Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aji Sakti Hidayatullah (1865201045)

Khairul Anam (1865201012)


Dosen : Khikmawanto, S.Ip,.M.Si
Mata Kuliah : Birokrasi Indonesia
Fakultas : FISIP (Ilmu Pemerintahan)

PATOLOGI BIROKRASI INDONESIA


A. Birokrasi
Institusi birokrasi merupakan ruang mesin negara. Di dalamnya berisi orang-
orang (pejabat) yang digaji dan dipekerjakan oleh negara untuk memberikan nasehat
dan melaksanakan kebijakan politik negara. Walaupun secara teoritis pengertian
birokrasi dapat dipahami secara simpel sebagai aturan negara, secara praktis,
pengertian birokrasi ini masih sering menimbulkan kontroversi. Eksistensi birokrasi
secara institusional, muncul setelah manusia mulai mengenal bentuk negara modern.
Filosof Perancis Baron de Grimm dan Vincent de Gournay mengatakan birokrasi
berasal dari kata bureau yang berarti meja tulis, di mana para pejabat (saat itu)
bekerja di belakangnya.
Lembaga birokrasi merupakan suatu bentuk dan tatanan yang mengandung
FISIP UMT Patologi Birokrasi Indonesia
struktur dan kultur. Struktur mengetengahkan susunan dari suatu tatanan, dan kultur
mengandung nilai (values), sistem, dan kebiasaan yang dilakukan oleh para pelakunya
yang mencerminkan perilaku dari sumberdaya manusianya.
Menurut Max Weber, sosiolog ternama asal Jerman, dalam karyanya, ”The
Theory of Economy and Social Organization”, birokrasi adalah suatu bentuk
organisasi yang ditandai oleh hierarki, spesialisasi peranan, dan tingkat kompetensi
yang tinggi ditunjukan oleh para pejabat yang terlatih untuk mengisi peran-peran
tersebut. Secara konsep menurut Blau, birokrasi adalah organisasi yang ditujukan
untuk memaksimumkan efisiensi dalam administrasi.
Birokrasi pemerintah sekarang adalah warisan dari pemerintahan sebelumnya.
Masyarakat selalu menuntut pelayanan publik (public service) yang berkualitas dari
birokrat. meskipun tuntutan tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris
pelayanan publik yang terjadi selama ini masih berbelit-belit, lambat, mahal, dan
melelahkan. Maka, para birokrat dituntut untuk terus melakukan pembaharuan dalam
kinerjanya guna menciptakan pelayanan dengan mudah, cepat dan murah.

B. Patologi Birokrasi

Universitas Muhammadiyah Tangerang


1
Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki arti
“ilmu tentang penyakit”. Risman K. Umar mendefinisikan bahwa patalogi birokrasi
adalah penyakit atau bentuk perilaku birokrasi yang menyimpang dari nilai-nilai etis,
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta norma-norma yang
berlaku dalam birokrasi. Apabila birokrasi di suatu negara terkena penyakit, sehingga
menjadikan lembaga tersebut menjadi tidak sehat, maka akan sangat sukar diharapkan
menghasilkan kinerja yang optimal.
Tidak ada birokrasi yang bebas dari penyakit, dan tidak ada birokrasi yang
mengidap semua penyakit. Artinya, semua birokrasi negara, baik negara satu, negara
dua atau negara lainnya akan terkena penyakit. Tidak memandang negara besar,
negara sedang ataupun negara kecil.

Ruang lingkup patologi birokrasi menurut Smith (1988) dalam Ismail (2009) dapat
dipetakan dalam dua konsep besar, yaitu:
1. Disfunctions of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur, aturan, dan
prosedur atau berkaitan dengan karakteristik birokrasi atau birokrasi secara
kelembagaan yang jelek, sehingga tidak mampu mewujudkan kinerja yang
FISIP UMT baik, atau erat kaitannya dengan kualitas birokrasi Patologi
secara institusi.
Birokrasi Indonesia
2. Mal-administration, yakni berkaitan dengan ketidakmampuan atau perilaku
yang dapat disogok, meliputi: perilaku korup, tidak sensitif, arogan,
misinformasi, tidak peduli dan bias, atau erat kaitannya dengan kualitas
sumber daya manusianya atau birokrat yang ada di dalam birokrasi.

Kelompok Patologi Birokrasi


Menurut Sondang P. Siagian, patologi birokrasi yang sekarang ini ada, bisa
dikelompokkan menjadi beberapa (lima) bagian, yaitu antara lain:
1. Persepsi dan Gaya Manajerial
2. Kurang nya Pengetahuan dan Ketrampilan
3. Pelanggaran Peraturan Perundang-undangan
4. Perilaku disfungsional yang negatif
5. Akibat situasi internal dalam instansi

Patologi tentang persepsi dan gaya manajerial, bisa dijelaskan sebagai berikut :
1) Penyalahgunaan wewenang dan jabatan

Universitas Muhammadiyah Tangerang


2
2) Phobia terhadap kritik
3) Korupsi dan sogok
4) Arogansi / sombong
5) Tidak adil (kepada staf dan pelayanan)

Patologi birokrasi dalam hal kurang nya pengetahuan dan ektrampilan, bisa
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pelayanan kurang memadai karena kurang pengetahuan dan
ketrampilan
2) Butuh peningkatan kualitas terutama dari rekruitmen

Untuk patologi dalam hal pelanggaran peraturan perundang-undangan, bisa


dijelaskan sebagai berikut:
1) Butuh perbaikan sistem penegakan hukum serta membangkitkan
motivasi sosial kontrol dari masyarakat
2) Aparat birokrasi belum memerankan diri sebagaimana mestinya

FISIP UMT Sedangkan untuk patologi dalam hal perilaku disfungsional yang negatif,
Patologi Birokrasi bisa
Indonesia
dijelaskan sebagai berikut:
1) Birokrasi seharusnya adalah public servant dan berperilaku fungsional,
dan bukannya sombong, berbelit-belit, acuh tak acuh, tidak adil, dll
2) Seharusnya setiap aparat birokrasi memenuhi 3 syarat yaitu knowledge
(mempunyai pengetahuan yang memadai), skill (memiliki ketrampilan
yang cukup), dan attitude (mempunyai sikap yang pantas/patut)

Dan patologi birokrasi dalam hal akibat situasi internal dalam instansi, bisa
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kurang kondusif untuk bisa bekerja/berkarya secara optimal karena
adanya konflik kepentingan dividu dan publik
2) Pemimpin seharusnya berpengetahuan, berketrampilan, berperilaku
konsisten dan konsekuen, adil serta futuris (berpandangan jauh ke
depan).

Upaya Penanggulangan Patologi Birokrasi

Universitas Muhammadiyah Tangerang


3
Untuk menanggulangi masalah Patologi Birokrasi tersebut, sangat diperlukan
pemahaman yang tepat mengenai paradigma birokrasi yang ideal sebagai tolok ukur
efektivitas kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkannya. Di samping itu juga
diperlukan suatu teknik jitu untuk mengatasi masalah Patologi Birokrasi tersebut,
yaitu Total Quality Management (TQM) dan Good Governance.
TQM
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. bahwa upaya peningkatan
produktivitas aparatur pemerintah yang sering dilakukan karena aparatur pemerintah
tersebut ingin dipandang tanggap terhadap berbagai tekanan dan tuntutan masyarakat.
Berbagai kelompok di masyarakat, yang dengan aneka ragam kepentingannya ingin
mendapatkan pelayanan aparatur pemerintah yang tugas fungsionalnya ialah
memberikan pelayanan yang dimaksud.
Total Quality Management (TQM) adalah salah satu dari sekian setrategi
dalam pengelolaan mutu yang berorientasi pada stakeholders. Pengelolaan mutu atau
manajemen mutu dalam TQM dilaksanakan secara sistematis, bertahap, menyeluruh
dan berkelanjutan. Semua tahapan tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk
mencapai kepuasan pelanggan dengan mutu yang tinggi. TQM ini dilaksanakan
FISIP UMT Patologi Birokrasi Indonesia
dengan landasan filosofis yakni sebagai suatu perangkat atau alat untuk meningkatkan
mutu dengan memperhatikan kebutuhan dan kepuasan pelanggan atau stakeholder.
Konsep TQM ini sangat diperlukan oleh lembaga birokrasi, mengingat kebutuhan dan
kepuasan user adalah tujuan utama dari layanan di sebuah lembaga birokrasi
Fokus TQM:
1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)
2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)
3. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)
4. Komunikasi (Communications)

Dalam rangka penerapan Total Quality Manajemen (TQM) di birokrasi, ada


beragam strategi yang bisa digunakan. Margono Slamet menyatakan bahwa terdapat
Segitiga Sistem Manajemen Mutu. Segitiga tersebut terbagi dalam tiga tingkatan.
Tingkatan pertama yakni Perencanaan dan Kebijakan. Pada perencanaan bisa
diidentifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang menjadi kebutuhan
pelanggan. Pada kebijakan yang merupakan keputusan strategis, ditentukanlah arah,
maksud, budaya organisasi dan kebijakan mutu. Segitiga tingkatan kedua adalah

Universitas Muhammadiyah Tangerang


4
manajemen dan prosedur. Dalam tingkatan ini diaturlah manajemen penerapan
kebijakan serta mengembangkan prosedurnya. Selanjutnya dalam segitiga sistem
manajemen mutu tingkatan ketiga adalah tugas meningkatkan mutu. Dalam tingkatan
ini diperlukan upaya meningkatkan mutu, yakni mengikuti prosedur, adaptasi, serta
penyesuaian dengan kondisi lapangan

Selain strategi di atas, birokrat dalam menerapkan TQM dapat menggunakan strategi
berikut; mengidentifikasi kekurangan dan masalah yang ada di dalam proses
birokrasi; mengadopsi filosofi mutu birokrasi secara terus menerus, melakukan usaha-
usaha perbaikan mutu.

Good Governance

Good governance diartikan “kepemerintahan yang baik”. Secara konseptual


pengertian “baik” mengandung dua pemahaman. Pertama, nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/ kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional, keman-dirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang
efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
FISIP UMT Patologi Birokrasi Indonesia
Konsep “kepemerintahan yang baik” berorientasi pada dua hal, yaitu:
Pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Hal
ini mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
elemen-elemen konstituen atau pemilihnya, seperti: legitimasi, akuntabi- litas,
otonomi dan devolusi kekuasaan kepada daerah, serta ada-nya jaminan berjalannya
mekanisme kontrol oleh masyarakat. Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara
ideal, yaitu secara efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.
Hal ini sangat bergantung pada sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi, dan
sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif
dan efisien.
Dalam konteks good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan perlu
ada unsur-unsur yang dilibatkan. Unsur utama yang dilibatkan dalam
penyelenggaraan kepemerintahan menurut UNDP terdiri atas tiga macam, yaitu the
state, the private sector, dan civil societi organization
state (negara atau pemerintah), privat sector (sektor swasta dan dunia swasta),
dan society (masyarakat). Menempatkan rakyat sebagai satu institusi dalam

Universitas Muhammadiyah Tangerang


5
governance, sebagai orientas pada teori terbentuknya suatu negara, yang dimana salah
satu unsur yang harus di penuhi adalah adanya keterlibatan rakyat dalam mengambil
keputusan, baik melalui wakil rakyat maupun secara langsung. Untuk mewujudkan
good governance indonesia tidak bisa dipisahkan dengan konsep negara demokrasi
yang dipolakan dalam penyelenggaraan negara. Konsep demokrasi ini sebagai salah
satu landasan utama mewujudkkan suatu pemerintahan yang baik, mengingat
pemerintahan yang dikatakan demokratis manakala dalam penyelenggaraan
pemerintahan senantiasa melibatkan rakyat, serta jaringan pembuatan keputusan
melibatkan banyak unit politik, dan prosesnya transparan sehingga rakyat bisa
mengontrol ataupun memasukan inisiatif lewat saluran yang disediakan oleh sistem
politik itu sendiri.

Kesimpulan

Tidak ada birokrasi yang bebas dari penyakit, dan tidak ada birokrasi yang
mengidap semua penyakit. Artinya, semua birokrasi negara, baik negara satu, negara
dua atau negara lainnya akan terkena penyakit. Tidak memandang negara besar,
negara sedang ataupun negara kecil.
FISIP UMT Patologi Birokrasi Indonesia
Setiap orang pada dasarnya pasti membutuhkan pelayanan. Pelayanan tersebut
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap individu dan masyarakat. Pemerintah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mengalami pembaruan seiring
dengan perkembangan zaman serta tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima
layanan setiap harinya. Kian waktu masyarakat yang semakin cerdas kian menuntut
pelayanan publik yang berkualitas.

Melihat realitas kebanyakan layanan publik yang ada selama ini, sepertinya masih
jauh dari harapan masyarakat. Masih sering dijumpai layanan publik yang terlalu
berbelit-belit, dipersulit, tidak bisa cepat dan cekatan, bahkan ada yang harus melalui
joki atau calo. Keadaan seperti itu disebabkan karena masyarakat cenderung
diposisikan sebagai pihak yang melayani dan bukan yang dilayani. Selain itu, dengan
responsivitas, representativitas dan responsibilitas aparatur pemerintah saat ini hanya
mampu menampakkan dirinya sebagai mesin birokrasi yang tidak mampu
mengadaptasikan sikap dan perilakunya pada kondisi dan tuntutan masyarakat yang
terus berubah. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen pelayanan publik

Universitas Muhammadiyah Tangerang


6
dengan mengembalikan dan mendudukkan pelayan dan yang dilayani ke pengertian
yang sesungguhnya.
Saran
Perlu adanya gerakan perubahan yang nyata pada birokrasi ini, baik dari segi
sumber daya manusia yang berkualitas, sistem yang terintegrasi, sehingga terciptanya
birokrasi yang bersih, produktif, dan responsive. Berbagai pandangan diatas
bahwasanya birokrasi itu sangatlah penting bagi para administrator yang
menyelenggarakan pemerintahan, olehnya itu sepatutnya para penggerak birokrasi
akan paham tentang perwujudan pelayanan untuk dilaksanakan sesuai tugas dan
tanggung jawabnya terhadap kepentingan layanan publik. Kualitas layanan juga di
pandang perlu untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pelayanan yang baik, belajar
dari permasalah diatas bahwasanya pelayanan publik yang ada di Indonesia
seharusnya di tinjau kembali agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang
membutuhkan layanan dapat mendaptkan input yang positif.

Daftar pustaka
FISIP UMT Patologi Birokrasi Indonesia
Huriyah,lilik dan endaswarik.2016, “Penerapan Total Quality Management (Tqm)
Dalam Peningkatan Mutu Layanan Publik Uin Sunan Ampel Surabaya” Jurnal
Of Islamic Education Studies,1(2),304-308.
Martini, Rina.2012, “Buku Ajar Birokrasi dan Politik” Lembaga Pengembangan Dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro. Semarang Sjamsuddin,
Sjamsiar. 2007. “Good Governance” Jurnal Ilmiah Adminitrasi publik Vol
V,III. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Malang
Masniyah, Iin.2018,“Aplikasi Teori Birokrasi Dan Patologi Max Weber Pada
Pemerintahan Desa Kerangkulon Wonosalam Demak” Skripsi Program
Sarjana Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Semarang
Patimah Junus, Siti.2002, “Masalah Tapologi Birokrasi dan Terapinya”.Depok
Thoha, Miftah.2016,“Birokrasi dan Politik di Indonesia”. Rajawali Pers, Jakarta.

Thoha, Miftah.2002,“Reformasi Birokrasi Pemerintah”,Seminar Good Governance


di Bappenas.
Website : https://www.proxsisgroup.com/pengertian-total-quality-management-tqm/
https://www.academia.edu/6927917/BIROKRASI_INDONESIA_DALAM
_MEWUJUDKAN_PELAYANAN_PUBLIK_DITINJAU_DALAM_PRE
SPEKTIF_TQM_TOTAL_QUALITY_MANAGEMENT_DAN_GOOD_G
OVERNANCE

Universitas Muhammadiyah Tangerang


7

Anda mungkin juga menyukai