Anda di halaman 1dari 26

Penetapan Perkolasi di Laboratorium 213

19. PENETAPAN PERKOLASI


DI LABORATORIUM
Yusrial, Harry Kusnadi, dan Undang Kurnia

1. PENDAHULUAN

Perkolasi adalah peristiwa bergeraknya air di dalam penampang


tanah ke lapisan tanah yang lebih dalam. Peristiwa tersebut berlangsung
secara gravitasi, dalam serangkaian masuknya air hujan atau pemberian
air irigasi melalui permukaan tanah (infiltrasi) ke dalam tanah, dan
bergeraknya air di dalam penampang tanah (permeabilitas). Kadang-
kadang istilah perkolasi, juga digunakan untuk menunjukkan perkolasi di
bawah zona perakaran tanaman yang normal.
Kecepatan masuknya air ke dalam tanah dalam suatu saat dan
dalam luas permukaan tertentu disebut laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi. Infiltrasi menyediakan air untuk menjenuhi tanah, dan bila tanah
telah jenuh, maka kelebihan air akan bergerak secara vertikal karena
gaya beratnya (gravitasi) ke lapisan tanah yang lebih dalam sebagai air
perkolasi, dan mengisi cadangan air bawah tanah (subsurface water
storage). Dalam istilah perkolasi, dikenal juga laju perkolasi dan kapasitas
perkolasi. Infiltrasi dan perkolasi berhubungan sangat erat, dan kedua-
duanya sangat tergantung pada sifat-sifat tanahnya, seperti kondisi
permukaan tanah, tekstur, struktur dan bahan organik tanah, dan lapisan
tanah padat yang ada di bagian bawah (impermeable layers).
Keterkaitannya dengan budi daya pertanian, data perkolasi
dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan air irigasi, baik untuk lahan
kering maupun lahan sawah. Selain kebutuhan air untuk mencukupi
kandungan air tanah optimum bagi pertumbuhan tanaman atau
penjenuhan tanah dan evapotranspirasi, juga jumlah air untuk memenuhi
perkolasi harus menjadi pertimbangan. Unsur-unsur hara terlarut dari
sebidang lahan pertanian, dan bergerak ke lapisan tanah yang lebih
dalam dapat diketahui melalui pengamatan air perkolasi tersebut.

2. PRINSIP

Air perkolasi yang sampai di bawah jangkauan akar tanaman


akan memasuki zona peralihan. Pada zona ini, air perkolasi bergerak ke
bawah akibat gaya gravitasi (disebut juga air gravitasi), sebagian
214 Yusrial et al.

bergerak sampai ke permukaan air tanah, dan sebagian lainnya ditahan


melawan gaya gravitasi secara kapiler. Perkolasi hanya akan terjadi
apabila zona tidak jenuh telah mencapai kapasitas lapangnya (Arsyad et
al., 1975). Kapasitas lapang suatu tanah adalah jumlah maksimum air
yang dapat disimpan dalam tanah pada zona tidak jenuh melawan gaya
gravitasi.
Banyaknya air di dalam penampang tanah ditentukan oleh
permeabilitas horizon tanah yang paling padat. Jika horizon tersebut
terdapat pada lapisan tanah yang lebih dalam, maka permeabilitas
penampang tanah tergantung pada kecepatan air yang bergerak dalam
penampang tanah tersebut. Mekanisme tersebut tidak terlepas dari
kemampuan tanah dalam memegang atau menahan air, yang tergantung
juga pada ikatan partikel-partikel tanahnya, sehingga kelebihan air yang
tidak dapat ditahan oleh tanah akan bergerak ke lapisan tanah yang lebih
dalam. Oleh sebab itu, pergerakan air di dalam tanah dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik tanahnya, seperti tekstur, bahan organik tanah, dan lapisan
padat atau kedap.
Apabila air di dalam penampang tanah tidak bergerak secara
vertikal, melainkan ke arah horizontal dinamai rembesan lateral.
Rembesan lateral disebabkan oleh permeabilitas berbagai lapisan tanah
yang tidak homogen. Air yang masuk lapisan tanah atas agak cepat,
mungkin tertahan oleh lapisan tanah yang permeabilitasnya lambat atau
kedap air, sehingga air terkonsentrasi di bagian atasnya. Air tersebut
akan mengalir di atas lapisan kedap tersebut sampai keluar di permukaan
tanah di bagian bawah lereng sebagai mata air (spring).
Seperti telah disebutkan bahwa pergerakan air di dalam
penampang tanah ditentukan oleh sifat-sifat tanah, seperti tekstur,
struktur, dan bahan organik, maka pada pengukuran perkolasi di
laboratorium dikenal indeks instabilitas yang erat kaitannya dengan
stabilitas agregat tanah. Indeks instabilitas (Ix), merupakan selisih antara
rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan
pengayakan basah, dimana indeks stabilitas agregat (ISA) sama dengan
satu dibagi indeks instabilitas dikalikan 100. Pada pengukuran perkolasi di
laboratorium, setelah 6 jam, air dialirkan pada kondisi tersebut dan laju
aliran diukur (F6). Selanjutnya setelah 24 jam, aliran air dianggap
seragam (uniform), dan rata-rata perkolasi dapat ditetapkan (Fu).
Pengukuran perkolasi di laboratorium ditetapkan berdasarkan
persamaan aliran sebagai berikut:
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 215

m
V = bt + a (1)
dimana: V = volume perkolasi, t = waktu, a dan b = konstanta tambahan
(ekstra), dan m adalah nilai konstan yang dapat dicari dalam Lampiran
Tabel 1. Nilai m ditentukan dari fungsi fI(m), dan hubungan fungsi tersebut
dengan total volume perkolasi sebagai berikut:
m m
3 (4 – 1) V3 – V2
fI(m) = =
m
3 –1 V2 – V1
dimana: V1 = total volume perkolasi setelah 2 jam, V2 = total volume
perkolasi setelah 6 jam, dan V3 = total volume perkolasi setelah 24 jam

3. METODE

Penetapan perkolasi di laboratorium dilakukan dengan


menggunakan contoh tanah terganggu (disturbed soil sample), merujuk
pada Three Project Land Classification: Technical Programme. Apendix L,
berjudul Laboratory Percolation Tests, Disturbed Sample. Cara ini
dipersiapkan oleh Konsultan Teknik (Engineering Consultant) INC
Thailand dengan beberapa modifikasi ukuran alat.
Contoh tanah terganggu kering udara, berukuran lolos ayakan 2
mm, ditempatkan dalam suatu tabung gelas dialiri air. Setelah tanah jenuh,
air yang menetes atau keluar dari tabung gelas ditampung dan diukur
sebagai air perkolasi. Pengukuran air yang lolos tabung gelas dilakukan
pada 2, 6, dan 24 jam sejak tabung gelas dialiri air.

4. BAHAN DAN ALAT

(1) Bahan: air, tanah kering udara lolos ayakan 2 mm, woll glass, pasir,
dan selang plastik.
(2) Alat : percolation rate apparatus, gelas ukur, dan penampung air.

5. PROSEDUR/CARA KERJA

a. Masukkan sedikit woll glass ke dalam tabung gelas percolation rate


apparatus berdiameter 27 mm sampai kedasar tabung gelas tersebut
b. Masukkan pasir kasar berdiameter 12 mm ke dalam tabung gelas.
c. Selanjutnya masukkan contoh tanah kering udara yang telah lolos
ayakan 2 mm, menggunakan corong sampai setinggi 99 mm dari
permukaan pasir. Sebelum contoh tanah dimasukkan ke dalam
tabung, tanah yang lolos ayakan 2 mm harus diaduk dahulu.
216 Yusrial et al.

d. Ketuk-ketuk tabung gelas 10 kali sampai permukaan tanah turun 9


mm, sehingga panjang kolom tanah dalam tabung menjadi 90 mm
atau 9 cm.
e. Masukkan pasir kasar berdiameter 6 mm, sehingga pasir tersebut
menumpang di atas tanah.
f. Tempatkan tabung gelas berisi tanah ke alat perkolasi (percolation
rate apparatus).
g. Tempatkan penampung air di bawah tabung gelas.
h. Hubungkan alat penampung air dengan menggunakan selang plastik
ke setiap tabung gelas.
Catatan: Sebelum pengukuran, air harus sudah dialirkan ke alat,
namun selang plastik harus berdiri agar air tidak meluap.
Menghubungkan selang ke tabung harus diusahakan
sampai tidak ada udara dalam selang dan airnya tidak
sampai meluap ke luar.
i. Lakukan pengukuran 2 jam, 6 jam, dan 24 jam sejak air dialirkan.
Untuk air yang keluar dari tabung atau menetes, maka yang diukur
adalah volume air yang tertampung dalam penampung air,
sedangkan apabila tidak ada air yang menetes, maka panjang
rembesan air di dalam kolom tanah dalam tabung gelas yang diukur.

6. PERHITUNGAN

6.1. Cara perhitungan Ix, F(6), dan Fu

Berdasarkan hasil pengukuran volume air yang tertampung dalam


penampung air, atau hasil pengukuran panjang rembesan air dalam
kolom tanah dalam tabung gelas, cara perhitungan indeks instabilitas (Ix),
laju aliran setelah 6 jam (F(6), dan rata-rata laju aliran (Fu), dapat
dilakukan melalui lima cara kemungkinan perhitungan sebagai berikut:

Kemungkinan-1

Apabila setiap kali pengukuran, yaitu setelah 2 jam, 6 jam, dan 24


jam terdapat air yang menetes atau keluar dari tabung gelas dan
tertampung dalam tempat penampung air, dan air dialirkan ke dalam
tabung berisi tanah pada jam 8 pagi, maka:
- pengukuran pertama dilakukan pada jam 10; misal diperoleh
3
volume air 3,3 cm
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 217

- pengukuran kedua dilakukan 4 jam setelah pengukuran


3
pertama, yaitu pada jam 14, misal volume air 14 cm
- pengukuran ketiga dilakukan 18 jam setelah pengukuran kedua,
3
yaitu pada jam 8 keesokan harinya, dengan volume air 31 cm
Oleh karena volume air pada pengukuran kedua dan ketiga tidak
berarti setelah 6 jam dan 24 jam dari awal pengaliran air, maka angka-
angka pengukuran harus disusun sebagai berikut:
3
V1: volume air setelah 2 jam (pengukuran pertama), yaitu 3,3 cm .
V2: volume air setelah 6 jam (pengukuran pertama ditambah
3 3 3
pengukuran kedua), yaitu 3,3 cm + 14 cm = 17,3 cm .
V3: volume air setelah 24 jam (pengukuran pertama ditambah
pengukuran kedua ditambah pengukuran ketiga), yaitu 3,3
3 3 3 3
cm + 14 cm + 31 cm = 48,3 cm .
Dengan menggunakan data hasil pengukuran tersebut,
perhitungan perkolasi sebagai berikut:
1. Cari harga fI(m) dengan rumus: fI(m) = (V3 – V2)/(V2 – V1),
maka
fI(m) = (48,3 – 17,3)/(17,3 – 3,3)
= 31,0/14,0
-1
= 2,21 cm jam
Catatan: bila fI(m) yang diperoleh <1,6 maka harus diambil
angka 3 desimal, tetapi bila fI(m) yang diperoleh >1,6 maka
cukup diambil angka 2 desimal
2. Cari harga m dan Ix
Harga m dan Ix dicari pada Lampiran Tabel 1 (full flow
percolation rate, Engineering Consultant Inc, Bangkok,
Thailand, 1976), dengan menggunakan angka fI(m) yang
telah dihitung pada butir 1. Pembacaan fI(m) = 2,21 maka
harga m = 0,446 dan Ix = 20,47
3. Cari harga fVI (m) dan fIX (m).
Cara perhitungan dicari pada tabel (Lampiran Tabel 2, full
flow percolation rate, Engineering Consultant Inc Bangkok,
Thailand, 1976), yang telah disediakan dengan menggunakan
harga m yang telah diperoleh pada butir 2. Jadi untuk m =
0,446, maka fVI (m) = 5.980 dan fIX (m) = 3.208. Akan tetapi
-5
karena angka dalam Lampiran Tabel 2 harus dikalikan 10 ,
218 Yusrial et al.

maka harga sebenarnya fVI (m) = 0,05980, dan fIX (m) yang
sebenarnya 0,03208
4. Hitung harga F(6)
F(6) dihitung dengan rumus: F(6) = 0,0451 x fVI (m) x (V3 –
V1) cm/jam
Catatan: 0,0451 adalah L/hA, dimana L = panjang kolom
tanah 9 cm; h = water head 35 cm, dan A = luas penampang
2
tabung 5,7 cm
fVI(m) adalah angka yang telah dicari pada butir 3.
Jadi: F(6) = 0,0451 x 0,05980 x (48,3 – 3,3)
= 0,0451 x 0,05980 x 45,0
-1
= 0,121 cm jam
5. Hitung harga Fu.
Fu dihitung dengan rumus: Fu = 0,0451 x fIX (m) x (V3 – V1)
cm/jam.
Catatan: 0,0451 adalah L/hA seperti butir 4.
fIX(m) adalah angka yang telah dicari pada butir 3.
-1
Jadi: Fu = 0,0451 x 0,03208 x 45,0 = 0,065 cm jam .

Kemungkinan-2

Apabila setiap kali pengukuran, yaitu setelah 2 jam, 6 jam, dan 24


jam, tidak terdapat air yang menetes atau keluar ke tempat penampung
air, maka cara pengukuran dan contoh hasil pengukuran sebagai berikut:
Dalam kasus ini, yang diukur adalah tinggi merembesnya air di
dalam penampang tanah, mulai dari permukaan bagian atas contoh tanah.
Misal, merembesnya air setiap pembacaan sebagai berikut:
- pembacaan 1 (setelah 2 jam dari mulai air dialirkan): 2,5 cm
- pembacaan 2 (setelah 6 jam dari mulai air dialirkan): 3,0 cm
- pembacaan 3 (setelah 24 jam dari mulai air dialirkan): 3,5 cm
Selanjutnya, angka-angka hasil pembacaan tersebut harus
dirubah menjadi volume dengan mengalikannya dengan 20/9. Volume ini
diberi simbol V’.
Jadi pembacaan 1 = V1’
2 = V2’
3 = V3’
Catatan: 20/9 menunjukan bahwa volume air yang ada dalam
3
tanah sekitar 20 cm , sedangkan angka 9 menunjuk-
kan panjang kolom tanah.
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 219

Setelah angka pengukuran diubah, maka diperoleh:


V1’ = 2,5 x 20/9
V2’ = 3,0 x 20/9
V3’ = 3,5 x 20/9
} Perkalian ini tidak perlu diselesaikan.

Dengan menggunakan angka-angka volume pembacaan tersebut,


maka cara perhitungan sebagai berikut:
1. Cari harga fI(m) dengan rumus:
V3’ - V2’
fI(m) =
V2’ – V1’
fI(m) = {(3,5 x 20/9) – (3,0 x 20/9)}/{(3,0 x 20/9) – (2,5 x 20/9)}
fI(m) = {20/9 (3,5 – 3,0)}/{20/9 (3,0 – 2,5)}
= (0,5)/(0,5)
= 1,00
Catatan: Apabila fI(m) diperoleh <1,6 maka harus diambil angka 3
desimal, sedangkan bila fI(m) > 1,6 maka cukup diambil 2
desimal saja.
2. Cara mencari m, Ix, fVI(m), fIX(m), F(6) dan Fu sama seperti pada
kemungkinan 1.
2.1. m dan Ix, cari dalam Lampiran Tabel 1.
Pembacaan fI(m) = 1,000 maka harga m = - 0,188 dan Ix =
44,63.
2.2. fVI(m) dan fIX(m), cari dalam Lampiran Tabel 2.
Dalam Lampiran Tabel 2 untuk m = - 0,188 fVI(m) adalah 6.829
dan fIX(m) adalah 0,726, tetapi ingat, sebenarnya harus ditulis
sebagai berikut:
fVI(m) = 0,06829, dan fIX(m) = 0,00726
2.3. F(6)
-1
F(6) = 0,0451 x fVI (m) x (V3’ – V1’) cm jam
= 0,0451 x 0,06829 x ((3,5 x 20/9) – (2,5 x 20/9))
= 0,0451 x 0,06829 x (7,7 – 5,5)
-1
= 0,006 cm jam
2.4. Fu :
-1
Fu = 0,0451 x fIX (m) x (V3’ – V1’) cm jam
= 0,0451 x 0,00726 x ((3,5 x 20/9) – (2,5 x 20/9))
= 0,0451 x 0,00726 x (7,7 – 5,5)
-1
= 0,021 cm jam
220 Yusrial et al.

Kemungkinan-3

Apabila pada pengukuran pertama, air belum menetes atau


keluar ke tempat penampung air, maka cara perhitungan sebagai berikut:
- pengukuran 1 (setelah 2 jam dari mulai air dialirkan): 7 cm
3
- pengukuran 2 (setelah 6 jam dari mulai air dialirkan): 20 cm
3
- pengukuran 3 (setelah 24 jam dari mulai air dialirkan) 110 cm
Catatan: Dalam contoh ini, hasil pengukuran 3 sudah termasuk
3
20 cm dari pengukuran 2.
Angka-angka tersebut harus diubah menjadi:
3
V1’: 7 x 20/9 = 15,4 cm
3
V2’: 20 + 20 = 40 cm .
3
V3’: 110 + 20 = 130 cm
V2’dan V3’: adalah menurut rumus V’ = V + 20, dimana
angka 20 merupakan perkiraan volume air
yang terdapat dalam contoh tanah.
Cara perhitungan dengan menggunakan angka-angka tersebut:
1. Cari harga fI (m) dengan rumus:
fI(m) = (V3’ - V2’)/(V2’ – V1’)
FI(m) = (130 - 40)/(40 – 15,4)
fI(m) = 3,66
Catatan: Jika fI(m) < 1,6 diambil 3 desimal
Jika fI(m) > 1,6 diambil 2 desimal
2. Cara mencari m, Ix, fVI(m), F(6) dan Fu
Sama seperti pada cara yang telah disajikan dalam
kemungkinan 1.
m dan Ix, cari dalam Lampiran Tabel 1.
Pembacaan fI(m) = 3,66 maka m = 0,840 dan Ix = 5,63.
fVI(m) dan fIX(m), cari dalam Lampiran Tabel 2.
Dalam Lampiran Tabel 1.2 untuk m = 0,840
fVI(m) = 4.988, dan fIX(m) = 5.083
Perlu diingat bahwa sebenarnya harus ditulis sebagai
berikut:
fVI(m) = 0,04988, dan fIX(m) = 0,05083
F(6)
-1
F(6) = 0,0451 x fVI(m) x (V3’ – V1’) cm jam
= 0,0451 x 0,04988 x (130 – 15,4)
= 0,0451 x 0,04988 x 114,6
-1
= 0,258 cm jam
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 221

Fu
Fu = 0,0451 x fIX(m) x (V3’ – V1’) cm/jam
= 0,0451 x 0,05083 x (130 – 15,4)
-1
= 0,263 cm jam

Kemungkinan-4.

Jika pada pengukuran pertama dan kedua, air belum menetes ke


tempat penampung air, maka cara pengukuran dan contoh hasil
pengukuran sebagai berikut:
- pengukuran 1 (setelah 2 jam dari mulai air dialirkan): 6 cm
- pengukuran 2 (setelah 6 jam dari mulai air dialirkan): 9 cm
3
- pengukuran 3 (setelah 24 jam dari mulai air dialirkan): 9 cm
Angka-angka tersebut harus diubah menjadi:
V1’: 6 x 20/9 = 13,2 cm3
V2’: 9 x 20/9 = 19,8 cm3 .
V3’: 9 cm3+ 20 cm3 = 29 cm3 (berdasarkan rumus V’ = V + 20)

Dengan menggunakan angka-angka tersebut, maka cara


perhitungannya sebagai berikut:
1. Cari harga fI (m) dengan rumus:
fI(m) = (V3’ - V2’)/(V2’ – V1’)
fI(m) = (29 – 19,8)/(19,8 – 13,2)
= 1,394
Catatan: Jika fI(m) < 1,6 diambil 3 desimal
Jika fI(m) > 1,6 diambil 2 desimal
2. Cara mencari m, Ix, fVI(m), F(6) dan Fu
Sama seperti yang telah dikemukakan dalam kemungkinan 1.
2.1. m dan Ix, cari dalam Lampiran Tabel 1.
Pembacaan fI(m) = 1,394 maka m = 0,080 dan Ix =
34,66.
2.2. fVI(m) dan fIX(m), cari dalam Lampiran Tabel 2
Dalam Lampiran Tabel 2, untuk m = 0,080
fVI(m) = 6620, dan fIX(m) = 1.476
Tetapi ingat bahwa harus ditulis sebagai berikut:
fVI(m) = 0,06620 dan fIX(m) = 0,01476
2.3. F(6)
-1
F(6) = 0,0451 x fVI(m) x (V3’ – V1’) cm jam
= 0,0451 x 0,06620 x (29 – 13,2)
= 0,0451 x 0,06620 x 15,8
-1
= 0,047 cm jam
222 Yusrial et al.

2.4. Fu
-1
Fu = 0,0451 x fIX(m) x (V3’ – V1’) cm jam
= 0,0451 x 0,01476 x 15,8
-1
= 0,011 cm jam
Kemungkinan-5

Jika setiap pengukuran tidak ada air menetes atau keluar dari
tabung, dan panjang rembesan air di dalam kolom tanah tetap seperti
semula, seperti misalnya:
- pengukuran 1 (setelah 2 jam dari mulai air dialirkan) : 4 cm
- pengukuran 2 (setelah 6 jam dari mulai air dialirkan) : 4 cm
- pengukuran 3 (setelah 24 jam dari mulai air dialirkan): 4 cm
Dalam kasus seperti ini tidak perlu dilakukan perhitungan-
perhitungan, tetapi datanya harus dilaporkan (lihat penyajian angka
analisis).
Catatan: Dari suatu penetapan, mungkin diperoleh harga m negatif > -
2,09 yang berarti Ix > 85, maka F (6) dihitung dengan
menggunakan fVI(m) dalam Lampiran Tabel 2 menurut harga m
= -2,09 saja. Kemudian hasil perhitungan F(6) ini dibubuhkan
tanda < didepannya. Tetapi perlu diperhatikan pula bahwa jika
hasilnya adalah di atas 0,01 misalnya 0,12 maka ditulis F(6) <
0,12, dan jika hasilnya di bawah 0,01 maka ditulis F(6) < 0,01
-1
saja. Untuk Fu, jika Ix > 85 selalu ditulis Fu < 0,01 cm jam .

6.2. Cara penyajian data analisis

No
2 jam 6 jam 24 jam Ix F(6), Fu
contoh
cm jam-1
Contoh pada kemungkinan-1
3,3 cm3 17,3 cm3 48,3 cm3 20,61 0,121 0,065
Contoh pada kemungkinan-2
2,5 cm 3,0 cm 3,5 cm (44,63) (0,006) (0,002)
Contoh pada kemungkinan-3
7,0 cm 20 cm3 110 cm3 (5,63*) (0,258) (0,263)
Contoh pada kemungkinan-4
6,0 cm 9,0 cm 9 cm 3 (34,66) (0,047) (0,011)
Contoh pada kemungkinan-5
4,0 cm 4,0 cm 4,0 cm ( *) (< 0,01) (< 0,01)
Catatan: - untuk Ix < 15 harus memakai tanda *; untuk angka-angka yang di dalam kurung
perhatikan tanda-tanda yang perlu ditulis
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 223

6.3. Kriteria penilaian Ix dan F

Ix (Instability index)

Kelas Ix
Stabil (stable) ‹5
Agak stabil (slightly unstable) 5 - 15
Sedang (moderately unstable) 15 - 30
Tidak stabil (unstable) 30 - 60
Sangat tidak stabil (highly unstable) › 60
F (satuan kondisi laju aliran/unit condition flow rate)
-1
Kelas F (cm jam )
Sangat lambat sekali (extremely slow) ‹ 0,01
Sangat lambat (very slow) 0,01 - 0,10
Lambat (slow) 0,10 - 0,50
Agak lambat (moderately slow) 0,50 - 2,00
Sedang (moderate) 2-5
Agak cepat (moderately rapid) 5 - 10
Cepat (rapid) 10 - 25
Sangat cepat (very rapid) › 25

Keterangan: Ix = Indeks instabilitas  pada penetapan agregat


merupakan selisih antara rata-rata berat diameter
agregat tanah pada pengayakan kering dan
pengayakan basah.
Isa = Indeks stabilitas agregat = 1/indeks instabilitas x 100
-1
F (6) = laju aliran pada kondisi setelah 6 jam (cm jam )
-1
Fu = rata-rata laju aliran (uniform), cm jam

6.3. Catatan

Nilai m yang ada dalam daftar Tabel 26 adalah konstan pada


persamaan aliran perkolasi.
m
V = bt + a
dimana: V adalah volume perkolasi, t adalah waktu, serta a dan b adalah
konstanta.
224 Yusrial et al.

Nilai m ditentukan dari fungsi fI(m), dan hubungan fungsi tersebut


dengan total volume perkolasi:
m m m
FI(m) = {3 (4 -1)}/(3 – 1)
= (V3 – V2)/(V2 – V1)
dimana: V1 = total volume perkolasi setelah 2 jam
V2 = total volume perkolasi setelah 6 jam
V3 = total volume perkolasi setelah 24 jam
Nilai fI(m) dihitung berdasarkan perbandingan perbedaan volume
perkolasi, dan nilai m dilihat dari persilangan pada baris dan kolom fI(m)
Indeks instabilitas Ix dihitung dari persamaan berikut:
m m
13 – 11 m (12 + 1)/ (12 – 1)
Ix = 100
11 (m + 1)

m
(13 – 11 m) (12 + 1) - 26
atau Ix = 100
m
11 (m + 1) (12 - 1)
Ix juga merupakan fungsi dari m, oleh karena itu berhubungan
langsung dengan fI(m). Nilai Ix dicari pada tabel dari nilai fI (m) yang
sudah dihitung. Nilai Ix dijadikan satu tabel dengan nilai m. Nilai limit dari
kedua fungsi ini adalah:
Bila fI (m) = 4,5 dan m = 1, menunjukkan laju aliran uniform.
Biasanya bila fI(m) < 4,5 dan m < 1, maka
lim ln 4
m  0 fI (m) = ------ - = 1,2618
ln 3
lim
m  ~ fI (m) = 0, (V3 – V2 = 0).

Bila Ix = 0, m = 1 dan fI(m) = 4,5 (laju aliran uniform)


lim 100 (13 ln 12 -22)
m  0 Ix = ----------------------- = 37,69…
11 ln 12
lim 100 (11 x 13 - 24 ln 12)
m  -1 Ix = ----------------------------- = 68,89
2
11
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 225

lim
m  - ~ Ix = 100, {V3 – V2 = 0 dan fI(m) = 0}.

Lampiran Tabel 1 dikompilasi oleh Khun Supot Promnaret di


bawah pengawasan Dr. Boonyok Vandhanaphuti, Hydro-Energy Division,
Royal Irrigation Department (RID), Governement of Thailand atas
permintaan Dr. Robert A. Gardner, Enggineering Consultants Incoporated
(ECI), Three Proyect Land Classification RID.

7. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 1971. Pengawetan Tanah dan Air. IPB. Bogor.


Enggineering Consultant, INC. Bangkok, Thailand. 1976. Three Project
Land Classification: Laboratory Percolation Test used Disturbed
Sample. Technical Programme. Apendix L.
226 Yusrial et al.

Lampiran Tabel 1. Total laju perkolasi (full-flow rate), nilai m dan indeks
stabiltas (Ix) diperoleh dari nilai fI(m)
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 227
228 Yusrial et al.
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 229
230 Yusrial et al.
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 231
232 Yusrial et al.

Lampiran Tabel 2. Spesial tabel total laju perkolasi, nilai fVI(m), dan
fIX(m) untuk nilai yang diberikan secara kontimu oleh
m
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 233
234 Yusrial et al.
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 235
236 Yusrial et al.
Penetapan Perkolasi di Laboratorium 237
238 Yusrial et al.

Anda mungkin juga menyukai