Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM DAN STRATEGI

PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA WAHAM

“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Stase Jiwa”

PROPOSAL SKRIP

Disusun Oleh:

1. Kharisma Ladynda (113-118-010)


2. Irma Susrini (113-118-033)
3. Rulieti (113-118-010)
4. Anah Nuraliyah (113-118-010)
5. Wisnu Aji (113-118-010)
6. Sutrisno (113-118-010)
7. Khasbulloh (113-118-010)
8. Safitri Dewi (113-118-034)

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA:
Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak
sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh”
(misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji mata manusia”)
atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh
masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan
tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya (Purba, 2008). Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok
orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu
memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya
adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat
divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut
tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya,
serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai
dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan
dan kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti
dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien
skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan
orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia
menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang
tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga
diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau
perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau
logika (Kusumawati, 2010).
B. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham
yang dijelaskan oleh Towsend 1998 adalah :
1. Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap waham:
a. Faktor -faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang
memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang
tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan
bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya
merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu
kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-
orang yang menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998: 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas
dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan
anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana
dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang
penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak
mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan
suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua,
anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan
mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang
ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian
C. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik
otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan
bahwa derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi
perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan
melibatkan komponen degeneratif dari neuron.
Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan
adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan
penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan
pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005 dalam Purba dkk,
2008).
2. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres
yang berinteraksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan prilaku.
3. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon
neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan
lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti: gizi buruk,
kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan
yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal,
kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan
sebagainya
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut
Keliat (2009):
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan
lho!” atau, “saya punya tambang emas”.
2. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya
harus menggunakan pakaian putih setip hari”.
4. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit
kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengataka
bahwa ia sakit kanker.)
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak
ada didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan keadaan nyata. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada disini adalah roh-roh.”
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu:
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir,
bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme,
sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi. Depersonalization mencangkup
kehilangan atau perubahan temporer dalam perasaan yang biasa
mengenai realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap depersonalisasi,
orang merasa terpisah dari dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Mereka mungkin merasa seperti sedang bermimpi atau bertingkah
laku seperti robot. Sedangkan halusinasi adalah terjadinya persepsi
dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra.
Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas,
substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul: kurang respons emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik.
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik
gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang
sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP:
halusinasi.
Menurut Direja, (2011) tanda dan gejala pada klien dengan
Waham adalah: Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada
perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak
terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan
E. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:
1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
4. Mata merah, wajah agak merah.
5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
6. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
7. Merusak dan melempar barang barang
III. POHON MASALAH, MASALAH KEPERAWATAN, DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan

Waham

Isolasi social: Menarik diri

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Pohon masalah, (Fitria, 2009, dalam Direja, 2011)


B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Waham
DS :Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
DO :Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas,
ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
2. Perilaku kekerasan
DS :Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang
mengancam, mengungkapkan perasaan takut, cemas dan
khawatir
DO :Wajah tegang merah, mondar mandir, mata melotot, rahang
mengatup, tangan mengepal, keluar banyak keringat, mata
merah, tatapan mata tajam, muka merah
3. Menarik Diri/Isolasi Sosial
DS: klien mengatakan malas berkumpul dengan teman, hanya ingin
sendiri di kamar, klien mengatakan sebelumnya sering dicuekin
DO: klien tampak menyendiri, jarang bergaul atau berbicara dengan
teman lainnya
4. Harga Diri Rendah
DS :Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
DO :Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Waham
2. Perilaku kekerasan
3. Menarik Diri
4. Harga Diri Rendah

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (SESUAI DENGAN


SOP)
1. Diagnosa: Waham
2. Tujuan Umum: Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan terarah
3. Tujuan Khusus:
a. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala waham
2) Mendiskusikan jenis waham (curiga, kebesaran, agama)
3) Mengorientasikan klien terhadap orang, waktu dan tempat
4) Mendiskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
5) Membantu klien memenuhi kebutuhannya
6) Mendiskusikan kemakpuan dan aspek positif yang dimiliki
7) Meminta klien untuk menuliskn kegiatan harian
8) Membantu klien menuliskan kegiatan harian
9) Memberi kesempatan kepada klien untuk memilih satu
kegiatan
10) Melatih dan memberi kesempatan klien untuk
mempraktekkan kegiatan tersebut
b. TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang
dimilikinya
1) Mendiskusikan kemampuan klien
2) Meminta klien menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan
3) Menanyakan pada klien apakah sudah tahu bagaimana
melakukan kegiatan tersebut
4) Menjelaskan cara dan tujuan kegiatan tersebut
5) Mendiskusikan kemungkinn melkasanakan dirumah
c. TUK 3: Klien dapat menggunakan obat dengan benar
1) Menjelaskan jenis atau nama obat yang diminum pada klien
2) Menjelaskan dosis dan frekuensi obat
3) Mendiskusikan indikasi dan manfaat obat
4) Mendiskusikan kerugian bila berhenti minum obat
5) Menjelaskan prnsip benar minum obat
6) Menjelaskan efek samping obat
7) Menganjjurkan klien meminta obat obat dan minum obat
tepat waktu
8) Menganjurkan klien untuk melapor pada perawat atau dokter
jika efek tidak menyenangkan
d. TUK 4: Klien dapat melakukan kegiatan yang telah ditentukan
sesuai kemampuan
1) Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki klien
2) Meminta klien untuk menyebutkan kegiatan yang akan
dilakukan klien
3) Menanyakan pada klien apakah sudah tahu bagaimana
melakukan kegiatan tersebut
4) Menjelaskan cara dan tujuan kegiatan tersebut
5) Mendiskusikan kemungkinn melkasanakan dirumah
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KOMUNIKASI KEPERAWATAN

SP 1: Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengidentifikasi


tanda dan gejala waham, membantu orientasi realitas (orang, waktu, tempat)
mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi,membantu klien untuk
memenuhi kebutuhannya

Tanggal : Jam : Interaksi ke :


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Klien tampak tidak mempercayai orang
lain, curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik. Tidak tepat menilai
lingkungan / realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan proses pikir: waham
3. Tujuan Khusus:
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya membina hubungan
saling percaya
b. Klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala waham
c. Klien mampu berorientasi pada realitas (orang, waktu, tempat)
d. Klien mampu mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
e. Klien mampu memenuhi kebutuhannya
4. Tindakan Keperawatan:
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi
d. Sikap terapeutik
e. Teknik komunikasi
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum bapak/ibu/ibu.. Selamat pagi, perkenalkan
nama saya,,,, saya lebih senang dipanggil,,,, siapa nama bapak/ibu/ibu?
Senang dipanggil siapa? Saya disini akan merawat bapak/ibu dari jam
08.00 pagi samapai jam 14.00.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapak/ibu/ibu saat ini? Apa yang
bapak/ibu/ibu rasakan? Apa yang terjadi dirumah sampai dibawa
kerumah sakit ini? Untuk mengatasi itu apa yang sudah dilakukan?
c. Kontrak (topik, waktu, tempat)
1) Topik :
Bagaimana pak/bu kalau kita bincang – bincang tentang perasaan
yang bapak/ibu rasakan saat ini?
2) Tempat :
Menurut bapak/ibu dimana enaknya kita bincang-bincang,
bagaimana kalau diruangan ini saja?
3) Waktu :
Kira-kira bapak/ibu/ibu punya waktu berapa lama kalau kita
berbincang-bincang , bagaimana kalau 10 menit saja,
Bapak/ibu/ibu bersedia ?
2. Fase Kerja :
Saya mengerti bapak/ibu merasa bahwa bapak/ibu menderita penyakit
kanker otak, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena dari hasil
pemeriksaan dokter dan laboratorium bapak/ibu itu tidak menderita
penyakit kanker otak.
Coba bapak/ibu ceritakan bagaimana perasaan bapak/ibu itu bisa terjadi..
Apakah dokter pernah menyampaikan hasil pemeriksaan tentang kanker
otak yang bapak/ibu alami?...
Apakah keluarga percaya kalau bapak/ibu menderita penyakit kanker
otak?..
Coba bapak/ibu ceritakan kepada saya sejak kapan perasaan itu bapak/ibu
rasakan.. Apakah perasaan bapak/ibu saat ini mengganggu pemenuhan
kebutuhan sehari-hari misalnya; mandi, makan, minum dan istirahat?...
Apa yang telah bapak/ibu lakukan agar perasaan itu tidak menganggu
pemenuhan kebutahan sehari – hari bapak/ibu ?..
Oh.... bagus sekali bapak/ibu sudah punya rencana untuk kembali ke
realita.
Nah, itu artinya kalau bapak/ibu sebenarnya punya keyakinan yang salah
terhadap diri sendiri..?
Jadi begini, bapak/ibu itu tidak menderita penyakit kanker otak karena
tidak hasil ada pemeriksaan yang mendukung tentang hal tersebut
sehingga bapak/ibu jangan mempercayai keyakinan bapak/ibu yang
salah....
Bagaimana kalau kita bicarakan tentang pemenuhan kebutuhan sehari-hari
bapak/ibu, misalnya jadwal mandi, makan,minum dan istirahat..
Bapak/ibu harus melakukan kegiatan ini secara teratur misalnya; mandi 2
kali sehari yaitu pagi dan sore, makan dan minum serta minum obat sesuai
jadual dan jangan lupa istirahat yang cukup..
Coba kita tuliskan jadual dan kegiatan tersebut ..
Wah ...bagus sekali jadi bapak/ibu setiap harinya bisa melihat jadual
kegiatannya.
3. Fase Terminasi:
a. Evaluasi Respon :
Subyektif :
Nah, bapak/ibu kita sudah berbincang – bincang tentang perasaan
dan jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari bapak/ibu ,
bagaimana perasaannya sekarang?

Obyektif: Bisa bapak/ibu menjelaskan kembali apa yang sudah tadi


kita bicarakan,,, Bagus sekali bapak/ibu.
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah bapak/ibu, sesuai janji kita telah berbincang-bincang
selama 10 menit. Dan tadi bapak/ibu telah membuat jadwal dan cara
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Nanti bapak/ibu bisa
mempelajarinya kembali dan mempratekkannya
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat) :
1) Topik
Bapak/ibu, bagaimana kalau saya kesini lagi berikutnya untuk
membicarakan tentang kemampuan positif yang bapak/ibu miliki
2) Tempat
Dimana sebaiknya kita bertemu nanti pak/bu?
Bagaimana kalau di ruangan ini lagi?
3) Waktu
Bagaimana kalau 2 jam kedepan saya datang lagi?
Baiklah bapak/ibu, saya permisi dulu. Assalamu’laikum Wr. Wb.
Dan selamat pagi, sampai jumpa lagi.
A. Komunikasi Terapeutik
1. Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan:
a. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata
b. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan rileks
c. Mempertahnkan jarak terapeutik
2. Sikap komunikasi terapeutik yang digunakan:
a. Menggunakan kata-kata yang mudah dimegerti
b. Menggunakan teknik komunikasi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Direja, AH. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta: ECG
Kusumawati F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah psikologi
dan gangguan jiwa. Medan:usu press.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-aidatuzzuy-6728-2-
babii.pdf diakses 1 Januari 2017 Pukul 15.00 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31777/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses 1 Januari 2017 Pukul 14.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai