Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT STRES KERJA PERAWAT IGD DI RS

BATARA GURU BELOPA KAB. LUWU

TAHUN 2020

SAPRIANTO
SDK161025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES DATU KAMANRE

TAHUN 2020
PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TINGKAT STRES KERJA PERAWAT IGD DI RS BATARA
GURU BELOPA KAB. LUWU TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Datu Kamanre

SAPRIANTO
SDK161025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES DATU KAMANRE

TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian Oleh :

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang berhubungaan


dengan tingkat stres kerja perawat IGD di RSUD Batara Guru Belopa Kab,
Luwu Tahun 2020

Telah disetujui pada Tanggal :

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Ujian Proposal

Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Datu Kamanre

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Cici Pratiwi, S.Kep., M.Kes Bakti Rahayu, S.Kep., M.Kes


NIDN : 0924109302 NIDN : 0924089002

Mengetahui

Ketua Program Studi


S1 Keperawatan

Ns. Erni Eka Sari.S.Kep., M.Kes


NIDN : 09 1004 8602
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang
merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Datu Kamanre. Skripsi ini
terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Ns. Cici Pratiwi, S. Kep.,
M.Kes. selaku pembimbing I dan Bakti Rahayu S.Kep., M.Kes. serta
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

1. Baso Maga S.Kep., M.Kes selaku Ketua STIKES Datu Kamanre


2. Ns. Erni Eka Sari S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
3. dr. Daud Mustakim selaku Kepala Lahan Penelitian
4. Orang Tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Belopa. 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................
HALAMAN JUDUL.................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
ABSTRAK..............................................................................................
ABSTRACK............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................
A. Teori tentang Variabel.....................................................................
B. Kerangka Teori................................................................................
C. Kerangka Konsep............................................................................
D. Hipotesis Penelitian.........................................................................
E. Definisi Operasional........................................................................
F. Kerangka Kerja................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat dan memiliki dan memiliki kemampuan serta kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan bidang keilmuan
yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan secara holistik
dan profesional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio
dan spiritual. Profesi perawat bekerja di tempat pelayanan-
kesehatan, baik di instansi pemerintah maupun di instansi swasta.
(Nonik, 2019)
Menurut hasil penelitian World Health Organization menyatakan
bahwa perawat-perawat yang bekerja di rumah sakit di Asia
Tenggara termasuk Indonesia memiliki beban kerja berlebih akibat
dibebani tugas-tugas non keperawanan. Perawat yang diberi beban
kerja berlebih dapat berdampak kepada penurunan tingkat
kesehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawanan, dan
kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap pasien.
Apabila waktu bekerja yang harus ditanggung oleh perawat
melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan
berdampak buruk bagi produktivitas perawat tersebut (Syaer,
2010).
Stres kerja menjadi perhatian penting salah satunya pada
pekerja sektor kesehatan (ILO, 2016). Hasil penelitian Health and
Safety Executive (2015) menunjukan bahwa tenaga profesional
kesehatan, guru dan perawat memiliki tingkat stres tertinggi dengan
angka prevalensi sebesar 2500, 2190 dan 3000 kasus per 100.000
orang pekerja periode 2011/12, 2013/14 dan 2014/15. Perawat
memiliki banyak tugas yang harus dilakukan dibandingkan profesi
lain. Profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati
urutan perama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar
43%. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2011)
mengungkapkan sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang berkerja
mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah,
kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan
yang tidak memadai. Jika hal ini dibiarkan tentunya akan
menimbulkan dampak yang lebih buruk
Penyebab stres yang sering terjadi pada petugas kesehatan
meliputi kerja shift, jam kerja yang panjang, peran yang ambigu dan
konflik peran, dan terpaparnya petugas kesehatan terhadap infeksi
dan substansi bahaya lainnya yang ada di rumah sakit, Beberapa
penelitian tentang stres kerja terhadap perawat juga telah dilakukan
berhubungan dengan beban kerja berlebih (work overload),
tuntutan waktu pengerjaan tugas yang cepat, tidak adanya
dukungan sosial dalam bekerja (khususnya dari supervisor, kepala
perawat dan manajerial keperawanan yang lebih tinggi ), terpapar
penyakit infeksi, tertusuk jarum, dan berhubungan dengan pasien
sulit atau konsisi sulit pasien yang serius (NIOSH, 2008 dalam
Mutmainah, 2012)
Danang (2012) menyatakan bahwa stres yang dialami
karyawan akibat lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi
kinerja dan kepuasan kerjanya. Apabila kinerja karyawan tidak
sesuai yang diharapkan, tingkat absensi serta ketidakhadiran
karyawan tinggi, dapat dipastikan terdapat suatu masalah yang
bersangkutan dengan karyawan dan akan berdampak pada
penurunan kinerja perusahaan. Kinerja yang menurun salah
satunya dapat disebabkan oleh stres yang dialami karyawan
(Mangkunegara, 2013).
Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya banyak adalah
perawat. Sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit,
profesi keperawatan memegang peranan penting di dalam rumah
sakit dengan memberikan layanan kesehatan dalam bentuk asuhan
keperawatan secara bio-sosial-kulturalspiritual secara
komperhensif kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia (PPNI, 2012).
Penelitian Haryanti (2013) tentang hubungan beban kerja dan
stres kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten
Semarang menunjukkan hasil beban kerja perawat sebagian besar
adalah tinggi yaitu sebanyak (93,1%). Stres kerja perawat sebagian
besar adalah stres sedang sebanyak (82,8%). Terdapat hubungan
antara beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten
Semarang.
Perawat IGD juga wajib membekali diri mereka dengan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan bahkan mengikuti pelatihan-
pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani
pasien secara cepat dan tepat sesuai kasus yang masuk ke IGD.
Perawat juga dituntut untuk mampu bekerjasama dengan tim
kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di
ruang tersebut. Tuntutan-tuntutan dalam lingkungan
kegawatdaruratan membuat perawat IGD beresiko terhadap
terjadinya stres (Rahardjho, 2007 dalam Kurnianingsih dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh PPNI sekitar 50,9% perawat
yang bekerja di empat propinsi mengalami stres kerja, sering,
pusing, tidak bisa istirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan
menyita waktu, serta gaji rendah tanpa diikuti intensif yang
memadai, tetapi keadaan yang paling mempengaruhi stres perawat
adalah kehidupan kerja (PPNI, 2008 dalam Desima, 2013).
Berdasarkan data rekam medik di RSUD Batara Guru Belopa
selama 3 tahun terakhir tercatat jumlah pasien yang ditindaki di
RSUD Batara Guru tahun 2018 sebanyak 1.951 pasien, tahun 2019
sebanyak 2.898 pasien, tahun 2020 di bulan Januari-Mei sebanyak
384 pasien, rata- pasien masuk perhari di tahun 2020 adalah 15
pasien (Rekam medik RSUD Batara Guru Belopa).
Upaya pencegahan dan penanggulangan stres kerja perlu
dilakukan untuk menghindari perawat dari berbagai dampak yang
dapat terjadi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
pengukuran tingkat stres kerja serta faktor – faktor yang
berhubungan dengannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang berhubungan
dengan stres kerja perawat IGD RSUD Batara Guru Belopa Kab.
Luwu Tahun 2020
B. Rumusan Masalah
Stres perawat merupakan masalah umum yang terjadi. Stres
kerja tinggi dapat menjadi salah satu risiko terjadinya gangguan
kesehatan serta kecelakaan pada pekerja. Stres kerja juga menjadi
perhatian penting pada perawat. Apabila tidak dikelola dengan baik,
stres pada perawat dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam perawatan pasien dan membahayakan keselamatan pasien.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat stres
Kerja perawat IGD di RSUD Batara Guru Belopa Kab. Luwu Tahun
2020
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres
kerja perawat IGD di RSUD Batara Guru Belopa Kab. Luwu
Tahun 2020
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat stres kerja perawat IGD di RSUD Batara Guru Belopa
Kab. Luwu Tahun 2020
b. Diketahuinya gambaran faktor beban kerja, masa kerja,
tingkat pendidikan, dan lingkungan kerja pada perawat di
ruang IGD RSUD Batara Guru Belopa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
a. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah
didapat selama masa perkuliahan.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi peneliti lainnya
yang akan melakukan penelitian mengenai stres kerja.
2. Bagi Profesi
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat stres perawat IGD RSUD
Batara Guru Belopa.
3. Manfaat Bagi RSUD Batara Guru Belopa
a. Hasil penelitian ini menjadi informasi tambahan mengenai
stres kerja pada perawat serta faktor – faktor yang
berhubungan dengannya.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi agar dapat
dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian stres kerja
pada perawat ruang IGD RSUD Batara Guru Belopa
4. Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan
mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat
stres kerja pada perawat.
5. Manfaat bagi pendidikan
Sebagai referensi atau sumber bacaan yang berkaitan
dengan stres kerja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Stres
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam
kehidupan umat manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014)
menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah
atribut kehidupan modern. Hal ini dikarenakan stres sudah
menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di
lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau di manapun, stres
bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun
termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut
usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun dan di
manapun. Yang menjadi masalah adalah apabila jumlah stres
itu begitu banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stres
itu membahayakan kondisi fisik dan mentalnya. Lin dan Huang
(2014) menyatakan bahwa stres yang jumlahnya begitu banyak
bisa membahayakan kepada setiap orang, termasuk siswa.
2. Stres Kerja
Stres kerja yang dialami perawat merupakan salah satu
bentuk permasalahan dan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan semangat kerja, prestasi kerja, dan meningkatkan
terjadinya risiko kesalahan intervensi yang dapat
membahayakan bagi pasien ataupun perawat itu sendiri
(Prasetyo, 2017).
3. Mekanisme Stres
Berbagai rangsangan baik secara fisik, kimiawi, psikologis,
maupun psikososial yang merupakan ancaman gangguan pada
sistem homeostasis tubuh dan dapat memicu response stres.
Semua stressor dapat menimbulkan respon umum yang
berefek sama apa pun jenis stressor nya. Respon tersebut
adalah respon umum / general adaption syndrome dikendalikan
oleh hipotalamus (Kadir, 2010).
Menurut Reilly (1985), reaksi normal pada seseorang yang
sehat pada keadaan darurat, yang mengancam jiwanya, akan
merangsang pengeluaran hormon adrenalin, yang
menyebabkan meningkatnya denyut nadi, pernapasan,
memperbaiki tonus otot dan rangsangan kesadaran yang ke
semuanya akan meningkatkan kewaspadaan dan siap akan
kecemasan dan antisipasi yang akan dihadapi, untuk kembali
pada keadaan yang normal setelah suatu krisis yang
dihadapinya. Walaupun kondisi ini akan dilanjutkan dengan
keadaan stres yang siap akan terjadinya suatu kerusakan pada
tubuh (Kadir, 2010).
4. Stres Kerja Akut
Stres akut merupakan bentuk paling umum dari stres. Hal
ini berasal dari tuntutan dan tekanan dalam jangka pendek.
Biasanya sumber stres tersebut seringkali terdapat pada
aktivitas yang dilakukan individu kemudian dengan cepat
menghilang. Stres akut dapat menjadi hal yang menarik dan
menantang apabila terjadi dalam dosis yang kecil, namun bila
terjadi dalam dosis yang besar maka dapat menyebabkan
kelelahan pada seseorang (APA, 2016).
Stres akut biasanya hanya berupa reaksi singkat tubuh
terhadap sumber stres yang datang. Stres akut terjadi dalam
jangka pendek sehingga tidak memiliki efek kesehatan berlanjut
pada individu yang mengalaminya (Taufiqurrohman, 2015).
Namun, terdapat beberapa gejala yang ditimbulkan saat
seseorang mengalami stres akut. Gejala tersebut berupa
gangguan fisiologis, emosional dan psikologis yang masih
dapat diatasi apabila dikontrol dengan baik. Gejala tersebut
diantaranya terdiri dari sakit kepala, sakit punggung, nyeri
otot, rahang kaku, maag, perut kembung, diare, sembelit,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung,
telapak tangan berkeringat, jantung berdebar, tangan terasa
dingin, sesak napas, nyeri dada, tidak sabar, terjadi kecelakaan
kerja, penggunaan alkohol, merokok, dan lain-lain (APA, 2016).
5. Stres Kerja Kronis
Stres akut yang tidak dapat dikendalikan, mengalami
peningkatan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama
akan berkembang menjadi stres kronis (Taufiqurrohman, 2015).
Stres kronis terjadi dalam waktu lama yang disebabkan oleh
tuntutan dan tekanan yang terus menerus dan sulit untuk
diatasi. Stres kronis dapat menyebabkan kerusakan pada
tubuh, pikiran, dan jiwa seseorang yang mengalaminya (APA,
2016).
Stres kronis dapat memicu terjadinya beberapa penyakit
atau risiko kesehatan seperti penyakit jantung, kanker, paru-
paru, bahkan bunuh diri (Taufiqurrohman, 2015). Sedangkan
menurut NIOSH, beberapa penyakit yang berkaitan dengan
stres kronis antara lain diabetes, hernia, tuberkulosis, asma,
darah tinggi, penyakit jantung, rematik, epilepsi, glukoma,
paralysis, gangguan ginjal, gangguan pernapasan, stroke,
anemia, gangguan hati atau pankreas, gangguan kelenjar tiroid,
insomnia, gastritism colitis, ulkus lambung, sakit punggung, dan
alergi.
6. Faktor-faktor Penyebab Stres
Menurut Sunyoto (2013), stres dapat disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Penyebab fisik.
Antara lain:
1) Kebisingan.
Kebisingan terus menerus dapat menjadi sumber
stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa
terlalu tegang juga menyebabkan hal yang sama.
2) Kelelahan.
Kelelahan dapat menyebabkan stres karena
kemampuan untuk bekerja menurun. Kemampuan
bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan
tanpa disadari menimbulkan stres.
3) Pergeseran prestasi.
Mengubah pola kerja yang terus menerus dapat
menimbulkan stres. Hal ini disebabkan karena seorang
karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama
dan sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
4) Jetlag.
Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang
disebabkan oleh perubahan waktu sehingga
mempengaruhi irama tubuh seseorang. Untuk itu
disarankan bagi mereka yang baru menempuh
perjalanan jauh di mana terdapat perbedaan waktu agar
beristirahat minimal 24 jam sebelum melakukan sesuatu
aktivitas.
b. Suhu dan kelembapan.
Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi
dapat mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. suhu yang
tinggi harus dapat ditoleransi dengan kelembapan yang
Rendah
c. Beban kerja Beban kerja yang terlalu banyak dapat
menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga
menimbulkan stres Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat
keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja
mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak
dan sebagainya.
d. Sifat pekerjaan
1. Situasi baru dan asing.
Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan
atau organisasi, seseorang akan terasa sangat tertekan
sehingga dapat menimbulkan stres.
2. Ancaman pribadi.
Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat
dari atasan menyebabkan seseorang terasa terancam
kebebasannya.
3. Percepatan.
Stres bisa terjadi jika ketidakmampuan seseorang
untuk memacu pekerjaan.
4. Ambiguitas.
Kurang kejelasan terhadap apa yang harus
dikerjakan akan menimbulkan kebingungan dan
keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
5. Umpan balik.
Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat
karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu
prestasi mereka. Di samping itu, standar kerja yang tidak
jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.
e. Kebebasan.
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum
tentu merupakan hal yang menyenangkan. Ada sebagian
karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat
mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam
bertindak. Hal itu dapat merupakan sumber stres bagi
seseorang.
f. Kesulitan.
Kesulitan-kesulitan yang dialami di rumah, seperti
ketidakcocokan suami istri. Masalah keuangan, perceraian
dapat mempengaruhi prestasi kerja. Hal-hal seperti ini dapat
merupakan sumber stres bagi seseorang.
Menurut Siagian (2012), pada dasarnya berbagai sumber
stres dapat digolongkan pada yang berasal dari pekerjaan dan
dari luar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat
menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaanpun dapat
beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat,
desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang
menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan
balik tentang prestasi kerja seseorang, ketidakseimbangan
antara wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan peranan
karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang
ditimbulkan oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering
sehingga seseorang merasa terganggu konsentrasinya, konflik
antara karyawan dengan pihak di dalam dan di luar kelompok
kerjanya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan
dan yang dianut oleh organisasi dan perubahan yang terjadi
yang pada umumnya memang menimbulkan rasa tidakpastian.
Suwatno dan Priansa (2011) membagi sumber stres kerja
dari lingkungan kerja sebagai berikut:
a. Stres yang bersumber dari lingkungan fisik, sumber stres ini
mengacu pada kondisi fisik dalam lingkungan di mana
pekerja harus beradaptasi untuk memelihara keseimbangan
dirinya. Stres yang bersumber dari lingkungan fisik di sini,
diantaranya adalah: kondisi penerangan di tempat kerja,
tingkat kebisingan, keluasan wilayah kerja.
b. Stres yang bersumber dari tingkatan individu, yang
dimaksud dengan sumber ini adalah stres yang berkaitan
dengan peran yang dimainkan dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan sehubungan degan posisi seseorang di
lingkungan kerjanya dan yang termasuk dalam sumber stres
kerja ini adalah:
1) Konflik peran Kombinasi dari harapan dan tuntutan yang
diberikan kepada para pegawai atau anggota lain dalam
organisasi yang menimbulkan tekanan disebut tekanan
peran.
2) Peran yang rancu/ tidak jelas Ketidakjelasan seseorang
mengenai peran yang harus dilaksanakannya, baik yang
berkaitan dengan tugas yang harus ia lakukan maupun
dengan tanggung jawab sehubungan dengan posisinya.
3) Beban kerja yang berlebihan
Beban kerja ini dapat bersifat kuantitatif maupun
kualitatif. Disebut kuantitatif jika seseorang menghayati
terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, atau
karena keterbatasan waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan.
4) Tanggung jawab kepada orang lain Tanggung jawab di
sini dapat meliputi tanggung jawab terhadap orang
lain/hal-hal lain. Dalam banyak kasus tanggung jawab
terhadap orang lain lebih potensial sebagai sumber
stres.
5) Kesempatan untuk mengembangkan karir Sumber stres
ini adalah aspek-aspek sebagai hasil dari interaksi
antara individu dengan lingkungan organisasi yang
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kualitas
dari pengembangan karirnya.
c. Stres kerja yang bersumber dari kelompok dan organisasi
1) Stres yang bersumber dari kelompok Stres di sini
bersumber dari hasil interaksi individu-individu dalam
suatu kelompok yang disebabkan perbedaan-perbedaan
di antara mereka, baik perbedaan sosial maupun
psikologis, stres yang bersumber dari kelompok antara
lain:
a) Hilangnya kekompakan kelompok.
b) Tidak adanya dukungan yang memadai.
c) Konflik intra dan inter kelompok. Yang dimaksud
konflik di sini adalah adanya tindakan yang
bertentangan antara dua orang atau lebih.
2) Stres yang bersumber dari organisasi Stres ini timbul
dari keinginan-keinginan organisasi atau lembaga
sehubungan dengan pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga tersebut. Macam-macam stres yang bersumber
dari organisasi, antara lain:
a. Iklim organisasi.
Suatu organisasi tidak hanya memiliki perbedaan
dalam struktur fisik namun juga dalam sikap dan
tingkah laku pekerjaannya. Interaksi antara individu,
struktur kebijaksanaan dan tujuan organisasi secara
umum disebut iklim organisasi yang bersangkutan.
b. Struktur organisasi.
Stres yang timbul oleh bentuk struktur organisasi
yang berlaku dilembaga yang bersangkutan.
c. Teritorial organisasi.
Istilah yang menggambarkan ruang pribadi atau
arena kegiatan seseorang, tempat di mana mereka
bekerja, bekerja atau bergurau.
d. Teknologi.
Yang dimaksud dengan teknologi di sini adalah
cara-cara organisasi mengubah sumber-sumber input
menjadi hasil atau output yang diinginkan.
e. Pengaruh pimpinan. Salah satu faktor yang data
mempengaruhi aktivitas pekerjaan, iklim dan
kelompok adalah bagaimana pimpinannya.

Anda mungkin juga menyukai