Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TEKNIK LOG ROLL PER 2 JAM TERHADAP

RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN DENGAN CIDERA


TULANG BELAKANG DI RS ORTOPEDI
PROF. Dr. R SOEHARSO SURAKARTA

ARTIKEL PENELITIAN

Disusun oleh:

YATMI
NIM: ST181065

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
1

Pengaruh Diberikannya Teknik Log Roll per 2 Jam terhadap Risiko


Dekubitus pada Pasien dengan Cedera Tulang Belakang
di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Yatmi1), Anita Istiningtyas2), Martina Ekacahyaningtyas3)


1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: yatmi1982rso@gmail.com
2,3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: anita.intyas@gmail.com

Abstrak

Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan imobilisasi salah
satunya pasien dengan cedera tulang belakang. Upaya pencegahan terjadinya dekubitus
pada pasien dengan cedera tulang belakang dengan teknik log roll per 2 jam yaitu sebuah
teknik yang digunakan untuk memiringkan badan pasien setiap saat dijaga pada posisi
lurus sejajar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh diberikannya teknik log
roll per 2 jam terhadap risiko dekubitus pada pasien dengan cedera tulang belakang

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan desain quasy experiment dengan
pendekatan pre and post test kontrol group design. Sampel penelitian sebanyak 20 pasien
dengan cedera tulang belakang yaitu dibagi menjadi 10 pasien kelompok perlakuan, dan
10 pasien kelompok kontrol. Tehnik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah
Incidental sampling. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan dengan p-value = 0,004, kelompok kontrol
dengan p-value = 0,317. Hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p-value = 0,000.

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh teknik log roll per 2 jam terhadap risiko
dekubitus pada pasien dengan cedera tulang belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta. Saran bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan kombinasi
perlakuan pemberian tehnik log roll per 2 jam dengan perlakuan lain yang dapat
menurunkan derajat risiko dekubitus.

Kata kunci: Log roll per 2 jam, risiko dekubitus, cedera tulang belakang

Abstract

Decubitus is a problem which is encountered by patients with immobilizations,


particularly those with spinal injury. The effort to prevent decubitus incidence is per two-
hour log roll technique, that is, a maneuver used to move a patient without flexing the
spinal column. The objective of this research is to investigate effect of administration of
per-two hour log roll on decubitus risks of spinal injury patients.
This research used the quantitative quasi experimental research method with pre-test and
post-test control group design. Incidental sampling was used used to determine its
samples. They consisted of 20 spinal injury patients: 10 in the treatment group and 10 in
2

the control group. The data of the research were statistically analyzed by using the
Wilcoxon’s Test and the Mann Whitney’s Test.

The result of the Wilcoxon’s Test shows that the p-value of the treatment group was
0.004 meanwhile that of the control group was 0.317. In addition, the result of the Mann-
Whitney’s Test shows that the p-value of each group was 0.000.

Thus, the administration of per-two hour log roll had an effect on the decubitus risks of
spinal injury patients at Prof. Dr. R. Soeharso Orthopedic Hospital of Surakarta. Further
research is required to be performed by combining per two-hour log technique treatment
and other treatments which are able to reduce decubitus risks.

Keywords: Per two-hour log roll, decubitus risks, spinal injury

I. PENDAHULUAN Penatalaksanaan pencegahan


Cedera tulang belakang atau dekubitus yaitu dengan melakukan alih
disebut juga Spinal Cord Injury (SCI) baring atau perubahan posisi. Alih
adalah trauma yang menyebabkan baring pada pasien cidera tulang
kerusakan pada spinal cord sehingga belakang yaitu dengan teknik log roll.
menyebabkan menurunnya atau Teknik log roll adalah posisi
hilangnya fungsi motorik maupun memiringkan dengan in line position
sensorik. Angka prevalensi cedera seolah menggelindingkan batang
punggung atau tulang belakang di kayu sehingga tidak memperparah
Indonesia sebanyak 6,5% merupakan kondisi cedera atau fraktur tulang
urutan ke empat jenis cedera setelah belakang (Berman, 2010).
cedera lainnya. Angka prevalensi Hasil wawancara 14 perawat
cedera punggung atau tulang belakang yang ada di bangsal Anggrek 1,
di propinsi Jawa Tengah sebanyak bangsal pasien spine, semuanya
6,4% (Riskesdas, 2018). mengatakan mampu untuk
Masalah yang muncul pada melakukan teknik log roll pada
pasien dengan cedera tulang belakang pasien spine tetapi untuk tindakan
yaitu dari defisit neurologis seseorang alih baring log roll tiap 2 jam belum
akan mengalami kehilangan terprogram sesuai kebutuhan pasien.
kemampuan untuk transfer dan Hasil wawancara 5 pasien yang
ambulasi karena kelumpuhan pada menggunakan kasur dekubitus, 4
kedua kaki bahkan anggota geraknya, pasien mengatakan tidak nyaman
kehilangan kemampuan untuk dengan kasur dekubitus karena
eliminasi Buang Air Besar (BAB) dan berisik dari bunyi mesin kasur
Buang Air Kecil (BAK). Penanganan dekubitus, 1 pasien mengatakan
pada cidera tulang belakang adalah nyaman dengan kasur dekubitus.
dengan imobilisasi. Pasien yang Pasien dengan cedera tulang
dicurigai cidera tulang belakang belakang kebutuhan pasien dibantu
membutuhkan imobilisasi tulang oleh perawat dan keluarga termasuk
belakang secara penuh (Gumm et all, mandi, berpakaian, buang air besar,
2015). juga dalam mengganti linen pasien.
3

Setiap tindakan yang harus


memiringkan pasien, perawat IV. HASIL PENELITIAN DAN
dibantu keluarga menggunakan PEMBAHASAN
teknik log roll. 1. Usia
Tujuan Penelitian adalah Tabel 1 Distribusi Usia Responden
mengetahui pengaruh teknik log roll
Usia (tahun) Kel. Kel.
per 2 jam terhadap risiko dekubitus perlakuan kontrol
pada pasien dengan cedera tulang Mean 50,80 48,60
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. SD 10,77 6,02
Soeharso Surakarta. Median 48,50 49
Modus 41 39
Min 36 39
II. TEMPAT DAN WAKTU Maks 65 57
PENELITIAN
Penelitian dilakukan di ruang Berdasarkan Tabel 1 median
rawat inap di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. (nilai tengah) usia responden adalah
Soeharso Surakarta. Penelitian ini 48,50 tahun, modus adalah 41 tahun,
dilakukan selama bulan Maret - usia termuda 36 tahun dan tertua 65
Oktober 2019 tahun. Usia responden tersebut
termasuk pada kelompok umur lansia
III. METODOLOGI PENELITIAN awal (Depkes RI, 2009). Pada usia
Jenis penelitian adalah lansia awal terjadi penurunan
penelitian kuantitatif, menggunakan toleransi terhadap tekanan,
desain quasy experiment dengan pergerakan dan gaya gesek, hal ini
pendekatan pre and post test control disebabkan oleh perubahan-
group design.. Populasi penelitian perubahan pada kulit, seperti
adalah pasien rawat inap cidera tulang penurunan elastisitas dan
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. vaskularisasi, kehilangan otot,
Soeharso Surakarta dalam rentang penurunan kadar serum albumin,
waktu bulan Januari - Maret 2019 penurunan respon inflamatori.
sebanyak 70 pasien. Teknik Volume dermis mengalami
pengambilan sampel dalam penelitian penurunan yang menyebabkan
ini dilakukan dengan teknik Incidental penipisan dermal dan jumlah sel
sampling. Jumlah sampel seabanyak berkurang. Implikasi dari hal ini
20 orang pasien yang dibari dalam 2 adalah lansia rentan terhadap
kelompok, 10 kelompok intervensi 10 penurunan termoregulasi, penutupan
kelompok kontrol. dan penyembuhan luka lambat,
Instrumen untuk intervensi penurunan respon inflamasi, dan
penelitian adalah SOP teknik log roll penurunan absorbsi kulit terhadap
per 2 jam, sedangkan alat yang zat-zat topikal (Martono, 2014).
digunakan untuk menilai kejadian Penelitian Syapitri (2017),
dekubitus menggunakan derajat luka menyebutkan rerata usia pasien yang
tekan menurut sistem klasifikasi yang berisiko mengalami luka tekan dengan
ditetapkan oleh NPUAP 2014 dengan tirah baring lama (bedrest total) adalah
menggunakan lembar observasi 51 tahun dalam penelitian metode
NORTON serta alat dokumentasi pencegahan luka dekubitus pada
(buku dan bolpoin).
4

pasien bedrest total melalui perawatan f % f % f %


kulit di RS Sari Mutiara Medan. Tidak lulus 1 10 0 0 1 5
SD
2. Jenis kelamin Lulus SD 6 60 8 80 14 70
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Lulus SMP 2 20 1 10 3 15
Menurut Jenis Kelamin
Lulus 1 10 1 10 2 10
SMA
Kel Kelompok
Jenis Perlakuan Kontrol Total Total 10 10 10 100 20 100
kelamin
f % f % f %
Tabel3 menunjukkan sebagian
Laki-laki 4 40 9 90 13 65
besar pendidikan responden lulus SD
Perempuan 6 60 1 10 7 35
sebesar 70%. Notoadmojo (2015),
Total 10 100 10 100 20 100
menjelaskan pendidikan seseorang
dapat berpengaruh pada tingkat
Berdasarkan Tabel .2 pengetahuan, termasuk memahami
menunjukkan data jenis kelamin pentingnya dilakukan log roll setiap
secara keseluruhan sebagian besar 2 jam untuk mencegah terjadinya
adalah laki-laki (65%). Primiano et al risiko dekubitus.Pendidikan pasien
(2011), menemukan bahwa luka tekan cedera tulang belakang yang masih
banyak terjadi pada laki-laki, hal ini rendah, perlu diberikan pendidikan
mungkin disebabkan dengan kesehatan dari petugas kesehatan
keberadaan dan distribusi jaringan tentang manfaat perawatan alih baring
adiposa. Wright (2011), menjelaskan secara teratur untuk mengurangi risiko
jaringan adiposa merupakan suatu luka tekan.
model terintegrasi antara sistem
endokrin dan signaling dalam regulasi
metabolisme energi. Kehilangan 4. Defisit neurologis
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden
jaringan adiposa akan mempercepat Menurut Defisit Neurologis
risiko kerusakan jaringan kulit dimana
jaringan adiposa melindungi tonjolan Kel Kel
tulang dari tekanan. Defisit Perlakuan Kontrol Total
neurologis
Penelitin Ottosen (2019) f % f % f %
menjelaskan sebanyak 76% pasien Frangkle A 3 30 5 50 8 40
cedera tulang belakang adalah laki-laki (lumpuh)
yang mengalami trauma cedera tulang Frangkle B 1 10 2 20 3 15
belakang dengan immobilisasi dalam (lemah)
penelitian di rumah sakit negara Frangkle E 6 60 3 30 9 45
Denmark. (Normal)
Total 10 100 10 100 20 100
Berdasarkan tabel 4
menunjukkan sebagian besar
responden dengan kondisi defisit
3. Tingkat pendidikan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden neurologis kategori frangkle E
Menurut Tingkat Pendidikan (normal) sebesar 45%.Defisit
neurologis yang terjadi pasien cedera
Tingkat Kel Kel tulang belakang akan mengalami
pendidikan Perlakuan Kontrol Total kehilangan kemampuan untuk transfer
5

dan ambulasi karena kelumpuhan pada setiap 2 jam. Log roll adalah sebuah
kedua kaki bahkan anggota geraknya, teknik yang digunakan untuk
kehilangan kemampuan untuk memiringkan badan pasien setiap saat
eliminasi. Penelitian Siregar (2012) dengan posisi lurus sejajar. Tujuan
menyebutkan 11,4% penderita dengan dari tindakan log roll adalah
diagnosis cedera medula spinalis mempertahankan alignment anatomis
traumatik yang dirawat inap di RSUP yang benar dalam usaha untuk
Haji Adam Malik Medan mengalami mencegah kemungkinan cedera
defisit neurologis Frankel E. neurologis lebih lanjut dan mencegah
penekanan area cedera (Krissanty,
5. Risiko Dekubitus Sebelum dan 2009).
Sesudah pada Kelompok Hasil post test tindakan log roll
Perlakuan yang Dilakukan Log per 2 jam diperoleh rerata nilai
Roll Tiap 2 jam median Skala norton sebesar 14.
Tabel 5 Statistik deskripsi skala norton data Nilai 14 masuk kategori risiko sedang.
risiko dekubitus sebelum dan sesudah Menurut Norton (1996) score 14
dilakukan log roll terjadwal per 2 jam sekali sebagai permulaan risk. Insiden ulkus
kelompok perlakuan pressure secara substansial dikurangi
Skala norton data Pre test Post test dengan intervensi awal. Intervensi
risiko dekubitus awal dihasilkan dari penggunaan skala
Mean 11,20 12,80 penilaian risiko, dengan demikian
SD 1,75 1,54 waktu prioritas untuk menentukan
Median 12 14 tindakan pencegahan. Prevalensi ulkus
Modus 9 14
Min 9 11 pressure dapat dikurangi dengan
Maks 13 14 perawatan kebersihan kulit dan
perubahan posisi 2-3 jam. Ini
Berdasarkan Tabel 5 rata-rata dilakukan kepada pasien yang indikasi
nilai median skala Norton data risiko score permulaan risk .
dekubitus pada saat pre test 12, Faktor-faktor yang teridentifikasi
sedangkan pada saat post test sebesar sebagai penunjang terhadap terjadinya
14. Nilai 12 masuk kategori risiko dekubitus mencakup imobilisasi,
tinggi. Menurut Norton, (1996) score kerusakan persepsi sensori dan atau
12 adalah score break down. Score kognisi, penurunan perfusi jaringan,
12 menunjukan tingkatan rendah, penurunan status nutrisi, friksi dan
yang mana lesi pada area tekanan daya tarikan, peningkatan kelembaban
tampak tidak dapat dihindari. dan perubahan kulit yang berhubungan
Menurut Sulidah (2017) dengan usia (Rasyid, 2017). Hasil
semakin lama imobilisasi berarti penelitian Pili (2018) menjelaskan
peluang terjadinya decubitus semakin faktor usia pasien cedera tulang
besar. Tingkat ketergantungan belakang yang mengalami risiko
mobilitas pasien merupakan faktor dekubitus yang tinggi adalah faktor
yang langsung mempengaruhi risiko usia, dimana usia yang menua maka
terjadinya luka (Ignatavicius & terjadi penurunan kemampuan
Linda, 2012). fisiologis tubuh antara lain
Tindakan perawatan pada berkurangnya toleransi terhadap
responden dilakukan dengan log roll tekanan dan gesekan, berkurangnya
6

jaringan lemak subkutan, Log roll adalah sebuah


berkurangnya jaringan kolagen dan tehnik yang digunakan untuk
elastin, serta menurunnya efisiensi memiringkan klien yang badanya
kolateral kapiler pada kulit. setiap saat dijaga pada posisi lurus
sejajar (seperti sebuah batang
6. Risiko Dekubitus Sebelum dan kayu)(Berman, 2010). Tujuan Log
Sesudah pada Kelompok roll adalah untuk mendistribusikan
Kontrol tekanan baik dalam posisi duduk atau
Tabel 6 Statistik deskripsi data risiko
dekubitus sebelum dan sesudah dilakukan
berbaring serta memberikan
log roll tidak terjadwal pada kelompok kenyamanan pada pasien (Potter &
kontrol Perry, 2010).
Penelitian Sulidah (2017)
Skala norton data Pre test Post test menjelaskan bahwa lama imobilisasi
risiko dekubitus
juga berbanding lurus dengan
Mean 10,30 10,40
SD 1,70 1,83 kejadian dekubitus. Semakin lama
Median 9,50 9,50 imobilisasi berarti peluang terjadinya
Modus 9 9 dekubitus semakin besar. Sebagian
Min 9 9 besar responden memiliki risiko
Maks 13 13 untuk terjadinya dekubitus yang
dibuktikan dengan skor Norton 9-13
Berdasarkan Tabel 6 rerata nilai sebanyak 11 orang (61%) dalam
median skala Norton data risiko penelitian tentang pengaruh tindakan
dekubitus kelompok kontrol pada pencegahan terhadap kejadian
saat pre test maupun post test dekubitus pada lansia imobilisasi.
sebesar 9,50.Nilai 9,50 masuk
kategori risiko sangat tinggi. Menurut
Norton (1996) score yang turun dari 7. Beda Risiko Dekubitus Sebelum
12 menjadi 9 pada akhir minggu ke 2 dan Sesudah pada kelompok
akan ditandai munculnya dekubitus Perlakuan yang Dilakukan Log
pertama kali. Di minggu-minggu Roll per 2 jam
Tabel 7 Beda risiko dekubitus sebelum dan
berikutnya akan nampak sesudah dilakukan log roll per 2 jam pada
perkembangan ulcer menjadi kelompok perlakuan
gangrean dan mati.
Dittmer (2011), menjelaskan Risiko Z p-value Keputusan
dekubitus
pasien dengan risiko dekubitus Kel -2,889 0,004 Ha
semakin besar apabila mengalami perlakuan diterima
kesulitan bergerak dan tidak dapat
secara mudah mengubah posisi saat Berdasarkan tabel 7 hasil uji
duduk atau berbaring. Faktor risiko Wilcoxon diperoleh nilai Z = -2,889
seperti imobilitas dan gaya gesek dengan p-value = 0,004 (p < 0,05)
mengakibatkan tekanan terutama sehingga keputusan hipotesa yang
pada area penonjolan tulang. diambil adalah Ho ditolak, Ha diterima
Tekanan menyebabkan iskemia dan yang artinya ada perbedaan risiko
hipoksemia pada jaringan yang dekubitus sebelum dan sesudah
terkena mengingat aliran darah ke dilakukan log roll terjadwal per 2 jam
tempat tersebut berkurang (Kowalak, pada kelompok perlakuan.
2014).
7

Reuben (2015) menjelaskan Tabel 8 Beda risiko dekubitus sebelum dan


perbaikan kondisi kulit pasien cidera sesudah dilakukan log roll tidak terjadwal
pada kelompok kontrol
tulang belakang dengan melakukan log
roll per 2 jam merupakan upaya Risiko Z p-value Keputusan
pencegahan terjadinya risiko dekubitus
dekubitus. Log roll per 2 jam dapat Kel -1,000 0,317 Ho
memperbaiki kelembaban, sirkulasi perlakuan diterima
dan kondisi kulit. Risiko timbulnya
Berdasarkan tabel 8 hasil uji
luka dekubitus diawali dengan
Wilcoxon diperoleh nilai Z =-1,000
terjadinya kompresi berkepanjangan
dengan p-value = 0,317 (p >0,05)
pada jaringan lunak antara tonjolan
artinya tidak ada beda risiko dekubitus
tulang dan permukaan yang padat.
sebelum dan sesudah dilakukan log
Menurut William et. al (2009),
roll tidak terjadwal pada kelompok
seorang pasien dengan imobilisasi
kontrol. Menurut Ganong (2015)
tinggi mempunyai risiko untuk
penatalaksanaan pada pasien dengan
terjadinya dekubitus karena
paraplegia dan kuadriplegia
penurunan fungsi kulit, penurunan
menimbulkan masalah komplek,
derajat toleransi jaringan terhadap
seperti semua pasien yang mengalami
tekanan dan penurunan persepsi
imobilisasi. Berat tubuh menekan
sensori. Penelitian Grigorian (2017)
sirkulasi ke kulit di atas tonjolan-
menjelaskan pasien cidera tulang
tonjolan tulang sehingga jika pasien
belakang sangat berisko mengalami
tidak sering dipindah-pindahkan
luka dekubitus. Menurut Bujang
posisinya, kulit disekitar tersebut rusak
(2013) untuk mencegah dikubitus bisa
dan terbentuk ulkus dekubitus.
dilakukan dengan tindakan alih baring
Menurut Ginsbreng (2010),
setiap 2 jam selama 24 jam agar tidak
proses terjadinya dekubitus dimulai
terjadi penekanan. Tertekannya daerah
dengan adanya tekanan pada
lebih dari 2 jam akan menyebabkan
permukaan tubuh yang menonjol yang
gangguan sirkulasi cairan tubuh dan
secara berangsur-angsur menyebabkan
oksigen ke jaringan.
gangguan sirkulasi darah setempat dan
Menurut Potter & Perry (2010)
bila berlangsung lebih lama maka area
dengan dilakukanya alih baring 2 jam
tersebut akan mengalami defisit nutrisi
dan 4 jam akan memberikan rasa
sehingga perlahan terjadi kematian
nyaman pada pasien. Mempertahankan
jaringan/nekrosis. Lewko (2011) ulkus
atau menjaga postur tubuh dengan baik
tekanan merupakan masalah serius
dapat menghindari komplikasi yang
bagi pasien dan staf keperawatan
timbul akibat tirah baring (dekubitus),
terlibat dalam perawatannya. Ulkus
maka dengan dilakukanya alih baring
bisa akibat dari adanya insufisiensi
dapat mencegah terjadinya dekubitus.
peredaran darah ke jaringan yang
terkena jangka waktu yang panjang,
8. Risiko Dekubitus Sebelum dan karena tekanan berulang.
Sesudah pada Kelompok Penelitian Sarwanto (2017)
Kontrol Pasien dengan Cedera menjelaskan mobilisasi pada pasien
Tulang Belakang di RS. dengan bedrest total di RSUD Salatiga
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso menunjukkan tidak ada perbedaan skor
Surakarta dekubitus sebelum dan sesudah
8

dilakukan posisi miring 90 derajat. Risiko Mean


Z p-value Keputusan
Penelitian Bujang (2013) pada pasien dekubitus rank
Perlakuan 15,30 Ha
stroke yang mengalami hemiparese di -3,894 0,000
Kontrol 5,70 diterima
RSUD kota Semarang pada kelompok
kontrol yang tidak mengalami Berdasarkan tabel 9 hasil uji
decubitus 46,7% (7 responden) dan Mann-Whitney diperoleh nilai
yang mengalami dekubitus grade 1 Z = -3,894 ; p-value = 0,000 (p <
53,3% (8 responden). Dari hasil yang 0,05) sehingga keputusan hipotesa
bervariasi tersebut dipengaruhi dengan yang diambil adalah Ho ditolak, Ha
perhatian perawat. Pasien sadar dan diterima yang artinya ada pengaruh
berorientasi mereka mengubah teknik log roll per 2 jam terhadap
posisinya atau meminta bantuan untuk risiko dekubitus pasien dengan cedera
mengubah posisi. tulang belakang.Hasil penelitian ini
Menurut asumsi peneliti, tidak sejalan dengan penelitian Bujang
terjadinya perubahan nilai skala (2013) yang menunjukkan adanya
Norton pada kelompok kontrol yang pengaruh alih baring per 2 jam
dilakukan log roll per hari, karena terhadap kejadian dikubitus pada
pasien diubah posisi hanya pada waktu pasien dengan stroke yang mengalami
pagi hari selama 1,5 jam, setelah itu hemiparese di RSUD kota Semarang
pasien terlentang menetap pada dengan p-value 0,011.
posisinya sampai besok pagi, Tertekannya daerah lebih dari 2
meskipun semua responden kelompok jam akan menyebabkan gangguan
kontrol tidak mengalami dekubitus. sirkulasi cairan tubuh dan oksigen ke
Tidak dilakukannya log roll secara jaringan. Menurut Potter & Perry
terjadwal, maka posisi tubuh terutama (2010) dengan dilakukannya alih
bagian kulit yang menonjol dapat baring 2 jam dan 4 jam akan
mengalami tekanan pada saat memberikan rasa nyaman pada pasien.
berbaring. Kulit responden mengalami Mempertahankan atau menjaga postur
gesekan dengan kasur dalam waktu tubuh dengan baik, menghindari
cukup lama dan mengakibatkan luka komplikasi yang timbul akibat tirah
pada lapisan kulit yang paling atas, baring (dekubitus) maka dengan
dengan demikian tindakan log roll dilakukanya alih baring dapat
yang dilakukan hanya 1 kali per hari, mencegah terjadinya dekubitus.
mangakibatkan penilaian skala norton Kozier at all (2010)
baik dari pre test maupun post test menjelaskan dalam patofisiologi
tidak mengalami perubahan. dekubitus, jaringan mendapatkan
nutrisi dan oksigen dan membuang
sampah sisa metabolisme melalu
darah. Penekanan mempengaruhi
9. Pengaruh Teknik Log Roll per 2 metabolisme seluler dengan
Jam terhadap Risiko Dekubitus menurunkan atau menghambat
Pasien dengan Cedera Tulang sirkulasi jaringan, yang akhirnya akan
Belakang menimbulkan iskemik jaringan dan
Tabel 9. Pengaruh teknik log roll per 2 jam
terhadap risiko dekubitus pasien dengan cedera nekrosis. Iskemik jaringan adalah tidak
tulang belakang terdapatnya darah atau penurunan
sebagian besar aliran darah yang
9

terlokalisir akibat dari sumbatan. Tindakan log roll yang


Pasien pada saat dalam posisi dilakukan tidak secara periodik
berbaring atau duduk, berat badan menjadikan posisi tubuh terutama
tubuh tertumpu pada tonjolan-tonjolan bagian yang menonjol dapat
tulang. mengalami tekanan dalam waktu
Semakin lama penekanan cukup lama, sehingga bisa
terjadi, maka semakin besar pula mengakibatkan luka pada kulit yang
resiko kulit untuk mengalami tertekan, apabila hal ini berlangsung
kerusakan. Kerusakan jaringan terjadi lama maka akan menyebabkan
ketika tekanan melebihi cappilary decubitus. Pasien dengan cedera tulang
closing pressure yang normalnya 13- belakang dan mengalami dekubitus,
32 mmHg. Setelah periode iskemik, maka akan semakin banyak masalah
kulit yang berwarna putih atau warna yang timbul seperti semakin tingginya
cerah dapat berubah menjadi reaktif biaya perawatan, hari perawatan akan
hiperemik yang normal dan abnormal. menjadi lama, timbulnya kecemasan
Reaktif hiperemik yang normal pada pasien dan keluarga meningkat
ditandai dengan adanya vasodilatasi berhubungan dengan status kesehatan
yang normal sebagai respon tubuh yang dialami pasien. Timbul masalah
akan kekurangan aliran darah baru berkaitan dengan decubitus
kejaringan dibawahnya biasanya seperti kultur untuk menentukan
kurang dari satu jam, sedangkan antibiotik yang digunakan, pemilihan
reaktif hiperemik yang abnormal yakni metode perawatan luka yang tepat.
vasodilatasi yang berlebih yang baru
dapat berhenti > 1 jam hingga 2 (dua) V. KESIMPULAN
minggu setelah tekanan hilang (Kozier,
1. Rerata usia pasien pada cedera
2010).
tulang belakang adalah 48,50
Berbeda pembahasan pada
tahun. Responden banyak berjenis
kelompok kontrol yang dilakukan log
kelamin laki-laki sebesar 65%.
roll per hari. Perry dan Potter (2010)
Mayoritas pendidikan responden
menyebutkan dampak dari tidak
lulus SD (70%). Sebagian besar
dilakukannya mobilisasi adalah
responden dengan kondisi defisit
terjadinya perubahan metabolisme.
neurologis kategori frangkle E
Terjadi penurunan laju metabolisme,
(normal) sebesar 45% di RS.
mengganggu metabolisme
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
karbohidrat, lemak dan protein, dan
Surakarta.
menyebabkan gangguan
2. Rerata skala Norton risiko
gastrointestinal seperti nafsu makan
dekubitus pada kelompok
dan peristaltik berkurang. Dampak lain
perlakuan sebelumnya
adalah perubahan kardiovaskuler yaitu
menunjukan nilai sebesar 12 dan
terjadinya perubahan hipotensi
setelah dilakukan log roll per 2
ortostatik, meningkatnya beban kerja
jam menunjukan nilai sebesar 14
jantung dan pembentukan trombus.
pada pasien dengan cedera tulang
Dampak pada perubahan integumen,
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr.
berisiko meningkatkan efek tekanan
R. Soeharso Surakarta.
yang berbahaya pada kulit dan semakit
3. Rerata skala Norton risiko
tinggi mengalami risiko dekubitus.
dekubitus pada kelompok kontrol
10

sebelum dan sesudah menunjukan Bujang, B. Aini, F. Purwaningsih, H.


nilai yang sama yaitu 9,50 pada (2013). Pengaruh Alih Baring
pasien dengan cedera tulang Terhadap Kejadian Dekubitus
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. Pada Pasien Stroke Yang
R. Soeharso Surakarta. Mengalami Hemiparesis di
4. Ada beda risiko dekubitus sebelum Ruang Yudistira di RSUD Kota
dan sesudah dilakukan log roll Semarang.
terjadwal per 2 jam pada kelompok https//docplayer.info>3199533
perlakuan. dengan p-value = 0,004 7-P diakses tgl 24/11/2019.
pasien dengan cedera tulang
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. Departemen Kesehatan RI. (2009).
R. Soeharso Surakarta. Sistem Kesehatan Nasional.
5. Tidak ada beda antara risiko Jakarta
dekubitus sebelum dan sesudah
dilakukan log roll tidak terjadwal Ditmer, P.,,R. (2011). Principle Of
pada kelompok kontrol dengan p- Food Beverage And Labour
value = 0,317 pada pasien dengan Cost Control 7th Editions. New
cedera tulang belakang di RS. Jersey: John Willey & Sons
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Inc.
Surakarta.
6. Ada pengaruh teknik log roll per 2 Ganong, W. (2015). Buku Ajar
jam terhadap risiko dekubitus Fisiologi Kedoketeran. Jakarta
pasien dengan cedera tulang : EGC
belakang p-value = 0,000 pada
pasien dengan cedera tulang Ginsbreng. (2010). Lecture Notes
belakang di RS. Ortopedi Prof. Dr. Neurologi. Jakarta: Penerbit
R. Soeharso Surakarta. Erlangga.

VI. SARAN Grigorian, M A (2017). Pressure Ulcer


in Trauma Patients: A Higher
Hasil penelitian ini dapat Spinal Cord Injury Level Leads
menjadi dasar bagi peneliti lainnya to Higher Risk. Journal of the
dengan mengembangkan faktor American College of Clinical
risiko dekubitus seperti faktor IMT Wound Specialists (2017) 9,
pasien, suhu ruangan yang dapat 24–31 Elsevier Inc.
mempengaruhi risiko dekubitus serta
dapat dikembangkan sebagai Gumm and Judson, R. (2015).
penelitian dengan jangka waktu yang Managemen of the Pasient with
lebih lama sehingga hasilnya lebih Spinal Precautions. The Royal
bermakna. Melbourne Hospital.

VII. DAFTAR PUSTAKA Huda, N. (2012). Pengaruh Posisi


Miring Untuk Mengurangi
Berman, A. (2010). Buku Ajar Praktik
Luka Tekan pada Pasien
Keperawatan Klinis. Edisi 5.
dengan Gangguan Persyarafan
Jakarta, EGC
Jurnal Ilmia Keperawtan
11

STIKES Hang Tuah Surabaya. Martono H. (2014). Buku Ajar Boedhi


vol. 2, no.2, hal. 29-33. Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). 4th ed.
Hudak, C M., Gallo, Barbara M. Jakarta: FK UI.
(2012) Keperawatan kritis :
Pendekatan asuhan holistik vol Norton, D. (1996). Calculating The
2 edisi 8. Jakarta: EGC. Risk:Reflection On The Norton
Scale.htpps://journal.lww.com/
Ignatavicius, D. D dan Linda W, M. aswcjournal/cittion/1996/11000
L. (2012). Medical-Surgical /calculating_the_rsk_reflection
Nursing, Patient Centered s_on_the_norton.8.aspx akses
Collaborative Care. 6th tgl 13 Nov 2019.
Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier Inc. Notoatmojo, (2012). Metodologi
Irianto, K. (2015). Reproductive Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Health. Bandung: Alfabeata. Rieneka Cipta.

Khazaeipour Z(2016) Effective Notoatmodjo, S. (2010)Pendidikan


Teaching Strategies for Patient Kesehatan dalam
Education in Individuals With Keperawatan. Jakarta : EGC.
Spinal Cord Injury in Iran.
Arch Neurosci. 2016 January; Ottosen, C., I. (2019). Patient
3(1). Experience of Spinal
Immobilisation after Trauma.
Kowalak, J. P (2011). Buku Ajar Scandinavian Journal of
Patofisiologi. Jakarta: EGC. Trauma, Resuscitation and
Emergency Medicine 27:70.
Kozier, B., ERB, G., Berman,A., &
Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Pili, R. (2018). Ageing, Disability, and
Fundamental Keperawatan, Spinal Cord Injury:Some Issues
Konsep, Proses & Praktik. of Analysis Current
Edisi 7, Volume 2. Penerjemah Gerontology and Geriatrics
Wahyuningsih, E., Yulianti, D., Research Volume 2 No. 1
Yuningsih, Y., Lusyana, A.
Jakarta. EGC Potter, P.A, & Perry, A.G. (2010).
Fundamental Of Nursing edisi
Krisanty, P., dkk (2009). Asuhan 7. Jakarta : Salemba Medika.
keperawatan gawat darurat.
Jakarta. TIM. Potter, P.A, & Perry, A.G (2012).
Buku Ajar Fundamental
Lewko J, dan Misiak, B. (2011). Keperawatan: Konsep, Proses,
Relationships between Quality dan Praktik. Edisi 4, Jakarta,
of Life, Anxiety, Depression EGC.
and Diabetes. Annals of
Depression and Anxiety. Primiano S., et al. (2011). The Effect
of a Combined Versus a
12

Conventional Cognitive- Pencegahan Terhadap Kejadian


Behavioral Therapy on Quality dekubitus Pada lansia
of Life for Comorbid Panic imobilisasi. Jurnal Ilmiah
Disorder With Agoraphobia Ilmu-Ilmu kesehatan.
and Generalized Anxiety Medisains. Vol. 15. No. 3
Disorder: Preliminary Results.
Syapitri, H. (2017). Metode
Rasyid. (2017). Unit Stroke Pencegahan Luka Decubitus
Management Stroke Secara Pada pasien Bedrest Total
Komprehensif, Balai Penerbit Melalui Perawatan Kulit. Idea
Fakultas Kedokteran Nursing Journal. Vol. VIII No.
Universitas Indonesia, Jakarta. 2 2017 ISSN : 2087-2879, e-
ISSN : 2580 - 2445.
RISKESDAS (2018) Kementrian William et.al. (2009). Principles of
Kesehatan Badan Penelitian Geriatric Medicine and
dan Pengembangan Kesehatan Gerontology. New York:
www.depkes.go.id diakses 26 McGraw-Hill.
Feb 2019.
Wright, K. (2011). The Doctor’s Guide
Reuben B. (2015). Geriatric at Your To Pressure Ulcers. Kanada:
Fingertips. New Jersey : Mediscript Communications
Excerpta Medica, Inc. A Reed Inc.
Elsevier Company
Sarwanto, D.P (2017) Perbedaan
Efektivitas Posisi Miring 30
Derajat Dan 90 Derajat Dalam
Menurunkan Risiko Dekubitus
Pada Pasien Bedrest Total di
RSUD Salatiga. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan.
STIKES Telogorejo Semarang

Siregar, B., O. (2012). Karakteristik


dari Penderita Cedera Medula
Spinalis Traumatik di RSUP
Haji Adam Malik Medan
Majalah Kedokteran Nusantara.
Majalah Kedokteran
Nusantara. Volume 45, No. 2,
Agustus. Departemen
Orthopaedi dan Traumatologi,
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Sulidah dan Susilowati (2017)


Pengaruh Tindakan

Anda mungkin juga menyukai