Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dinda Amalia Shaleha

NIM : 019.06.0022/A

Tugas : Essay Materi Kuliah by dr. Kadek Dwi Pramana, M.Biomed., Sp. PD

FISIOLOGI ESOFAGUS

Latar Belakang

Pada materi ini akan dibahas mengenai fisiologi esophagus. Esophagus (kerongkongan)
merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung, yang letaknya di antara
tenggorokan dan lambung. Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari
mulut menuju lambung. Disini akan dibahas mengenai bagaimana proses atau mekanisme
fisiologis dari esophagus, yang merupakan salah satu traktus gastrointestinal (GI) yang terdapat
dan terlibat didalam Sistem Digestif/GI. Dan materi ini mejadi salah satu dasar dari ilmu
kedokteran yang sangat penting untuk dipelajari dan dipahami.
Pembahasan

Esofagus merupakan saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara faring dan
lambung. Esofagus dijaga di kedua ujung oleh sfingter, yang dimana sfingter merupakan
struktur otot berbentuk cincin yang ketika tertutup, mencegah lewatnya sesuatu melalui saluran
yang dijaganya. Sfingter esofagus terdiri dari sfingter esofagus atas yaitu sfingter
faringoesofagus dan sfingter esophagus bawah yaitu sfingter gastroesofagus. Fungsi sfingter
faringoesofagus adalah mencegah masuknya udara dalam jumlah besar ke dalam esofagus dan
lambung sewaktu bernafas, yang nanti akan membuka pada saat menelan sehingga
memungkinkan bolus masuk ke dalam esophagus, dan akan menutup jika bolus sudah terdapat di
esophagus. Namun, sendawa akan timbul saat saluran pencernaan menerima banyak gas
dibandingkan saluran pernafasan.

Selanjutnya, Proses menelan yang merupakan aksi fisiologis kompleks ketika makanan
atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Gerakan otot yang sangat terkoordinasi yang dimulai
dari pergerakan voluntar lidah dampai diselesaikan dengan serangkaian refleks dalam faring dan
esophagus. Proses menelan merupakan suatu proses yang kontinyu (berkelanjutan), yang dimana
terdapat 3 fase, yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal. Fase oral, yang dimana bolus
(makanan yang telah dikunyah oleh mulut) didorong ke belakang mengenai dinding posterior
faring oleh gerakan voluntar lidah.

Diatas telah dibahas mengenai sfingter esophagus. Sphincter Esophagus Atas (SEA),
badan esophagus ditutup di proksimal oleh SEA yang dipersarafi oleh nervus vagus dan
glossopharyngeus yang merangsang musculus cricopharyngeus dipertahankan. Selama menelan,
akan terjadi penghambatan persarafan tonik ke sphincter dengan relaksasi zona tekanan tinggi ke
tekanan istirahat esofagus pars cervicalis sekelilingnya. Relaksasi ini timbul serentak dengan
kontraksi faring yang memungkinkan akomodasi normal bolus yang didorong oleh faring, dan
kontraksi pasca menelan menutup sphincter, penutupan SEA menyebabkan kontraksi peristaltik
menjalari esofagus cervicalis, sehingga mencegah regurgitasi solut yang ditelan dari esofagus
cervicalis kembali ke dalam faring. Badan Esofagus, menerima rangsangan kolinergik yang
menyebabkan kontraksi badan esofagus (berjalan dengan kecepatan 2-3cm/detik), yaitu ada
kontraksi primer, sekunder dan tersier, kontraksi berlangsung dari 4-6 detik, sedangkan tekanan
istirahat dalam badan esofagus mencerminkan tekanan intrathoraks negative.

Sedangkan, Sphincter Esophagus Bawah (SEB), esofagus dipisahkan dari lambung oleh
sphincter fisiologi yang menciptakan tekanan tinggi sepanjang 2-4 cm, yang bersifat tonik aktif
dan melemah saat menelan. Mekanisme miogenik dan neurogenik membantu mempertahankan
tonus istirahat SEB yang dipengaruhi hormone. Tonus istirahat bagian esofagus lain bervariasi
dengan teknik rekaman (berkisar antara 15-25 mmHg), sehingga menyebabkan sawar tekanan
positif terhadap refluks gastroesophageal. Ketika proses menelan, gerakan gelombang peristaltik
esofagus berlanjut dalam badan esofagus menyebabkan relaksasi terhadap tekanan intragaster,
sehingga terjadi pemindahan bolus pencernaan dari esofagus ke lambung. Masa pembukaan
sphincter harus disesuaikan dengan lama kontraksi badan esophagus, karena menyilang area
sphincter, gerakan gelombang peristaltik menciptakan kontraksi menutup, sehingga SEB kembali
ke tekanan istirahat normal. Tonus SEB dibawah kendali saraf nervus vagus (sfingter intrinsik
berkontraksi) dan nervus phrenicus (sfingter ekstrinsik berkontraksi). Sfingter intrinsik dan
ekstrinsik bekerjasama sehingga makanan mengalir baik ke lambung dan tidak terjadi refluks isi
lambung ke dalam esophagus.
Terdapat beberapa gangguan yang dapat terjadi pada esophagus, yaitu Akalasia dan
Refluks gastroesofagus (GERD). Akalasia adalah keadaan sphincter esofagus bawah yang gagal
berelaksasi selama menelan. Makanan yang ditelan ke esofagus gagal untuk melewati esofagus
masuk ke dalam lambung, sehingga terjadi akumulasi makanan di esofagus dan pelebaran
esophagus. Jika akalasia menjadi berat, akan menyebabkan esofagus sering tidak dapat
mengosongkan makanan yang ditelan ke dalam lambung selama beberapa jam. Dan Refluks
gastroesofagus (GERD) adalah terjadi inkompetensi sfingter esofagus bawah, sehingga
menyebabkan refluks isi lambung yang asam ke dalam esophagus, dan dapat menimbulkan ulkus
dan striktur esofagus akibat pembentukan jaringan parut.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan materi diatas mengenai fisiologi esophagus. Esophagus


(kerongkongan) merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung, sebagai jalan
untuk makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju ke lambung. Kemudian, juga terdapat
beberapa bagian organ yang terlibat didalam prosesnya. Dan dibahas juga sedikit mengenai
gangguan yang dapat terjadi pada esophagus. Esophagus merupakan salah satu traktus
gastrointestinal (GI) yang terdapat dan terlibat didalam Sistem Digestif/GI (Pencernaan). Dan
materi ini mejadi salah satu dasar dari ilmu kedokteran yang sangat penting untuk dipelajari dan
dipahami oleh kita sebagai mahasiswa kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai