Anda di halaman 1dari 175

BUKU 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
KATA SAMBUTAN
KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan.

Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada
proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan
perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional
dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun
perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan
pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan
kompetensi profesional dari masing-masing peserta program.

Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi
profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti.

Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah
berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi.

Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan
untuk menyelesaikan buku ini.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Ketua Departemen THT FKUI/RSCM

DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K)


Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL
FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM
telah dapat diselesaikan.

BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta
PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap
Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul
pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan
kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment
maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran.

BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk
penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL.

Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT
FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang
tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta. Agustus 2015

Penyusun,

Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K)


Koordinator Program Studi
Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM
Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli
dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya
tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-
KL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh
penguasaan ilmu dan teknologi yang baik.
Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan
meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu
Kesehatan THT-KL FKUI.
Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter
Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan
Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara
lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung
dengan baik.
Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi
pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester
yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul.
Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara
terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu
Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti
stase pendidikan.
Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul
ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi
THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta
mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL.

Visi dan Misi


Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter
spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat
internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan
perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar
biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara
tahun 2019.

Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan


THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar
Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme.
Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta
pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang
meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan
kesehatan prima.
SEMESTER IV

 Modul Neurotologi 2
 Modul Keterampilan Neurotologi 2
 Modul Otologi 2
 Modul Keterampilan Otologi 2
 Modul Laring Faring 2
 Modul Keterampilan Laring Faring 2
 Modul Rinologi 2
 Modul Keterampilan Rinologi 2
 Modul Pelatihan Kegawatan THT 3
 Modul Keahlian Komprehensif 3
MODUL NEUROTOLOGI 2 DAN
A. MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 2
Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan
MKK-2 MD22802323 / yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
MPK MD22802524 menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
Jumlah SKS : khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL.
 Materi Keahlian Khusus Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
(MKK) = 1 SKS
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan
 Materi Penerapan
dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi
Keprofesian (MPK) = 1
yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-
SKS
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
4 Minggu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
Ketua Modul : berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional.
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi
dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan
berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area
kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi khusus , keseimbangan khusus dan pemeriksaan fungsi
saraf fasialis khusus.
.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent

4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
pendengaran khusus seperti tes audiometri tutur ,tes SISI, tes Tone decay ,
tes akustik imitans, OAE
6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan khusus seperti Head impuls test, Head shaking test, tes visual
dynamic aquity, tes posisi untuk BBPV, terapi reposisi otolit, terapi
rehabilitasi vestibuler
7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
fungsi saraf fasialis khusus seperti tes topografi saraf fasialis.

Lingkup Bahasan Pokok/topik bahasan Tahap


Kewenangan
Klinis
Gangguan Embriologi, anatomi 3c
Pendengaran, fisiologi dan
keseimbangan dan patofisiologi
Saraf Fasialis pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis
interpretasi hasil 3c
pemeriksaan khusus
Pemeriksaan audiologi, 3c
fungsi keseimbangan
dan fungsi saraf fasialis
khusus
managemen pasien 3c

Melakukan tahap 3c
persiapan pemeriksaan
KHUSUS dan
menginterpretasikan
hasil serta mendiagnosis
gangguan pendengaran,
keseimbangan dan saraf
Fasialis
Anatomi, 3c
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
indikasi, dan persiapan, 3c
langkah-langkah
pemeriksaan
Gangguan anatomi, fisiologi, 3c
pendengaran, patofisiologi gangguan
keseimbangan dan pendengaran,
saraf fasialis keseimbangan dan saraf
fasialis
Diagnosis dan 3c
tatalaksana
komprehensif.
indikasi, dan langkah- 3c
langkah,
persiapan.pemeriksaa
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta PPDS THT-KL mampu:

Tindakan Tingkat
Kewenangan
klinis
1. Tes berbisik 3
2. Tes Garputala 3
3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & 3
masking
-Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk 2
mengatasi dilema masking
- Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold)
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 3
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan 2
LDL (Loudness Discomfort Level)
3
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of
lesion) : ABLB, SISI, Tone decay
7. Audiologi pediatric
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA) 3
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) 3
- Tes play audiometri 3
- Tes fungsi persepsi 3
8. Pemeriksaan Timpanometri 3
9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 3
10. Tes keseimbangan sederhana 4
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan 3
Dynamic Visual Acuity Test
12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, 3
roll test)
13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 2
14.Pemeriksaan Posturografi 2
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss 4
atau House-Brackmann)
16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 3
17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis 2
(NET)
18.Pemeriksaan BERA 2
19.Pemeriksaan ASSR 2
20.Pemeriksaan OAE 3
21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi 3
vestibuler (VRT)
22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran 2

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)


1. Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)

2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent

3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan
pendengaran, keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis).
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL.
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara
berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan
perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada
awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis
peserta PPDS THT-KL. NBL adalah 75.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta PPDS THT-KL
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan.
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

I. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
K. Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
L. Matriks Kegiatan modul Neurotologi II

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


Senin s/d 08.00-15.30 Peraturan pelayanan Prof.Dr.dr. Jenny Pengarahan
Jum’at pasien di Div E B, Sp THT
(Minggu I) Neurotologi Diskusi topic
Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT Kerja praktek
tatalaksana
Gangguan Dr. Brastho CBD/case based
pendengaran Bramantyo, Sp discussion
THT
Diagnosis dan Ujian tulis: Essay
tatalaksana
Gangguan
keseimbangan

Diagnosis dan
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
pelatihan
pemeriksaan
audiologi,
keseimbangan, saraf
fasialis KHUSUS
Pelatihan interpretasi
pemeriksaan
audilogi,
keseimbangan dan
saraf fasialis
KHUSUS
Evaluasi
kemampuan
program studi
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi topic
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu II) Gangguan Kerja praktek
pendengaran Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT CBD/case based
tatalaksana discussion
Gangguan Dr. Brastho
keseimbangan Bramantyo, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu III) Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp THT
Diagnosis dan Dr. Brastho
tatalaksana Bramantyo, Sp
Gangguan THT
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus

Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum


Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu IV) Gangguan Ujian Tulis Essay
pendengaran Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT
tatalaksana
Gangguan Dr. Brastho
keseimbangan Bramantyo, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Evaluasi
kemampuan
pelayanan pasien di
Div Neurotologi
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu V) Gangguan
pendengaran Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT
tatalaksana
Gangguan Dr. Brastho
keseimbangan Bramantyo, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu VI) Gangguan Ujian Tulis Essay
pendengaran Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT
tatalaksana
Gangguan
keseimbangan
Diagnosis dan Dr. Brastho
tatalaksana Bramantyo, Sp
Gangguan saraf THT
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Evaluasi
kemampuan
pelayanan pasien di
Div Neurotologi

Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
MODUL OTOLOGI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 2
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802325 /
Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang
MPK MD22802526 memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering
Jumlah SKS : yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL).
 Materi Keahlian Khusus
Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS Setelah melewati modul ini, peserta program
 Materi Penerapan diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit,
Keprofesian (MPK) = 1 SKS menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan
memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang
otologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang
Lama : diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
4 Minggu 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
Ketua Modul : mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Ketua Divisi Otologi THT-KL
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan
Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup
sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi:
Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip
patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti
perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang
tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
A. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan
semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.

B. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai
kompetensinya.
2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya.
3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan
dalam) sesuai kompetensinya.
4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai
kompetensinya.
5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai
kompetensinya.
6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai
kompetensinya.
7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga
sesuai kompetensinya.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL
mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada
tatalaksana pasien sesuai kompetensinya :
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.

Lingkup Bahasan Topik Bahasan Tahap Kewenangan


Klinis
Kelainan kongenital  Atresia dan stenosis
telinga herediter & liang telinga.
non-herediter.  Celah brakial 1.

Trauma mekanik,  Laserasi & avulsi kulit


kimia, & akustik. liang telinga.
 Perforasi membran
timpani.
 Dislokasi osikel.
 Fraktur tulang
temporal.
Benda asing telinga  Benda asing organik &
luar, tengah & dalam anorganik telinga luar,
tengah & dalam.
Otitis eksterna  Otitis eksterna
sirkumskripta.
 Otitis eksterna difusa.
 Otitis eksterna
maligna.
Otitis media  Otitis media supuratif:
otitis media akut
(rekuren) & otitis
media supuratif
kronik.
 Otitis media non-
supuratif: otitis media
efusi, glue ear.
Labirintitis  Labirintitis purulenta.
 Labirintitis serosa.
Tumor jinak dan ganas:  Seruminoma.
a. liang telinga.  Adenokarsinoma liang
b. Telinga tengah. telinga.
c. CPA.  Osteoma.
 Exostosis.
 Osteosarkoma.
 Adenokarsinoma
telinga tengah.
 Neuroma akustik.

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Jenis keterampilan Tingkat


kewenangan
klinis
POLIKLINIK
Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, dan bahan 5
kimia / obat-obatan untuk telinga.
Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang (fungsi 5
pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi).
KAMAR OPERASI
Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, pasien, 5
dokumen pendukung).
Mampu mengenali dan menyebutkan struktur anatomi telinga 5
dan tulang temporal.
Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada operasi telinga. 5
Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan lunak pada 3
operasi telinga tengah (INSISI KULIT RETROAURIKULA,
MEMBUANG TEPI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT
LIANG TELINGA, INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA,
PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: 3
MASTOIDEKTOMI SEDERHANA.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: 3
ATIKOTOMI POSTERIOR.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: 3
TIMPANOTOMI POSTERIOR.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: 3
AMPUTASI TIP MASTOID.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: 3
MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR LIANG TELINGA

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit
yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi.
a. Belajar mandiri.
b. Diskusi topik.
2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan
cara:
a. Kerja poliklinik.
b. Kerja ruang rawat inap.
c. Kerja instalasi gawat darurat.
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
metode:
a. Tinjauan pustaka/journal reading.
b. CBD/case based discussion.

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan
untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
a. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) = 75.
b. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data,
menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
c. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
d. Logbook
e. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
I. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K).
II. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K).
III. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
J. Lokasi Praktek
I. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL
RS. Cipto Mangunkusumo.
II. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto
Mangunkusumo.
J. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr. Alfian Farid Pengarahan
Otologi Hafil, SpTHT-KL
(K).
DR. Dr. Ratna D.
Restuti, SpTHT-KL
(K).
Dr. Harim Priyono,
SpTHT-KL (K).
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at  Latihan menggunakan alat
Minggu I diagnostik
 Memahami penyakit di
bidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Melakukan tatalaksana
pasien rawat inap
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at  Memahami penyakit di
Minggu II bidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30  Memahami penyakit di
Minggu III bidang Otologi
 Bekerja di kamar
operasi IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30  Memahami penyakit Ujian Tulis Essay
Minggu dibidang Otologi
IV  Bekerja di kamar
operasi IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal
 Ujian Tulis
Senin 08.00-  Bekerja di Poli Divisi idem Diskusi/Praktikum
s/d 15.30  Memahami penyakit
Jum’at dibidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
Minggu V IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal.
Senin 08.00-  Bekerja di Poli Divisi idem Diskusi/Praktilum
s/d 15.30  Memahami penyakit Ujian Tulis Essay
Jum’at dibidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
Minggu IGD/IBP
VI  Follow up pasien di
bangsal
 Ujian Tulis

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery
Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins, 2014.
3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed,
Lea-Febiger, 1985.
4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB
Saunders Co.1989.
MODUL LARING FARING 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 2

A. Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang
MKK-1 MD22802327 / memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
MPK MD22802528 penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Jumlah SKS : bidang Laring Faring THT-KL.
 Materi Keahlian Khusus Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
 Materi Penerapan diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
Keprofesian (MPK) = 1 bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang
SKS diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
4 Minggu etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
Ketua Modul : kemampuan intelektual dan profesional. Area
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring,
Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome

3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,


Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep
Apnea Syndrome.

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi,
tumbuh-kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem
pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam,
Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas
laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif
disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher
dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi
ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan
Klinis

Trauma laring anatomi, fisiologi


laring

interpretasi CT-scan
Handling RFL
managemen pasien
trauma laring
basic surgical
landmark, indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi, persiapan
operasi, alat-alat yang
akan dipakai
patofisiologi, dan
tatalaksana trauma
larig
indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan, langkah-
langkah tindakan
rekonstruksi laring
Abses leher dalam anatomi, patofisiologi
abses leher dalam
tatalaksana
komprehensif
indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi, langkah-
langkah, persiapan.
Obructive sleep anatomi, fisiologi,
apnea syndrome patofisiologi
(OSAS) sumbatan
pemeriksaan RFL,
muller maneuver,ESS,
dan
mengintrepetasikan
polisomnografi
tatalaksana
komprehensif
(OSA surgery,
edukasi,
Tumor ganas laring anatomi, fisiologi,
patofisiologi laring
indikasi,
kontraindikasi dan
komplikasi
laringektomi dan
diseksi leher
Persiapan dan
melakukan
trakeostomi
Stenosis laring patofisiologi stenosis
laring
diagnosis dan
komplikasi
Persipan pre operasi
alat-alat yang
dipersiapkan
Disfonia Fisiologi, etiologi dan
patofisiologi
diagnosis dan
diagnosis banding
tatalaksana
komprehensif
Kelainan kongenital Tumbuh kembang
(Laryngomalasia, diagnosis
laryngeal web, tatalaksana
laryngeal cleft, komprehensif
hygroma colli,
hemangioma,parese
)
Infeksi faring laring anatomi, histologi,
(tonsilitis faringitis, patofisiologi
laringitis) diagnosis
komplikasi
tatalaksana
komprehensif
Lesi jinak laring patofisiologi
(hemangioma, diagnosis
Papiloma tatalaksana
laring,granuloma,no komprehensif
dul, polyp,
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Keterampilan Tahap Magang


Semester 4
Penegakan diagnosis penyakit laring 4
faring dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, inform
concent
Tindakan laringoskopi tidak langsung 4
Tatalaksana medikamentosa 4
Cricotirotomi 4
Trakeostomi terintubasi 4
Trakeostomi primer 2
Melebarkan stoma 4
Decanulasi 4
Pemasangan NGT 4
Ekstraksi benda asing orofaring 4
Biopsi lokal anestesi tumor orofaring 4
Perawatan kanul trakea 4
Perawatan luka pasca operasi 4
Angkat jahitan 4
Insisi abses peritonsil 4
Insisi submandibula 1
Insisi retrofaring 0
Insisi parafaring 0
Perawatan abses 4
Penggantian kanul trakea 4
Flexible Optik Laringoskopi 4
Muller manuever 4
Interprestasi hasil PSG 3
Interpretasi hasilmCT scan 3
Laringoskopi diagnostic daan biopsi 2
Ekstirpasi lesi jinak laring non neoplasma 0
Ekstirpasi lesi jinak laring neoplasma 2
Insisi dan Flap pada operasi Tiroidektomi 2
Insisi apron pada operasi laringektomi 2
Penutupan luka penutupan luka pada 2
operasi laringektomi
Tonsilekomi dan adenoidektomi
Diagnosis dan tatalaksana LPR
Ekstirpasi kista leher

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)


Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Infeksi laring faring
2. Dysphonia
3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
4. Abses leher dalam
5. Kelainan kongenital laring
6. Trauma laring
7. Lesi jinak laring
8. Lesi ganas laring
9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome.

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi
tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital
laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome
a. belajar mandiri
b. diskusi topic.
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring
Faring.

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu pertama) dan post test pada awal
minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL
adalah 80.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

J. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%
K. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH)
2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH)
3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI)
4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ)
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM

L. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Prof. Dr. HBH Pengarahan
Laring Faring Dr.SMH
Dr.ARI
Dr.FFZ

Senin s/d 08.00-15.30  Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Diskusi topik
Jum’at  Dysphonia Dr.SMH Kerja praktek
Minggu I  Sumbatan Jalan Dr.ARI CBD/case based
Napas Atas Dr.FFZ discussion
(Sumbatan laring) Ujian tulis: Essay
 Abses leher dalam
 Kelainan kongenital
laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring
 Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop
Senin s/d 08.00-15.30  Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH
Jum’at  Dysphonia Dr.SMH
Minggu II  Sumbatan Jalan Dr.ARI
Napas Atas Dr.FFZ
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan kongenital
laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring
 Pelatihan membaca
CT-scan/ PSG

Senin s/d 08.00-15.30  Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Diskusi/Praktikum
Jum’at  Dysphonia Dr.SMH
Minggu III  Sumbatan Jalan Dr.ARI
Napas Atas Dr.FFZ
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan kongenital
laring
 Trauma laring
 Pelatihan ekstraksi
benda asing

Senin s/d 08.00-15.30  Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH


Jum’at  Dysphonia Dr.SMH Ujian Tulis Essay
Minggu  Sumbatan Jalan Dr.ARI
IV Napas Atas Dr.FFZ
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan kongenital
laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring
Daftar Pustaka:
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx.
In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214.
5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands
SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –
otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605.
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea &
Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34
7. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery – Otolaryngology.
Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology.
Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42
10. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th
Ed, Chapter 31, pp. 724-92
MODUL RINOLOGI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 2
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22802329 / A. Pendahuluan
MPK MD22802530 Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
Jumlah SKS : penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
 Materi Keahlian Khusus bidang Laring Faring THT-KL.
(MKK) = 1 SKS Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
Keprofesian (MPK) = 1 diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang
SKS
diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
Lama : melewati modul ini:
4 Minggu 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
Ketua Modul : jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
Ketua Divisi Rhinologi THT-KL kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester IV
yang sudah melalui divisi alergi imunologi dan onkologi tahap pembekalan.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh
kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi
dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik
medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi
serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-tahapan
operasi

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif
baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-
tahapan operasi
Lingkup Pokok Tahap
Bahasan bahasan Kewenangan
Klinis
Inflamasi dan Rinosinusitis 3c
atau infeksi akut
hidung dan
Rinosinusitis 3c
sinus
kronik
paranasal
Polip nasal 3c
Snusitis 3c
dentogen
Infeksi jaringan 3c
lunak
(vestibulitis,
selulitis)
Penyakit 3c
autoimun
(bersama divisi
alergi
imunologi)
Sinusitis Jamur 3c
Abses Septum 3c
Kelainan kelainan 3c
anatomi septum
atresia koana 3c
Gangguan anosmia 3c
penghidu trauma
anosmia pasca 3c
infeksi
Epistaksis epistaksis 3c
anterior
epistaksis 3c
posterior
Benda Asing, 3c
Lesi jinak Angiofibroma 3c
hidungdan
sinus
paranasal
(angiofibroma,
papiloma 3c
Papiloma
inverted
inverted,
bekerjasama
dengan divisi
onkologi THT)

D.2 Keterampilan

Jenis Tindakan/ keterampilan Magang


Smt IV

Penegakan diagnosis dengan 4


anamnesis, pemeriksaan fisik,
rinoskopi anterior dan posterior

Evaluasi menggunakan nasal 4


endoskop 0 derajat

Pembacaan CT-Scan 4
evaluasi menggunakan nasal 2,3
endoskop 30,45, 70, 110 derajat

pemeriksaan fungsi penghidu 3

tatalaksana medikamentosa 3

tatalaksana pembedahan : BSEF I 2


(Unsinektomi, middle meatal
antrostomi)
tatalaksana pembedahan : BSEF 1
II (Unsinektomi, middle meatal
antrostomi + etmoidektomi)

tatalaksana pembedahan BSEF III 1


DCR

tatalaksana pembedahan BSEF III 1


(Unsinektomi, middle meatal
antrostomi +
etmoidektomi+sfenodotomi dan
atau frontal)

tatalaksana BSEF IV (Jabir 1


Osteoperiosteal)

tatalaksana BSEF IV (kebocoran 1


CSS)
tatalaksana BSEF IV (operasi skull 1
base)
tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi 1
tumor dengan endoskop)

tatalaksana pembedahan : 2
Septoplasti

tatalaksana pembedahan: 2
Reduksi Konka Inferior

melakukan perawatan luka pasca 2


operasi BSEF
tindakan polipektomi sederhana 2
di poliklinik
tindakan sinuskopi diagnostic 3

tindakan sinuskopi tindakan 2

ekstraksi benda asing 3


pemasangan tampon anterior 4

pemasangan tampon posterior 3

ligasi arteri sfenopalatina 0

ekstraksi benda asing 3

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)


Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
2. Kelainan anatomi
3. Gangguan penghidu
4. Epistaksis
5. Benda asing
6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal.

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip,
Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi.
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM

I. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00- Cara kerja di Divisi Dr.Umar SD Pengarahan
10.00 Rinologi
Dr.Endang
MK
DR.Dr.Retno
SW
Dr.Febriani
Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem Diskusi topik
s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu I

kelainan anatomi Kerja praktek


epistaksis CBD/case based
discussion
gangguan penghidu Ujian tulis: CBD
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal

Pre Assesment
modul pembekalan

Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem idem


s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
II kelainan anatomi
epistaksis
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal

pelatihan
penggunaan nasal
endoskop bersudut

pelatihan membaca
CT-scan dengan
program osirix

Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem Diskusi/Praktikum


s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
III kelainan anatomi
epistaksis
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal
pelatihan septoplasti
kambing

skill tutorial tahapan


operasi BSEF

Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem


s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
IV kelainan anatomi
epistaksis
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal

pelatihan septoplasti
kambing

skill tutorial tahapan


operasi BSEF

Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem


s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
V
kelainan anatomi Ujian DOPS
keterampilan
poliklinik

epistaksis
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal
Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem
s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
VI kelainan anatomi
epistaksis Ujian Minicex, CBD

gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal

Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott
Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger,
1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th
Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique,
Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction
and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 3

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MPA MD22802531
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta
Jumlah SKS : kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan
Modul Pelatihan Kegawatan THT THT-KL.
3 (1 SKS)
Tujuan Pembelajaran

Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu


6 Bulan (Selama Periode memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-
Semester IV) KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang
Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang
Ketua Modul : diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
Koordinator Kegawatdaruratan 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
THT-KL
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga,
dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup
sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit
THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat,
dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester IV

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif

3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :


1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif

Kewenang
Lingkup Bahasan pokok bahasan
an klinis

Benda Asing di THT: 3c

 Benda asing di Esofagus


Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
 Benda asing di Laring
 Benda asing di Trakea
 Benda asing di Bronkus
 Benda asing di Sinus
Piriformis
 Benda asing di Dasar
Lidah 3c
 Benda asing di Faring/
Tonsil
Diagnosis dan Diagnosis Banding
 Benda asing di Hidung
 Benda asing di Liang
Telinga
3c
Rencana tatalaksana tindakan dan
medikamentosa pada kasus benda
asing di THT

3c

Manajemen pasien
Benda Asing di THT

3c
3c
indikasi, kontraindikasi, komplikasi,
persiapan, langkah-langkah
pengambilan benda asing di THT

3c

Nyeri Telinga Akut


Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga
 Otitis Media Supuratif 3c
Akut
Akut (OMA)
 Otitis Eksterna
Sirkumskrip (Furunkel)
 Otitis Eksterna Difus
 Otitis Eksterna Maligna Diagnosis
3c

3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi
Komplikasi Intrakranial Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
Media Supuratif Kronis:
 Meningitis Otogenik 3c
 Trombosis Sinus
Lateralis Diagnosis
 Abses Ekstradural
 Abses Subdural 3c
 Abses Otak Otogenik
 Hidrosefalus Otikus Rencana Tatalaksana komprehensif

Trauma Telinga dan Tulang 3c


Temporal;
 Trauma Daun Telinga Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
 Keluar Cairan/ Darah
dari Liang Telinga
 Gangguan 3c
Pendengaran Diagnosis
 Gangguan 3c
Keseimbangan
 Paresis Fasial Rencana Tata Laksana
 Fraktur Tulang
Temporal
3c

Anatomi dan patofisiologi Tuli


Tuli Mendadak Mendadak
 Iskemia Koklea
 Infeksi Virus 3c
 Pasca Trauma Kepala
 Trauma Bising Keras Diagnosis dan komplikasi
 Perubahan Tekanan
Atmosfir
 Obat Ototoksik 3c
 Penyakit Meniere
 Neuroma Akustik
Rencana tatalaksana
3c

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi

Epistaksis
 Perdarahan Anterior 3c
 Perdarahan Posterior
Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Muka
 Fraktur Tulang Hidung 3c
 Fraktur Maksila Diagnosis
 Fraktur Zigoma
 Fraktur Mandibula
3c
 Fraktur Orbita
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Jaringan Lunak


Muka
3c
 Avulsi Total
 Avulsi Sebagian Diagnosis
 H. Laserasi

3c

Komplikasi
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi


Trauma Hidung
 Trauma Tertutup
 Trauma Terbuka
Diagnosis 3c
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Abses Leher
 Abses Peritonsil 3c
 Abses Retrofaring Diagnosis
 Abses Parafaring
 Abses Submandibula 3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Sumbatan Laring Anatomi, histologi, patofisiologi
 Radang
 Tumor 3c
 Kelainan Kongenital Diagnosis
 Paresis Postikus
Bilateral 3c
 Trauma
 Benda Asing Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Trauma Trakea
Anatomi, histologi, patofisiologi
 Trauma Tumpul
 Trauma Tajam 3c
 Trauma Endogen Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Disfagia 3c
 Kelainan Faring Diagnosis dan diagnosis banding
 Kelainan Esofagus

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi

3c
Diagnosis
Esofagitis Korosif
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 4
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi 1
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 3
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 3
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 3
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 3
Pemasangan tampon telinga 3
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3
Trauma telinga dan tulang temporal 3
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 3
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 3
Pemasangan tampon posterior 3

Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 1

Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 1
Pemasangan NGT 3
Disfagia
Pemasangan NGT 3,4
Esofagitis korosif
esofagoskopi 1
Pemasangan NGT 3

II.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam
tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
2. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok.
Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 3

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MPA MD22802432
Modul Keahlian Kompehensif THT 3 adalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
Jumlah SKS : mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 3 (2 SKS) melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
6 Bulan (Selama Periode mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
Semester II) dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
Ketua Modul :
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
Koordinator Penelitian THT-KL
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual
dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik
dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga,
dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety
dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang Semester IV

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga
etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin
dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.

D. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 3 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan
presentasi ilmiah
G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Form penilaian Karya -Makalah dan Media 50% pembimbing
Ilmiah presentasi 30 % penguji
-Presentasi dan diskusi 20% pembimbing

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)

I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 3

Hari Waktu Materi Staf Teknik


Pengajar
Senin- 2 bulan Penyusunan Pembimbing Belajar
Jumat karya ilmiah mandiri
dan diskusi diskusi
dengan
pembimbing
Selasa/ Sesuai Presentasi Pembimbing Presentasi
rabu/ jadwal karya ilmiah
jumat yang telah 5 Moderator
ditentukan Penguji

Senin- 2 bulan Penyusunan Pembimbing Belajar


Jumat karya ilmiah mandiri
dan diskusi
diskusi
dengan
pembimbing
Selasa/ Sesuai Presentasi Pembimbing Presentasi
rabu/ jadwal karya ilmiah
jumat yang telah 6 Moderator
ditentukan Penguji
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21

2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007

3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,

4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-


Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004

5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.

6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014

7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins,
SEMESTER V

 Modul Endoskopi Bronkoesofagologi 2


 Modul Keterampilan Endoskopi
Bronkoesofagologi 2
 Modul Onkologi 2
 Modul Keterampilan Onkologi 2
 Modul Plastik Rekosntruksi 2
 Modul Keterampilan Plastik
Rekosntruksi 2
 Modul THT Komunitas
 Modul Keterampilan THT Komunitas
 Modul Pelatihan Kegawatan THT 4
MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2 DAN MODUL
KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802333 /
Modul EBE adalah materi pendidikan yang memberikan
MPK MD22802534 dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT
Jumlah SKS : agar peserta program PPDS semester V tahap magang mampu
 Materi Keahlian Khusus memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang EBE yaitu KELAINAN DI TRAKTUS
(MKK) = 1 SKS
TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN KESULITAN MENELAN
 Materi Penerapan OROFARING.
Keprofesian (MPK) = 1 Tujuan Pembelajaran
SKS Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dan
Lama : mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang EBE ilmu
4 Minggu kesehatan THT-KL.Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Modul :
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Divisi Endoskopi
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
Bronkoesofagologi THT-KL
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester V

C. Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree)


1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah
kesulitan menelan orofaring
2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus
dan masalah kesulitan menelan orofaring
4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang
lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan
menelan orofaring
5. Mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di
traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
6. Melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel,
bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari
penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan
menelan orofaring
7. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau
esofagoskopi dan pemeriksaan FE
8. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring

D. LINGKUP BAHASAN
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program PPDS
mampu menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus
trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi
anatomi.
2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis
kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan
orofaring
3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi,
penggunaan radiologi.
4. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang
berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
5. Peserta PPDS mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan
terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan
menelan orofaring
6. Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa
rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel
sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
9. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring.

Lingkup Pokok Bahasan Tahap


Bahasan Kewenangan
Klinis
Trakeobronkial, Anatomi 3c
esofagus, trakeobronkial,
orofaring esofagus dan orofaring
Persarafan - jaras
traktus trakeobronkial,
esofagus dan orofaring
Vaskularisasi
Kelainan Patofisiologi 3c
esofagus :
Benda asing Diagnosis ( gejala, 3c
esofagus tanda klinis)
Pemeriksaan 3c
penunjang (Radiologi,
CT scan, Esofagoskopi
kaku dan fleksibel)
Tata laksana 3c
komprehensif
Komplikasi dan 3c
tatalaksananya
Stenosis Patofisiologi 3c
esofagus Diagnosis ( gejala,
tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Barium
esofagogram,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel)

Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Esofagitis : Patofisiologi 3c
Refluks Diagnosis ( gejala,
Eosinofilik tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Barium
esofagogram, pH metri,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel, biopsy
mukosa)

Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Gangguan Patofisiologi dan jenis 3c
neuromuscular : kelainan.
spasme difus
esofagus,
Nutcracker
Diagnosis ( gejala,
Esofagus
tanda klinis)
Akalasia,
divertikulum Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Barium
esofagogram, pH metri,
Manometri,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel, biopsy
mukosa)
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Disfagia fase Patofisiologi dan jenis 3c
oral dan fase kelainan.
faring
Diagnosis ( gejala,
tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (FEES,
Videofluruoskopi, CT
scan
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Benda asing Patofisiologi 3c
traktus
trakeobronkial
Diagnosis ( gejala,
tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Bronkoskopi
kaku dan fleksibel,
Virtual bronkoskopi)
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap Magang
Semester V
Melakukan konseling edukasi 4
pasien sesuai kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan
orofaring
Melakukan konseling pemberian 4
modalitas farmakologi,
penggunaan pemeriksaan
penunjang

Melakukan konseling, persiapan 4


dan prosedur esofagoskopi,
bronkoskopi

Peserta PPDS THT mampu 4


melakukan dan membuat
laporan bronkoskopi atau
esofagoskopi dan pemeriksaan
FEES

Peserta PPDS melakukan 3


endoskopi/tindakan lain baik
berupa rinolaringoskopi fleksibel,
bronkoskopi ataupun
esofagoskopi rigid/fleksibel
sebagai bagian dari
penatalaksanaan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan
orofaring
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Tingkat Kewenangan Klinis

TINDAKAN TINGKAT
KEWENANGAN KLINIS
Melakukan anamnesis dan
4
pemeriksaan fisik
Pemeriksaan rhinolaringoskopi
4
serat optic lentur
Trakeo - Bronkoskopi Kaku
3
(Bonkoskopi diagnostik)
Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel 2
Ekstraksi Benda Asing Trakeo-
Bronkus dengan Bronkoskopi 3
kaku
Esofagoskopi kaku 4
Ekstraksi Benda Asing Esofagus
3
dengan Esofagoskopi kaku
Biopsi tumor trakea-bronkus
2
dengan Bronkoskopi kaku
Biopsi tumor esofagus dengan
3
Esofagoskopi kaku
Trans Nasal Esophagoscopy
2
(Flexible Esophagoscopy)
Dilatasi Esofagus dengan
Esofagoskopi Rigid
2
(Esophagoscopic Dilation Under
Direct Vision)
FEES (Flexible Endoscopic
4
Esophageal of the Swallowing)
F. Metode Dan Tahapan Pengajaran
Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi
a. Belajar mandiri
b. Kuliah interaktif
c. Kerja praktek

G. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai
berikut
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya
seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE

H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

I. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%
J. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K)
2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K)
3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT

K. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr. Susyana Tamin Pengarahan
Endoskopi- Dr.Elvie Zulka
bronkoesofagologi Dr Rahmanofa
Yunizaf

Senin 08.00-15.30  Traktus Idem - Diskusi topik


s/d trakeobronkial dan - Kerja praktek
Jum’at esofagus - CBD/case based
 Benda asing traktus discussion
Minggu I trakeobronkial dan - Ujian tulis: Essay
esofagus
 ujian pre tes
Senin 08.00-15.30  Esofagitis Idem - Diskusi topik
s/d  Stenosis esofagus - Kerja praktek
Jum’at  Pelatihan membaca - CBD/case based
Skor Temuan Refluks discussion
Minggu II
Senin 08.00-15.30  Kelainan Idem - Diskusi topik
s/d neuromuscular - Kerja praktek
Jum’at esofagus - CBD/case based
 Disfagia fase oral dan discussion
Minggu III fase faring
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem - Diskusi topik
s/d  - Kerja praktek
Jum’at - CBD/case based
discussion
Minggu IV
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem - Diskusi topik
s/d - Kerja praktek
Jum’at - CBD/case based
discussion
Minggu V
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem - Diskusi topik
s/d  Ujian Tulis - Kerja praktek
Jum’at - CBD/case based
discussion
Minggu VI - Presentasi Timjauan
Pustaka
- Ujian Tulis Essay

Daftar Pustaka
1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2 nd ed. 2002:577-
615
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102
(4): 238-40.
3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds.
Head and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck Surgery-
Otolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5
5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent
aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21.
6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic
examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4):
26-33.
7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R,
Kendall K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San
Diego, London: Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18.
8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the
larynx. In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder,
1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36.
9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management
of swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21.
10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults.
In: Marks L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1st ed. United Kingdom: Speechmark
Publishing Ltd; 2001.p. 2-6.
11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of
swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9.
12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455.

13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006


14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology.
15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369
MODUL ONKOLOGI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 2
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22802335 / A. Pendahuluan
MPK MD22802536 Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical
Jumlah SKS : landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan
tumor dibidang onkologi THT.
 Materi Keahlian Khusus
Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
 Materi Penerapan
mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang
Keprofesian (MPK) = 1 Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya.
SKS Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
4 Minggu etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Ketua Modul :
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
Ketua Divisi Onkologi THT-KL
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
2.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang
Onkologi THT dengan lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT
3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi,
histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT
4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT
5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang
Onkologi THT

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan
pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan
tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi:
- Karsinoma nasofaring
- Tumor sinonasal
- Angiofibroma
- Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
- Tumor kelenjar liur
- Tumor tiroid
- Tumor ganas kulit di kepala leher
- Unknown primary tumor
- Ca Laryng

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan


Klinis
Karsinoma Anatomi 3C
Nasofaring Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
klasifikasi WHO /WF
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Tumor Sinonasal Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Angiofibroma Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
- Diagnosis histopatologi - 3C
- Interpretasi
imunohistokimia
- CT/MRI scan
- Foto thoraks
- USG Abdomen
- Bone scan
- Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
Tumor rongga  Penegakan Diagnosis 3C
mulut, oropharynx,  Tatalaksana
hipofaring

 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Tumor kelenjar liur Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Tumor tiroid Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Anatomi 3C

Tumor ganas kulit di Patofisiologi 3C


kepala leher  Diagnosis histopatologi 3C
klasifikasi WHO /WF
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Unknown primary Anatomi 3C


tumor
Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
klasifikasi WHO /WF
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

Ca Laring Anatomi 3C

Patofisiologi 3C
 Diagnosis histopatologi 3C
klasifikasi WHO /WF
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis 3C
 Tatalaksana
 Informed consent 3C
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
 Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Keterampilan Tahap Pembekalan


Semester 3
Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, 3
pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang
Teknik rinofaringolaringoskopi 3
Interpretasi hasil pemeriksaan 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel 3

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga
etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin
dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Onkologi meliputi tahap orientasi, latihan, dan
umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit tumor
dibidang onkologi THT
a. belajar mandiri
b. diskusi topic
2. tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana penyakit-penyakit tumor
dibidang onkologi THT
a. kerja poliklinik
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi
imunologi.

G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

I. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K)
2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD
3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
J. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik

Senin 07.30-08.30 Cara kerja di Divisi Dr. Zanil Pengarahan


(Minggu I) Dr.Marlinda
Dr. Mayang
Senin 08.30-15.30  Karsinoma nasofaring idem d. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal e. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu I)  Tumor rongga mulut, f. CBD
oropharynx, hipofaring g. DOPS
 Tumor kelenjar liur h. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay (pre
 Tumor ganas kulit di kepala test)
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring idem i. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal j. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu II)  Tumor rongga mulut, k. CBD
oropharynx, hipofaring l. DOPS
 Tumor kelenjar liur
 Tumor tiroid
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem m. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal n. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu III)  Tumor rongga mulut, o. CBD
oropharynx, hipofaring p. DOPS
 Tumor kelenjar liur
 Tumor tiroid
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem q. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal r. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu IV)  Tumor rongga mulut, s. CBD
oropharynx, hipofaring t. DOPS
 Tumor kelenjar liur u. Literature
 Tumor tiroid review
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem v. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal w. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu V)  Tumor rongga mulut, x. CBD
oropharynx, hipofaring y. DOPS
 Tumor kelenjar liur z. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay (post
 Tumor ganas kulit di kepala test)
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring idem aa. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal bb. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu VI)  Tumor rongga mulut, cc. CBD
oropharynx, hipofaring dd. DOPS
 Tumor kelenjar liur ee. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Ca Laryng
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi

Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An
Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy
2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed,
Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
MODUL PLASTIK REKONSTRUKSI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONSTRUKSI 2

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802337 /
Modul Plastik Rekonstruksi II adalah materi pendidikan yang
MPK MD22802538 memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang plastik
Jumlah SKS : rekonstruksi THT-KL yang berkaitan dengan ilmu penyakit THT
 Materi Keahlian Khusus agar peserta program semester V tahap pembekalan mampu
(MKK) = 1 SKS memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang plastik rekonstruksi.
 Materi Penerapan
Tujuan Pembelajaran
Keprofesian (MPK) = 1 Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
SKS mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan
dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL. Komponen
Lama : kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul
ini:
4 Minggu
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Modul : dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi intelektual dan profesional. Area kompetensi:
THT-KL Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi
THT-KL dalam penanganan pasien
i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat
melakukan perawatan luka yang benar.
ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir.
iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajah dengan cara foto
dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi
2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial
termasuk hidung dan daun telinga.
3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan
merencanakan tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THT-
KL (Celah bibir dan palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas
maksilofasial, mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel
preaurikuler)

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan


Klinis
Plastik Rekonstruksi Proses 3C
THT-KL penyembuhan luka
Perawatan luka 3C
Tandur alih. 3C
Jabir 3C
analisis dan 3C
dokumentasi wajah
pre dan post
operasi plastik
rekonstruksi
Kelainan Hidung anatomi dan 3C
fisiologi hidung.
rekonstruksi pada 3C
kelainan hidung
luar dan dalam
(septoplasti,
rinoplasti dan
septorinoplasti),
patofisiologi 3C
kelainan fungsi dan
fisik akibat trauma
gejala dan tanda 3C
fraktur hidung
diagnosis dan 3C
diagnosis banding
trauma hidung
tindakan dan 3C
pengelolaan
trauma dan fraktur
hidung pada
keadaan akut dan
lanjut
tindakan operasi 3C
reposisi tertutup
indikasi, 3C
kontraindikasi, dan
komplikasi berbagai
tindakan
pengelolaan
trauma hidung
komplikasi trauma 3C
hidung
kelainan kongenital 3C
hidung
kelainan fisik dan 3C
patofisiologi hidung
tindakan dan 3C
pengelolaan untuk
kelainan kongenital
hidung
kelainan defek 3C
hidung
kelainan fisik dan 3C
patofisiologi hidung
tindakan dan 3C
pengelolaan untuk
kelainan defek
hidung
Maksilofasial anatomi, histologi 3C
dan fisiologi wajah
termasuk daun
telinga pada anak
dan dewasa
kelainan fisik dan 3C
patofisiologi wajah
tata laksana 3C
penanganan
kelainan wajah non
patologi dan
patologi
kelainan defek 3C
maksilofasial
kelainan fisik dan 3C
patofisiologi
maksilofasial
tindakan dan 3C
pengelolaan untuk
kelainan defek
maksilofasial
kelainan kongenital 3C
telinga
kelainan fisik dan 3C
patofisiologi telinga
Tata laksana untuk 3C
kelainan kongenital
telinga (mikrotia,
atresia liang telinga,
deformitas telinga,
dan fistel
preaurikuler)
anatomi, histologi 3C
dan fisiologi
maksilofacial pada
anak dan dewasa.
patogenesis serta 3C
patofisiologi
trauma
maksilofasial
komplikasi berbagai 3C
fraktur
maksilofasial,
fraktur sinus,
fraktur Lefort I, II
dan III, fraktur
zigoma, serta
mandibula.
indikasi, kontra 3C
indikasi, komplikasi
(maloklusi,
diplopia) dan
berbagai
pendekatan operasi
terhadap fraktur
maksilofasial
Tata laksana fraktur 3C
maksilofasial:
fraktur sinus
frontal, fraktur
maksila, fraktur
zigoma dan
mandibula
Labiopalatoskisis embriologi, 3C
anatomi dan
fisiologi rongga
mulut dan bibir
kelainan anatomi 3C
dan fisiologi rongga
mulut dan bibir
faktor resiko dan 3C
patofiologi
terjadinya berbagai
jenis labioskisis
Tata laksana 3C
komprehensif
labioskisis.
embriologi, 3C
anatomi dan
fisiologi palatum
dan jaringan sekitar
kelainan anatomi 3C
dan fisiologi
palatum dan
jaringan sekitar
faktor resiko dan 3C
patofisiologi
terjadinya berbagai
jenis palatoskisis
Tata laksana 3C
komprehensif
palatoskisis.

C.2 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan
balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik,
belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam
tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang
tercantum dalam matriks kegiatan.

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Ujian Formatif : dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan
untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi.
2. Ujian Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik
rekonstruksi THT-KL I.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada
awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.
Nilai batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

Waktu Pelaksanaan
1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi
2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase
3. Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima)

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

I. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K)
2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) MEpid
3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)
J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah
Hari / Waktu Materi Tutor Teknik
Tanggal
Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Plastik Dr. dr. Dini W.W SpTHT-KL (K) Pengarahan
Rekonstruksi DR.dr.Trimartani SpTHT-KL(K)
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-KL(K) Diskusi/
Jum’at  Latihan menggunakan alat Praktikum
Minggu I diagnostik
 Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu II bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu III bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu IV bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Praktikum
Minggu V  Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu VI bidang Plastik Ujian
Rekonstruksi THT Tulis Essay
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
 Ujian Tulis

Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins, 2007
MODUL THT KOMUNITAS DAN
MODUL KETERAMPILAN THT KOMUNITAS
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22802339 / A. Pendahuluan
Modul THT Komunitas adalah materi pendidikan yang memberikan
MPK MD22802540
dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar
Jumlah SKS : peserta PPDS THT-KL semester V tahap Magang mampu memecahkan
 Materi Keahlian Khusus masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
(MKK) = 1 SKS THT Komunitas berupa gangguan pendengaran pada bayi, anak dan
 Materi Penerapan kelompok khusus, gangguan bicara pada anak dan rehabilitasi-
Keprofesian (MPK) = 1 habilitasi pendengaran.
SKS Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang THT
Lama :
komunitas. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai
4 Minggu
setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Modul : etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Divisi THT Komunitas THT- dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
KL intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester V

C. Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree)


1. Mampu mendiagnosis kelainan pendengaran pada bayi dan anak
2. Mampu menjelaskan embriologi, patogenesis kelainan pednegaran pada bayi dan
anak.
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis gangguan bicara dan kelainannya.
4. Mampu mementukan jenis pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis kelainan
pendengaran yang ditemukan.
5. Mampu melakukan habilitas dan rehabilitasi pada kelaian bicara.
6. Mampu menentukan jenis alat bantu dengar yang dibutuhkan beserta alternatif
jenis alat bantu dengar yang lain.

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampu menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi dan patofisiologi
gangguan pendengaran pada bayi dan anak.
2. Menjelaskan faktor resiko gangguan pendengaran dan tata laksananya
3. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan pemeriksaan pendengaran yang di
lakukan dengan tepat.
4. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan diagnosis dan tatalaksana pada
gangguan wicara
5. Menjelaskan kelaian Wicara dan kelainan yang terjadi pada saat Hiponasal
dan Hipersanal terkait dengan Kelainan palatum dan kelaianan pada
velofaringeal
6. Mengatahui jenis kelaian wicara
7. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui jenis alat bantu dengar konvensional
dan sistem tanam
8. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui Habilitasi – Rehabilitasi yang tepat
pada gangguan wicara
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan
Klinis
Gangguan  Perkembangan 3C
pendengaran pada bicara dan auditorik pada
bayi dan anak bayi dan anak
 Faktor resiko
gangguan pendengaran
pada bayi dan anak
Gangguan Strategi, deteksi dan 3C
pendengaran pada diagnosis gangguan
anak sekolah pendengaran pada anak
sekolah
Penalaksanaan dan
edukasi gangguan
pendengaran pada anak
sekolah
Gangguan pendengaran
pada kelompok khusus
Gangguan
pendengaran pada
Pekerja di
lingkungan bising
Ototoksik
Presbikusis

 Indikasi Habilitasi / rehabilitasi 3C


pemasangan alat pendengaran
bantu dengar
 Dapat
menjelaskan
alternative alat
bantu dengar lain
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu :

Keterampilan Tahap magang Semester V


Menjelaskan anatomi dan fungsi pendengaran sejak 4
tahap embriologi sampai berkembang

Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan 4


pemeriksaan yang akan dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan elektrofisiologi

Menjelaskan hasil pemeriksaan dan membuat 4


laporan kelainan yang terjadi

Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan diagnosis 4


yang ditemukan serta habilitasi yang akan dilakukan.

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga
etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik.
Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas
serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur
dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Tingkat Kewenangan Klinis

TINDAKAN TINGKAT
KEWENANGAN
KLINIS
Melakukan anamnesis 4
dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan 4
pendengaran secara
subyektif (VRA, BOA,
Play audiometri)

Pemeriksaan DPOAE
skrining – Diagnostik

Pemeriksaan BERA
Skrining – Diagnostik

Pemeriksaan ASSR

Pemeriksaan Nasalance

Pemeriksaan
Audiometri Skrining

F. Metode Dan Tahapan Pengajaran


Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi
a. Belajar mandiri
b. Kuliah interaktif
c. Kerja praktek

G. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebagai berikut
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya
seluruh kompetensi yang diharapkan di modul THT Komunitas

H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

I. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

J. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. Dr. Ronny Suwento Sp THT-KL(K)
2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K)
3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K)
4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT

K. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi 1. Dr. Ronny Suwento Sp Pengarahan
THT Komunitas THT-KL(K)
2. DR. dr. Semiramis
Zizlavsky, Sp THT-KL(K)
3. dr. Tri Juda Airlangga
SpTHT (K)
4. dr. Fikry Hamdan Yasin
Sp THT
Senin 08.00-15.30  Deteksi dini Idem a. Diskusi topik
s/d Pendengaran pada b. Kerja praktek
Jum’at bayi dan anak c. CBD/case
 Deteksi Pemeriksaan based
Minggu I pendengaran pada discussion
pekerja, anak sekolah d. Ujian tulis:
dan kelompok khusus Essay
lain
 ujian pre tes
Senin 08.00-15.30  Pemeriksaan Idem a. Diskusi topik
s/d pendengaran b. Kerja praktek
Jum’at subyektif c. CBD/case
 Pemeriksaan OAE based
Minggu II discussion

Senin 08.00-15.30  Pemeriksaan BERA Idem a. Diskusi topik


s/d  Pemeriksaan ASSR b. Kerja praktek
Jum’at  Habilitasi rehabilitasi c. CBD/case
wicara based
Minggu III  Pemeilihan alat Bantu discussion
dengar
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem a. Diskusi topik
s/d  b. Kerja praktek
Jum’at c. CBD/case
based
Minggu IV discussion
d.
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem a. Diskusi topik
s/d b. Kerja praktek
Jum’at c. CBD/case
Minggu V based
discussion
d.
Senin 08.00-15.30  Review modul Idem a. Diskusi topik
s/d  Ujian Tulis b. Kerja praktek
Jum’at c. CBD/case
based
Minggu VI discussion
d. Presentasi
Timjauan
Pustaka
e. Ujian Tulis
Essay

DAFTAR PUSTAKA
1. Health technology Assesment : Skrining Pendengaran pada bayi baru lahir. Depkes RI 2006
2. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan dengar pada bayi dan anak dalam
Soepardi E. Iskandar N, Buku jar Ilmu Kesehatan THT kepala & leher. Edisi 6 FKUI 2007
3. Katz handbook of Clinical audiology, 5 th edition. Lippincot William & Wilkin, 2002
4. Northerm Jl. Downs MP. Hearing Inchildren 5th edition. Lippincot William & Wilkin 2002
5. Mc. Cormick B. Practical Aspec of Audiology Paediatric Audiology 0 – 5 Years 2nd Edition
Whurr Publisher. London
6. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines
for early Hearing Detection and Intervention Program AMeican Journal of Audiology. June
2000 Vol 9: 9 – 29
7. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines
for early Hearing Detection and Intervention Program American Journal of Paediatic 2007
Vol 120 number120 : 898-921 .
8. Dilon H. Hearing Aids. Thieme, Boomerang Press Sydney. 2001
9. RooserRJ. Clark Jl. Screening For Auditory disorder. In Rohr MV editor. Auditory disorder
in School children 4th edition Thieme New York: 2004 p 94-123
10. Direktorat kesehatan khusus direktorat kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan
Penyakit akibat hubungan kerja. Simposium THT penyakit akibat hubungan kerja dan
cacat akibat kecelakaan kerja. Jakarta 2001
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 4

Mata Kuliah :
MPK MD22802541 A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan
Jumlah SKS : yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Modul Pelatihan Kegawatan THT
bidang kegawatdaruratan THT-KL.
4 (2 SKS)
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
6 Bulan (Selama Periode
Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
Semester V) diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati
Ketua Modul : modul ini:
Koordinator kegawatdaruratan 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
THT-KL etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi:
Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester V

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang
Kegawatdaruratan THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif

3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :


a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif

Kewenang
Lingkup Bahasan pokok bahasan
an klinis

3c

Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi

Benda Asing di THT:

 Benda asing di Esofagus


 Benda asing di Laring
3c
 Benda asing di Trakea
 Benda asing di Bronkus
Diagnosis dan Diagnosis Banding
 Benda asing di Sinus
Piriformis
 Benda asing di Dasar
Lidah 3c
 Benda asing di Faring/ Rencana tatalaksana tindakan dan
Tonsil medikamentosa pada kasus benda
 Benda asing di Hidung asing di THT
 Benda asing di Liang
Telinga
3c

Manajemen pasien
Benda Asing di THT

3c
3c
indikasi, kontraindikasi, komplikasi,
persiapan, langkah-langkah
pengambilan benda asing di THT

3c

Nyeri Telinga Akut


Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga
 Otitis Media Supuratif 3c
Akut
Akut (OMA)
 Otitis Eksterna
Sirkumskrip (Furunkel)
 Otitis Eksterna Difus
 Otitis Eksterna Maligna Diagnosis
3c

3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi
Komplikasi Intrakranial Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
Media Supuratif Kronis:
 Meningitis Otogenik 3c
 Trombosis Sinus
Lateralis Diagnosis
 Abses Ekstradural
 Abses Subdural 3c
 Abses Otak Otogenik
 Hidrosefalus Otikus Rencana Tatalaksana komprehensif

Trauma Telinga dan Tulang 3c


Temporal;
 Trauma Daun Telinga Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
 Keluar Cairan/ Darah
dari Liang Telinga
 Gangguan 3c
Pendengaran Diagnosis
 Gangguan 3c
Keseimbangan
 Paresis Fasial Rencana Tata Laksana
 Fraktur Tulang
Temporal
3c

Anatomi dan patofisiologi Tuli


Tuli Mendadak Mendadak
 Iskemia Koklea
 Infeksi Virus 3c
 Pasca Trauma Kepala
 Trauma Bising Keras Diagnosis dan komplikasi
 Perubahan Tekanan
Atmosfir
 Obat Ototoksik 3c
 Penyakit Meniere
 Neuroma Akustik
Rencana tatalaksana

3c

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi

Epistaksis
 Perdarahan Anterior 3c
 Perdarahan Posterior
Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Trauma Muka
 Fraktur Tulang Hidung Anatomi, histologi, patofisiologi
 Fraktur Maksila
 Fraktur Zigoma 3c
 Fraktur Mandibula
Diagnosis
 Fraktur Orbita
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Jaringan Lunak 3c


Muka
Diagnosis
 Avulsi Total
 Avulsi Sebagian
 H. Laserasi 3c

Komplikasi

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi


Trauma Hidung
 Trauma Tertutup
 Trauma Terbuka
Diagnosis 3c
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

Abses Leher 3c
 Abses Peritonsil
Anatomi, histologi, patofisiologi
 Abses Retrofaring
 Abses Parafaring
 Abses Submandibula 3c
Diagnosis

3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Sumbatan Laring Anatomi, histologi, patofisiologi
 Radang
 Tumor 3c
 Kelainan Kongenital Diagnosis
 Paresis Postikus
Bilateral 3c
 Trauma
 Benda Asing Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea
 Trauma Tumpul 3c
 Trauma Tajam Diagnosis
 Trauma Endogen
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Disfagia 3c
 Kelainan Faring Diagnosis dan diagnosis banding
 Kelainan Esofagus

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Esofagitis Korosif Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis

3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap magang
Semester 5
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: bronkoskopi 2,3
Benda asing di bronkus : bronkoskopi 2,3
Benda asing di esofagus: esofagoskopi 3,4
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 3
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 3
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 3
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 3
Pemasangan tampon telinga 3
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3
Trauma telinga dan tulang temporal 3
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 3
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 3
Pemasangan tampon posterior 3

Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 2
Aspirasi dan insisi hematoma septum 2
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 2
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 2

Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 2
Pemasangan NGT 2
Disfagia
Pemasangan NGT 4,5
Esofagitis korosif
esofagoskopi 2
Pemasangan NGT 2

II.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam
tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.
G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
4. Unit Gawat Darurat RSCM
5. Ruang rawat RSCM

I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
SEMESTER VI

 Modul Neurotologi 3
 Modul Keterampilan Neurotologi 3
 Modul Otologi 3
 Modul Keterampilan Otologi 3
 Modul Laring Faring 3
 Modul Keterampilan Laring Faring 3
 Modul Rinologi 3
 Modul Keterampilan Rinologi 3
 Modul Keahlian Komprehensif 4
 Modul Pelatihan Kegawatan THT 5

117
118
MODUL NEUROTOLOGI 3
DAN
Mata Kuliah : MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 3
MKK-3 MD22802342 / A. Pendahuluan
MPK MD22802543
Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang
Jumlah SKS :
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
 Materi Keahlian Khusus
(MKK) = 1 SKS penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
 Materi Penerapan bidang Neurotologi THT-KL.
Keprofesian (MPK) = 1
Tujuan Pembelajaran
SKS Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
Lama : bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang
4 Minggu diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
Ketua Modul : melewati modul ini:
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL 7. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
8. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
9. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
10. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
11. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
12. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
118
119

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS

C. Sasaran Pembelajaran
2. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis.
4. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi , keseimbangan dan fungsi saraf fasialis perifer yang bersifat
advanced
5. Peserta PPDS THT-KL mampu mengelola dan menganalisis secara terintegrasi
masalah gangguan pendengaran, keseimbangan perifer, dan saraf fasialis perifer.
6. Peserta PPDS THT-KL mampu memeriksa dan menginterpretasi seluruh hasil
pemeriksaan pendengaran, keseimbangan perifer dan saraf fasialis perifer serta
menganalisanya sehingga dapat mengelola pasien secara komprehensif.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta PPDS THT-KL mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital

119
120

- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)

3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent

4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
pendengaran yang advanced seperti tes psikoakustik untuk tinnitus, dilemma
masking, tes FIT (Fusion at Inferred Threshold), BERA, ASSR.
6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan yang advanced seperti ENG, posturografi.
7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi
saraf fasialis seperti tes elektrofisiologis saraf fasialis

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap


Kewenangan Klinis
Gangguan Embriologi, anatomi 3C
Pendengaran, fisiologi dan
keseimbangan dan patofisiologi
Saraf Fasialis pendengaran,

120
121

keseimbangan dan
saraf Fasialis
interpretasi hasil 3C
pemeriksaan advanced
Pemeriksaan audiologi, 3C
fungsi keseimbangan
dan fungsi saraf fasialis
advanced
managemen pasien 3C
Melakukan tahap 3C
persiapan pemeriksaan
ADVANCE dan
menginterpretasikan
hasil serta
mendiagnosis
gangguan pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis
Anatomi, 3C
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
indikasi, dan persiapan, 3C
langkah-langkah
pemeriksaan advanced
Gangguan anatomi, fisiologi, 3C
pendengaran, patofisiologi gangguan
keseimbangan dan pendengaran,
saraf fasialis keseimbangan dan
saraf fasialis
Diagnosis,tatalaksana, 3C
dan analisis
komprehensif
indikasi, dan langkah- 3C
langkah,
persiapan.pemeriksaan
advanced

121
122

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan Peserta PPDS THT-KL mampu:

TINGKAT KEMAMPUAN KETRAMPILAN TAHAP MAGANG


(SEMESTER VI)

Tindakan Tingkat Kewenangan


Klinis
1. Tes berbisik 4
2. Tes Garputala 4
3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & 4
masking
-Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk 4
mengatasi dilema masking
- Tes FIT ( Fusion at Inferred Threshold)
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 4
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL 4
(Loudness Discomfot Level)
4
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of
lesion) : ABLB, SISI, Tone decay
7. Audiologi pediatric 4
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA) 4
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) 4
- Tes play audiometri 4
- Tes fungsi persepsi 4
8. Pemeriksaan Timpanometri 4
9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 4
10. Tes keseimbangan sederhana 4
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan Dynamic 4
Visual Acuity Test
12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, roll 4
test)
13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 4
14.Pemeriksaan Posturografi 4
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss atau 4
House-Brackmann)
16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 4

122
123

17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis 4


(NET)
18.Pemeriksaan BERA 4
19.Pemeriksaan ASSR 4
20.Pemeriksaan OAE 4
21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi 4
vestibuler (VRT)
22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran 2
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)


Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)

1. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak

123
124

- Tumor
- Ototoksik
- BPPV

2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran

Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran,
keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis).
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan
untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta PPDS THT-KL.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.

124
125

Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

I. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
K. Matriks Kegiatan modul Neurotologi III

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


Senin s/d 08.00- Peraturan Prof.Dr.dr. Pengarahan
Jum’at 15.30 pelayanan pasien Jenny E B, Sp Diskusi topic
(Minggu I) di Div Neurotologi THT Kerja praktek

125
126

Diagnosis dan Dr. Widayat CBD/case based


tatalaksana secara Alviandi, Sp discussion
komprehensif THT
Gangguan Dr. Brastho
pendengaran Bramantyo,
Diagnosis dan Sp THT
tatalaksana secara
komprehensif
Gangguan
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komprehensif
Gangguan saraf
fasialis
pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi secara
komperhensif tes
pendengaran,
keseimbangan,
saraf fasialis baik
yang dasar, khusus
dan advanced
Evaluasi Ujian tulis: Essay
kemampuan
program studi
Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi topic
Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp Kerja praktek
(Minggu II) komperhensif THT CBD/case based
Gangguan Dr. Widayat discussion
pendengaran Alviandi, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana secara Dr. Brastho
komperhensif Bramantyo,
Gangguan Sp THT
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif

126
127

Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp
(Minggu III) komperhensif THT
Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana secara Dr. Brastho
komperhensif Bramantyo,
Gangguan Sp THT
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced

127
128

Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp
(Minggu IV) komperhensif THT
Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp
THT
Dr. Brastho
Diagnosis dan Bramantyo,
tatalaksana secara Sp THT
komperhensif
Gangguan
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Evaluasi Ujian Tulis Essay
kemampuan
pelayanan pasien
di Div Neurotologi

128
129

Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum


Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp
(Minggu V) komperhensif THT
Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana secara Dr. Brastho
komperhensif Bramantyo,
Gangguan Sp THT
keseimbangan

Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis

Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Pelatihan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 pemeriksaan dan Jenny E B, Sp
(Minggu VI) interpretasi tes THT
audiologi Dr. Widayat
advanced Alviandi, Sp
Pelatihan THT
pemeriksaan dan Dr. Brastho
interpretasi tes Bramantyo,
keseimbangan Sp THT
advanced

129
130

Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Evaluasi Ujian Tulis Essay
kemampuan
pelayanan pasien
di Div Neurotologi

Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve

130
131

MODUL OTOLOGI 3 DAN


MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 3
Mata Kuliah :
MKK-3 MD22802344 / A. Pendahuluan
MPK MD22802545 Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang
Jumlah SKS : memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
 Materi Keahlian Khusus pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang
(MKK) = 1 SKS dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung
 Materi Penerapan tenggorok bedah kepala leher (THT-KL).
Keprofesian (MPK) = 1 Tujuan Pembelajaran
SKS Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Otologi
THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi
Lama :
yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
4 Minggu
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
Ketua Modul : mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual
Ketua Divisi Otologi THT-KL dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik
dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga,
dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety
dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

131
132

B. Karakteristik Peserta
Peserta PPDS THT-KL Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester
VI yang sudah melalui modul Otologi 2 dan Modul Keterampilan Otologi 2 semester IV.

C. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai
kompetensinya.
2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya.
3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan
dalam) sesuai kompetensinya.
4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai
kompetensinya.
5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai
kompetensinya.
6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai
kompetensinya.
7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga
sesuai kompetensinya.

132
133

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL
mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya
pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya :
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.

Lingkup Bahasan Topik Bahasan Tahap Kewenangan


Klinis
Kelainan · Atresia dan stenosis 3C
kongenital telinga liang telinga.
herediter & non-
herediter. · Celah brakial 1.
Trauma mekanik, · Laserasi & avulsi 3C
kimia, & akustik. kulit liang telinga.

· Perforasi membran
timpani.

133
134

· Dislokasi osikel.
· Fraktur tulang
temporal.
Benda asing · Benda asing organik 3C
telinga luar, & anorganik telinga
tengah & dalam luar, tengah & dalam.

Otitis eksterna · Otitis eksterna 3C


sirkumskripta.
· Otitis eksterna
difusa.
· Otitis eksterna
maligna.
Otitis media · Otitis media 3C
supuratif: otitis media
akut (rekuren) & otitis
media supuratif
kronik.
· Otitis media non-
supuratif: otitis media
efusi, glue ear.
Labirintitis · Labirintitis 3C
purulenta.
· Labirintitis serosa.
Tumor jinak dan · Seruminoma. 3C
ganas:
O. liang telinga. · Adenokarsinoma
liang telinga.
P. Telinga · Osteoma.
tengah.
Q. CPA. · Exostosis.
· Osteosarkoma.
· Adenokarsinoma
telinga tengah.
· Neuroma akustik.

134
135

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu :

Jenis keterampilan Tingkat kewenangan


POLIKLINIK klinis
Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah 5
mikro, dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga.
Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan 5
penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis,
keseimbangan, radiologi).
KAMAR OPERASI
Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, 5
pasien, dokumen pendukung).
Mampu mengenali dan menyebutkan struktur 5
anatomi telinga dan tulang temporal.
Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada 5
operasi telinga.
Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan 5
lunak pada operasi telinga tengah (INSISI KULIT
RETROAURIKULA, MEMBUANG TEPI PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT LIANG TELINGA,
INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA,
PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang 5
temporal: MASTOIDEKTOMI SEDERHANA.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang 5
temporal: ATIKOTOMI POSTERIOR.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang 5
temporal: TIMPANOTOMI POSTERIOR.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang 5
temporal: AMPUTASI TIP MASTOID.
Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang 5
temporal: MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR
LIANG TELINGA

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta

135
136

pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit
yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi.
a. Belajar mandiri.
b. Diskusi topik.
2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara:
a. Kerja poliklinik.
b. Kerja ruang rawat inap.
c. Kerja instalasi gawat darurat.
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
metode:
c. Tinjauan pustaka/journal reading.
d. CBD/case based discussion.

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.

G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.

136
137

2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K).
2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K).
3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
Lahan Praktek
1. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL
RS. Cipto Mangunkusumo.
2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto
Mangunkusumo.

J. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik

137
138

SENIN 08.00- Cara kerja di Dr. Alfian Pengarahan


10.00 Divisi Farid Hafil,
SpTHT-KL (K).
Otologi DR. Dr. Ratna
D. Restuti,
SpTHT-KL (K).
Dr. Harim
Priyono,
SpTHT-KL (K).
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jumat 15.30 Poli Divisi
(Minggu I)
· Latihan
menggunakan
alat diagnostik
· Memahami
penyakit di
bidang Otologi
· Bekerja di
kamar operasi
IGD/IBP
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jumat 15.30 poli Divisi
(Minggu
II) · Memahami
penyakit di
bidang Otologi
· Bekerja di
kamar operasi
IGD/IBP
· Follow up
pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jumat 15.30 poli Divisi
(Minggu
III) · Memahami
penyakit di
bidang Otologi
· Bekerja di
kamar operasi
IGD/IBP

138
139

· Follow up
pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jumat 15.30 Poli Divisi
(Minggu
IV) · Memahami
penyakit
dibidang
Otologi
· Bekerja di
lamar operasi
IGD/IBP
· Follow up
pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 Poli Sub Dept
(Minggu · Memahami
V) penyakit
dibidang
Otologi
· Bekerja di
kamar operasi
IGD/IBP
· Follow up
pasien di
bangsal

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th
ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea-
Febiger, 1985.
4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.

139
140

MODUL LARING FARING 3 DAN


MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 3
Mata Kuliah : A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802346 / Modul Laring Faring adalah materi pendidikan
MPK MD22802547 yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
Jumlah SKS : menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara
 Materi Keahlian Khusus ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL.
(MKK) = 1 SKS Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan Setelah melewati modul ini, peserta program
Keprofesian (MPK) = 1 diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan
berkaitan dengan bidang Laring Faring THT-KL. Komponen
SKS
kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati
modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
4 Minggu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
Ketua Modul : profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif
dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi
efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan
menjaga prinsip-prinsip patient safety dan
pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit
THT-KL. Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi
biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan
Dan Keterampilan Klinik.

140
141

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan
Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma
laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital
laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan
suara, sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis

Trauma laring anatomi, fisiologi laring 3C


interpretasi CT-scan 3C
Handling RFL 3C

141
142

managemen pasien 3C
trauma laring
basic surgical landmark, 3C
indikasi, kontraindikasi,
komplikasi, persiapan
operasi, alat-alat yang
akan dipakai
patofisiologi, dan 3C
tatalaksana trauma larig
indikasi, kontraindikasi, 3C
komplikasi, persiapan, 3C
langkah-langkah tindakan
rekonstruksi laring
Abses leher dalam anatomi, patofisiologi 3C
abses leher dalam 3C
tatalaksana komprehensif 3C
indikasi, kontraindikasi, 3C
komplikasi, langkah-
langkah, persiapan.
Obructive sleep apnea anatomi, fisiologi, 3C
syndrome (OSAS) patofisiologi sumbatan
pemeriksaan RFL, muller 3C
maneuver,ESS, dan
mengintrepetasikan
polisomnografi
tatalaksana komprehensif 3C
(OSA surgery, edukasi,
Tumor ganas laring anatomi, fisiologi, 3C
patofisiologi laring
indikasi, kontraindikasi 3C
dan komplikasi
laringektomi dan diseksi
leher
Persiapan dan melakukan 3C
trakeostomi
Stenosis laring patofisiologi stenosis 3C
laring
diagnosis dan komplikasi 3C
Persipan pre operasi 3C

142
143

alat-alat yang
dipersiapkan
Disfonia Fisiologi, etiologi dan 3C
patofisiologi
diagnosis dan diagnosis 3C
banding
tatalaksana komprehensif 3C
Kelainan kongenital Tumbuh kembang 3C
(Laryngomalasia, diagnosis 3C
laryngeal web, laryngeal tatalaksana komprehensif 3C
cleft, hygroma colli,
hemangioma,parese)
Infeksi faring laring anatomi, histologi, 3C
(tonsilitis faringitis, patofisiologi
laringitis) diagnosis 3C
komplikasi 3C
tatalaksana komprehensif 3C
Lesi jinak laring patofisiologi 3C
(hemangioma, Papiloma diagnosis 3C
laring,granuloma,nodul, tatalaksana komprehensif 3C
polyp,

D.2 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

D. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi
tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring,
Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
a. belajar mandiri
b. diskusi topic

143
144

2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek


klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial

3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan


a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan,
bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS
dalam masa rotasi.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang
diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.

F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%

144
145

Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH)
2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH)
3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI)
4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ)
Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
3. Instalasi Bedah Pusat RSCM

J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah :

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00- Cara kerja di Prof. Dr. HBH Pengarahan
10.00 Divisi
Laring Faring Dr.SMH
Dr.ARI
Dr.FFZ
Senin s/d 08.00-  Infeksi Prof. Dr. HBH Diskusi topik
Jum’at 15.30 laring faring
(Minggu I)
 Dysphonia Dr.SMH Kerja praktek

 Sumbatan Dr.ARI CBD/case based


Jalan Napas discussion
Atas
(Sumbatan
laring)

 Abses Dr.FFZ Ujian tulis: Essay


leher dalam

145
146

 Kelainan
kongenital
laring

 Trauma
laring
 Lesi jinak
laring
 Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop

Senin s/d 08.00-  Infeksi Prof. Dr. HBH


Jum’at 15.30 laring faring
(Minggu II)
 Dysphonia Dr.SMH
 Sumbatan Dr.ARI
Jalan Napas
Atas
(Sumbatan
laring)

 Abses Dr.FFZ
leher dalam
 Kelainan
kongenital
laring

 Trauma
laring
 Lesi jinak
laring
 Pelatihan
membaca CT-
scan/ PSG

Senin s/d 08.00-  Infeksi Prof. Dr. HBH Diskusi/Praktikum


Jum’at 15.30 laring faring
(Minggu III)
 Dysphonia Dr.SMH
 Sumbatan Dr.ARI
Jalan Napas
Atas
(Sumbatan
laring)

146
147

 Abses Dr.FFZ
leher dalam
 Kelainan
kongenital
laring

 Trauma
laring
 Pelatihan
ekstraksi
benda asing

Senin s/d 08.00-  Infeksi Prof. Dr. HBH


Jum’at 15.30 laring faring
(Minggu IV)
 Dysphonia Dr.SMH Ujian Tulis Essay

 Sumbatan Dr.ARI
Jalan Napas
Atas
(Sumbatan
laring)

 Abses Dr.FFZ
leher dalam
 Kelainan
kongenital
laring

 Trauma
laring
 Lesi jinak
laring

Daftar Pustaka:
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx.
In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214.
5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands
SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –

147
148

otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-
605.
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea &
Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34
7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology.
Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology.
Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42
10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th
Ed, Chapter 31, pp. 724-92

148
149

MODUL RINOLOGI 3 DAN


A. MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 3
Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang
MKK-3 MD22802348 / memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
MPK MD22802549 penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya
Jumlah SKS : dalam bidang Rinologi THT-KL.
 Materi Keahlian Khusus Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan
 Materi Penerapan
dalam bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi
Keprofesian (MPK) = 1
yang diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-
SKS
KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai
setelah melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
4 Minggu etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
Ketua Modul : kemampuan intelektual dan profesional. Area
Ketua Divisi Rinologi THT-KL kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

149
150

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester VI yang sudah melalui divisi lainnya di departemen THT-KL.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif
baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan dan melakukanbasic surgical landmark
dan tahapan-tahapan operasi

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-
penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal
serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara
komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan
komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-
tahapan operasi

150
151

Lingkup Bahasan Pokok bahasan Tahap


Kewenangan Klinis
Inflamasi dan infeksi Rinosinusitis akut 3C
hidung dan sinus
paranasal Rinosinusitis kronik 3C

Polip nasal 3C
Snusitis dentogen 3C

Infeksi jaringan 3C
lunak (vestibulitis,
selulitis)
Penyakit autoimun 3C
(bersama divisi
alergi imunologi)

Sinusitis Jamur 3C

Abses Septum 3C
Kelainan anatomi kelainan septum 3C

atresia koana 3C
Gangguan penghidu anosmia trauma 3C
anosmia pasca 3C
infeksi
Epistaksis epistaksis anterior 3C

epistaksis posterior 3C

Benda Asing, 3C
3C
3C
Lesi jinak hidungdan angiofibroma 3C
sinus paranasal papiloma inverted 3C
(angiofibroma,
Papiloma inverted, 3C
bekerjasama dengan
divisi onkologi THT)

151
152

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Tindakan/ keterampilan Magang Smt IV

Penegakan diagnosis dengan anamnesis, 5


pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan
posterior

Evaluasi menggunakan nasal endoskop 0 5


derajat
Pembacaan CT-Scan 5
evaluasi menggunakan nasal endoskop 3,4
30,45, 70, 110 derajat
pemeriksaan fungsi penghidu 4
tatalaksana medikamentosa 4
tatalaksana pembedahan : BSEF I (Maksila) 3,4

tatalaksana pembedahan BSEF II (Maksila 2


dan Etmoid)
tatalaksana pembedahan BSEF III DCR 2

tatalaksana pembedahan BSEF III (Maksila, 2


etmoid dan frontal atau sfenoid)

tatalaksana BSEF IV (Jabir Osteoperiosteal) 2

tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) 2

tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) 2

tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor 2


dengan endoskop)
tatalaksana pembedahan : Septoplasti 3

tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka 3


Inferior
melakukan perawatan luka pasca operasi 3
BSEF
tindakan polipektomi sederhana di 3
poliklinik

152
153

tindakan sinuskopi diagnostik 4


tindakan sinuskopi tindakan 3
ekstraksi benda asing 4
pemasangan tampon anterior 5
pemasangan tampon posterior 4
ligasi arteri sfenopalatina 2
ekstraksi benda asing 4

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

D.4 Bahasan
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
2. Kelainan anatomi
3. Gangguan penghidu
4. Epistaksis
5. Benda asing
6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi
tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis,
Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

153
154

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

154
155

I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM

K. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah :

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00- Cara kerja di Dr.Umar SD Pengarahan
10.00 Divisi
Rinologi Dr.Endang MK
DR.Dr.Retno SW
Dr.Febriani
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Diskusi topik
Jum’at 15.30 inflamasi hidung Kerja praktek
(Minggu I) dan sinus CBD/case based
paranasal discussion
kelainan anatomi
epistaksis

gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
Pre assesment
modul magang
semester IV
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem idem
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu II) dan sinus
paranasal

155
156

kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
pelatihan
septoplasti
kadaver
pelatihan BSEF
kadaver
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu III) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
pelatihan
septoplasti atau
BSEF I di IBP
pasien
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu IV) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal

156
157

pelatihan
septoplasti atau
BSEF I di IBP
pasien
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Ujian DOPS
Jum’at 15.30 inflamasi hidung keterampilan IBP
(Minggu V) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi

epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Ujian Minicex,
Jum’at 15.30 inflamasi hidung CBD
(Minggu VI) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis

gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal

Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB
Saunders Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga
Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia.
Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –
Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.

157
158

5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill,
8th Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger
technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional
Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.

158
159

MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 4

Mata Kuliah :
MPA MD22802450 A. Pendahuluan
Modul Keahlian Kompehensif THT 4 adalah materi
Jumlah SKS : pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif
melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 2 (2 SKS)
melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Lama : Tujuan Pembelajaran
6 Bulan (Selama Periode Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
Semester II) mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
Ketua Modul : tercapai setelah melewati modul ini:
Koordinator Penelitian THT-KL 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

159
160

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan
sebagai landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.

C.2 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan
bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal.
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan
pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.

160
161

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Form penilaian -Makalah dan Media 50% pembimbing
Karya Ilmiah presentasi 30 % penguji
-Presentasi dan 20% pembimbing
diskusi

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)

I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2

Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik


Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 3 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji
Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 4 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji

Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.

161
162

6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,

162
163
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 5
Mata Kuliah :
MPK MD22802551 A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan
Jumlah SKS : yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Modul Pelatihan Kegawatan THT
bidang kegawatdaruratan THT-KL.
5 (3 SKS)
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
6 Bulan (Selama Periode
Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
Semester VI) diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati
Ketua Modul : modul ini:
Koordinator Kegawatdaruratan
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
THT-KL etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi:
Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik

163
164

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif

164
165

3.Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :


a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif
kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif

Kewenangan
Lingkup Bahasan pokok bahasan
klinis

3c

Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi


Benda Asing di THT:

 Benda asing di Esofagus


 Benda asing di Laring
 Benda asing di Trakea
 Benda asing di Bronkus 3c
 Benda asing di Sinus
Piriformis
 Benda asing di Dasar Lidah Diagnosis dan Diagnosis Banding
 Benda asing di Faring/ Tonsil
 Benda asing di Hidung
 Benda asing di Liang Telinga
3c

Rencana tatalaksana tindakan dan


medikamentosa pada kasus benda asing di THT

165
166

3c

Manajemen pasien
Benda Asing di THT

3c
3c

indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan,


langkah-langkah pengambilan benda asing di
THT

3c

Nyeri Telinga Akut


Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut 3c
 Otitis Media Supuratif Akut
(OMA)
 Otitis Eksterna Sirkumskrip
(Furunkel)
 Otitis Eksterna Difus
 Otitis Eksterna Maligna
3c
Diagnosis

3c
Tatalaksana Komprehensif

3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif
Komplikasi Intrakranial Otitis Kronis
Media Akut/ Otitis Media
Supuratif Kronis: 3c
 Meningitis Otogenik
 Trombosis Sinus Lateralis Diagnosis
 Abses Ekstradural
 Abses Subdural
 Abses Otak Otogenik 3c
 Hidrosefalus Otikus
Rencana Tatalaksana komprehensif

166
167

3c

Trauma Telinga dan Tulang Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga


Temporal;
 Trauma Daun Telinga
 Keluar Cairan/ Darah dari
Liang Telinga 3c
Diagnosis
 Gangguan Pendengaran
 Gangguan Keseimbangan 3c
 Paresis Fasial
 Fraktur Tulang Temporal
Rencana Tata Laksana

3c

Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak

Tuli Mendadak
 Iskemia Koklea 3c
 Infeksi Virus
 Pasca Trauma Kepala
 Trauma Bising Keras Diagnosis dan komplikasi
 Perubahan Tekanan Atmosfir
 Obat Ototoksik
 Penyakit Meniere
3c
 Neuroma Akustik

Rencana tatalaksana

3c

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi

Epistaksis
 Perdarahan Anterior 3c
 Perdarahan Posterior
Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

167
168

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Muka 3c
 Fraktur Tulang Hidung
 Fraktur Maksila Diagnosis
 Fraktur Zigoma
 Fraktur Mandibula
 Fraktur Orbita 3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

3c
Trauma Jaringan Lunak Muka
 Avulsi Total Diagnosis
 Avulsi Sebagian
 H. Laserasi
3c

Komplikasi

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi


Trauma Hidung
 Trauma Tertutup
 Trauma Terbuka

Diagnosis 3c

168
169

3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Abses Leher 3c
 Abses Peritonsil
 Abses Retrofaring Diagnosis
 Abses Parafaring
 Abses Submandibula 3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Sumbatan Laring
 Radang 3c
 Tumor
Diagnosis
 Kelainan Kongenital
 Paresis Postikus Bilateral
 Trauma 3c
 Benda Asing
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea
 Trauma Tumpul 3c
 Trauma Tajam Diagnosis
 Trauma Endogen
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi


Disfagia
 Kelainan Faring
 Kelainan Esofagus 3c
Diagnosis dan diagnosis banding

169
170

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi

3c
Diagnosis
Esofagitis Korosif
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester VI
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: bronkoskopi 2,3
Benda asing di bronkus : bronkoskopi 2,3
Benda asing di esofagus: esofagoskopi 3,4
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3,4
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3,4
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 4
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 4
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 4
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 4
Pemasangan tampon telinga 4
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3,4
Trauma telinga dan tulang temporal 3,4
Tuli mendadak

170
171

Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 3,4


Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 4
Pemasangan tampon posterior 4

Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 2,3
Aspirasi dan insisi hematoma septum 2
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 3,4
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 2,3
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 2,3
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 2,3
Terapi medikamentosa 2,3
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 2,3
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2,3
Trakeostomi primer 2,3

Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 2,3
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2,3
Trakeostomi primer 2,3
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 4,5
Esofagitis korosif
esofagoskopi 2
Pemasangan NGT 2

II.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim
dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.

171
172

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
2. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00

172
173

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008

173

Anda mungkin juga menyukai