Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN

OXISOL

PENGARUH PEMBERIAN TETADI DAN TETABU TERHADAP SIFAT


KIMIA TANAH OXISOL

NAMA : PANJI ROMADHAN

NO BP : 1710231021

ASISTEN : 1. ELSA LOLITA PUTRI, SP

: 2. SHINTA ELVITA BELLA (1610231022)

DOSEN PENJAB : Dr. GUSMINI, SP. MP

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan akhir praktikum Pupuk dan Teknologi
Pemupukan, yang penulis laksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir
praktikum Pupuk dan Teknologi Pemupukan. Adapun penjelasan dari laporan ini
yaitu tentang kegiatan yang telah penulis laksanakan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik itu berupa doa, sarana dan prasarana praktikum, dan berupa
bantuan sumbangan pemikiran. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih pada dosen yang mengajar dan asisten yang senantiasa membimbing
selama praktikum berlangsung dan semua pihak yang terlibat.
Dan penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih bnyak kesalahan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritikkan dan saran
yang sifatnya membangun untuk perbaikan laporan ini agar laporan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua, baik itu untuk sekarang atau untuk masa
depan.

Padang, 11 Mei 2020

P.R

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Praktikum....................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 4

A. Karakteristik Tanah Oxisol………...……................................... 4

B.Peran Biochar Dalam Memperbaiki Sifat Fisika , Kimia dan


Biologi Tanah …………............................................................. 5

C. Terra Preta..................................................................................... 8

BAB III. BAHAN DAN METODA...................................................... 9


A.Waktu dan Tempat ...................................................................... 9

B. Alat dan Bahan ........................................................................... 9

C. Pelaksanaan Praktikum ............................................................... 9

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. 12


A. Pengaruh Pemberian Biochar sekam padi terhadap
Oxisol...................................................... 12
B. Pengaruh Pemberian Biochar bamboo terhadap
oxisol.............................................. 21

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 18

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan


takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Banyak manfaat dan dampak
penerapan pemupukan spesifik lokasi antara lain: (1) pemberian pupuk yang tepat
takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan
akan lebih efisien, hasil tinggi dan pendapatan petani meningkat, (2) pencemaran
lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga dan produksi tanaman
lestari atau berkelanjutan, (3) mengurangi biaya pembelian pupuk.
Dasar dalam menentukan kebutuhan pupuk adalah analisis kandungan hara
dalam tanah dan analisis kandungan hara dalam tanaman. Dari hasil kedua analisis
tersebut barulah kita dapat merekomendasikan pupuk dengan harapan nantinya
tanaman akan berproduksi maksimal.
Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan
penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah
selain berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan
menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan
induk, topografi/relief, organisme dan waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai
faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah baik
karakteristik fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Praktikum pupuk dan teknologi
pemupukan yang dilkukan menggunakan jenis tanah yaitu Oxisolyang merupakan
termasuk pada lahan sub-optimal. Untuk memperbaiki kesuburan tanah pada suatu
wilayah, maka perlu kiranya untuk dilakukan perbaikan hara tanah dengan
pemberian berbagai perlakuan seperti pupuk, bahan organic, dan lain-lain,
sehingga kita bisa meningkatkan produktivitas pertanian.

Oxisol merupakan ordo tanah yang berasal dari Bahasa Prancis, yang
mana oxisol berarti Oksida. Semua tanah yang memiliki horizon oksida tergolong
Oxisol. Oxisol merupakan salah satu jenis tanah marjinal yang telah mengalami

1
pelapukan lanjut dan tua, mempunyai penyebaran yang luas yaitu sekitar 9,8 juta
km2 atau sekitar 8 % dari luas permukaan bumi. Faktor pembatas yang dimiliki
Oxisol antaranya yaitu tingginya kelarutan mineral besi (Fe 3+) dan aluminium,
terjadinya fikasi P dan rendahnya KTK, berat isi sekitar <1,0 gram/cm 3, dan pH
masam (Hardjowigeno, 2003).
Perbaikan yang dilakukan pada praktikum teknologi pupuk dan
pemupukan yaitu dengan membuat terra preta. Terra Preta sendiri berasal dari
bahasa Portugis, yang berarti bumi hitam. Teknik pembangunan tanah yang
dikembangkan oleh peradaban amazon kuno sekitar 7000 tahun lalu sebagai
menjawab permasalahan secara permanen dalam menyelesaikan masalah
kesuburan tanah tropis yang buruk. Terra Preta berbahan dasar arang sekam,
pupuk organic (pupuk kendang, hijau, dll) dan bakteri starter EM4, yang
mengandung konten bahan organik 50 kali lebih besar dan mengandung 3 kali
lebih banyak posfor dan nitrogen seperti halnya tanah humus di hutan. Teknik ini
juga membantu menghilangkan ketergantungan akan curah hujan dan pupuk
kimia yang merusak tanah.

Pupuk kandang merupakan salah satu dari jenis pupuk organik yang
berasal dari kotoran hewan dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kandang bertujuan untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan hara pada pupuk kandang juga
tergantung pada jenis kotoran hewannya dan juga pengelolaannya. Kandungan
hara lebih tinggi jika melalui metode pengomposan karena telah terjadi
penguraian oleh mikroorganisme, sehingga unsur hara makro dan mikro akan
lebih banyak tersedia.
Pemanfaatan biochar sebagai bahan pembenah (amelioran) tanah telah
lama dilakukan. Sebagai contoh, “Terra Preta de Indio” di Amazon Basin yang
terbentuk karena aktivitas perladangan berpindah. Tanah ini kaya akan residu
organik yang berasal dari pembakaran biomassa kayu hutan. Tanah “Terra Preta
de Indio” mengandung karbon(C), nitrogen(N), kalsium (Ca), fosfor(P), tembaga
(Cu), dan mangan (Mn) yang lebih tinggi daripada jenis tanah lainnya. Tanah ini
dikelompokkan dalam jenis Latosol (Glaser et al., 2001; Sombroek et al., 2003).
Bio-char dapat memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.

2
Aplikasi arang (biochar/terra preta) pada lahan bukan merupakan konsep
baru (Mann, 2005), sebagai contoh bumi gelap antropogenikdi Lembah Amazon
mengandung jumlah besar bahan arang-residu dari hasil pembakaran biomassa
(Sombroek, 2003). Pemanfaatan arang secara sengaja pada lahan di Lembah
Amazon kemungkinan besar telah menjadi kebiasaan para petani Suku
Amerindian pra Columbus sebelum kehadiran orang-orang Eropa.

Total simpanan karbon (C)-nya sangat tinggi, yaitu 250 ton C/ha jauh
lebih besar daripada nilai tipikal setempat dengan bahan induk yang sama, yaitu
100 ton C/ha pada tanah Amazon (Glaser, 2001). Secara teoritis kandungan C
tanah tersebut bahkan jauh lebih berpotensi sekuestrasi C dalam biomassa
tanaman bahkan jika suatu areal lahan kosong ditanami kembali (restoke) menjadi
hutan primer yang hanya akan mengandung sekitar 110 ton C/ha diatas tanah
(Sombroek, 2003).

Potensi jumlah limbah pertanian dan hutan sedemikian berlimpah, antara


lain dari hasil pembukaan lahan maupun aktivitas permanenan yang
meninggalkan limbah berupa daun, ranting termasuk pohon rusak. Berdasarkan
data, potensi limbah sekitar 29,70 juta m 3 /tahun, limbah industry, penggergajian
kayu sekitar 1,40 juta m3 /tahun. Melalui proses karbonasi/ pirolisis, seyogyanya
limbah tersebut dapat dikonversi menjadi biochar untuk selanjutnya difungsikan
sebagai soil condition. Disisi lain, lahan kritis di Indonesia telah mencapai luasan
sekitar 50 juta ha (Sombroek, 2003).

Memperhatikan potensi bahan baku yang berlimpah dan benefit biochar


yang sangat potensial, maka penelitian terhadap pemanfaatan biochar sebagai soil
conditioner terutama dalam upaya memperbaiki status kesuburan lahan-lahan
kritis dalam kaitannya dengan akselerasi pertumbuhan jenis-jenis tanaman hutan
dipandang sangan perlu untuk dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum teknologi pupuk dan pemupukan yaitu untuk


mengetahui peran terra preta dalam meningkatkan produktivitas tanah.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Tanah Oxisol

Tanah Oxisol merupakan tanah mineral yang telah mengalami pelapukan


lanjut. Tanah ini biasa disebut tanah tua. Kenampakan fisik tanah secara vertikal
menampakkan batas-batas horison yang tidak jelas. Ciri spesifik tanah Oxisol
adalah adanya horison oksik yang batas atasnya berada pada kedalaman 150 cm
atau kurang dari permukaan tanah mineral dan tidak terdapat horison kandik pada
kedalaman tersebut. Atau ciri lain, yaitu terdapat fraksi tanah halus antara
permukaan tanah dan kedalaman 18 cm (setelah dicampur) kadar liatnya 40% atau
lebih (berdasar berat) dan horison kandik memiliki batas atas pada kedalaman 100
cm atau kurang dari permukaan tanah mineral (Hardjowigeno, 2003).

Koloidnya sebagian besar terdiri atas seskuioksida sedangkan jumlah


mineral lapuknya tinggal <10% sehingga unsur-unsur basa seperti Ca, Mg, K, dan
Na kurang dapat tersedia bagi tanaman melalui tanah Oxisol. Kandungan liat
tinggi tapi bersifat tidak aktif sehingga Kapasitas Tukar Kation (KTK) tergolong
rendah, yaitu ≤ 16 cmol(+)/kg liat. Tanah ini mengandung banyak oksida-oksida
besi atau oksida aluminium (Hardjowigeno, 2003). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa pH tanah Oxisol adalah antara 4-6 (Sanchez dan Logan,
1992).

Tanah Oxisol dapat memfiksasi sejumlah anion, seperti silikat dan fosfat
pada tempat-tempat yang bermuatan positif dari permukaan oksida besi dan
aluminium. Penjerapan fosfat akan berpengaruh terhadap pengelolaan kesuburan
tanah Oxisol (Sanchez, 1976; Gallez et al, 1976). Fiksasi fosfat mengakibatkan
fosfat menjadi tidak larut dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi ini
dapat terjadi antara fosfat dan oksida besi/aluminium atau fosfat dan mineral
silikat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut (Tan, 1986):

4
Kapasitas jerapan fosfat berkorelasi positif dengan sifat-sifat tanah, yaitu
luas permukaan, aluminium dapat ditukar, kadar liat, dan kandungan oksida besi
dan aluminium total. Oksida besi dan aluminium bersifat amorf. Hal ini
disebabkan oleh ukuran butirnya kecil sehingga luas permukaannya besar. Oleh
karena itu bersifat reaktif terhadap penjerapan fosfat dalam tanah (tan, 1986).

Oxisol merupakan salah satu jenis tanah marjinal yang telah mengalami
pelapukan lanjut dan tua, mempunyai penyebaran yang luas yaitu ± 9,8 juta km2
atau sekitar 7,5% dari luas permukaan bumi. Faktor pembatas yang dimiliki
Oxisol diantaranya yaitu tingkat kesuburan alami yang tergolong rendah karena
sedikitnya kandungan bahan organik, tingginya kelarutan mineral besi ( Fe3+) dan
Aluminium (Al3+), pH relatif masam, terjadinya fiksasi P dan rendahnya KTK
(Hardjowigeno, 2003).

Ketersediaan P pada tanah Oxisol biasanya relatif rendah. Permasalahan


ini disebabkan terikatnya P oleh koloid tanah bahkan penambahan P dalam bentuk
pupukpun sebagian besar diikat oleh koloid tanah, salah satunya adalah
sesquioksida. Dengan demikian jelas bahwa yang dihadapi pada tanah jenis
Oxisol jika dikelola sebagai lahan pertanian adalah keracunan logam berat
terutama (Al) dan (Fe) serta kekurangan unsur hara essensial (Sanchez, 1992)

2.2 Biochar

Amelioran merupakan bahan-bahan alami yang dimasukkan ke dalam tanah


yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Subatra, 2013).
Biochar adalah arang hasil pembakaran tidak sempurna dengan oksigen terbatas
atau tanpa oksigen. Biochar berasal dari limbah yang dapat mencemari

5
lingkungan, namun berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah jika diolah
lebih lanjut seperti biochar. Dengan demikian sekam padi berpotensi untuk diolah
lebih lanjut menjdi biochar yang dapat diaplikasikan terhadap tanah (Salawati et
al, 2016). Biochar telah diketahui dapat meningkatkan kualitas tanah dan
digunakan sebagai salah satu alternative untuk pembenah. Pemberian biochar ke
tanah berpotensi meningkatkan kadar C tanah, retensi air dan unsur hara di dalam
tanah (Herman dan Resigia, 2018).

Manfaat biochar antara lain dapat meretensi hara, menyuplai hara


menurunkan atau meningkatkan pH sesuai kondisi pH tanah, meningkatkan KTK,
meningkatkan ketersediaan hara (Sujana 2014 cit Salawati et al, 2016). Bahan
dasar dari biochar bersumber dari limbah pertanian, perkebunan peternakan,
kehutanan maupun rumah tangga yang jumlahnya melimpah, limbah pertanian
seperti sekam padi, dalam 1 Ha sawah dengan produksi rata-rata 7 ton
menghasilkan limbah pertanian sekitar 1,54 ton sekam padi per musim panen
(Gani, 2009 cit Salawati et al, 2016).
Biochar sekam padi merupakan salah satu bahan amelioran tanah yang
dapat meningkatkan kualitas tanah dan digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk pembenah tanah. Pemberian biochar sekam padi terhadap tanah berpotensi
meningkatkan kadar C tanah, retensi air, dan unsur hara lainnya. Karbon pada
biochar bersifat stabil dan tersimpan selama ribuan tahun dalam tanah.
Penggunaan biochar sekam padi dapat meningkatkan pH, N, P, K, Ca, Mg, dan S
(Herman, 2018). Biochar sekam padi mampu memperbaiki tanah dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Disisi lain penambahan biochar dalam
tanah mampu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Dengan tersedianya
hara didalam tanah, akar tanaman mampu meningkatkan serapan hara (Verdiana
et al, 2016).
Pemberian perlakuan biochar sekam padi dengan dosis yang tinggi, dapat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap sifat fisik tanah seperti berat isi dan
berat jenis tanah, serta meningkatkan total ruang pori tanah dan pori tersedia
tanah. Kandungan C-organik tanah meningkat dan dapat menunjang pertumbuhan
vegetaif tanaman (Widyantika, 2019). Pemberian biochar 15 ton/ha dengan
tingkat kehalusan 60 mesh pada tanah alkalis dapat menurunkan kemasaman

6
tanah hingga 5,19%, meningkatkan C organik 34,94%, KTK 32,92% dan P
tersedia 277,08%, dengan demikian biochar sekam padi berpotensi untuk
dijadikan pembenah tanah (Salawati et al, 2016).
Aplikasi biochar (arang) pada lahan-lahan pertanian (lahan kering atau
lahan basah) dapat meningkatkan kualitas tanah karena 1) kemampuannya dalam
menyimpan atau menahan air dan hara; (2) meningkatkan pH dan KTK pada
lahan kering masam;(3) menciptakan habitat yang baik bagiperkembangan
mikroorganisme simbiotik seperti mikoriza;(4) kemampuannya dalam menahan
air dan udara serta;(5) menciptakan lingkungan yang bersifat netral khususnya
pada tanah-tanah masam;(6) mengurangi laju emisi CO2;dan (7) menyimpan
karbon dalam jumlah yang cukup besar di dalam tanah. Selain itu, biocharmampu
bertahan lamadi tanah (>400 tahun) karena sulit terdekomposisi. Fungsi utama
biocharadalah sebagai pembenah tanah yang mampu meningkatkan produktivitas
lahan pertanian, terutama yang telah mengalami proses degradasi, mencegah
pencemaran lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Biochar dapat digunakan tunggal, tanpa campuran bahan selain biochar
dan dapat pula diberi campuran kompos atau kotoran hewan yang telah
dikomposkan. Untuk mempercepat pemulihan sifat-sifat tanah sebaiknya biochar
diformulasikan dengan bahan lainyang berasal dari bahan organik. Pembuatan
pembenah tanah menggunakan sisa hasil tanaman dari lahan yang diusahakan
dapat juga disosialisasikan sebagai pertanian tanpa limbah. Artinya semua bahan
organik yang mudah terdekomposisi dan atau yang sukar terdekomposisi
dikembalikan ke lahan pertanian agar daya dukung dan kesehatan lahan pertanian
dapat terpelihara selama masih diusahakan sebagai tempat budidaya tanaman
(Situmean, 2011).
Pemeliharaan daya dukung dan kesehatan tanah dapat dimulai dengan
memperbaiki sifat-sifat fisika tanah agar struktur tanah tetap dalam kondisi ideal
mampu menjadi penyalur air dan udara yang dibutuhkan perakaran tanaman.
Hubungan tanah-airudara menjadi lebih baik karena tanahnya dapat menyimpan
air sekaligus menjadi tempat pertukaran udara untuk pernafasan perakaran
tanaman yang dibudidayakan (Situmeang, 2011)

7
2.3 Terra Preta

“Terra Preta de Indio” di Amazon Basin yang terbentuk karena aktivitas


perladangan berpindah. Tanah ini kaya akan residu organik yang berasal dari
pembakaran biomassa kayu hutan. Tanah ini mengandung karbon(C),
nitrogen(N), kalsium (Ca), fosfor(P), tembaga (Cu), dan mangan (Mn) yang lebih
tinggi daripada jenis tanah lainnya. Tanah ini dikelompokkan dalam jenis Latosol
(Glaser et al., 2001; Sombroek et al., 2003 dalam I Putu Sujana dan I Nyoman
Labek Suyasdi Pura. 2015). Tanah hitam amazon merupakan tanah yang sudah
tua, dikelola oleh bangsa Ameridian antara 500-1500 tahun yang lalu. Tanah
inimampumempertahankan kandungan karbon organik dan kesuburan yang tinggi,
bahkan beberapa ribu tahun setelah ditinggalkan oleh penduduk setempat, sangat
berbeda dengan tanah masam didekatnya yang memiliki kesuburan yang rendah.
Kandungan bahan organik tanah dan hara yang tinggi disebabkan oleh kandungan
karbon hitam pada tanah tersebut (Lehmann et al. 2010 dalam I Putu Sujana dan I
Nyoman Labek Suyasdi Pura. 2015).
Pemanfaatan arang secara sengaja pada lahan di Lembah Amazon
kemungkinan besar telah menjadi kebiasaan para petani suku Amerindian pra
Columbus - sebelum kehadiran orang-orang Eropa. Hingga hari ini, ratusan
hingga ribuan tahun setelah daerah bumi gelap Amazon (Ama-zonian dark earth)
ditinggalkan, simpanan karbon arang dalam jumlah besar masih tersisa. Total
simpanan karbon (C)-nya sangat tinggi, yaitu 250 ton C/ha jauh lebih besar
daripada nilai tipikal setempat dengan bahan induk yang sama, yaitu 100 ton C/ha
pada tanah Amazon. Secara teoritis, kandungan C tanah tersebut bahkan jauh
melebihi potensi se-kuestrasi C dalam biomasa tanaman bah-kan jika suatu areal
lahan kosong dita-nami kembali (restocked) menjadi hutan primer yang hanya
akan mengandung se-kitar 110 ton C/ha di atas tanah (Harris Herman
Siringoringo, dan Chairil Anwar Siregar. 2011)
Tanah terra preta Amazon mungkin merupakan salah satu contoh yang signi-
fikan mengenai daya tahan dari efek arang bila ada di dalam tanah, dapat
meningkatkan potensi kesuburan tanah (Harris Herman Siringoringo, dan Chairil
Anwar Siregar. 2011).

8
BAB III. BAHAN DAN METODA

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pupuk dan teknologi pemupukan dilaksanakan setiap hari
Kamis yang dimulai dari bulan Februari – Maret 2020 di Laboratorium dan
Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pupuk dan teknologi
pemupukan yaitu cangkul, karung goni, plastik hitam, ember, gayung, sekop,
timbangan, gelas ukur, dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biochar sekam padi, biochar
bambu, pupuk kandang, limbah jamur tiram, EM4, gula pasir, dan polybag.

2.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Pembuatan Tetabu
Langkah pembuatan Tetabu adalah sebagai berikut:
1. Siapkan bahan yang dibutuhkan yaitu pupuk kandang 5 kg, Biochar
bambu 5 kg, limbah jamur tiram 4 kg, air 2000ml, EM4 100 ml, gula 1
ons.
2. Campurkan pupuk kandang, biochar bambu, dan limbah jamur tiram.
Setelah itu aduk hingga rata.
3. Buat larutan yang berfungsi untuk dekomposisi yaitu dengan
mencampurkan air, EM4, dan gula. Kemudian aduk dengan rata.
4. Taburkan larutan yang dibuat pada poin 3 pada campuran bahan pada poin
2 dan aduk hingga rata sampai bahan menjadi lembab.
5. Lakukan fermentasi selama minimal 2 minggu.
6. Lakukan pengadukan bahan pada saat fermentasi minimal 1 kali dalam
seminggu
7. Tetabu siap digunakan jika telah berubah warna dan aroma menjadi
hilang.

9
2. Pembuatan Tetadi
Langkah pembuatan Tetadi adalah sebagai berikut:
1. Siapkan bahan yang dibutuhkan yaitu pupuk kandang 5 kg, Biochar sekam
padi 5 kg, limbah jamur tiram 4 kg, air 2000ml, EM4 100 ml, gula 1 ons.
2. Campurkan pupuk kandang, biochar sekam padi, dan limbah jamur tiram.
Setelah itu aduk hingga rata.
3. Buat larutan yang berfungsi untuk dekomposisi yaitu dengan
mencampurkan air, EM4, dan gula. Kemudian aduk dengan rata.
4. Taburkan larutan yang dibuat pada poin 3 pada campuran bahan pada poin
2 dan aduk hingga rata sampai bahan menjadi lembab.
5. Lakukan fermentasi selama minimal 2 minggu.
6. Lakukan pengadukan bahan pada saat fermentasi minimal 1 kali dalam
seminggu
7. Tetadi siap digunakan jika telah berubah warna dan aroma menjadi hilang.

3. Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah Percobaan Pot


Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara komposit yaitu dengan
cara mencangkul tanah dan memasukkan ke dalam wadah. Tanah yang digunakan
untuk inkubasi yaitu seberat 5 kilogram. Yang mana, tanah setelah diambil
dilapangan dikering anginkan terlebih dahulu dan diayak menggunakan ayakan 2
mm. Hal itu dilakukan karena ukuran partikel tanah yaitu ≤2mm.
Setelah dilakukan persiapan tanah untuk media pot, maka langkah
selanjutnya yaitu menentukan kadar air mutlak dan juga kadar air kapasitas
lapang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jumlah air yang akan
diberikan pada tanaman. Untuk cara kerja menentukan kadar air mutlak yaitu
dengan cara menimbang tanah kering mutlak sebanyak 10 gram, selanjutnya di
oven 2 x 24 jam, dan masukkan dalam rumus perhitungan. Sedangkan untuk
menentukan kadar air kapasitas lapang yaitu dengan cara memasukkan tanah
dalam wadah tabung yang diisi 1/3nya dengan pasir dan 2/3nya dengan tanah
sampel yang ditengahnya di beri pipet dan disiram hingga lembab, setelah itu
dibiarkan 1x24 jam dan langkah selanjutnya sama dengan cara kerja penentuan
kadar mutlak.

10
4. Pemberian Perlakuan Inkubasi
Pemberian perlakuan inkubasi dilakukan yaitu dengan berdasarkan
perbandingan rekomendasi. Sehingga, dari rekomendasi yang diaplikasikan dapat
kita melihat hasil dari perlakuan yang telah dilakukan. Berikut ini merupakan
rekomendasi perlakuan terhadap tanah dengan berat 5 kilogram.

Pot Perlakuan Tetabu Pot Perlakuan Tetadi

0 ton/Ha 0.B 0 ton/ha


0.A

5 ton/Ha 1.B 5 ton/Ha


1.A

10 ton/Ha 2.B 10 ton/Ha


2.A

15 ton/Ha 3.B 15 ton/Ha


3.A

20 ton/Ha 4.B 20 ton/Ha


4.A

25 ton/Ha 5.B 25 ton/Ha


5.A

30 ton/Ha 6.B 30 ton/Ha


6.A

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Biochar Sekam Padi terhadap
Oxisol

Berdasarkan penelitian Nurida, et al (2012) yaitu dengan menggunakan


biochar sekam padi dan ditambah dengan pupuk (terra preta) mendapatkan hasil
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil analisis Laboratorium perlakuan terra preta terhadap tanah Oxisol

perlakuan pH C- KTK BV TRP


H2O organik (cmol+/kg) (gram/cm3)
0 ton/Ha 4,15 0,97 4,75 1,49 45,26
2,5 ton/Ha 4,20 1,07 5,77 1,32 44,88
5,0 ton/Ha 4,19 1,05 6,00 1,33 44,09
7,5 ton/Ha 4,22 1,01 5,91 1,32 43,97
Sumber; Nurida, et al. 2012

Analisis sifat kimia tanah seperti pH, C-organik, dan tidak dipengaruhi
sekali oleh pemberian aplikasi biochar dan pupuk. Hal ini dapat dilihat secara
langsung pada tabel data hasil di atas. Jika hal itu dibandingkan dengan kondisi
tanah control, biochar dapat menaikan kualitas sifat kimia, namun jika dianalisis
dengan menggunakan statistika tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
perbaikan sifat kimia tanah.

Biochar yang diaplikasikan pada tanah, tidak dapat langsung


terdekomposisi dalam tanah karena mengandung lignin yang tinggi. Namun,
biochar mempunyai kadar karbon yang relative tinggi dan tersedia dalam tanah
dalam kurun waktu yang relative lama. Pemberian biochar terhadap tanah, dapat
memperbaiki sifat fisika, biologi, dan kimia tanah dalam kurun waktu yang lama.
Hal itu sangat berpotensi sekali untuk pertanian keberlanjutan (Nurida, et al.
2012).

12
Pada tabel hasil 4.1 dapat kita lihat, semakin tinggi pemberian biochar
terhadap tanah maka pH tanah akan meningkat. Yang mana, pH tanah sebelum
diaplikasikan dengan biochar sebesar 4,15 jika diaplikasikan dengan biochar 7,5
ton/ha memperoleh hasil pH-nya sebesar 4,22. Disamping itu, biochar juga
dapatmeningkatkan kapasitas tukar kation tanah yang mulanya 4,75 menjadi 5,91.
Hal ini jika dianalisis menggunakan analisis statistic sangat berbeda nyata, yaitu
biochar sangat berperan dalam meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.

Menurut penelitian Nurida, et al (2012) menyatakan bahwa biochar


berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah setelah pasca tanam satu kali
tanam. Setelah panen pertama, maka dapat dilihat reaksi dalam tanah proses
peningkatan kualitas tanah tersebut. Selain memperbaiki sifat kimia tanah, biochar
sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisika tanah.

13
4.2 Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Biochar Bambu terhadap
Oxisol

Tabel 4.2 Hasil analisis laboratorium terra preta bambu

Sumber; Situmeang, 2018

Situmeang (2018) meneliti kualitas tanah dengan menggunakan metode


soil quality rating (SQR), yang mana menggunakan penilaian poin akhir dari
kualitas tanah berdasarkan parameter baik fisika, biologi, dan kimia dari suatu
tanah. Hal itu didasari dengan dosis pemberian biochar bambu pada tanah yang
dicampurkan dengan fertilizer an organic dan juga organic. Berikut ini merupakan
penilaian yang digunakan untuk menentukan kualitas dari suatu tanah.

14
Tabel 4.3 penilaian kualitas tanah

Berdasarkan hasil dari penelitiannya, terlihat pada tabel 4.2 bahwa


pemberian biochar bambu dapat meningkatkan kualitas tanah. Yang mana,
semakin tinggi dosis biochar yang diaplikasikan terhadap tanah, maka pH tanah
relatif meningkat walaupun tidak berpengaruh nyata jika dianalisis dengan
menggunakan analisis statistika. Berbeda dengan unsur P yang tersedia di dalam
tanah, terlihat pada data bahwa peran biochar dalam meningkatkan unsur P hanya
pada dosis tertentu. Hal ini dapat kita bandingkan dengan pH tanah, yang mana
semakin tinggi dosis biochar yang diaplikasikan terhadap tanah maka pH akan
meningkat sedangkan unsur P tidak seperti itu sama halnya dengan kejenuhan
basa pada tanah.

Unsur-unsur hara yang ada dalam tanah akan meningkat jika diaplikasikan
dengan biochar. Hal utama yang dapat kita perhatikan adalah KTK tanah yang
meningkat. Jika KTK suatu tanah sangat tinggi, maka kesuburan tanah itu juga
akan lebih baik. Karena yang sangat perlu diperbaiki pada tanah yang marginal
adalah meningkatkan KTK taah yang merupakan upaya pertama dilakukan.

Berdasarkan tabel 4.2, dapat kita lihat bahwa dosis yang sangat
direkomendasikan adalah dengan mengaplikasikan biochar dengan pupuk
kendang dan juga phonska dengan dosis biochar sebesar 10,52 ton/Ha. Hal itu
direkomendasikan karena pada dosis tersebut, biochar dapat memberikan
pengaruh yang sangat berbeda nyata dari perlakuan yang lainnya.

Selain memperbaiki sifat fisika tanah, biochar bamboo sangat mampu


memperbaiki sifat fisika tanah. Hal ini dapat kita lihat dari tabel 4.2 biochar
bambu lebih berpotensi pertama kali dalam memperbaiki sifat fisika tanah

15
terutama BV dan TRP pada tanah. Sedangkan tekstur tanah tidak memberikan
pengaruh yang nyata karena perubahan tekstur melalui proses yang cukup lama.

16
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, biochar sekam padi dan biochar bambu
sangat berpotensi memperbaiki kesuburan tanah, karena biochar berperan sebagai
ameliorant tanah. Sedangkan yang menyumbangkan unsur hara adalah pupuk
kendang yang diaplikasikan terhadap tanah.

Biochar tersedia dalam tanah dengan waktu yang relatif lama. Biochar
merupakan sebagai amelioran yang menyumbang unsur karbon pada tanah. Hal
ini karena proses pembuatan biochar menggunakan metode pirolisi yaitu dengan
cara pembakaran yang tidak sempurna.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah dengan pengaplikasian


biochar dapat meningkatkan kesuburan tanah. Namun hal itu harus
memperhatikan dosis pemberian biochar pada tanah karena jika tidak
memperhatikan dosisnya, akan berdampak buruk terhadap kualitas tanah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S.M. 2013. Aplikasi Macam dan Dosis Pupuk Kandang Pada Tanaman

Kentang. Jurnal Gamma. ISSN 2086-3071. Vol. 8, No. 2. Hal 80-85

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Biochar Penyelamat

Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 31,

No. 6

Haefelea, S. M, Y. Konboon, W. Wongboon, S. Amarante, A.A. Maarifat, E.M.

Pfeiffer, C. Knoblauch. 2011. Effects and fate of biochar from rice

residues in rice-based systems. Field Crops Research 121. 430–440

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika

Pressindo. 250 hal

Harris Herman Siringoringo, dan Chairil Anwar Siregar. 2011. Pengaruh Aplikasi

Arang Terhadap Pertumbuhan Awal Michelia Montana Blume dan

Perubahan Sifat Kesuburan Tanah pada Tipe Tanah Latosol. Jurnal

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 8. No 1

Herman, W. dan Resigia. E. 2018. Pemanfaatan Biochar Sekam dan Kompos

Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa) Pada

Tanah Ordo Ultisol. Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 15, No. 1. Hal 42-50

I Putu Sujana dan I Nyoman Labek Suyasdi Pura. 2015. Pengelolaan Tanah

Ultisol Dengan Pemberian Pembenah Organik Biochar Menuju Pertanian

Berkelanjutan. Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem. Vol.

5, No. 9. Hal 1-69

18
Nurida, N. L, A. Rahman, dan Sutono. 2012. Potensi Pembenah Tanah Biochar

dalam Pemulihan Sifat Tanah terdegradasi da Peningkatan Hasil Jagung

Pada Typic Kanhapludults Lampung. Buana Sains. Vol. 12. No. 1. Hal 69-

74

Nurida, N. L. 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan

Kering di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. Edisi Khusus, 57-68

Salawati. Basir, M., Kadekoh, I. dan Thaha. A.R. 2016 Potensi Biochar Sekam

Padi Terhadap Perubahan pH, KTK, C-organik, dan P Tersedia pada

Tanah sawah Inceptisol. J. Agroland. Vol. 23, No. 23. Hal 101-109

Sanchez PA, Logan TJ. 1992. Myths and Science about the Chemistry and

Fertility of Soils of the Tropics. SSSA Special Publication, Madison, WI

Situmeang, Y.P. 2018. Soil Quality In Corn Cultivition Using Bamboo Biochar,

Compost, and Phonska. MATEC Web of Conference 197, 13001. AASEC

2018

Sombroek W, Ruivo ML, Fearnside PM, Glaser B, Lehmann J. 2003. Amazonian

Dark Earths as carbon stores and sinks. In: Lehmann J, Kern DC, Glaser

B, Woods WI (eds) Amazonian Dark Earths: Origin, Properties,

Management. The Netherlands, Dordrecht: Kluwer, pp 125–140

Tan, K. H. 1986. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah Mada Press.

Yogyakarta

19
Verdiana, M.A., Sebayang, H.T. dan Sumarni, T. 2016. Pengaruh Berbagai Dosis

Biochar Sekam Padi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Jagung (Zea mays L). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 4, No. 8

Widyantika, S. D. dan Prijono, S. Pengaruh Biochar Sekam Padi Dosis Tinggi

Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Typic

Kanhapludult. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. Vol 6. No. 1. Hal

1157-1164

20

Anda mungkin juga menyukai