Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN INTERNSIP KEDOKTERAN GIGI PUSKESMAS

EVALUASI ANGKA DMF-T PADA KEGIATAN UNIT KESEHATAN GIGI


SEKOLAH DI WILAYAH PUSKESMAS CILACAP TENGAH I
(Evaluasi di SDI Al – Azhar 16 Cilacap dan SDI Al – Irsyad 02
Cilacap)

Disusun Oleh:
drg. Rakhmawati
drg. Vania
Wirawati

Dokter Gigi Pendamping:


drg. Hesti Murtiningrum
NIP. 19710204 200003 2
003

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER GIGI INDONESIA


UPTD PUSKESMAS CILACAP TENGAH I
KABUPATEN CILACAP
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi

Angka DMF-T pada Kegiatan Unit Kesehatan Gigi Sekolah di Wilayah

Puskesmas Cilacap Tengah I (Evaluasi di SDI Al – Azhar 16 Cilacap dan

SDI Al – Irsyad 02 Cilacap)”. Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan

dan wawasan serta mengevaluasi program yang sudah berjalan di UPTD

Puskesmas Cilacap Tengah I. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi requirement dalam program internship dokter gigi Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada drg. Hesti Murtiningrum selaku dokter gigi pendamping yang

telah membimbing dan membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, apabila terdapat kesalahan penyusunan maupun isi dari makalah ini,

penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang

bersifat membangun dari para pembaca akan sangat penulis harapkan untuk

perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pada para pembaca di

bidang kedokteran gigi.

Cilacap, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Karies Gigi....................................................................................................5
B. Status Kebersihan Rongga Mulut.................................................................8
C. Unit Kesehatan Gigi Sekolah......................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................16
A. Jenis Penelitian............................................................................................16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................16
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................16
D. Sumber Data................................................................................................17
E. Instrumen Penelitian...................................................................................17
F. Variabel Penelitian......................................................................................17
G. Pelaksanaan Penelitian................................................................................17
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................18
A. Hasil Pemeriksaan SDI Al – Azhar 16 Cilacap...........................................18
B. Hasil Pemeriksaan SDI Al – Irsyad 02 Cilacap..........................................19
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................21
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...................................................................22
A. SIMPULAN................................................................................................22
B. SARAN.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN..........................................................................................................25

ii
DAFTAR

Gambar 2.1 Kriteria skor Debris (DI-S) dalam komponen indeks OHI-S.............10
Gambar 2.2 Kriteria skor Kalkulus (CI-S) dalam komponen indeks OHI-S.........11

iii
DAFTAR

Tabel 2.1 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t....................................................8


Tabel 2.2 Kategori Penilaian Indeks OHI-S..........................................................12
Tabel 4.1 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t SDI Al – Azhar 16
Cilacap...................................................................................................................18
Tabel 4.2 Kriteria penilaian indeks OHI-S SDI Al – Azhar 16 Cilacap................19
Tabel 4.3 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t SDI Al – Irsyad 02
Cilacap...................................................................................................................20
Tabel 4.4 Kriteria penilaian indeks OHI-S SDI Al – Irsyad 02 Cilacap................20

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia.

Salah satu aspek kesehatan tubuh yang tidak dapat diabaikan adalah kesehatan

gigi dan mulut. Terganggunya kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi

kualitas hidup seseorang seperti fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya

diri. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengeluhkan tentang

penyakit gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kejadian

penyakit gigi dan mulut pada tahun 2018 tergolong tinggi yaitu sebesar 57,6%

(RISKESDAS, 2018).

Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2013) penyakit gigi dan

mulut terbesar di Indonesia adalah karies gigi atau gigi berlubang. Data

menunjukkan dari tahun 2007 hingga 2013, prevalensi karies di antara

penduduk naik dari 43,4% menjadi 53,2%. Karies gigi merupakan suatu

penyakit yang dapat merusak jaringan keras gigi secara progresif. Karies gigi

pada seseorang dapat dinilai dengan sebuah indeks yang dinamakan Decayed

Missing Filled - Tooth (DMF-T) atau Decayed Exfoliated Filled – Tooth (def-

t). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, indeks DMF-T

di Indonesia sebesar 4,6 yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia 460

gigi per 100 orang dan termasuk dalam kategori tinggi. Menurut Tarigan

(2013) karies disebabkan oleh aktivitas suatu bakteri yang dapat memicu

demineralisasi pada permukaan gigi. Bakteri pada rongga mulut berasal dari

1
2

sisa – sisa makanan yang tertinggal dan menempel pada gigi yang tidak

dibersihkan.

Anak usia sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan mengalami

masalah gigi dan mulut terutama karies gigi. Periode gigi pada anak-anak

sekolah dasar disebut periode gigi bercampur. Periode gigi bercampur (mixed

dentition) adalah suatu periode di mana dijumpai adanya gigi geligi sulung

dan gigi geligi permanen bersamaan dalam rongga mulut. Periode mixed

dentition berlangsung pada usia 6-12 tahun (Putri dkk., 2010). Berdasarkan

data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2013) menunjukkan bahwa

prevalensi karies anak di Jawa Tengah mencapai 43,1%. Tingginya angka

tersebut membuktikan bahwa anak usia di bawah 12 tahun banyak mengalami

masalah kesehatan gigi dan mulut terutama karies gigi yang dapat disebabkan

karena status kebersihan rongga mulut yang buruk.

Status kebersihan rongga mulut merupakan suatu indikator pertama

untuk penilaian terhadap kesehatan rongga mulut seseorang. Status kebersihan

rongga mulut adalah suatu keadaan atau kondisi kebersihan gigi dan mulut

yang menggambarkan kebersihan mulut baik, sedang, dan buruk. Rendahnya

status kebersihan rongga mulut dapat menyebabkan masalah kesehatan gigi

dan mulut seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan kehilangan gigi.

Terdapat cara untuk mengetahui status kebersihan rongga mulut seseorang

yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui status kebersihan gigi mulut serta merencanakan

tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah

(Sasea dkk., 2013).

2
3

UKGS adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik

di sekolah binaan yang ditujang dengan upaya kesehatan perorangan berupa

upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan

kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan UKGS tersebut diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa-siswi SD sehingga

menghasilkan generasi dengan gigi sehat dan bebas karies. Program UKGS

dilaksanakan oleh dokter gigi dan perawat gigi, selain itu pelaksanaan

program UKGS didampingi pula oleh guru (KEMENKES RI, 2012).

Penyelenggaraan upaya kesehatan pada program UKGS diantaranya dapat

dilakukan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada

anak-anak sekolah. Kegiatan tersebut berupa memberikan penyuluhan tentang

pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang adanya masalah kesehatan

gigi seperti plak gigi, karang gigi atau karies gigi dan cara bagaimana

menggosok gigi yang baik dan benar (Notoatmodjo, 2010).

SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al – Irsyad 02 adalah SD yang berada

dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilacap Tengah I. Dua SD ini

memiliki jumlah murid yang paling banyak diantara SD lain yang berada di

wilayah Puskesmas Cilacap Tengah I. Berdasarkan uraian latar belakang di

atas, penulis tertarik untuk melakukan kegiatan UKGS berupa pemeriksaan

kesehatan gigi dan mulut yang menitikberatkan pada angka karies (DMF—

T/def-t) dan status kebersihan rongga mulut (OHI-S) di SDI Al – Azhar 16

dan SDI Al – Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

3
4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan ini yaitu bagaimana gambaran angka

DMF-T/def-t dan OHI-S pada siswa – siswi di SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al

– Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran angka DMF-

T/def-t dan OHI-S pada siswa – siswi di SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al –

Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan untuk perbaikan program

kerja dan perencanaan kegiatan UKGS, dengan adanya deteksi dini

diharapkan dapat mengoptimalkan pelayanan kepada siswa – siswi sekolah

dalam meningkatkan upaya promotif-preventif kesehatan gigi dan mulut

khususnya dibidang promosi kesehatan dan kedokteran gigi anak.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin, dan sementum yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu bakteri

yang dapat memfermentasikan karbohidrat menjadi asam. Proses karies

ditandai dengan adanya demineralisasi progresif pada jaringan keras gigi dan

diikuti dengan kerusakan bahan organik lainnya. Demineralisasi adalah proses

pelarutan enamel pada gigi. Karies merupakan penyakit yang paling banyak

dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal

sehingga menjadi masalah utama bagi kesehatan gigi dan mulut (Kidd, 2005;

Pintauli dan Hamada, 2008).

Menurut Pintauli dan Hamada (2008), karies gigi dapat terjadi akibat 4

faktor dibawah ini saling terkait satu sama lain yaitu:

1. Faktor host

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan

rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk

gigi), struktur enamel, dan faktor kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior

sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk

di daerah tersebut terutama pada pit dan fisur yang dalam. Selain itu,

permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat

dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel terdiri atas kristal

hidroksiapatit yang tersusun dalam prisma. Kepadatan kristal enamel

sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel

5
6

mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan

semakin resisten. Sampai saat ini diketahui bahwa enamel yang

mengandung garam-garam fluor akan lebih tahan karies dibanding yang

tidak mengandung fluor.

2. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang

terbentuk pada gigi dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan

jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan Streptococcus salivarius

serta beberapa strain lainnya.

3. Faktor substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak

karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang

ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme

bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan

untuk memproduksi asam serta bahan lain dan menyebabkan timbulnya

karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak

mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami

kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak

mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
7

mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa

karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya

waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas

cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

Mekanisme terjadinya karies gigi diawali dengan terbentuknya plak

secara fisiologis pada permukaan gigi. Plak terdiri dari kelompok

mikroorganisme atau bakteri yang dapat bekerja sama serta memiliki sifat

fisiologi kolektif. Beberapa bakteri mampu melakukan fermentasi terhadap

substrat karbohidrat seperti sukrosa gula dan glukosa. Karbohidrat dari sisa

makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu kemudian

berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi

dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam

waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang

rentan, hal ini merupakan awal proses terjadinya karies (Suryawati, 2010).

Indeks karies gigi merupakan angka yang menunjukkan secara klinis

penyakit karies gigi baik pada perorangan maupun kelompok. Indeks karies

yang sering digunakan yaitu indeks DMF-T untuk gigi permanen dan indeks

def-t untuk gigi desidui.

a. Indeks DMF-T

D = Decay, yaitu jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal.


8

M = Missing, yaitu jumlah gigi permanen yang telah/harus dicabut karena

karies.

F = Filling, yaitu jumlah gigi yang telah ditambal.

Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlah skor D+M+F.

Total skor meupakan total karies pada satu orang.

b. Indeks def-t

d = decay, yaitu jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal.

e = exfoliated, yaitu jumlah gigi desidui yang telah/harus dicabut karena

karies.

f = filling, yaitu jumlah gigi yang telah ditambal.

Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlah skor d+e+f. Total

skor meupakan total karies pada satu orang (Amaniah, 2009). Klasifikasi

tingkat keparahan karies dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t


Kriteria Skor
Sangat rendah 0 – 1,1
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 – 6,5
Sangat Tinggi > 6,6
Sumber: Amaniah, 2009.

B. Status Kebersihan Rongga Mulut

Status kebersihan rongga mulut merupakan suatu indicator pertama

untuk penilaian terhadap kesehatan gigi dan mulut seseorang. Status

kebersihan rongga mulut adalah suatu keadaan atau kondisi kebersihan gigi

dan mulut yang menggambarkan kebersihan mulut baik, sedang, dan buruk

(Sasea dkk., 2013). Status kebersihan rongga mulut yang kurang terjaga dapat
9

menyebabkan berbagai penyakit pada rongga mulut sebagai akumulasi debris

dan kalkulus (Rahmadhani, 2010).

Debris merupakan lapisan lunak di permukaan gigi yang terdiri dari

musin, bakteri, dan sisa makanan. Kalkulus yang dikenal dengan istilah

karang gigi merupakan suatu endapan keras hasil mineralisasi/kalsifikasi plak

(Pintauli dan Hamada, 2008). Kalkulus timbul pada daerah-daerah gigi yang

sulit dibersihkan, di mana kalkulus ini menjadi tempat melekatnya kuman-

kuman di dalam mulut. Akumulasi debris yang banyak mengandung berbagai

macam bakteri serta kuman pada kalkulus dapat menyebabkan berbagai

penyakit periodontal (Rahmadhani, 2010).

Indeks yang dapat digunakan untuk menilai kebersihan mulut yaitu

Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). OHI-S terdiri atas dua komponen

yaitu skor debris dan skor kalkulus dengan skala masing-masing komponen 0-

3 (Alhamda, 2011; Hiremath, 2011). Menurut Muthu dan Sivakumar (2009),

pemeriksaan OHI-S mencakup enam permukaan gigi yaitu:

1. Permukaan bukal gigi molar 1 kanan atas permanen

2. Permukaan labial gigi insisivus 1 kanan atas permanen

3. Permukaan bukal gigi molar 1 kiri atas permanen

4. Permukaan lingual gigi molar 1 kiri bawah permanen

5. Permukaan labial gigi insisivus 1 kiri bawah permanen

6. Permukaan lingual gigi molar 1 kanan bawah permanen

Gigi indeks yang sudah tidak ada digantikan oleh gigi tetangganya

seperti: jika gigi molar 1 tidak ada dapat digantikan oleh gigi molar 2,

selanjutnya apabila gigi molar 2 tidak ada dapat digantikan dengan gigi molar
1

3, sedangkan bila gigi insisivus 1 yang menjadi gigi indeks tidak ada maka

digantikan oleh gigi insisivus 1 di sebelah midline. Permukaan gigi yang

berkurang tingginya karena karies atau trauma tidak dapat digunakan sebagai

gigi indeks. Paling sedikit harus ada dua permukaan gigi indeks untuk tiap

individu yang akan dilakukan pengukuran OHI-S (Muthu dan Sivakumar,

2009; Sasea dkk., 2013).

Cara pengukuran debris adalah masing-masing permukaan gigi yang

diperiksa dibagi tiga bagian secara horizontal yaitu bagian gingiva, bagian

tengah (midline) dan bagian insisal. Penilaian debris dapat dilihat pada

Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Kriteria skor Debris (DI-S) dalam komponen indeks OHI-S
Sumber: Muthu dan Sivakumar, 2009

Gambar 2.1 menunjukkan kriteria untuk skor debris (DI-S) dengan

keterangan sebagai berikut (Muthu dan Sivakumar, 2009).

1. Nilai 0 : tidak ada debris.

2. Nilai 1 : debris lunak atau terdapat ekstrinsik stain tanpa debris

menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

3. Nilai 2 : debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi

tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa.


1

4. Nilai 3 : debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan yang

diperiksa.

Cara penilaian untuk kalkulus hampir sama dengan debris, untuk

penilaian skor kalkulus terlihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Kriteria skor Kalkulus (CI-S) dalam komponen indeks OHI-S
Sumber: Muthu dan Sivakumar, 2009

Gambar 2.2 menunjukkan skor penilaian kalkulus dengan keterangan

sebagai berikut (Muthu dan Sivakumar, 2009).

1. Nilai 0 : tidak ada kalkulus.

2. Nilai 1 : kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3

permukaan gigi.

3. Nilai 2 : kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan

gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang

diperiksa atau adanya bercak kalkulus subgingiva

sekeliling bagian servikal gigi.

4. Nilai 3 : kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan

yang diperiksa atau adanya pita tebal yang tidak terputus

dari kalkulus subgingiva sekeliling servikal gigi yang

diperiksa.
1

Menurut Muthu dan Sivakumar (2009), perhitungan OHI-S didapat

dengan menggunakan rumus OHI-S = DI - S + CI – S. Kategori penilaian

indeks OHI-S menurut Muthu dan Sivakumar (2009), dapat dilihat dalam

Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kategori Penilaian Indeks OHI-S


Kriteria Skor
Baik 0 – 1,2
Sedang 1,3 – 3,0
Buruk 3,1 – 6,0
Sumber: Muthu dan Sivakumar, 2009.

C. Unit Kesehatan Gigi Sekolah

1. Pengertian UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah program yang

dibentuk pemerintah guna memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi

dan mulut seluruh peserta didik di sekolah melalui pendidikan kesehatan,

pelayanan kesehatan gigi dan mulut, serta pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah yang sehat (Kemenkes RI, 2012). UKGS merupakan

bagian integral dari UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) yang melaksanakan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa

terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar dalam kurun waktu tertentu dan

diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket

minimal, paket standar dan paket optimal (Depkes RI, 1996).

Melalui UKGS dapat ditanamkan sikap yang baik terhadap

kesehatan gigi dan mulut dengan dilakukannya kegiatan penyuluhan dan

pendidikan terkait kesehatan gigi dan mulut hingga dilakukannya tindakan

dan perawatan gigi yang bermasalah apabila diperlukan. Ruang lingkup


1

penyelenggaraan program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok

Usaha Kesehatan Sekolah (Trias UKS), yang meliputi pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan

sekolah sehat (Kemenkes RI., 2012).

Menurut Kemenkes RI (2012), upaya kesehatan masyarakat pada

UKGS berupa kegiatan yang terencana, terarah dan berkesinambungan

yang meliputi intervensi perilaku dan intervensi lingkungan. Intervensi

perilaku adalah sebagai berikut.

a. Penggerakan guru, dokter kecil, dan orang tua murid melalui pelatihan

b. Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan pasta

gigi berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru atau dokter kecil

c. Pembinaan oleh tenaga kesehatan setempat

Sedangkan intervensi lingkungan sebagai berikut.

a. Fluoridasi air minum

b. Pembinaan kerjasama lintas program atau lintas sektor

2. Tujuan UKGS

Berdasarkan Kemenkes RI (2012) tujuan UKGS dibagi menjadi

dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum UKGS adalah

tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.

Sedangkan tujuan khusus UKGS sebagai berikut.

a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut

b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, dan orang tua dalam

upaya promotif preventif


1

c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta

didik yang memerlukan

3. Sasaran UKGS

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS dikelompokkan dalam

sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer meliputi para peserta

didik baik dari TK, SD, SMP, maupun SMA dan sederajat. Sasaran

sekunder meliputi guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang

tua murid, serta UKS di setiap jenjang. Sasaran tersier tiga hal sebagai

berikut.

a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada

sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama serta pondok

pesantren beserta lingkungannya

b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.

c. Lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga

dan lingkungan masyarakat. (Kemenkes RI, 2012).

4. Tahapan UKGS dan Pendekatan Pelayanan Kesehatan terkait UKGS

Berdasarkan Kemenkes RI (2012), program UKGS dibagi menjadi

tiga tahap sebagai berikut.

a. UKGS tahap 1 atau paket minimal UKGS

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI

yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi.

b. UKGS tahap II atau paket standar UKGS

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI

sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas.
1

d. UKGS tahap III atau paket optimal UKGS

Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan

dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan narasumber tenaga

kesehatan gigi.

Pendekatan pelayanan kesehatan terbagi menjadi empat tahap,

yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Keempat pendekatan

ini harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan agar mencapai

tujuan yang diharapkan. Program UKGS apabila ditinjau dengan keempat

pendekatan pelayanan kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut

(Rismawati, dkk, 2012; Depkes RI, 2000).

a. Kegiatan promotif UKGS, meliputi pelatihan guru dalam kesehatan

gigi, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh guru

b. Kegiatan preventif UKGS, meliputi sikat gigi massal dengan pasta

gigi berfluor

c. Kegiatan kuratif UKGS, meliputi pengobatan darurat untuk

menghilangkan rasa sakit serta rujukan bagi yang memerlukan

d. Kegiatan rehabilitatif UKGS, meliputi pemeliharaan program secara

berkesinambungan dari seluruh pihak yang terkait


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif observasional

yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

siswa SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al – Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah,

Kabupaten Cilacap.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian dilakukan di SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al – Irsyad 02,

Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

2. Penelitian dilakukan pada tanggal 20 -21 Februari 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa SDI Al – Azhar 16 dan SDI Al –

Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa DI Al – Azhar 16 dan SDI Al –

Irsyad 02, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap berjumlah 193

orang. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel ada simple

random sampling.

16
17

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang diperoleh

secara dengan melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara langsung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuisioner, alat tulis, APD, dan diagnostic set.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Terkendali

a. Sampel merupakan siswa DI Al – Azhar 16 dan SDI Al – Irsyad 02,

Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

b. Memiliki gigi geligi.

2. Variabel Tidak Terkendali

a. Asupan makanan yang di konsumsi.

b. Kebiasaan membersihkan gigi dan mulut.

c. Pola asuh orang tua.

d. Perilaku anak.

G. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dimulai pada pukul 08.00 di aula sekolah. Siswa secara

bergantian dilakukan pemeriksaan dimulai dari kelas terkecil sampai terbesar.

Semua hasil pemeriksaan dicatat. Apabila sudah selesai, siswa kembali ke

ruang kelas masing – masing untuk melanjutkan kegiatan belajar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Pemeriksaan SDI Al – Azhar 16 Cilacap

1. Data Geografis

SDI Al – Azhar 16 Cilacap terletak di Jalan Galunggung No. 6,

Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

Kawasan sekolah di SDI Al – Azhar bergabung dengan SMPI Al – Azhhar

15 Cilacap.

2. Data Demografis

SDI Al – Azhar 16 Cilacap memiliki total siswa sebanyak 516

siswa yang terdiri dari 263 siswa putra dan 253 siswa putri. Total jumlah

ruangan kelas sebanyak 20 ruangan yang terdiri dari kelas 1, 2, 5, dan 6

sebanyak 3 ruang kelas, dan kelas 3 – 4 sebanyak 4 ruang kelas.

3. Hasil Pemeriksaan Penelitian

Hasil pemeriksaan DMF-T/def-t pada 48 siswa SDI Al – Azhar 16

Cilacap dapat dilihat pada table 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t SDI Al – Azhar 16


Cilacap
Kriteria Jumlah
Decay/decay 1,5
Missing/exfoliated 0,1
Filling/filling 0,04
Total 1,64

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh jumlah total DMF-T/def-t pada 48

orang siswa SDI Al – Azhar 16 Cilacap sebanyak 1,64. Angka ini

termasuk dalam kategori rendah pada klasifikasi tingkat keparahan karies.

18
1

Hasil pemeriksaan OHI-S pada 48 siswa SDI Al – Azhar 16

Cilacap dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Kriteria penilaian indeks OHI-S SDI Al – Azhar 16 Cilacap


Kriteria Jumlah
Debris Index 0
Calculus Index 0
DI + CI 0
OHI-S 0

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh jumlah total OHI-S pada 48 orang

siswa SDI Al – Azhar 16 Cilacap sebanyak 0. Angka ini termasuk dalam

kategori baik pada klasifikasi OHI-S.

B. Hasil Pemeriksaan SDI Al – Irsyad 02 Cilacap

1. Data Geografis

SDI Al – Irsyad 02 Cilacap terletak di Jalan Cerme No. 24,

Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

2. Data Demografis

SDI Al – Irsyad 02 Cilacap memiliki total siswa sebanyak 761

siswa yang terdiri dari 380 siswa putra dan 381 siswa putri. Total jumlah

ruangan kelas sebanyak 25 ruangan yang terdiri dari kelas 1, 2, 3, 5, dan 6

sebanyak 4 ruang kelas, dan kelas 4 sebanyak 5 ruang kelas.

3. Hasil Pemeriksaan Penelitian

Hasil pemeriksaan DMF-T/def-t pada 145 siswa SDI Al – Irsyad

02 Cilacap dapat dilihat pada table 4.3 berikut.


2

Tabel 4.3 Kriteria penilaian indeks DMF-T/def-t SDI Al – Irsyad 02


Cilacap
Kriteria Jumlah
Decay/decay 2,35
Missing/exfoliated 0,006
Filling/filling 0,082
Total 2,441

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh jumlah total DMF-T/def-t pada

145 orang siswa SDI Al – Irsyad 02 Cilacap sebanyak 2,441. Angka ini

termasuk dalam kategori rendah pada klasifikasi tingkat keparahan karies.

Hasil pemeriksaan OHI-S pada 145 siswa SDI Al – Irsyad 02

Cilacap dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Kriteria penilaian indeks OHI-S SDI Al – Irsyad 02 Cilacap


Kriteria Jumlah
Debris Index 26
Calculus Index 78
DI + CI 104
OHI-S 17,3

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh jumlah total OHI-S pada 145

orang siswa SDI Al – Irsyad 02 Cilacap sebanyak 17,3. Angka ini

termasuk dalam kategori buruk pada klasifikasi OHI-S.


2

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada kedua sekolah, nilai

rata – rata DMF-T/def-t menurut kriteria WHO termasuk ke dalam kategori

rendah. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada kedua sekolah, nilai

rata – rata OHI-S menurut kriteria SDI Al – Azhar 16 Cilacap termasuk ke dalam

kategori baik dengan skor 0, sedangkan SDI Al – Irsyad 02 Cilacap termasuk ke

dalam kategori buruk dengan skor 17,3. Hal ini dapat dipengaruhi karena

kurangnya pengetahuan orang tua atau kesadaran diri siswa dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut.

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan penting agar

anak-anak dapat memiliki sikap dan perilaku mengenai kesehatan gigi dan mulut

yang baik. Edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut secara dini dapat

membantu mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut mengingat Indonesia

banyak memiliki keluhan mengenai penyakit gigi dan mulut baik usia muda,

dewasa, maupun lansia. Tingginya angka penyakit gigi dan mulut pada anak

sekolah dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anak tentang kesehatan

gigi dan mulut (Notoatmojo, 2012). Usaha kesehatan gigi di lingkungan sekolah

tingkat pendidikan dasar adalah suatu paket pelayanan asuhan sistematik yang

ditujukan bagi semua anak sekolah dasar dalam bentuk paket promotif dan

preventif (Depkes RI, 2000). Adanya penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan

mulut yang diberikan di sekolah dapat membantu meningkatkan kebersihan

rongga mulut yang dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.
BAB
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Simpulan penelitian ini adalah tingkat keparahan karies di kedua SD

termasuk ke dalam kategori rendah. Sedangkan status kebersihan rongga

mulut pada kedua SD berbeda yaitu SDI Al – Azhar 16 Cilacap 0 dengan

kategori baik dan SDI Al – Irsyad 02 Cilacap 17,3 dengan kategori buruk.

B. SARAN

Melanjutkan program UKGS di SDI Al – Azhar 16 Cilacap dan SDI

Al – Irsyad 02 Cilacap untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan

menyiapkan program preventif dan promotif.

22
DAFTAR

Alhamda, S., 2011, Status kebersihan gigi dan mulut dengan Status Karies Gigi
(Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 tahun di SDN Kota Bukit
Tinggi), BKM, 27(2): 108-115.
Amaniah, N., 2009, Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga Pelaksana UKGS
dengan Cakupan Pelayanan UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009, Tesis,
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Pedoman Upaya Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Jawa Tengah
2013, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Hiremath, S.S., 2011, Texbook of Preventive and Community Dentistry Ed 2,
Elsevier, Missouri.
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS), Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Budaya, 2012, Pedoman Pelaksanaan UKS di
Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2018, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Kidd, E.A.M., 2005, Essentials of Dental Caries 3rd ed., Oxford University Press,
New York.
Muthu, M. S., Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry: Principles and Practice,
Elsevier, Missouri.
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta.
Pintauli, S., Harmada., T, 2008, Menuju Gigi dan Mulut Sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan, USU Press, Medan.

23
24

Putri, M.H., Herijulianti, E., Nurjannah, N., 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta.
Rahmadhani, A.G., 2010, Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta.
Rismawati, L., Bachtiar, K.L., Gustaman, R.A., 2012, Analisis Manajemen
Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (Ukgs) Di Uptd Puskesmas
Bantar, Bantar.
Sasea, A., Lampus, B.S., Supit, A., 2013, Gambaran status kebersihan rongga
mulut dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal, Jurnal e-
Gigi, 1(1):52-58.
Suryawati, P.N., 2010, 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak, Dian
Rakyat, Jakarta.

Tarigan, R., 2013, Karies Gigi ed. 2, EGC, Jakarta.


LAMPIRAN

UKGS di SDI Al-Azhar 16 Cilacap

UKGS di SDI Al-Irsyad 02 Cilacap

25

Anda mungkin juga menyukai