Borang f1 f6 Puskesmas Alva PDF
Borang f1 f6 Puskesmas Alva PDF
Disusun Oleh :
Nama/Peserta : dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping : dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
Data Peserta
Nama Peserta : dr. Alva Putri Deswandari
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
KIDI Wilayah/Provinsi : Kabupaten Magelang/ Jawa Tengah
Mulai Tanggal : 1 Februari 2016
Selesai Tanggal : 31 Mei 2016
Tanda tangan peserta :
Identitas
Nama Dokter dr. Alva Putri Deswandari
Nomor Sertifikat 454/KDPI/SK/U.PNUKMPPD.2/XII/2014
Kompetensi
No. STR Internsip 33 2 1 100 1 15 161093
No. SIP Internsip 449.1/007/SIP Int/21/VI/2015
Alumnus FK Universitas Sebelas Maret Tahun : 2014
Alamat Rumah : Jongke Kidul RT 06 RW 24 Sendangadi, Mlati, Sleman
Telp : Fax : Email :
082225272262 alvaputri@gmail.com
Pada hari Rabu tanggal 31 Mei 2016 setelah mempertimbangkan kinerja yang
dilakukan oleh para pendamping, kepada peserta dengan nama dr. Alva Putri
Deswandari, tempat wahana Puskesmas Salaman I, Kabupaten Magelang, maka
pada rapat penilaian akhir dinyatakan yang bersangkutan sudah selesai
melaksanakan seluruh kegiatan internsip.
Semua dokumen pendukung kegiatan peserta disimpan di Wahana Puskesmas
Salaman I.
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001
Koordinator Wahana,
No Caturwulan I Kinerja
Perilaku A B C D E
Disiplin (kehadiran tepat waktu) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Partisipasi (dalam melakukan assassmen dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
intervensi E.1 s/d E.7)
Argumentasi (rasionalitas) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Tanggung jawab (misalnya, menulis laporan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus, laporan kunjungan rumah, penyuluhan)
Kerjasama (tenggang rasa, tolong-menolong, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
tanggap)
Manajerial (dinilai berdasarkan laporan dan atau presentasi kasus)
Latar Belakang permasalahan atau kasus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Permasalahan di keluarga, masyarakat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
maupun kasus
Perencanaan dan pemioihan intervensi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(misalnya metode penyuluhan, menetapkan
prioritas masalah dan intervensi)
Pelaksanaan (proses intervensi) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi secara efektif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(dengan kasus, keluarga maupun masyarakat)
Kemampuan bekerja dalam tim (kerjasama [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
dengan semua unsur di masyarakat)
Kepribadian dan profesionalisme
Tanggung jawab profesional (kejujuran, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
keandalan)
Menyadari keterbatasan (merujuk, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
konsultasi pada saat yang tepat)
Menghargai kepentingan dan pendapat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kasus maupun pihak lain (menjelaskan
semua pilihan tindak medis UKP dan UKM
yangbdapat dilakukan dan membiarkan
kasus/keluarga/masyarakat untuk
memutuskan pemecahan masalah)
Partisipasi dalam pembelajaran (aktif [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
mengutarakan pendapat dan rasionalisasi
tindak UKP dan UKM dalam setiap kegiatan
pembelajaran)
Kemampuan membagi waktu [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(menyelesaiakan semua tugas pada waktunya
dan mempunyai waktu untuk membantu
orang lain)
Pengelolaan rekam medis (selalu menulis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
data medis secara benar dan baik)
Komentar Pendamping
Disusun Oleh :
Nama/Peserta : dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping : dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
(Topik : Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada
Anak)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
LAMPIRAN
BORANG PORTOFOLIO
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F2. Upaya Kesehatan Lingkungan
(Topik : Sanitasi Masjid)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
A. LATAR BELAKANG
Tempat-tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat di mana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan
kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. TTU juga dapat
didefinisikan sebagai tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah,
swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Oleh karena TTU merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang, maka
tempat atau sarana umum tersebut sangat berpotensi dalam penyebaran
berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan.
Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran
lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan
sanitasi lingkungan yang baik. Pasalnya, tempat-tempat umum itu menjadi
semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi.
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sehingga munculnya
penyakit dapat dihindari. Sanitasi merupakan suatu usaha pengendalian
faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan
penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut yang
bertujuan mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi tempat-
tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit dan mencegah akibat yang dapat
timbul dari tempat-tempat umum.
Salah satu tempat umum yang perlu diperhatikan kebersihan dan sanitasi
lingkungannya adalah tempat peribadatan atau tempat ibadah. Tempat-tempat
ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan
untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah,
termasuk masjid. Di mana, dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid
adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum.
B. PERMASALAHAN KASUS
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi
kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga
kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sanitasi
tempat-tempat umum merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup
mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam
masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh
karena hal tersebut, tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan
kesehatan lainnya. yang medianya makanan, minuman, udara dan air.
Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum perlu
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih
guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit
dan gangguan kesehatan lainnya.
Masjid merupakan tempat peribadatan umat Islam, di mana jamaah
masjid dapat berasal dari berbagai macam tempat dan tempat atau terkadang
juga digunakan sebagai tempat beristirahat bagi beberapa orang. Penularan
penyakit dapat terjadi di masjid akibat kurang terjaganya kebersihan alat-alat
ibadah, seperti mukena, sarung, dan sajadah, di mana hal tersebut dapat
menyebabkan kelainan atau penyakit pada kulit; kurang terjaganya
kebersihan karpet-karpet alas masjid sehingga dapat memicu terjadinya
alergi; kurang tersedianya air bersih dan jamban; kurang baiknya pengelolaan
sampah dan air limbah; kepadatan vector berupa lalat dan nyamuk; dan
kurangnya ventilasi dan pencahayaan.
Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai
penyakit, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Penyakit yang banyak terjadi di tempat-tempat umum antara lain diare,
demam berdarah, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit lain
akibat terpapar asap rokok, seperti : penyakit paru-paru, jantung, dan kanker.
Dalam hal ini, masjid sebagai tempat umum dapat menularkan penyakit yang
berhubungan dengan kulit (akibat kurang terjaganya kebersihan alat ibadah
dan sarana air bersih untuk berwudhu) dan saluran pernafasan-alergi
(terutama akibat terdapatnya debu atau bahkan kutu/tungai pada karpet alas
masjid). Berdasarkan hal – hal tersebut maka masjid sebagai tempat umum
perlu dijaga kebersihan dan sanitasinya untuk mencegah resiko terjadinya
berbagai penyakit dan pencemaran pada lingkungan sekitar.
KRITERIA PENILAIAN
Baik : 700-1000
Cukup : 500-699
Kurang : 5-499
E. KESIMPULAN
Masjid Al Mathhar yang terletak di Dusun Pendem, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Salaman ini termasuk ke dalam kriteria tempat umum yang baik,
namun belum dapat mencapai kriteria masjid atau tempat umum yang sehat.
Masih terdapat beberapa indikator yang belum dimiliki oleh Masjid Al
Mathhar, diantaranya tempat pembuangan sampah, fasilitas PPPK, dan upaya
pemeriksaan kesehatan bagi pengurus masjid. Jumlah tempat sampah yang
tersedia di kawasan masjid masih terbatas dan sampah yang terkumpul hanya
dibuang di kebun belakang Masjid tanpa dibuatkan lubang tempat
pembuangan sampah, sehingga sampah-sampah cukup berserakan.
Indikator-indikator penilaian yang lain yang telah tersedia seperti tempat
wudhu, jamban, peturasan, alat sembahyang, kualitas dan kuantitasnya sudah
cukup, jumlah jamban dan peturasan mencapai total 10 jamban/peturasan.
Namun dari segi perawatan sangatlah kurang, sehingga terkesan tidak terawat
dan berantakan. Begitu pula dengan kebersihan lantai, dinding dan langit-
langit yang kurang terawat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini dikarenakan
warga sekitar banyak yang memanfaatkan jamban dan peturasan untuk MCK
sehari-hari, namun kesadaran warga sekitar untuk ikut menjaga dan
membersihkan masih kurang. Jadwal piket kebersihan yang dibuat oleh
takmir masjid pun tidak berjalan dengan baik. Karena kurangnya perawatan
terhadap beberapa indikator yang telah terpenuhi tersebut, makan
menurunkan penilaian tingkat sanitasi.
Dari segi penyediaan air bersih tergolong cukup baik, sumber air bersih
berasal dari sumur bor sedalam 60 meter. Penghawaan dan pencahayaan
masjid Al Mathhar juga tergolong baik. Saluran pembuangan air limbah
dibuang ke saptitank yang terpendam di dalam tanah.
Diharapkan nantinya, para pengurus takmir Masjid Al Mathhar bekerja
sama dengan warga sekitar dan perangkat desa, dapat semakin meningkatkan
upaya perawatan sarana dan prasarana masjid, serta dapat melengkapi
beberapa indikator yang belum terpenuhi tersebut sehingga dapat terwujud
tempat peribadatan yang sehat dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu
diharapkan warga sekitar yang ikut memanfaatkan fasilitas masjid untuk
MCK sehari-hari, dapat membantu menjaga kebersihan lingkungan masjid.
LAMPIRAN
BORANG PORTOFOLIO
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB)
(Topik : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
(Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang)
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Topik : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Tanggal : 1 April 2016
Nama Pasien : An. A No. RM : -
Tanggal Presentasi : 30 April 2016 Nama Pendamping :
dr. Riyono
Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi
Seorang anak 14 bulan, dengan diare
Tujuan
Untuk mengetahui diare akut pada anak dan penatalaksanaannya.
Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Email Pos
diskusi
Data pasien Nama : An.A Nomor Registrasi : -
Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Terdaftar sejak : -
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pasien datang ke IGD Puskesmas Salaman I oleh orang tuanya dengan
keluhan BAB mencret sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Diare ± 5-
10x dalam sehari. Diare cair seperti air, berwarna kuning kecoklatan, ampas (+)
sedikit, lendir (-), darah (-). Tiap kali BAB ± ¼ - ½ gelas belimbing. Pasien
masih mau makan dan minum namun hanya sedikit-sedikit. Jika dipaksa
minum banyak, pasien muntah. Nyeri perut (-), demam (-), lemas (+). BAK
terakhir ± 1 jam sebelum datang ke puskesmas.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat sebelumnya.
Tn.Y/28 th Ny.S/24 th
An.A/14 bl
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya dalam 1 rumah. Ayah pasien
sebagai buruh/karyawan swasta. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien
berobat dengan fasilitas BPJS. Sumber air minum menggunakan air sumur
6. Riwayat Perinatal
Ibu pasien teratur periksa kehamilan di bidan >4 kali dan mendapatkan
vitamin serta tablet penambah darah. Penyakit selama kehamilan disangkal.
Ibu pasien tidak mengonsumsi obat-obatan lainya.
7. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung
menangis kuat. BBL 2900 gram, PB 49 cm.
8. Riwayat Imunisasi
- BCG : 7 hari
- DPT : 2, 4, 6 bulan
- Polio : 0, 2, 4, 6 bulan
- Hep. B : 0, 2, 4, 6 bulan
- Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi lengkap
9. Riwayat Gizi/Makan-Minum
Pasien dari lahir hingga sekarang usia 14 bulan masih minum ASI
ditambah susu formula. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI Eksklusif. Pasien
makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan
keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan
keluarga seperti tahu, tempe, lauk, sayur, buah dengan frekuensi makan 3-4
kali sehari. Ibu pasien tidak mengeluh kesulitan makan pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup
Hasil Pembelajaran
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Sementara untuk bayi
dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 52,2% anak usia 1-4
tahun.
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri
Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus
Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit
Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi
Malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau
tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah :
1. Faktor Perilaku
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
2. Faktor Lingkungan
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita
yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang
gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit
imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Terdapat beberapa
pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
Diare pada anak dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menentukan tanda utama dan tanda tambahan. Tanda utama meliputi keadaan
umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit
abdomen menurun. Tanda tambahan meliputi ubun-ubun besar, kelopak mata,
air mata, mukosa bibir mulut dan lidah.
Penilaian derajat dehidrasi pada diare akut anak didasarkan sesuai dengan
kriteria berikut :
1. Diare Akut Tanpa Dehidrasi (kehilangan cairan <5% BB)
a. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b. Keadaan umum baik, sadar
c. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cowong, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
d. Turgor abdomen baik, bising usus normal
e. Akral hangat
2. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang/Tak Berat (kehilangan cairan 5-10%
BB)
a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
b. Keadaan umum gelisah atau cengeng
c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
d. Turgor kurang, akral hangat
3. Diare Akut Dehidrasi Berat (kehilangan cairan >10% BB)
a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
b. Keadaan umum lemah/letargi/koma
c. Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d. Turgor sangat kurang, akral dingin
Penatalaksanaan diare akut pada anak meliputi 5 pilar yaitu cairan sesuai
derajat dehidrasi, zinc, nutrisi, antibiotic yang tepat dan edukasi.
Penatalaksanaan terapi cairan menurut derajat dehidrasi :
1. Tanpa Dehidrasi
a. Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 ml/kgBB setiap BAB cair atau
berdasarkan usia yaitu usia < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, usia 1-5
tahun sebanyak 100-200 ml dan usia > 5 tahun semaunya. Dapat
diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap
diberikan
b. Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah, diare frekuen dan profus)
2. Dehidrasi Ringan Sedang
a. Cairan rehidrasi oral hiperosmolar diberikan sebanyak 75cc/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 mL/kgBB tiap diare cair
b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara
berkala
BB 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
BB 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
BB > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
c. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi
sambil member edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua
3. Dehidrasi Berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau
Ringer Asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian
- Umur < 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, 70
mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
- Umur > 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, 70
mL/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya
b. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Seng/Zink elemental diberikan selama 10-14 hari
meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis anak umur < 6 bulan
10 mg per dari dan anak umur > 6 bulan 20 mg per hari.
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasaka, makanan diberikan sedikit demi
sedikit tapi sering. Buah-buahan diberikan terutama pisang.
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera.
Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora
usus sehingga dapay memperpanjang lama diare. Selain itu pemberian
antibiotic yang tidak rasional juga dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotic.
Edukasi diberikan kepada orang tua. Orang tua diminta untuk membawa
kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila ditemukan hal berikut :
demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin
sering atau belum membaik dalam 3 hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan
cara menyiapkan oralit dengan benar.
1. SUBYEKTIF
2. OBJEKTIF
A. Keadaan Umum : Lemah, Rewel, Gizi Kesan Cukup
BB : 10 kg, PB : 76 cm
B. Vital Sign
HR : 120x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 36,7oC
C. Mata
Mata cowong (+|+)
D. Mulut
Mukosa basah (+)
E. Abdomen
BU (+) meningkat, Turgor kembali cepat
F. Ekstremitas
Capillary Refill Time < 2“
Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat, Akral dingin (-)
3. ASSESSMENT
Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang
4. PLAN
Pengobatan/Monitoring
Penatalaksanaan diare akut pada anak mencakup 5 hal, yaitu
pemberian cairan yang sesuai derajat dehidrasi, pemberian zinc, pemberian
nutrisi yang sesuai umur, pemberian antibiotik yang rasional jika diperlukan
dan pemberian edukasi kepada orangtua.
Karena pada pasien ini tergolong diare akut dengan dehidrasi ringan
sedang, maka penatalaksanaannya menggunakan rencana terapi B dan
disarankan rawat inap di puskesmas untuk monitoring kebutuhan cairan.
Terapi carian menggunakan infus Ringer Laktat untuk rehidrasi
dengan kebutuhan cairan 175 cc/kgBB/hari (karena BB anak 10
kg). Pemilihan rehidrasi menggunakan infuse dengan
pertimbangan karena pasien sulit minum dan jika dipaksa
pasien muntah.
Pemberian Zinc 1x20 mg selama 10 hari berguna untuk
reepitelisasi mukosa villi-villi usus yang rusak akibat diare.
Untuk nutrisi pada pasien tetap harus dijaga, untuk menjaga
asupan nutrisi anak. ASI maupun Air Susu Botol tetap harus
diberikan, terutama jika pasien meminta. Dapat juga ditambah
pemberian oralit ½ gelas (100 cc) tiap anak BAB.
Pada kasus ini, pemberian antibiotic belum diperlukan
karena tidak ada diare lendir maupun darah yang mengarah ke
infeksi parasit/bakteri. Diare akut pada pasien ini diperkirakan
penyebabnya adalah virus (Rotavirus) karena tidak ada nyeri
perut dan konsistensi watery feses. Diare ini disebabkan oleh
enterotoksin virus yang biasanya terjadi terutama pada anak
usia di bawah 2 tahun.
Terapi :
- Rawat Inap
- IVFD Ringer Laktat 175 cc/kgBB/hari = 19 tpm makro
- Zinc 1x20 mg selama 10 hari
- Oralit ½ gelas (100 cc) tiap BAB
- Awasi KUVS dan tanda-tanda dehidrasi berat
Konseling/Edukasi/Konsultasi
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penularan,
penatalaksanaan, dan prognosis diare akut pada anak
b. Menjelaskan kepada orang tua tanda bahaya diare pada anak dan
penatalaksanaan awal jika anak diare dan cara membuat oralit. Jika di
rumah tidak tersedia oralit, dapat diberikan larutan gula garam dengan cara
1 sendok teh gula dan ¼ sendok teh garam, dicampur dalam 1 gelas air
putih matang.
c. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, tidak boleh diberi
obat anti diare karena beresiko terhadap anak (dapat terjadi ileus).
d. Menjelaskan kepada orang tua bahwa jika anak diare, cairan/ASI dan
makanan sehari-hari tetap diberikan untuk menjaga asupan nutrisi anak,
lebih memperhatikan kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan,
memperhatikan kebersihan lingkungan, BAB di jamban, memberikan anak
makanan penyapihan yang benar, selalu menyediakan air minum yang
bersih dan selalu memasak makanan hingga matang.
Rujukan
Rujukan perlu dilakukan jika dengan terapi cairan tidak respon dan
muncul tanda-tanda dehidrasi berat. Selain itu rujukan juga diperlukan jika
terjadi penurunan kesadaran dan nyeri perut yang signifikan.
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
(Topik : Dislipidemia)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
2. Riwayat Pengobatan
1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi
diberikan obat Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik
namun kemudian kambuh kembali.
4. Riwayat Keluarga
Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 3 orang anak.
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS.
6. Pemeriksaan Fisik
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC
B. Status Gizi
BB : 58 kg
TB : 160 cm
IMT : 22,65 kg/m2
Kesimpulan : Normoweight
C. Mata
TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm|
3mm)
D. Hidung
Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-)
E. Telinga
Sekret (-|-), Tragus pain (-|-)
F. Jantung
BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
G. Paru
SDV (+|+), RBK (-|-), RBH (-|-), Wheezing (-|-)
H. Abdomen
BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-)
I. Ekstremitas
Oedem (-|-), akral dingin (-|-)
J. Px Neurologis
Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
Daftar Pustaka :
1. Adam JNF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011
2. Andini, NAM. Hiperkolesterolemia. Lampung : Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. 2015
3. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
Hasil Pembelajaran
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan dan penurunan dari fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (kol-
total), kolesterol LDL (kol-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol
HDL (kol-HDL).
Ketiganya tidak dapat dibicarakan sendiri-sendiri karena ketiganya
memiliki peran yang penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu
dengan yang lainnya terhadap proses terjadinya aterosklerosis, sehingga
ketiganya sering dikenal sebagai triad lipid. Klasifikasi dislipidemia dibagi
menjadi dua klasifikasi, yakni :
1. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS)
EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk
pemilihan terapi, yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan
hipertrigliseridemia.
2. Klasifikasi WHO
Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang
didasarkan pada pengukuran kol-total dan TG, serta penilaian secara
elektroforesis subkelas lipoprotein.
Pasien datang ke dengan keluhan leher terasa cengeng sejak 1 minggu dan
memberat 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Leher cengeng dirasakan terus
menerus, terasa berat. Keluhan memberat jika pasien beraktifitas dan sedikit
berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Pasien juga mengeluh pusing.
Kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (-) muntah (-), mual (-), mata
berdenyut (-).
Pasien juga datang untuk konsultasi hasil cek kolesterol yang dilakukan
beberapa hari yang lalu. Pasien mengatakan hasil kolesterol 264. Pasien
mengaku sehari-hari sering makan tumisan dan goring-gorengan. Pasien jarang
mengonsumsi buah-buahan dan jarang berolahraga.
1 minggu sebelumnya pasien sudah berobat, karena tekanan darah tinggi
diberikan obat Captopril 25 mg diminum 2x sehari. Keluhan sempat membaik
namun kemudian kambuh kembali. Riwayat keluhan serupa (+) sering
kambuh-kambuhan. Pasien memilihi riwayat hipertensi sejak 5 tahun dan ibu
pasien juga memiliki riwayat hipertensi.
2. OBJEKTIF
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC
B. Status Gizi
BB : 58 kg
TB : 160 cm
IMT : 22,65 kg/m2
Kesimpulan : Normoweight
3. ASSESSMENT
Dislipidemia (Hiperkolesterolemia) dengan Hipertensi Stage II
4. PLAN
Pengobatan :
Untuk membantu mengontrol kadar kolesterol penderita, diperlukan
penatalaksanaan secara holistik. Penatalaksanaan ini meliputi terapi
farmakologis dan non farmakologis. Hiperkolesterolemia merupakan bagian
dari penyakit dislipidemia. Kadar kolesterol normal yang optimal yaitu < 200
mg/dl. Ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh dan juga menentukan
kadar kolesterol sasaran pada pasien ini, yaitu pasien juga memiliki hipertensi
(≥140/90). Berdasarkan banyaknya faktor resiko yang dimiliki pasien (1 faktor
resiko), maka pasien termasuk kelompok resiko rendah, sehingga target sasaran
kadar kolesterol pada pasien adalah <160 mg/dl.
Pada kunjungan pasien ke Puskesmas Salaman, pasien diberi terapi
medikamentosa dengan HMG Co-A Reductase Inhibitor yaitu Simvastatin 10
mg diminum stau kali setiap malam. Obat ini dikonsumsi terus menerus,
sampai kadar kolesterol pasien mencapai target <160 mg/dl, dan pasien telah
dapat mengatur diet. Tujuan pemberian simvastatin adalah menurunkan jumlah
kolesterol dengan cara menurunkan sintesis kolesterol di hati. Selain itu, untuk
mengontrol tekanan darah, pasien juga diberi obat anti hipertensi berupa
Amlodipin dengan dosis 5 mg sekali sehari.
Rujukan
Rujukan perlu dilakukan jika terdapat penyakit komorbid yang harus
ditangani oleh spesialis.
Salaman, 30 April 2016
Peserta Pendamping
BORANG PORTOFOLIO
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular/Tidak Menular
(Topik : Campak)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
2. Riwayat Pengobatan
3 hari yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas
(Paracetamol) dan obat batuk.
4. Riwayat Keluarga
Tn.K/38 th Ny.D/34 th
An.F/11 th
Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan adiknya dalam 1 rumah. Ayah
dan ibu pasien sebagai karyawan swasta. Pasien berobat dengan pembayaran
umum karena belum memiliki jaminan kesehatan.
6. Riwayat Imunisasi
- BCG : 7 hari
- DPT : 2, 4, 6 bulan
- Polio : 0, 2, 4, 6 bulan
- Hep. B : 0, 2, 4, 6 bulan
- Campak : 9 bulan
Kesan : Imunisasi lengkap
7. Pemeriksaan Fisik
Daftar Pustaka :
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan
Medik. Jakarta : Perdoski. 2011
Hasil Pembelajaran
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti
demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas bercak
kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang
berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA berserat
negatif yang terselubung (ber envelope), anggota genus Morbilivirus, famili
Paramyxoviridae. Virus RNA serat negatif mengkode dan mengemas
transkriptase sendiri, tetapi mRNA hanya disintesis pada saat virus tidak
berselubung berada di dalam sel yang diinfeksi. Replikasi virus terjadi sesudah
sintesis mRNA dan sintesis protein virus dalam jumlah banyak.
Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-
satunya reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing
dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat
setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung
dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan
benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan.
Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat
efektif sehingga dengan virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi
pada seseorang.
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak
pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran
penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah
lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah
tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus Campak
sangat tinggi.
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah
perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di
daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu
terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang
kelompok umur yang rentan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008 terdapat
jumlah kasus Campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat, di Banten 1552 kasus, di
Jawa tengah 1001 kasus.
Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka
waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinis penyakit.
Gejala prodromal pertama penyakit adalah demam, lemas, anoreksia, disertai
batuk, pilek, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 2 sampai 3 hari.
Selama periode ini, pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih,
yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Kopliks
Spots. Koplik menemukan spot kecil dengan ukuran 1-3 mm berwarna merah
mengkilat, dan pada titik pusatnya berwarna putih kebiruan.
Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Ruam
pada kulit sangat khas berupa makulopapuler, yang muncul pertama kali pada
muka dan belakang telinga, selanjutnya menyebar secara sentrifugal ke tubuh
dan ekstrimitas. Ruam dikulit mulai menghilang 3-4 hari dari sejak baru
muncul. Keterlibatan jaringan limfe secara menyeluruh mengakibatkan
terjadinya limfadenopati, splenomegali ringan, dan apendiksitis. Pada
penyakit yang tanpa komplikasi penyembuhan secara klinis segera mulai
setelah munculnya ruam pada kulit.
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya
tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang
tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan
kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis.
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat
yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan
istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak
harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan
dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan
penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila
terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari
1. SUBYEKTIF
2. OBJEKTIF
A. Vital Sign
Nadi : 100x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 38,8oC
B. Mata
Injeksi konjungtiva (+|+)
C. Status Lokalis UKK
Ruam makulopapular eritematosa generalisata, Diaskopi (+)
3. ASSESSMENT
Febris Hari ke-VII e.c. Campak/Morbili
4. PLAN
Pengobatan :
Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah pengobatan suportif dan
simptomatik, karena morbili disebabkan oleh virus sehingga bersifat self
limited tergantung daya tahan tubuh. Terapi suportif diberikan dengan menjaga
cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang misal karena muntah dan diare.
Pada pasien tidak didapatkan muntah maupun diare, terapi cairan diberikan
untuk menjaga cairan tubuh/maintenance. Terapi simptomatik diberikan
berdasarkan gejala simptomatik, seperti demam diberi antipiretik, batuk diberi
antitusif/mukolitik/ekspectoran. Jika terjadi infeksi sekunder, dapat
dipertimbangkan pemberian antibiotic.
Terapi :
- Rawat Inap
- IVFD Ringer Laktat tetesan maintenance
Kebutuhan cairan 1800 cc/hari = 51 cc/jam = 19 tpm makro
- Paracetamol 3x500 mg
- Ambroxol 3x1 tab
- CTM 3x1 tab
- Multivitamin 1x1
- Awasi KUVS, tanda-tanda infeksi sekunder/komplikasi dan tanda-tanda
dehidrasi
Konseling/Edukasi :
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan,
dan prognosis campak pada orang tua pasien.
b. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien bahwa campak merupakan
penyakit yang menular namun pada sebagian besar pasien, infeksi dapat
sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif
c. Menjelaskan kepada keluarga pasien agar memenuhi kebutuhan cairan
pasien di samping pemberian cairan melalui infus. Beri asupan cairan
berupa air teh, susu, oralit, atau pun jus. Berikan penjelasan pula mengenai
tanda-tanda dehidrasi kepada keluarga pasien terutama jika pasien disertai
muntah dan diare.
d. Menjelaskan tanda-tanda bahaya/komplikasi yang dapat mengarahkan ke
komplikasi campak sehingga kondisi pasien dapat lebih teratasi dan dapat
ditatalaksana dengan lebih cepat dan tepat.
e. Menjelaskan cara-cara pencegahan campak pada keluarga pasien termasuk
pentingnya vaksinasi Campak saat bayi berumur 9 bulan dan booster
campak usia 24 bulan dan 6 tahun. Untuk anggota keluarga/kontak yang
rentan, dapat diberikan vaksin campak atau human immunoglobulin untuk
pencegahan.
f. Memastikan obat dan vitamin dikonsumsi sesuai dosis dan anjuran dokter.
Konsultasi :
Menjelaskan bahaya penyakit campak serta komplikasi yang dapat terjadi.
Menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien, serta tanda-tanda
bahaya/komplikasi. Menunjuk pengawasan minum obat dan pengawasan
kondisi pasien, terutama mengenai tanda-tanda bahaya/komplikasi dan tanda-
tanda dehidrasi kepada keluarga pasien. Menjelaskan cara pencegahan campak.
Rujukan
Rujukan perlu dilakukan jika campak dengan komplikasi seperti
superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup dan ensefalitis.
Disusun Oleh :
Nama/Peserta : dr. Alva Putri Deswandari
Pendamping : dr. Riyono
PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE FEBRUARI - MEI 2016
Berita Acara Presentasi Portofolio
Pada hari Senin, tanggal 25 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama : dr. Alva Putri Deswandari
Dengan judul/ topik : F6. Upaya Pengobatan Dasar
(Topik : Tension Type Headache)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping,
dr. Riyono
NIP. 19711013 201001 1 001
BORANG PORTOFOLIO
4. Riwayat Keluarga
Pasien tinggal dengan suami dalam 1 rumah dan mempunyai 2 orang anak.
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien berobat dengan fasilitas BPJS-
Jamkesmas.
6. Pemeriksaan Fisik
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC
B. Mata
TIO per palpasi kesan normal, Reflek cahaya (+|+), Pupil isokor (3mm|
3mm)
C. Hidung
Sekret (-|-), Nafas cuping hidung (-|-)
D. Telinga
Sekret (-|-), Tragus pain (-|-)
E. Jantung
BJ I-II, intensitas normal, regular, bising (-)
F. Paru
SDV (+|+), RBK (-|-), Wheezing (-|-)
G. Abdomen
BU (+) normal, supel, timpani, nyeri tekan (-)
H. Px Neurologis
Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
Daftar Pustaka :
1. IDI Depkes RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Primer. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2013.
2. ISH Classification ICHD II (International Classification of Headache
Disorders)available at http://ihs-classification.org/downloads/mixed/ICHD
-IIR1final.doc
3. Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.sudoyo,
Bambang Setyohadi, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2007.934-936.
Hasil Pembelajaran
Tension Type Headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala
akibat kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (M.splenius
kapitis, M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius,
M.servikalis posterior, dan M.levator skapula). Etiologi dan Faktor Resiko
Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi
yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang
berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension
Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar
71%sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40
tahun.
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension
Type Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi
serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik
(ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit – 7 hari. Tension Type Headache
kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan
berlangsung lebih dari 6 bulan.
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan –
sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak
dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh
stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang
vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta
temporomandibular.
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk
mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest,massage,
dan/ atau latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia
dan/atau muclesrelaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat
yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel
analgesia(asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah
butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan
menambah efektifitas pengobatan.
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi
lumbal,migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada
arteritis temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada
penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
TTH dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat
berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini
baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat
disembuhkan.
1. SUBYEKTIF
Pasien datang ke dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari sebelum datang
ke puskesmas. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala terutama bagian leher
dan kepala bagian belakang. Terasa seperti diikat dan terasa berat, namun tidak
berdenyut. Keluhan dirasakan terus menerus dan makin lama makin memberat
hingga pasien juga kesulitan untuk tidur. Mual (-), muntah (-), pandangan
kabur (-), mata dan hidung nrocos (-), pusing berbutar (-), demam (-).
Dua bulan sebelumnya, pasien sudah berobat dan diberikan obat (pasien
lupa nama obat tersebut). Keluhan dirasakan berkurang, tetapi kemudian
kambuh kembali. Keluhan seperti ini dirasakan kambuh-kambuhan terutama
jika pasien banyak pikiran dan kelelahan.
2. OBJEKTIF
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC
B. Mata
TIO per palpasi kesan tidak meningkat
C. Pemeriksaan Neurologis
Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
3. ASSESSMENT
Tension Type Headache
4. PLAN
Pengobatan :
Pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah Analgetik golongan NSAID
berupa Natrium Diklofenac dengan dosis 2x50 mg. Pasien juga mengalami
kesulitan tidur, bisa dipertimbangkan pemberian Diazepam 2 mg malam hari
sebelum tidur jika perlu. Alprazolam menjadi pilihan akhir karena memiliki
efek ketergantungan jika dikonsumsi terus menerus.
Konseling/Edukasi
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan,
dan prognosis tension type headache pada pasien.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhannya tersebut berkaitan dengan
stress pikiran maupun fisik dan kecemasan, bukan karena ada kelainan di
dalam kepala atau otak. Sehingga pengobatannya pun didasarkan pada
penyebab yang mendasari.
c. Keluarga pasien diharapkan ikut serta membantu menjelaskan kepada
pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau
otaknya sehingga dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak
atau penyakit intracranial lainnya.
d. Keluarga pasien diharapkan ikut membantu mengurangi beban
pikiran/kecemasan yang menjadi pencetus keluhan yang dirasakan saat ini.
Konsultasi
Pasien perlu dimotivasi agar lebih memahami bahwa keluhan nyeri kepala
yang dialami bukan karena ada masalah di dalam kepala/otak namun
dicetuskan karena faktor psikis seperti stress pikiran. Hendaknya pasien lebih
terbuka terhadap keluarga atau suami jika sedang ada masalah sehingga
mengurangi beban pikiran.
Rujukan
Rujukan perlu dilakukan jika nyeri kepala tidak membaik setelah diberi
obat pereda nyeri, dapat dipertimbangkan untuk diberi rujukan ke spesialis
syaraf di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder. Jika pikiran pasien terlalu
berat hingga tidak dapat diatasi dan memimbulkan gejala kecemasan/depresi
berat, dapat dipertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis jiwa.