SKRIPSI
Oleh
NIM 1617011074
SINGARAJA
2021
i
Abstrak
Objek pada penelitian ini adalah keterampilan sosial siswa. Pengumpulan data
keterampilan sosial dan lembar wawancara. Berdasarkan hasil analisis data, pada
tahap pra tindakan, rata-rata keterampilan siswa sebesar 64%. Tahap siklus I,
keterampilan sosial siswa naik menjadi 76%, dan pada siklus II, keterampilan
sosial siswa juga mengalami kenaikan menjadi 84% dan sudah masuk ke dalam
kategori baik. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Keterampilan Sosial
ii
Abstract
students as the subject of grade 8B3. The object of this research is the students'
social skills. The approach used in this research is a quantitative approach. Data
collection used questionnaires and interviews, with social skills instruments grid
instruments and interview sheets. From the results of data analysis, the application
of the Problem Based Learning model in Social Sciences learning can improve the
proven by the results of the study which showed that the average score of social
skills of grade 8 B3 students was 76%. This achievement has increased by 12%
with the initial condition of 64%. The average score of students' social skills in
class 8B3 was 84%. This achievement has increased by 8% with the initial
condition of 76%.
Table of Contents
Abstrak.....................................................................................................................ii
Abstract...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................7
1.3 Pembatasan Masalah.................................................................................7
1.4 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.5 Tujuan Penelitian.......................................................................................8
1.6 Manfaat Penelitian.....................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................10
2.1 Teori Belajar............................................................................................10
2.2 Tinjauan Pembelajaran IPS.....................................................................12
2.2.1 Hakikat Pembelajaran IPS...............................................................12
2.2.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengertahuan Sosial.............................16
2.3 Model Pembelajaran................................................................................18
2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif......................................................19
2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif............................................20
2.3.3 Model Model Pembelajaran Kooperatif...........................................22
2.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah..................................................25
2.5 Keterampilan Sosial................................................................................43
2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.....................................................46
2.7 Kerangka Berpikir...................................................................................48
2.8 Hipotesis Penelitian.................................................................................49
BAB III..................................................................................................................49
METODE PENELITIAN.......................................................................................49
3.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................49
3.2 Rancangan Penelitian..............................................................................49
3.3 Subjek dan Objek Penelitian...................................................................51
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel...............................................52
3.5 Setting Penelitian.....................................................................................53
3.6 Metode Pengmpulan Data dan Instrumen Penelitian..............................54
3.7 Metode Analisis Data..............................................................................59
3.7.1 Kriteria Keberhasilan Tindakan.......................................................61
BAB IV..................................................................................................................62
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................62
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................62
4.1.1 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkan Keterampilan Sosial Siwa Kelas VIII B3 SMPN 4
Singaraja Tahun Pelajaran 2020/2021.............................................62
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................86
BAB V....................................................................................................................90
PENUTUP..............................................................................................................90
5.1 Simpulan..................................................................................................90
5.2 Saran........................................................................................................91
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa yang memiliki pendidikan yang dilaksanakan dengan baik dan benar,
maka bangsa tersebut akan lebih mudah menjadi bangsa yang maju. Pendidikan
sangat penting dan memerlukan perhatian yang khusus dari semua lapisan
dan kemajuan pendidikan di Indonesia tetapi semua pihak baik guru, orang tua,
Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang
kualitas pendidikan ini terlihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi
bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Semua itu ditujukan untuk memperbaiki dan meningatkan hasil berlajar dan
keterampilan siswa.
khususnya dalam salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap individu
banyaknya masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
tercapai. Salah satu tugas dan tanggung jawab guru yang membutuhkan
interaktif agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan secara aktif dan
efektif merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan
an instructional approach that has been used successfully for over 30 years and
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai buku konteks bagi
konsep yang esensial dari materi pelajaran” (Nurhadi, dkk, 2004: 65).
(Sapriya, 2009: 48) adapun empat dimensi tersebut sebagai berikut: (1) dimensi
dan sikap (values and attitudes), (4) dimensi tindakan (action). Dari keempat
dimensi yang akan dicapai dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah dimensi yang kedua yaitu “dimensi
keterampilan (skill). Bagi seorang anak kompetensi sosial dan keterampilan sosial
bahkan boleh jadi akan ditolak atau diabaikan dengan lingkunganya (Budidarma,
2010: 89).
Berdasarkan hasil observasi awal pada kelas VIII B3 di SMP N 4 Singaraja
sosial peserta didik, diantaranya peserta didik kurang aktif dalam mengemukakan
siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, dibuktikan dari siswa yang
terlihat pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru , tidak adanya
kurangnya sosialisasi peserta didik dengan teman sejawat. Hal tersebut terjadi
karena terlihat bahwa guru masih menekankan pembelajaran yang bersifat teacher
centered, dimana guru menjadi pusat pembelajaran bukan siswa yang menjadi
Tabel 1.1. Hasil Observasi Keterampilan Sosial Siswa Pelajaran IPS kelas VIII B3
SMP N 4 Singaraja.
Juml
Jumlah Siswa
No Aspek Keterampilan Sosial ah
SB B C K
1 Komunikasi 8 14 14 36
2 Membangun Tim/Kelompok 7 12 17 36
3 Menyelesaikan Masalah 9 13 14 36
Jumlah rata-rata 8 13 15 36
rata-rata % 22,22% 36,11% 41,66% 100%
Sumber : Data observasi prapenelitian Keterampilan Sosial Siswa Pelajaran IPS
kelas VIII B3 SMP N 4 Singaraja.
tergolong rendah, hal tersebut terlihat dari jumlah peserta didik, dari 34 orang
yang memiliki tingakat keterampilan sosial yang tinggi sebanyak 8 orang peserta
didik atau sebesar 22,22% mendapat kategori baik, peserta didik yang memiliki
tingkat keterampilan sosial berjumlah 13 orang peserta didik atau sebesar 36,11%
mendapat kategori kurang, dan 15 peserta didik atau 41,66% memiliki tingkat
keterampilan yang sangat kurang.Hasil ini merupakan cermin dari keadaan atau
kondisi peserta didik Kelas VIII B3 di SMP Negeri 4 Singaraja yang memiliki
didik dalam pembelajaran dengan teman sejawat, hal tersebut menunjukan bahwa
harus adanya keterampilan sosial yang dimiliki peserta didik. Nurlaela (2011)
dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat diterima secara positif di
mengantarkan siswa kepada kehidupan bermasyarakat yang dapat dinilai baik oleh
lebih memahami pembelajaran ilmu pengetahuan sosial tidak hanya sebatas teori
Berdasarkan model pembelajaran ini dapat menjadikan siswa lebih aktif dan
kreatif mencari makna akar dari sutu permasalahan dan juga memungkinkan siswa
ada.
ilmu pengetahuan sosial adalah suatu akibat dari model pembelajaran yang tidak
sosial hanya didominasi dengan metode ceramah dan hanya dilengkapi media
gambar seadanya, (2) siswa kurang aktip dalam mengemukakan pendapat, (3)
siswa hanya diberi pemahaman sebatas teori dan materi tanpa adanya pendukung
diselesaikan dalam satu penelitian, karena itu dilihat dari pertimbangan waktu,
biaya dan kemampuan maka penelitian ini difokuskan dan dipusatkan pada
keterampilan sosial siswa pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas VII.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat ditinjau dari manfaat
teoritis dan praktis. Adapun manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Disisi lain temuan penelitian ini dapat
2) Manfaat praktis.
Adapun manfat praktis yang dapat penulis peroleh adalah sebagai berikut.
Sebagai sarana dan masukan bagi pihak sekolah khususnya guru ilmu
untuk diterapkan dikelas sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk
percaya diri.
BAB II
LANDASAN TEORI
makna. Makna yang diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengetahuan awal, (2)
konstruksi makna adalah proses yang berjalan terus menerus. Setiap kali
baik secara kuat maupun lemah, (3) belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan
baru, (4) proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu pengetahuan awal
ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar, (5) hasil
lingkungannya, dan (6) hasil belajar sesorang tergantung dari apa yang telah
10
11
evaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan secara
Manusia sebagai mahluk hidup sosial selalu hidup bersama dan berinteraksi
baik secara individu maupun kelompok. Interaksi tersebut juga terjadi antara
persoalan sosial pada diri manusia. Jumlah manusia yang semakin banyak tentu
antara kebutuhan dengan sumber daya yang tersedia adalah salah satu pemicu
itulah pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat diperlukan agar indiviu
tersendiri sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,
merupan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. IPS dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisiplin
Dengan demikian, IPS bukan merupakan ilmu sosial dan pembelajaan IPS
yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi
tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuanya, tetapi pada aspek praktis dalam
masyarakat. Manusia inilah yang menjadi sumber utama Ilmu Pengetahuan Sosial.
Masyarakat adalah sumber dari semua aspek kehidupan sosial yang kita pelajari.
Ilmu Pengetahuan Sosial ialah salah satu program pendidikan yang merupakan
lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya seperti yang ditulis isjoni
(2007:61). Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial berasal dari “Social Studies” yang
merupakan kumpulan dari tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu
Rugby (Inggris) pada tahun 1827. Setelah melalui proses panjang, Tahun 1921
berdirilah NCSS, National Council for the Social Studies yang merupakan sebuah
organisasi profesional yang secara khusus membina dan mengembangkan social
studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan
syntetic. NCSS pada tahun 1993 merumuskan Social Studies sebagai berikut,
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities
to promote civic competence, whithin the school program, social studies
provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as
antrophology, archaeology, economics, geography, history. Law,
philosophy, political science, psycology, religion, and sociology, as well as
appropriate cintent from the humanities, mathematics and natural
sciences. The primary purpose of social studies is to help young people
develop the ability to make informad and reasoned decision for the public
good as citiziens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world (NCSS dalam Lasmawan,2010:45).
dan mencangkup disiplin ilmu yang semakin luas. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial
pertama kali muncul dalam seminar nasional tentang Civis Education tahun 1972
di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Ada tiga istilah yang muncul dalam seminar
tersebut yaitu : (1) Pengatahuan Sosial, (2) Studi Sosial dan (3) Ilmu Pengetahuan
pengembangan (PPSP) IKIP Bandung, untuk pertama kali konsep IPS masuk
dalam dunia pendidikan dan pada tahun 1975 Pendidikan Ilmu Pengetahuan
pelajaran. Namun tahun 1968 telah ada pelajaran ilmu bumi, sejarah dan
(pendidikan IPS). Jadi dapat dikatakan bahwa kelahiran istilah Ilmu Pengetahuan
bentuk pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khusus, (2) pendidikan terpadu
untul SD, (3) pendidikan IPS terkonfederasi untuk SNIP yang menempatkan IPS
sebagai konsep payung untuk sejarah, geografi, dan ekonomi koprasi dan (4)
pelajaran sejarah, ekonomi, dan geografi untuk SMA atau sejarah dan geografi
untuk SPG.
kurikulum terjadi lagi 10 tahun kemudian tepatnya pada tahun 2004 yang dikenal
Tahun 2006. Antara IPS dan PKn dipisahkan kembali sampai sekarang.
Menurut Social Sciens Education Council (SSEC) dan Nationsl Council for
Social Studies (NCSS) Menyebutkan IPS sebagai Social Education dan Social
Studies. Itu berati Ips mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah
mata pelajaran seperti Geografi, Ekonomi, Ilmu Hukum, Ilmu Politik, Sejarah
(2010:56) memberi batasan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai suatu
Sosial (IPS) merupakan integrasi dari Berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti
konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI
Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis seta bertanggung
jawab adalah fungsi dari pendidikan nasional sesuai yang tercantum dalam
Undang-Undang sistem pendidikan nomer 20 tahun 2003. Hal itu berarti bahwa
oleh para ahli sering dikaitkan dengan berbagai kepentingan dan penekanan dari
utama pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu: (1) knowledge, (2) skills,
(3) attitudes and values,and (4)citizen action. Mata pelajaran IPS bertujuan agar
kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri,
masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Jadi pada dasarnya
tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk membentuk manusia yang mau
lingkungannya, bahkan yang lebih baik lagi ketika sebagai warga sosial
pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada
siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, keampuan, dan
jenjang yang lebih tinggi. Pola pembelajaran pendidikan IPS menekan pada unsur
bukan sebatas pada upaya menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep
hapalan melainkan terletak pada upaya agar peserta didik mampu menjadikan apa
yang yang dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu rancangan pembelajaran
guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai kondisi dan potensi peserta
mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce, dkk. (2003)
rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan
mendorong sisiwa untuk lebih aktif dalam proses belajar danmampu bekerjasama
dengan peserta didik lain dalam kelompoknya Fiteriani (2016). Teori yang
teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus
memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi
mengajarkan siswa untuk dapat berinteraksi baik secara aktif maupun positif
didalam sebuah kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide
sendiri dalam suasana yang tidak terancam sesuai dengan falsafah kontruktivisme.
lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga
Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang
belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun didalam pikiran siswa.
adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa
dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya komunikasi
banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang
diharapkan.
kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang
Perbedan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam artiaan penguasaan materi pelajaran, tetapi juga
Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
berikut.
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
Manajemen seperti ini yang telah kita pelajari memiliki tiga fungsi yaitu: (a)
maupun nontes.
kelompok, oleh karena itu prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota yang
lain dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah (Muslim
Ibrahim, 2003:3)
siswayang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
mengandung reinforment.
3) Snowball Throwing
menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada
berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kerta lalu dilempar-
4) Jigsaw
Jigsaw I dan Jigsaw II. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membatu siswa mengaktifkan skemata
5) Learning Together
dibentuk oleh 4-5 siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar
tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian
Spencer Kagan adalah orang yang pertama kali merancang struktur – struktur
sebagianya.
7) GI (Group Investigation)
bahan –bahan yang tersedia. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
8) CI (Complex Instruction)
Model ini menggunakan kelas dwibahasa khusus, yang melibatkan para siswa
pembelajaran individual. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa
bersama.
depan kelas.
dituntut untuk dapat memiliki model pembelajaran yang dapat memacu semangat
siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu
berbasis masalah mampu membuat siswa berlajar tanpa harus adanya bantuan dari
guru, dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah memberi penekanan kepada
2014) berakar dari keyakinan bahwa guru harus mengjar dengan menarik naluri
sesuatu yang dapat dilakukan siswa, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga
hal ini akan secara alamiah menuntut siswaberfikir dan mendapatkan hasil belajar
masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran.
sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan siswa untuk selalu
dioptimalisasi melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
dan umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan
intelegensi dari dalam diri individu yang berada sebuah kelompok orang atau
pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum pembelajaran
(dalam Rusman,2013).
konteks belajar disekolah dan belajar dikehidupan nyata secara alamiah. Model ini
yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengerjakan makna dan
cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih banyak
mengamati objek atau materi pelajaran, menemukan sendiri hal-hal yang perlu,
pemikiran yang matang. Untuk persiapan yang matang ini, guru semestinya
pelajaran agar dapat memproduksi apa yang diharapkan, menuntut mereka lebih
Siswa yang lain. Inovasi yang dilakukan oleh guru dalam hal ini mencakup
fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa,
melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan
kegiatan itu. Pada pembelajaran berbasis masalah peran guru sebagai pembimbing
dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka
menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang
oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang
Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang
konstruktivisme kognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa siswa
dalam segala usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan
memperkenalkan siswa dengan situasi real dan akhirnya dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Setiap tahapan atau langkap bersinergi dengan langkah
lainya, sehingga tahapan tersebuat merupakan satu kesatuan. Kelima tahapan itu
adalah:
dengan hati-hati dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam
menentukan tahap untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap
ini presentasi harus menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu.
akan dipecahkan.
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data atau
ini guru mendorong semua ide dan menerima sepenuhnya ide tersebut.
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya ini dapat berupa laporan, poster maupun media-media yang lain.
Tahap akhir ini meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu siswa
yang telah mereka gunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam alur
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. Pertama, harus dapat
(guru),
biasanya terdiri dari 5-8 orang. Anggota kelompok sebaiknya ditukar untuk
setiap unit kurikulum. Kondisi demikian akan memberikan kondisi praktis
kepada siswa untuk bekelja dan belajar secara lebih intensif dan efektif dalam
variasi kelompok.
c. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dalam hal ini guru tidak
fasilitator. Guru tidak memberitahu siswa tentang apa yang mereka harus
yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu memecahkan
bentuk seperti kasus tertulis, simulasi komputer atau video. Kondisi demikian
akan menantang dan mcnghadapkan siswa dalam kondisi praktis serta akan
akan merealisasikan apa yang perlu mereka pelajari dari ilmu-ilmu dasar serta
keunggulan juga memiliki kelemahan. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Wina
Sanjaya (2006: 218) menyatakan keunggulan pembelajaran berbasis masalah
adalah: (l) pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
melakukan sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya, (6) melalui
pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya
merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan hanya
sekedar belajar dari guru atau dari buku saja, (7) pemecahan masalah dipandang
mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata, dan (l
Kelemahannya adalah: (l) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
siswa akan merasa enggan untuk mencoba, (2) keberhasilan pembelajaran ini
membutuhkan cukup banyak waktu, dan (3) tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan
Pandangan ini mengharuskan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek
proyek yang menarik yang merupakan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran
yang berdayaguna atau terpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan siswa
untuk menyelidiki secara pribadi masalah tersebut. Hal ini secara jelas
pedagogik Dewey.
konstruktivisme atas dasar pandangan Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Piaget
menegaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus
menerus berusaha ingin memahami dunia di sekitamya. Rasa ingin tahu ini,
tampilan dalam otak mereka mengenai lingkungan yang mereka hayati. Pada saat
bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan
lebih abstrak. Sementara itu, pada semua tahap perkembangan, anak perlu
memahami lingkungan mereka dan memotivasinya untuk menyelidiki dan
Pandangan ini lebih lanjut mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia
pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis namun secara terus menerus
tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang
Menurut Piaget, pedagogi yang baik harus melibatkan anak dengan situasi-situasi
dimana anak itu secara mandiri melakukan eksperimen, dalam arti mencoba
jawabannya, mencocokkan apa yang mereka temukan pada suatu saat dengan apa
yang ia temukan pada saat yang lain dan membandingkan temuannya dengan
terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang
dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh
membangun pengrtian baru. Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada
belajar bagaimana belajar (Ibrahim, 2000). Peran guru dalam pembelajaran ini
penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding, yaitu
secara terbuka.
pribadi bermakna bagi siswa. Masalah yang diajukan berupa situasi kehidupan
berbagai macam solusi untuk situasi tersebut. (2) Berfokus pada keterkaitan antar
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. (5) Kerja sama. Pembelajaran Berbasis Masalah
juga dicirikan oleh siswa bekerjasama antara yang satu dengan lainnya dalam
2000: 5-6).
kesempatan belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
Pengalaman nyata atau simulasi serta menjadi pelajar yang otonom dan mandiri
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini didukung oleh Hastings (dalam
yang dimulai dengan (1) orientasi siswa kepada masalah, (2) mengorganisasikan
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan
segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial.
Keterampilan ini perlu didasari oleh kemampuan untuk mengontrol diri, disiplin,
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial, melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ilmu
Menurut Bloom (dalam Mulyono, 1985: 15), aspek keterampilan yang harus
sehingga mampu menyelesaikan tugas bersama dan hasil yang dicapai akan
dirasakan kebaikannya oleh semua anggota masing-masing. Hal ini selaras dengan
fitrah manusia sebagi mahluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh masyarakatnya,
merupakan salah satu penyebab rendahnya keterampilan sosial pada siswa., untuk
itu perlu dicari inovasi model pembelajaran yang paing efektif sehingga mampu
berasal dari kata “terampil” digunakan didini karena didalamnya terkandung suatu
proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Kata sosial artinya
dengan orang lain. Cara anak melakukan interaksi terhadap orang lain dapat
ditunjukkan dengan beragam. Terdapat anak yang dengan mudah diterima oleh
orang lain namun ada pula anak yang sulit diterima oleh orang lain di
(1993: 9), mencakup: (1) living and working; taking turns ;respecting the right of
others; being socialy sensitive, (2) learning self-control and self-direction dan (3)
sharing ideas and exprience with others. Keterampilan sosial itu memuat aspek-
diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana
yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut. Simpulan yang
dapat menunjukan prilaku yang baik, serta kemampuan hubungan yang baik
dengan orang lain digunakan seseorang untuk dapat berprilaku sesuai dengan apa
keterampilan sosial itu memuat aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerja
sama; keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain; keterampilan untuk
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya; saling bertukar pikiran dan
pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota
kelompok tersebut.
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini
dan bekerja sama; keterampilan untuk mengntrol diri dan oranglain; keterampilan
untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya; saling bertukar pikiran
anggota.
Penelitian yang dilakukan oleh Kuo-shu Huang dan Tzu-pu Wang (2012)
Translation Classe”, merupakan hasil penelitian yang relevan dan terkait masalah
yang diteliti. Desain penelitian yang dilakikan oleh peneliti yaitu penelitian
dengan motivasi dan prestasi diri yang baik mencapai tingkat yang signifikat.
Siswa melaporkan bahwa dalam pengaturan kelas pembelajaran berbasis masalah
, mereka tidak hanya termotivasi dan terinspirasi oleh belajar dengan cara yang
inggris.
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Sukawati Tahun Ajaran
kelompok antara kelompok kelas control dan kelompok kelas eksperimen. Hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajran dengan model
Problem Based Learning berbasis praktikum dan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajran konvensional. Ini dapat dilihat dari hasil uji-t, dimana thit = 4,83
sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk= 30+30-
2=58) sebesar 2,01 sehingga thitung> ttabel , dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok
siswa yang mengikuti pembelajran dengan model Problem Based Learning
konvensional.
pembelajaran konvensional.
saat observasi awal adalah rendahnya keterampilan sosial siswa pada mata
faktor sesuai dengan yang telah dipaparkan dilatar belakang masalah. Dalam hal
ini, guru harus memiliki pengetahuan tentang menguasai materi dan melakukan
suatu inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tetap dan sesuai dengan
tersebut.
sosial (IPS)
2.8 Hipotesis Penelitian
berbasis masalah secara baik, dapat menigkatkan keterampilan sosial siswa kelas
METODE PENELITIAN
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru. PTK yang dilakukan secara
kolaboratif, yaitu peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun guru juga ikut
Masalah agar keterampilan sosial siswa dapat optimal. Peneliti terlibat langsung
dalam proses penelitiannya mulai dari awal penelitian sampai dengan hasil
49
50
penelitian yang berupa laporan. Dengan demikian, peneliti terlibat langsung mulai
dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta melaporkan hasil penelitian.
(2013:132) bahwa satu sikus terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat komponen tersebut saling
terkait antara langkah satu dengan langkah berikutnya. Berikut ini gambaran
keterangan
Siklus I
Perencanaan (Plan) I
Pelaksanaan (Act) I & Pengamatan (Observe) I
Refleksi (Reflect) I
Siklus II
Perencanaan (Plan) II
Pelaksanaan (Act) II & Pengamatan (Observe) II
Refleksi (Reflect) II
Berdasarkan gambar di atas, satu putaran merupakan satu siklus yang terdiri
1) Perencanaan (planning) adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan
Sosial (IPS).
sudah dibuat yang berisi kegiatan yang dilakukan guru sebagai upaya
4) Refleksi (reflection) adalah tahapan terahir dari sebuah siklus yang telah
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B3 SMPN 4 Singaraja
dengan jumlah siswa 34 orang siswa, 16 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.
52
Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial siswa kelas VIII B 3 SMPN
Singaraja.
ini meliputi:
untuk mencapai tingkat belajar tertentu yang berlandaskan pada psikologi kognitif,
sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan
siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat mereka
hasil karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2) Keterampilan Sosial
keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainya, saling bertukar pikiran dan
untuk hidup dan bekerja sama; keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain;
keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya; saling
bagi setiap anggota dari kelompok yang diukur dengan kuesioner model skala
IPS berdasarkan tahap pembelajaran kooperatif. Pada saat penyajian dalam kelas,
kelompok heterogen dan tata letak meja kursi saling berhadapan masing-masing
membentuk kelompok homogen untuk mengerjakan soal, siswa diatur dengan tata
meja kursi sama pada saat berdiskusi. Sedangkan guru berkeliling memantau
1) Angket/Kuesioner
kepada siswa. Angket diisi oleh masing-masing siswa kelas VIII B 3 SMPN 4
keterampilan sosial sebelum tindakan, dan pada akhir dari setiap siklus.
2) Metode Wawancara
secara lisan kepada subjek yang diteliti. Metode wawancara adalah teknik
yang dapat memberikan informasi kepada peneliti. Wawancara ini dilakukan oleh
peneliti
55
pembelajaran IPS.
sosial. Keterampilan sosial merupakan salah satu gejala sosial yang diamati dalam
model skala Likert. Aspek-aspek yang diukur dituangkan berupa pertanyaan atau
terdiri dari 25 item yang disusun menggunakan lima alternatif jawaban model
skala Likert, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS) cara penskoranya, seperti tampak pada tabel.
2) Lembar Wawancara
1) Validitas Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid.
peneliti mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Uji
58
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual
tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control,
penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur
Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli. Dalam
hal ini setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur
para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun.
59
korelasi antar skor butir instrumen dengan skor total. Rumus yang digunakan
dalam menguji validitas isi adalah rumus korelasi product moment (Hasan, 2003).
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah responden
Xi = skor masing-masing item
Yi = skor total yang diperoleh
Xi 2
= jumlah kuadrat nilai Xi
Yi2 = jumlah kuadrat nilai Yi
Butir instrumen dikatakan valid apabila rxy hitung > rtabel. Nilai rtabel dapat
dilihat pada Tabel Nilai Koefisien Korelasi Product Moment dengan taraf
responden.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
dengan menggunakan kode-kode, gambar, diagram, angka dan tabel. Analisis data
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang diperoleh yaitu data hasil
60
angket, dan data hasil wawancara. Data dalam penelitian ini, data kualitatif
Analisis hasil angket pada masing-masing siswa dilakukan dengan cara berikut
Dari hasil pemerolehan skor pada masing –masing siswa, kemudian pada
akhir siklus dihitung nilai rata-rata (Mean) keterampilan sosial siswa. Dengan
Mx
Keterangan :
N 4 Singaraja dengan kriteria baik dan baik sekali yaitu skor ≥ 76 mencapai ≥ 80
penelitian mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, pembahasan hasil
penelitian ini akan dijelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan sebanyak dua Siklus. Setiap siklus akan diawali dengan beberapa
tahapan yang harus dilakukan. Tahapan tersebut meliputi beberapa hal yaitu
ditunjukan melalui hasil angket keterampilan sosial siswa yang dilakukan pada
kategori baik 14%, kategori cukup 56%, kategori kurang 25%, dan kategori
kurang sekali 5%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Tabel Keterampilan Sosial Pra Tindakan
62
63
Pra Tindakan
NO Kategori
Jumlah siswa Presentase
1 Sangat Baik 0 0
2 Baik 5 14
3 Cukup 20 56
4 Kurang 9 25
5 Kurang Sekali 2 5
Jumlah 36 100
sebesar 64% yaitu dalam kategori cukup. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.2
Rata-rata Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Tendakan Penelitian
No Siklus ke- Presentase (%) Kategori
1 Pra Tindakan 64% Cukup
pelajaran IPS kelas VIII B3 SMP N 4 Singaraja maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan sosial siswa tergolong rendah, selain itu, siswa kurang terlibat dalam
proses pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS dan model
pada tanggal 22 Oktober 2020 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 24
Oktober 2020.
Berbasis Masalah dan di diskusikan dengan guru. RPP ini berguna sebagai
Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh peneliti dan guru secara bervariasi
melatih siswa bekerja sama secara berkelompok dan membantu siswa supaya
dengan guru IPS kelas VIII B3. Tindakan pada siklus I disusun dalam 6 jam
1) Pertemuan Pertama
materi pokok yang dibahas adalah wilayah negara anggota ASEAN. Kegiata
berbasis masalah. Pada siklus I pertemuan pertama terdiri dari kegiatan awal,
Kegiatan awal pembelajaran IPS dimulai pukul 10:20 WITA. Guru membuka
dengan tanya jawab antara guru dengan siswa terkait anggota negara ASEAN.
pemahaman awal siswa tentang materi IPS yang akan dipelajari dan
pembelajaran.
negara-negara apa saja yang tergabung dalam ASEAN dan negara mana saja
sumber untuk mendukung hipotesis yang telah didapat. Siswa diminta untuk
pembehasan materi dari tiap-tiap kelompok, setelah selesai siswa dan guru
dipelajari. Pada siklus I Pertemuan pertama terlihat siswa kurang cepat dalam
kelompoknya terutama jika bukan bermainya. Pada pertemuan ini yang perlu
dalam kelompok.
2) Pertemuan Kedua
materi pokok yang dibahas adalah Interaksi Antara Negara ASEAN dengan
sebagai berikut.
Kegiatan awal pembelajaran IPS dimulai pukul 13:00 WITA. Guru membuka
antara guru dengan siswa terkait anggota negara ASEAN. Kegiatan ini
awal siswa tentang materi IPS yang akan dipelajari dan menghubungkan
materi yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa. Selain melakukan tanya
jawab guru memotivasi siswa dengan menunjukan salah satu bendera anggota
diskusi kelompok.
pembahasan materi dari tiap-tiap kelompok, setelah selesai siswa dan guru
dipelajari. Pada siklus I Pertemuan kedua ini presentasi yang dilakukan siswa
sudah mulai baik, siswa sudah mulai terlihat dapat saling berkerjasama
dengan baik, . Pada pertemuan ini komunikasi dalam kelompok sudah mulai
baik dan rasa tanggung jawab dalam kelompok juga sudah mulai berjalan
dengan baik.
3) Pertemuan Ketiga
materi pokok yang dibahas adalah Interaksi Antara Negara ASEAN dengan
submateri Pengaruh kerja sama bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan
70
siklus I pertemuan kedua terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dengan siswa terkait faktor
tentang materi IPS yang akan dipelajari dan menghubungkan materi yang
telah dipelajari sebelumbnya oleh siswa. Selain melakukan tanya jawab guru
memotivasi siswa dengan menunjukan satu gambar bntuk kerja sama yang
diskusi kelompok.
71
Belajar dalam kelompok (teams), setelah guru menyajikan materi ajar, siswa
pembahasan materi dari tiap-tiap kelompok, setelah selesai siswa dan guru
jawaban siswa. Setelah itu pembelajaran IPS ditutup dengan pemberian pesan
sungguh. Pada siklus I Pertemuan ketiga ini, siswa lebih mengutamakan kerja
diberikan setelah tindakan. Tujuan dari pemberian angket ini dimaksudkan untuk
ketiga membahas tentang “ pengaruh kerja sama dibidang ekonomi, sosial, politik,
kategori sangat baik meningkat sebesar 25% dari kondisi awal 0%, kriteria baik
meningkat 13% dari kondisi awal 14% meningkat menjadi 25%, kriteria cukup
Menurun sebesar 11% dari kondisi awal 56% menurun menjadi 44%, dan kondisi
kuran menurun 22% dari kondisi awal 25% turun menjadi 3%. Untuk lebih jelas
Tabel 4.3
Keterampilan Sosial Pra Tindakan dan Siklus I
Sekali
Jumlah 36 100 36 100
pada siklus I dapat dihitung dengan mencari rata-rata keterampilan sosial siswa.
Berdasarkan hasil angket rata-rata keterampilan sosial siklus I sebesar 76% yaitu
dalam kategori baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Rata-rata Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus I
kategori baik dan sangat baik mengalami kenaikan sebesar 39% dari kondisi awal
Kerja sama ditunjukan siswa dengan cara berbagi soal dalam pengerjaan
teman sekelompok yang belom paham tentang materi pelajaran. Pada saat
Masih ada beberapa siswa yang hanya diam pada saat diskusi klompok. Siswa
temannya, rasa percaya diri siswa saat berinteraksi dengan siswa lainya sudah
baik apalagi pada saat dalam kelompok siswa mampu berinteraksi dengan
Pada saat siswa menemukan masalah yang tidak bisa dihadapi sendiri meraka
akan meminta pendapat dari temannya. Pada saat pengerkaan tugas maupun
diskusi kelompok siswa sudah bisa bekerja sama dalam memecahkan suatu
anggota kelompok.
a. Pada saat siswa melakukan aktivitas diskusi kelompok masih ada beberapa
kategori baik dan sangat baik mengalami kenaikan sebesar 50% dari kondisi
pada tanggal 05 November 2020 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal
07 November 2020.
Berbasis Masalah dan di diskusikan dengan guru. RPP ini berguna sebagai
Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun oleh peneliti dan guru secara bervariasi
melatih siswa bekerja sama secara berkelompok dan membantu siswa supaya
dengan guru IPS kelas VIII B3. Tindakan pada siklus II disusun dalam 6 jam
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal
31 Oktober 2020 pada pukul 13:00-14:30 WITA. Materi yang dibahas adalah
dengan Pengaruh Kerja Sama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan
model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus II pertemuan ketiga ini terdiri
dari: a) kegiatan awal, b) kegiatan inti, dan c) kegiatan akhir. Adapun langkah-
dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dengan siswa terkait dengan
tentang materi IPS yang akan dipelajari dan menghubungkan materi yang
telah dipelajari sebelumbnya oleh siswa. Selain melakukan tanya jawab guru
ditentukan oleh guru. Masing- masing kelompok akan diberikan materi yang
sumber untuk mendukung hipotesis yang telah didapat. Siswa diminta untuk
pembehasan materi dari tiap-tiap kelompok, setelah selesai siswa dan guru
kegiatan guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru
termotivasi untuk selalu belajar. Pada siklus II siswa telihat lebih senang
yang sudah berjalan dengan baik dilakukan kembali agar hasil yang hendak
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 5
November 2020 pada pukul 10:25-11:55 WITA. Materi yang dibahas adalah
siklus II pertemuan ketiga ini terdiri dari: a) kegiatan awal, b) kegiatan inti, dan c)
dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dengan siswa. Hal ini bertujuan
yang akan diajarkan. Siswa dan guru melakukan tanya jawab terkait dengan
pemberian soal secara berebut kepada siswa. Dan sebagian besar siswa
memiliki antusian yang sangat tinggi dalam menjawab soal tersebut. Kegiatan
kepada siswa.
pembelajaran pada pertemuan kedua mengacu pada RPP yang telah disusun.
sebelumnya.
siswa untuk berbagi tugas, bekerja sama, dan saling bertukar pendapat. Guru
kelompok, setelah selesai siswa dan guru akan membahas bersama hasil
Kegiatan akhir pembelajaran IPS guru dan siswa membahas soal pada saat
moral kepada siswa agar selalu semangat dalam belajar dan meraih cita-cita
3) Pertemuan Ketiga
Kegiatan siklus II pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 7
November 2020 pada pukul 13:00-14:30 WITA. Materi yang dibahas adalah
pertemuan ketiga ini terdiri dari: a) kegiatan awal, b) kegiatan inti, dan c) kegiatan
jawab dengan siswa terkait teknologi transportasi yang sering dijumpai siswa.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi
pembelajaran.
pembelajaran pada pertemuan kedua mengacu pada RPP yang telah disusun.
perkembangannya.
Belajar dalam kelompok (teams). Setelah guru menyajikan materi ajar siswa
transportasi yang ada pada saat ini. Guru mengingatkan kepada siswa untuk
berbagi tugas, bekerja sama, dan saling bertukar pendapat. Guru menekankan
kerja kelompok yang baik apabila semua anggota kelompok paham dengan
tentang pembahasan materi dari tiap-tiap kelompok, setelah selesai siswa dan
Kegiatan akhir pembelajaran IPS guru dan siswa membahas soal pada saat
ditutup dengan pemberian pesan moral kepada siswa agar selalu semangat
diberikan setelah tindakan. Tujuan dari pemberian angket ini dimaksudkan untuk
Dengan pokon bahasan pada pertemuan pertama “pengaruh kerja sama bidang
Singaraja peningkatan siklus II untuk kategori sangat baik meningkat sebesar 25%
dari siklus I 25% meningkat menjadi 50%, kriteria baik meningkat sebesar 14%
dari siklus I 28% meningkat menjadi 42%, kriteria cukup menurun sebesar 36%
dari siklus I 44% menurun menjadi 8% dan kategori kuranng menurun 3% dari
siklus I 3% menjadi 0% untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.5
Hasil Angket Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
pada siklus I dapat dihitung dengan mencari rata-rata keterampilan sosial siswa.
Berdasarkan hasil angket rata-rata keterampilan sosial siklus II sebesar 84% yaitu
dalam kategori baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6
Rata-Rata Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
No Siklus ke- Presentase (%) Kategori
1 Pra Tindakan 64% Cukup
2 Siklus I 76% Baik
3 Siklus II 84% Baik
85
kategori baik dan sangat baik mengalami kenaikan sebesar 39% dari kondisi awal
Kerja sama ditunjukan siswa dengan cara berbagi soal dalam pengerjaan
sekelompok yang belom paham tentang materi pelajaran. Pada saat diskusi
pendapat teman.
Siswa sangat aktip dalam diskusi kelompok baik itu bertanya maupun
temannya, rasa percaya diri siswa saat berinteraksi dengan siswa lainya sudah
86
baik apalagi pada saat dalam kelompok siswa mampu berinteraksi dengan baik
Pada saat siswa menemukan masalah yang tidak bisa dihadapi sendiri meraka
akan meminta pendapat dari temannya. Pada saat pengerkaan tugas maupun
diskusi kelompok siswa sudah bisa bekerja sama dalam memecahkan suatu
kelompok.
Berbasis Masalah dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Pada tahap pra
tindakan, siswa belum mampu aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat
dari kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, seperti kurang aktif dalam
berpendapat. Siswa juga tidak menghargai pendapat temannya dan belum bisa
dan mulai menjalin kerjasama yang baik dengan kelompoknya. Tahapan siklus II
bahwa keterampilan sosial siswa meningkat. Hal ini dikarenakan saat membentuk
kelompok siswa dibagi kedalam kelompok heterogen. Selain itu, siswa juga
melakukan penelitian terlihat siswa lebih aktif bertanya maupun lebih aktif
menjawab pada saat diskusi, siswa juga mampu untuk saling berinteraksi,
interaksi positif dan besemangat berkelompok. Sejalan dengan itu, Daryanto dan
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
sosial.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Kuo-shu Huang dan
Tzu-pu Wang (2012) yang menunjukan bahwa siswa termotivasi dan terinspirasi
oleh belajar dengan cara yang kolektif dan kooperatif, serta mengembangkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok
4.3 Implikasi
mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS yang
ditunjukan dengan observasi, angket, dan wawancara. Oleh karena itu penelitian
sikap terhadap proses kelompok. Berdasarkan hal tersebut, maka guru harus
tercapai. Tindak lanjut dari hasil penelitian ini adalah penerapan model
mengajar.
PENUTUP
5.1 Simpulan
peningkatan rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus I sebesar 12% dari
90
91
5.2 Saran
beberapa saran untuk proses pembelajaran dan penelitian lebih lanjut sebagai
berikut.
1) Bagi Guru
2) Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat belajar untuk bersosialisasi dengan teman yang lain
Daftar Pustaka
Fiteriani, I., & Suarni. (2016). Model Pembelajaran Kooperatif dan Implikasinya
pada Pemahaman Belajar SAINS di SD/MI (Studi PTK di Kelas III MIN 3
WatesLiwa Lampung Barat). Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar,
Volume 3(2), 22. Retrieved from
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/download/
1191/2169
Fraenkel, Jack R. Norman E Wallen. 1990. How to Design and Evaluate Risearch
in Education. International Edition.
Gimpel, G.A. & Merrell, K.W. 1998. Social Skill of Children and
Adolescents:Conceptualization, Assessment, Treatment. New Jersey:
Lawrance Erlbaum.
Gregory, Robert J. 2000. Psyschological Testing (History, Principles, and
Application). Bonston: Allyn and Bacon.
Guilford, J.P. 1959. Fundamental Statistic in Psychology and Education. Tokyo:
Kogakusha Company, Ltd.
Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi (Edisi
Revisi). Jakarta: Alfabeta.
92
Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung. Nusa
Media.
Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: SPS