Proposal Masita Fajriani PDF
Proposal Masita Fajriani PDF
LITERATURE REVIEW
MASITA FAJRIANI
J011171031
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
semakin menyadari bahwa fungsi gigi tidak hanya sebagai alat untuk
susunan gigi yang teratur, kontak oklusal yang baik, sehingga dapat dicapai
fungsi oklusi yang efisien, dan estetika penampilan wajah yang menyenangkan
yaitu berkisar antara 11% sampai 93% yang terdiri dari maloklusi ringan sampai
berat.2
atau suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal suatu gigi terhadap gigi
cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan
paling sering ditemui pada periode gigi campuran adalah crowding atau gigi
berjejal.3,4
1
Menurut Graber dan Vanarsdall (1994) serta Profit dan Fields (2000),
2018, prevalensi masalah gigi dan mulut adalah 57,6% dan salah satu kelainan
gigi dan mulut yang masih sering dijumpai pada masyarakat adalah maloklusi.
ketiga kelainan gigi terbanyak di Indonesia setelah karies gigi dan penyakit
tinggi. Prevalensi maloklusi remaja Indonesia pada tahun 2006 sebesar 89% dan
angka 80%.4,6
konsep diri dan harga diri. Menurut Kustiawan penampilan wajah yang tidak
2
menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan
interaksi sosial, keadaan psikologis, rasa percaya diri, serta ketidakpuasan akan
seseorang 8,9,10
secara objektif, tetapi juga dipengaruhi oleh penilaian subjektif akan estetika
kehidupan ekonomi atau kekayaan. Hasil penelitian oleh Shaw dkk dan
perawatan ortodonti pada remaja usia 11 – 14 tahun. Hal ini terkait dengan
status sosial ekonomi yang tinggi dari orang tua pasien. Selain itu menurut
keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah yaitu biaya perawatan yang
3
1.2 Rumusan masalah
4
c. Sebagai bahan acuan dan sumber bacaan bagi mahasiswa kedokteran gigi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
menyimpang dari oklusi normal atau suatu kondisi yang menyimpang dari
relasi normal suatu gigi terhadap gigi yang lainnya. Menurut World Health
yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari
kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami remaja. Namun, maloklusi
geligi atas dengan bawah tidak harmonis dan dapat memiliki efek psikologis
dan dapat juga mengakibatkan kelainan bicara dan nyeri otot wajah atau
rahang.14,15
6
2.1.2 Etiologi Maloklusi
a. Faktor Heriditer16
multipel.
2) Disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah
lokal.
b. Faktor Lokal17
berarti gigi sulung yang sudah melewati waktu tanggal tetapi tidak
tanggal.
7
3) Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi
4) Pengaruh jaringan lunak, tekanan dari otot bibir, pipi dan lidah
otot-otot ini jauh lebih kecil dari pada tekanan otot pengunyahan
maloklusi.
gigi molar satu permanen rahang atas memiliki relasi terhadap gigi molar
satu permanen rahang bawah yang digunakan sebagai kunci oklusi. Angle
a. Maloklusi Klas I
rahang atas. Posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi
8
dengan groove bukal molar satu permanen rahang bawah dan cusp
oklusal molar satu permanen rahang bawah ketika rahang dalam posisi
istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik, seperti yang terlihat pada
gambar 2.1.17
b. Maloklusi Klas II
rahang atas. Posisi cusp mesiobukal molar satu rahang atas beroklusi
diantara cusp mesiobukal molar satu permanen rahang bawah dan bagian
dari tonjol mesiolingual molar satu permanen rahang bawah, seperti yang
9
Angle membagi maloklusi Klas II menjadi dua divisi berdasarkan
1) Klas II divisi 1
2) Klas II divisi 2
rahang atas yang lebih ke labial ataupun mesial, seperti pada gambar
berikut.
10
3) Klas II Subdivision
pada satu sisi pertama dari lengkung gigi saja, maloklusi ini disebut
rahang atas. Posisi Cusp mesiobukal molar satu permanen rahang atas
dan mesial dari cups mesial gigi molar kedua permanen mandibular,
11
disimpulkan dari sederetan pengamatan yang terus menerus dilakukan.
Need (IOTN), Dental Aesthetic Index (DAI), Peer Assesment Rating (PAR)
dan Kohout tahun 1986. Dental Aethetic Index telah diadopsi oleh
12
Table 2.1 Keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti
skor, yaitu:18,16
13
memberikan penilaian terhadap ciri-ciri oklusi dan cara menentukan
maloklusi yang dapat dilihat dari besarnya skor yang tercatat pada
pada model gigi atau didalam mulut. Penilaian indeks HMAR tidak
lain.21
14
Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasikan pasien yang
15
atau sedikit membutuhkan perawatan, sedangkan tingkat 5
2.2)
Tingkat 1
1 Maloklusi ringan, termasuk pergeseran kontak poin kurang dari 1 mm.
Tingkat 2
2a Overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tetapi kurang atau sama dengan 6
mm serta bibir yang kompeten
2b Reverse overjet yang lebih besar dari 0 mm tetapi kurang atau sama
dengan 1 mm
2c Crossbite anterior atau posterior yang kurang atau sama dengan 1 mm
diskrepasi antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
2d Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau
sama dengan 2 mm
2e Openbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm
2f Overbite yang lebih besar atau sama dengan 3,5 mm tanpa
kontak pada gingiva
2g Pre-normal atau post-normal oklusi dengan atau tanpa anomali
Tingkat 3
3a Overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tetapi kurang atau sama dengan 6
mm.
3b Reverse overjet yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau sama
dengan 3,5 mm
3c Crossbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 1 mm tetapi
kurang atau sama dengan 2 mm diskrepansi antara posisi kontak retrusi
dan posisi interkuspal
16
3d Pergeseran titik kontak yang lebih besar dari 2 mm tetapi kurang atau
sama dengan 4 mm
3e Openbite anterior atau lateral yang lebih besar dari 2 mm tetapi kurang
atau sama dengan 4 mm
3f Deepbite yang komplit dengan atau tanpa trauma pada jaringan gingiva
atau palatal
Tingkat 4
4a Overjet yang lebih besar dari 6 mm tetapi kurang atau sama dengan 9 mm
4b Reverse overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tanpa kesulitan pengunyahaan
atau bicara
4c Crossbite anterior atau posterior yang lebih besar dari 2 mm tanpa kesulitan
pengunyahan atau bicara
4d Pergeseran titik kontak yang parah lebih besar dari 4 mm
4e Openbite anterior atau lateral yang ekstrim lebih besar dari 4 mm
4f Overbite yang besar dan komplit dengan trauma pada gingiva atau palatal
4g Daerah hipodonsia yang tidak terlalu besar membutuhkan perawatan
restorasi ortodonti atau penutupan ruang untuk meniadakan kubutuhan
perawatan prostetik
4h Crossbite lingual posterior tanpa kontak fungsional oklusal pada salah satu
atau kedua segmen bukal
4i Reverse overjet yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau sama dengan
3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan atau bicara
4k Gigi supernumery
Tingkat 5
5a Overjet yang lebih besar dari 9 mm
5h Daerah hipodonsia yang besar dengan implikasi restorasi (lebih dari 1 gigi
pada setiap kwadran) yang membutuhkan perawatan ortodonti pre-restorasi
5i Gigi terpendam (kecuali molar tiga) yang disebabkan karena gigi berjejal,
pergeseran kontak poin, gigi supernumerary, gigi desidui yang persisten dan
penyebab patologi lainnya
5m Reverse overjet yang lebih besar dari 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan
atau bicara
5p Cacat akibat celah bibir dan palatum dan anomali kraniofasial lainnya
5s Gigi desidui yang terpendam
17
b. Aesthetic Component (AC)
estetik terlihat paling menarik dan 10 foto mewakili gigi geligi yang secara
komponen AC ini adalah foto hitam putih (monokrom) atau foto bewarna.
Foto hitam putih lebih menguntungkan agar penilaian akan tingkat derajat
18
2.2 Status Sosial Ekonomi
memberikan batasan tentang status sosial ekonomi yaitu suatu kedudukan yang
masyarakat serta hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh orang tersebut.
Status sosial ekonomi atas merupakan kelas sosial yang berada paling atas
dari tingkatan sosial yang terdiri dari orang-orang yang sangat kaya seperti
19
jika dibandingkan dengan rata-rata masyarakat pada umumnya serta tidak
melakukan kunjungan ke dokter gigi. Ada juga orang tua yang memiliki
kesadaran mengenai masalah maloklusi yang dapat timbul pada usia anak untuk
ekonomi yang tidak menunjang dimana orang tua tidak mampu membayar
biaya perawatan ortodonti yang tergolong tinggi. Penelitian Guray pada 483
anak menunjukkan pada subjek dengan status ekonomi yang rendah 72,26%
ortodonti.25
2.2.1 Pendidikan
2003 adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
20
pendidikan secara tidak langsung membentuk watak dan perilaku seseorang
hasil yang diperoleh bahwa remaja yang orang tuanya berasal dari tingkat
11,7 % sedangkan remaja yang orang tuanya berasal dari tingkat pendidikan
2.2.2 Pekerjaan
hidup dan untuk mendapatkan tempat hidup dan untuk mendapatkan tempat
21
Barker pada tahun 1978 mengklasifikasikan pekerjaan terdiri atas lima
setaranya.
seperti guru, perawat, bidan, apoteker, pemilik took, pemilik salon, PNS,
setaranya.
2.2.3 Pendapatan
dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. 12 Orang tua
pelayanan kesehatan yang baik kepada anaknya. Orang tua dengan ekonomi
22
kurang akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga
dokter gigi tetapi tidak dilakukan karena tingkat ekonomi yang tidak
perawatan menurut subjek itu sendiri. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kepada estetik makro, mini, dan mikro.34 Kebutuhan perawatan ortodonti tidak
hanya dipengaruhi oleh penilaian secara objektif, tetapi juga dipengaruhi oleh
penilaian subjektif akan estetika wajah seseorang, faktor sosial budaya, dan
faktor sosioekonomi.35
2.4 Remaja
2.4.1 Definisi
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan
23
aspek fungsional. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
remaja sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
yakni:
24
2.4.2 Tahap-tahap Perkembangan Remaja
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,
25
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
26
BAB III
METODELOGI PENULISAN
Desain penulisan ini adalah literature review atau kajian literatur. Studi
pengumpulan data yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang didapat
dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lainnya.
Sumber literatur dalam rencana penulisan ini terutama berasal dari jurnal
penelitian yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir, textbook, buku teks dari
TOPIK
SUMBER PENULISAN
PENELUSURAN JURNAL
KOMPILASI DATA
DISKUSI
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
27
DAFTAR PUSTAKA
SMAN 4 Kota Banda Aceh terhadap efek samping pemakaian alat ortodonti
3. Utari TR, Putri MK. Orthodontic treatment needs in adolescents aged 13-15
28
9. Wagiran, D. Kualitas hidup remaja SMA Negeri 6 Manado yang mengalami
Ratulangi 2014.
10. Williams et al, J. K. Alat-Alat Ortodonsi Cekat: Prinsip dan Praktik, Alih
11. Lubis HF, Laturiuw HP. Socioeconomic status and orthodontic treatment need
based on The Dental Health Component. Dental Journal 2018; 51(3): 119-20.
12. Wijianto. Pengaruh status sosial dan kondisi ekonomi keluarga terhadap
motivasi bekerja bagi remaja awal (usia 12-16 tahun) di Kabupaten Ponorogo.
Orthod 2011.
18. Phulari BS. Orthodontics principles and practice. New Delhi: Jaypee, 2011: 98-
103, 148-152.
29
20. Cardoso CF, et al. The dental aesthetic index and dental health component of
21. Vigni AL, Andita PS, Paulina N, Gunawan. Gambaran maloklusi dengan
menggunakan HMAR pada pasien dirumah sakit gigi dan mulut Universitas
23. Gill DS. Ortodonsia at a glance. Alih bahasa. Titiek Suta. Jakarta: EGC, 2014:
24. Hagg U, McGrath C, Zhang M. Quality of life and orthodontic treatment need
25. Oley AB, Anindita PS, Leman MA. Kebutuhan perawatan ortodonti
26. Rahayu WP. Analisis intensitas pendidikan oleh orang tua dalam kegiatan
belajar anak, status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar dan
27. Binti Maunah. Stratifikasi Sosial Dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif
28. Ngantung RA, Pangemanan DH, Gunawan PN. Pengaruh tingkat sosial
ekonomi orang tua terhadap karies anak di TK Hang Tuah Belitung. Jurnal e-
29. Susi, Bachtiar H, Azmi U. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan
karies pada gigi sulung anak umur 4 dan 5 tahun. Majalah Kedokteran Andalas
30
30. Maulana E, Ashani R, Heriyani F. Faktor yang mempengaruhi kehilangan gigi
pada usia 35-44 tahun di Kecamatan Juai Kabupaten Balangan tahun 2014.
31. Setyowati. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Status Kehilangan Gigi
32. Dewi O. Analisis hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU
Kota Medan tahun 2007. Tesis: Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008: 17-
36.
34. Dharma J, Sharma. IOTN – A tool to prioritize treatment need in children and
37. Putro KZ. Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Jurnal
31
32