-lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun

5
dengan orang lain.
2) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktifitas jasmani.
3) Menunjukan penguasaan pada beberapa bentuk aktifitas jasmani.
4) Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan
baru.
5) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan
gerak.
6) Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktifitas
jasmani.
7) Memahami bahwa aktifitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan
kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi.
8) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari pertisipasi dalam
aktifitas jasmani.
(Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:15-16).
1.5.1. Bagi Peneliti
1) Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian dalam memodifikasi salah
satu cabang olahraga pada umumnya dan olahraga permainan bola basket
pada khususnya.
2) Sebagai dasar pengembangan hasil penelitian di masa yang akan datang.
3) Sebagai bekal dalam menyusun PTK untuk memperoleh gelar kesarjanaan
bidang studi pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi.
1.5.2. Bagi Peneliti Lanjutan
1) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang serupa atau
sehubungan.
3) Sebagai bahan untuk dikaji kebenarannya.
4) Mengetahui seberapa besar hasil pembelajaran gerak siswa dalam
mengikuti model pembelajaran yang telah dimodifikasi sehingga guru
dapat menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
5) Membuka paradigma baru dalam pembelajaran penjas di mana tujuan

6
pembelajaran bukan untuk mempunyai skill yang mumpuni tapi membuat
siswa bergerak dan senang.
1.5.3. Bagi Guru Penjas
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar penjasorkes pada umumnya
dan cabang olahraga permainan bola basket pada khususnya.
2) Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman untuk membina siswa dalam
bermain bola basket.
3) Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjas untuk menciptakan
terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi
jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta
siswa lebih aktif bergerak.
1.5.4. Bagi Lembaga (FIK UNNES)
Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa tentang pengembangan
model pembelajaran permainan bola basket melalui konsep permainan bola basket
drum, dan Sebagai bahan dokumentasi di lingkungan UNNES.

7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1. Landasan Teori


Dalam rangka pemecahan masalah, maka sebagai acuan berfikir secara
ilmiah, pada landasan teori ini akan dimuat beberapa pendapat dari pakar.
Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang : penelitian dan
pengembangan, model pembelajaran, hakikat pendidikan jasmani, permainan bola
basket, modifikasi pembelajaran penjas, hakikat permainan, memilih dan
mengevaluasi modifikasi permainan dan olahraga, hakikat permainan basket drum
karakteristik perkembangan gerak anak sekolah lanjutan, karakteristik
perkembangan gerak anak remaja (adolesensi), perkembangan gerak anak SMP.
2.1.1. Penelitian dan Pengembangan
Menurut Borg and Gall (1988) dalam Sugiyono (2009 :10), penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan
atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran.
2.1.2. Model Pembelajaran
Menurut Kemp (1995) dalam Rusman (2010:132), model pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapai dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan
pembelajaran. Salah satu buku yang cukup banyak menyediakan informasi khusus
tentang model pembelajaran berjudul Models of Teaching. Didalam buku ini
mereka mendefinisikan proses pembelajaran sebagai pengorganisasian lingkungan
yang dapat menggiring siswa berinteraksi dan mempelajari bagaimana belajar.
Oleh karena setiap siswa adalah unik memiliki cara belajar yang beraneka ragam
sesuai dengan perkembangan dan latar belajar sejarahnya, maka model
pembelajaran yang mereka kembangkan disesuaikan dengan suatu rujukan yang
disebut model belajar. Dengan kata lain mereka mempunyai keyakinan bahwa
model pembelajaran sebenarnya merupakan cerminan dari model belajar (models

8
of teaching are really models of learning), yang terdiri dari empat rumpun, yaitu:
rumpun sosial, proses informasi, personal, dan system behavioral Rusman
(2010:138).
2.1.2.1. Model Pembelaj aran Rumpun Sosial (Interaksi Sosial)
Model pembelajaran pada rumpun ini mengambil keuntungan dari fitrah
manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan atau
interaksi sesamanya untuk belajar lebih jauh dan memperluas kemampuan
hubungan kerjasama secara produktif satu dengan yang lainnya. Model
pembelajaran pada model ini merentang dari mulai model yang sederhana sampai
dengan model yang kompleks dalam menanggapi fenomena - fenomena sosial
yang muncul dan untuk mengajarkan nilai-nilai demokrasi, analisis masalah-
masalah sosial, dan nilai-nilai sosial. Model-model ini menggabungkan antara
belajar dan masyarakat. kedudukan belajar/pengajaran disini adalah bahwa
perlaku kooperatif tidak hanya merupakan pemberi semangat. Rusman
(2010:138).
2.1.2.2. Model Pembelajaran Rumpun Proses Interakasi
Model Pembelajaran rumpun proses informasi menekankan pada cara
memperluas dorongan belajar terhadap segala sesuatu secara lebih bermakna
dengan cara mendapatkan dan mengorganisir data, memahami masalah dan
solusinya, mengembangkan konsep yang bermakna untuk melakukannya. Setiap
model memiliki penekanan yang berbeda-beda, beberapa di antaranya lebih
menekankan pada perolehan informasi dan konsep, yang lainnya menekankan
pada pembuatan konsep dan uji hipotesis termasuk menekankan para kreativitas
berpikir.
2.1.2.3 Model Pembelajaran Rumpun Personal
Kenyataan dari hidup manusia pada akhirnya akan ditentukan oleh
individu-individunya. Pemahaman tentang kehidupan pada dasarnya merupakan
produk negosiasi antar individu yang harus hidup, bekerja dan membangun suatu
keluarga. Model Pembelajaran rumpun personal berangkat dari pandangan
individunya. Model ini menekankan pada pemahaman diri sendiri secara
memadai, tanggung jawab terhadap pendidikan dan kemajuannya, dan belajar

9
meraih yang lebih baik dari pada yang sudah dicapai sekarang agar lebih kuat,
lebih sensitif, dan lebih kreatif dalam rangka mencari kualitas hidup yang lebih
baik. Model-model ini menekankan/memfokuskan pada pengembangan pribadi.
menekankan pada proses “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi
realita, yang mengandung manusia sebagai pembuat makna. Rusman (2010:138).
2.1.2.4 Model Pembelaj aran Rumpun Behavioral (Tingkah Laku)
Teori yang mendasari model ini antara lain adalah Social learning theory,
behavioral modification, behavioral theraphy, dan cybernetics. Konsep dasar dari
model ini adalah bahwa manusia memiliki system koreksi sendiri yang mampu
memodifikasi prilaku sesuai dengan informasi keberhasilan yang diperolehnya.
Misal pada kasus seseorang naik tangga pada kegelapan. Orang tersebut akan
mengatur panjang langkah sesuai dengan informasi yang diperoleh dari kaki saat
melangkah tanpa harus melihatnya. Rusman (2010:138).
2.1.3. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan,
dikembangkan, didayagunakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik sebagai
sarana, metode, dan merupakan bagian mutlak dan seluruh proses pendidikan
(Subagiyo 2008 : 1.18).
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui
aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan
individu secara keseluruhan (Adang Suherman, 2000:1).
Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu:
1) Pandangan tradisional, yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari 2
komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani.
Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik
jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan
rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja (Adang
Suherman, 2000 : 17),
2) Pandangan modern yang sering juga disebut pandangan holistik, menganggap
bahwa manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-
pilah. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian-bagian yang terpadu. Dengan

1
pandangan tersebut pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan
untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan umum
pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin
dengan baik. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat
penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari
pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penjas tidak dapat hanya
berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen
saja. Pandangan holistik ini, pada awalnya kurang banyak memasukkan
aktivitas sport karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad
19 yang menganggap bahwa sport tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun
tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang menjadi aktivitas
fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Sport menjadi
populer, siswa menyenanginya dan ingin mendapatkan kesempatan untuk
berpartisipasi di sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah ditekan
untuk menerima sport dalam kurikulum disekolah karena mengandung nilai-
nilai pendidikan (Adang Suherman 2000 : 19).
2.1.3.1. Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas
jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui
pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara keseluruhan.
Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja akan
tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.
Mata pelajaran pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai

1
yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis
6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
2.1.3.2. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Bagan di bawah ini menunjukan cakupan tujuan ideal pendidikan
jasmani yang pelaksanaanya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang
berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

Gambar 2.1 Pelaksanaan Penjas (Sumber: Adang Suherman, 2000: 15)


Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran
jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa upaya
pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktifitas jasmani sebagai

1
perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, dan sekaligus untuk tujuan yang
bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri.
Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain
psikomotor yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ
tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi
faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya, sistem
peredaran darah dan sistem pernafasan, sistem metabolisme).
Perkembangan motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang
untuk meneerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan
diprogram sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan
rangsang. Dampak langsung dari aktifitas jasmani yang merangsang kemampuan
dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaaan
sistem saraf.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih
penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek
kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut pengusaan pengetahuan
yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta
kegiatan pengisisan waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur
kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat
yang perlu dikembangkan, namun lebih diantaranya adalah konsep diri dan
komponen kepribadian lainya seperti intelegensia emosional dan watak (Rusli
Lutan, 2000 : 4).
2.1.4. Permainan Bola Basket
2.1.4.1. Asas Tujuan Permainan Bola Basket
Bola Basket merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua
regu. Masing – masing regu terdiri dari lima pemain, di mana tiap regu berusaha
memasukan bola kedalam keranjang dan mencegah lawan untuk mencetak angka.
Menurut Imam Sodikun (1992:8) Olahraga bola basket merupakan
olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan.

1
Bola boleh dioper, dilempar ke teman, atau boleh dipantulkan ke lantai di tempat
atau sambil berjalan. Tujuannya asalah memasukan bola ke keranjang lawan.
Permainan dilakukan oleh dua regu yang masing- masing terdiri dari lima orang
pemain, setiap regu berusaha memasukan bola kedalam keranjang lawan atau
membuat angka dan menjaga atau mencegah keranjangnya sendiri kemasukan
bola. Dalam permainan bola basket bola ditepis, di oper, dilempar,
digelindingkan, dipantulkan atau dribble kesegala arah sesuai peraturan atau
ketentuan Federation International Basket Ball Asosiation (FIBA). Permainan
bola basket merupkan permainan yang kompleks yang terdiri dari penggabungan
unsur – unsur gerak yang dikoordinasikan dengan baik.
2.1.4.2. Peraturan Permainan Bola Basket
Menurut PERBASI dalam peraturan resmi bola basket (2004:1) lapangan
permainan harus rata dan bebas dari gangguan atau halangan dengan ukuran
panjang 28 meter, lebar 15 meter yang diukur dari sudut dalam garis lapangan.
Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang
jari-jari yaitu 1,80 meter.
Jumlah pemain dalam permainan bola basket adalah 5 orang dalam satu
regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola
basket adalah 2 orang. Wasit 1 disebut Referee sedangkan wasit 2 disebut Umpire.
Waktu permainan 4 X 10 menit. Di antara babak 1, 2, 3, dan babak 4
terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir
pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor atau
angka. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit.
Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.
Bola yang digunakan adalah bola yang bundar terbuat dari kulit, karet
atau sintetis. Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola basket adalah
75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan
dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada
ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter (Imam Sodikun, 1992 : 84).
Ada 3 ukuran bola menurut kelompok pemain, yaitu bola ukuran 5 untuk
pemain tingkat sekolah dasar, bola ukuran 6 untuk pemain tingkat sekolah

1
menengah pertama, serta pemain putri senior, bola ukuran 7 untuk kelompok
pemain putra sekolah menengah atas dan putra senior.

(sumber: http//id.Wikipedia.org/Wiki/Bola_Basket)
Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,80 meter sedangkan lebar
papan pantul bagian luar adalah 1,20 meter. Dan panjang papan pantul bagian
dalam adalah 0,59 meter sedangkan lebar papan pantul bagian dalam adalah 0,45
meter. Bagian papan terbuat dari bahan solid baik berupa papan maupun fiber
glass yang tembus pandang.
Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 meter.
Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket adalah 0,30
meter. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 meter. Sedangkan jarak tiang
penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 meter.

Gambar 2.3 Ring basket dan ukurannya.


(sumber: http//id.Wikipedia.org/Wiki/Bola_Basket)
Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80 meter
dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 meter. Panjang garis akhir lingkaran daerah
serang yaitu 6 meter. Sedangkan panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60
meter.
Aturan dasar pada permainan bola basket adalah sebagai berikut:
1) Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau
kedua tangan.
2) Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua
tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
3) Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus
melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi
diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa.
4) Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan atau
anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.
5) Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul,

1
atau menjegal pemain lawan dengan cara bagaimanapun. Pelanggaran
pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran
kedua akan diberi sanksi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga
keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar
akan dikenai hukuman tidak boleh ikutbermain sepanjang pertandingan. Pada
masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan.
6) Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan
tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta
melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.
7) Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka
kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut berarti
tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).
8) Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk
ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak
menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir
keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut
tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
9) Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke
dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila
terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang
akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik
untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih
lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila
salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka
wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
10) Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat
jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi
pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan
diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang
tercantum dalam aturan 5.

1
11) Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola
dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta
menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu
gol dan menghitung jumlah gol yang terj adi.
12) Waktu pertandingan adalah 4 quarter masing-masing 10 menit
13) Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan sebagai
pemenang.
2.1.4.3. Teknik Dasar Bola Basket
Gerakan yang efektif dan efisien dalam permainan bola basket adalah
merupakan suatu tujuan dalam penguasaan teknik dasar. Dalam pembelajaran
permainan bola basket sendiri terdapat beberapa teknik dasar yang perlu dipelajari
yaitu : Teknik passing, Teknik dribbling, Teknik pivot, Teknik shooting, Teknik
lay-up shoot, Teknik rebound.
1) Teknik Dribbling
Menggiring bola (dribbling ball) adalah suatu usaha membawa bola ke depan.
Caranya yaitu dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan.
Saat bola bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti
arah bola. Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke
arah bawah dengan sedikit meluruskan siku tangan diikuti dengan kelenturan
pergelangan tangan. Menggiring bola dalam permainan bola basket dapat
dibagi menjadi dua cara, yaitu menggiring bola rendah dan menggiring bola
tinggi. Menggiring bola rendah bertujuan untuk melindungi bola dari
jangkauan lawan. Menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan
serangan yang cepat ke daerah pertahanan lawan.
2) Teknik Pivot
pivot atau memoros adalah suatu usaha menyelamatkan bola dari jangkauan
lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya, sedangkan kaki yang lain dapat
berputar 360 derajat.
3) Teknik Shooting
Shooting adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket
lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan

1
dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua tangan serta shooting
dengan satu tangan.
4) Teknik lay – up shoot
Lay-up shoot adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket
dengan dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga
dengan tembakan melayang.
5) Teknik rebound
Rebound merupakan suatu usaha untuk mengambil atau menangkap bola yang
datangnya memantul dari papan pantul atau keranjang akibat dari tembakan
yang tidak berhasil. Teknik merayah bola (rebound) dibagi
menjadi dua yaitu : 1) Defensive Rebound (merayah bola pada saat bertahan),
2) Ofensive Rebound (merayah bola pada saat menyerang).
2.1.5. Modifikasi Pembelajaran Penjas
Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan
karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, “ Developmentally
Appropriate Practice” (DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus
memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong
perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan
tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini
harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik
setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik.
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para
guru agar pembelajaran salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar
pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, D AP, termasuk di dalamnya
“ body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama
dalam memodifikasi pembelajaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa
sekaligus menegembangkan meteri pembelajaran yang potensial dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun,
mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bias menjadi
bias, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih
tinggi (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:1).

1
2.1.6. Permainan
Banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan tentang bermain.
Tiap teori yang dirumuskan kebanyakan menyinarkan semangat, dan
menggambarkan kekuasaan pada saat teori permainan itu dirumuskan.
Menurut Bigot et all (1950) dalam Sukintaka (1982: 59) mengutarakan
beberapa pendapat tentang bermain sebagai berikut :
1) Teori rekreasi atau teori pelepasan.
Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman, yang bernama Scaller dan
Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiataan manusia
yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan itu
merupakan imbangan antara kerja dan istirahat.
2) Teori surplus atau teori kelebihan tenaga.
Teori ini diutarakan oleh herbert Spencer, seorang bangsa Inggris, ia
mengatakan bahwa kelebihan tenaga (kekuatan atau vitalitas) pada anak atau
orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan
tenaga dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup, dan
vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memelihara lewat permainan.
3) Teori teleologi.
Teori ini diutarakan oleh Karl Groos, seorang bangsa Jerman mengatakan
bahwa permainan mempunyai tugas biologik, yang mempelajari fungsi hidup
sebagai persiapan untuk hidup yang akan datang. Penutaraan teori ini
merupakan pengutaraaan yang paling terkenal dan pengutaraan tentang
permainan yang diterima.
4) Teori sublimasi
Teori ini diutarakan oleh seorang bangsa Swiss yang bernama Ed
Claparede. Ia mengutarakan bahwa permainan bukan hanya mempelajari
fungsi hidup, tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia,
tinggi, atau indah), ialah dengan bermain, insting rendah akan menjadi tingkat
perbuatan yang tinggi.
5) Teori buhler
Teori ini diutarakan oleh Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa

1
permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (teori Groos), juga merupakan
“Funktion Lust” (nafsu berfungsi, dan juga merupakan “Aktifitas Drang”
(kemauan untuk aktif). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti
berjalan, lari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupanya kelak,
disamping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, lari dan
lompat.
6) Teori Reikarnasi
Teori ini mengatakan bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan
yang dilakukan oleh nenek moyangnya.
2.1.7. Memilih dan Mengevaluasi Modifikasi Permainan dan Olahraga
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:16). Terdapat banyak bentuk
modifikasi yang sudah dikembangkan oleh para guru. Para guru dapat dengan
mudah melilih aktivitas modifikasi tersebut. Namun demikian memilih modifikasi
aktivitas belajar yang berprinsip pada DAP mungkin tidak semudah seperti yang
kita bayangkan. Para guru memerlukan beberapa kriteria untuk mengevaluasi dan
menentukan pilihannya. Setiap guru akan mempunyai kriteria masing-masing dan
biasanya bersifat subjektif. (1) Mendorong Partisipasi Maksimal, (2)
Memperhatikan keselamatan, (3) Mengajar efektifitas dan efisiensi gerak, (4)
Memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak (5) sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak, (6) memperkuat keterampilan yang sudah dipelajari
sebelumnya, (7) Meningkatkan keterampilan emosional dan sosial.
2.1.8. Hakekat Permainan Basket Drum
Permainan Basket Drum dengan adalah modifikasai dari permainan bola
basket dengan menggunakan media drum karton yang dimodifikasi sebagai ring.
Model permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
gerak dasar anak dalam bermain bola basket agar lebih aktif bergerak sehingga
anak merasa gembira dan tertarik untuk melakukan teknik-teknik yang digunakan
dalam bermain bola basket. Selain itu anak merasa menikmati permainan tersebut
sehingga dapat mencapai tujuan dari penjas itu sendiri.
Berikut adalah perbedaan antara bola basket dengan basket drum dengan
sasaran berada di tengah lapangan permianan.

2
Tabel 2.1 Justifikasi Model Permainan Basket Drum

Permainan Bola Basket Permainan Basket Drum Keterangan

Jumlah pemain dalam 1 Jumlah pemain dalam 1 Agar siswa dapat


tim 5 orang tim 6 orang bermain secara
keseluruhan tanpa ada
rasa membeda-bedakan
dalam bermain sehingga
pemanfaatan waktu lebih
efektif .

Ukuran lapangan Ukuran lapangan Mengarah pada ukuran


Panjang : 28 meter Panjang : 28 meter lapangan sesungguhnya
Lebar : 15 meter Lebar : 15 meter menurut peraturan
Tinggi ring : 2,75 meter Tinggi ring : 1,65 meter PERBASI, dengan fokus
pada modifikasi area
dengan pertimbangan
salah satu olahraga
modifikasi bola basket
yaitu korf ball.

Bola yang digunakan Bola yang digunakan yaitu Bola lebih ringan, dan
yaitu bola basket bola basket ukuran 4 menghilangkan rasa takut
disesuaikan dengan standart siswa sekolah pada saat terkena bola.
peraturan dasar

Poin kemenangan yaitu Poin kemenangan yaitu Waktu permainan


mencetak angka sebanyak mencetak angka sebanyak- disesuaikan dengan
–banyaknya dalam 4 banyaknya dalam 2 babak kebutuhan dan jumlah
quarter siswa.

Peraturan permainan Permainan ini mengacu Agar siswa dalam satu


mengacu pada peraturan pada peraturan bola basket tim tersebut dapat
FIBA sesungguhnya dengan bekerjasama dengan baik
mengkombinasikan dan permainan lebih
dengan peraturan korf ball, mudah dari peraturan
hand ball bola basket

2.1.9. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Menengah Pertama


2.1.9.1. Ukuran dan Bentuk Tubuh Anak Usia 12-20 Tahun
Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993 : 137), Ukuran badan untuk
kedua jenis kelamin pada masa adolesensi adalah kecil, meskipun ada

2
kecenderungan anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan berat dibandingkan anak-
anak perempuan. Sedangkan pada awal masa adolesensi anak-anak perempuan
lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki sebagai awal dari kematangannya.
Akan tetapi keadaan tersebut tidak terlali lama setelah perubahan yang cepat
terjadi pada anak laki-laki pada masa adolesensi. Akhirnya anak laki-laki
mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, demikian
pula ukuran-ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar pundak,
lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan
berat badan yang berlangsung secara cepat.
2.1.9.2. Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar (Gross Motor Ability)
Perkembangan motorik dasar difokuskan pada ketrampilan yang biasa
disebut dengan ketrampilan motorik dasar meliputi jalan, lari, lompat, loncat, dan
ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan
bola. Ketrampilan motor dasar dikembangkan pada masa anak sebelum sekolah
dan pada masa sekolah awal dan ini akan menjadi bekal awal untuk
mempraktikkan ketrampilan gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya
akan diperlukan sebagai dasar untuk perkembangan ketrampilan motorik yang
lebih khusus yang semuanya ini merupakan satu bagian integral prestasi bagi anak
dalam segala umur dan tingkatan (Yanuar Kiram 1992 : 42).
2.1.9.3. Perkembangan Aktivitas Motorik Halus (Fine Motor Activity)
Kontrol motorik halus telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengatur atau mengkoordinasi penggunaan bentuk gerakan mata dan tangan
secara efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau
ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting,
perkembangan motorik secara total anak-anak dan secara jelas mencerminkan
kapasitas sistem saraf pusat untuk mengangkut dan memproses input visual dan
menterjemahkan input tersebut ke bentuk ketrampilan. Untuk mendapatkan
ketrampilan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat
berinteraksi dengan praktik dan melakukan komunikasi terhadap objek sekolah
dan lingkungan rumah (Yanuar Kiram, 1992 : 43).
2.1.9.4. Perkembangan Gerak Pada Fase Adolesensi (12-20 Tahun)

2
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penampilan gerak pada masa
adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan,
kekuatan, dan fungsi fisiologis. Peredaan-perbedaan dalam penampilan
keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak
laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung, sedangkan anak
perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah
umur menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai gerakan, seperti lari,
lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh.
Dalam pengembangan koordinasi gerak, anak laki-laki pada awal
pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah masa itu
perkembangan makin cepat. Sedangkan mengenai keseimbangan dinamis selama
adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk kedua jenis kelamin.
Peningkatan yang mendatar (plateau) dialami oleh anak perempuan pada umur 12
sampai 14 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki pada umur 14 sampai 16 tahun.
Kuantitas penampilan keterampilan masih terus meningkat selama masa
praadolesensi sampai adolensi untuk kedua jenis kelamin. Setelah masa adolesensi
perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan perempuan mulai nampak, sedikit
dalam lari dan lompat, tetapi dalam hal kekuatan tubuh bagian atas, seperti
melempar perbedaanya sangat nyata. Perbedaan tersebut disebabkan terjadinya
peningkatan yang terhenti, bahkan mulai menurun pada anak perempuan,
sedangkan anak laki-laki terus meningkat.
2.1.10. Perkembangan Anak Usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi
dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang
menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapi oleh guru.
(http://wordpress.com/2011/05/1 3/karakteristik perkembangan-anak-smp).
2.1.10.1. Perkembangan Aspek Kognitif
Aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman,
pengetahuan dan ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif
utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak

2
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit,
seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu
kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan
menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam.
Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa
dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu
alat vital untuk kegiatan kognitif.
2.1.10.2. Perkembangan Aspek Afektif
Ranah afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi. Perkembangan
afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau
sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan
orang lain.
2.1.10.3. Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan
perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar
biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses
pencarian jati diri.

2.2 Kerangka Berfikir


Menurut Suriasumantri (1986) dalam Sugiono (2010:60), kerangka
pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi
objek permasalah.
Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani yang
berguna untuk mengembangkan aspek yang ada dalam peserta didik secara
keseluruhan baik aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor serta fisik.
Namun kenyataan yang ada di lapangan, pengertian dari prinsip dasar pendidikan
jasmani masih jauh. Pendidikan jasmani masih mengacu pada pandangan
tradisional dan terfokus pada penguasaan teknik dasar cabang olahraga tertentu,

2
sehingga pembelajaran belum terpusat pada pengembangan siswa secara utuh dan
imbasnya proses pembelajaran cenderung bosan dan aktifitas siswa juga masih
terbatas pada teknik yang diajarkan gurunya belum ada bentuk-bentuk model-
model pengembangan guna merangsang ketertarikan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Oleh karena itu, model pengmbangan permainan basket
drum dalam pembelajaran penjasorkes menjadi solusi yang tepat untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah, khususnya siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai