Anda di halaman 1dari 10

Jumantik

Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan


http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JJUM

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Pada Anak


Stunting Usia 3-5 Tahun (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedukul Kabupaten Sanggau)
Elly Trisnawati 1, Dedi Alamsyah 2,Asriani Kurniawati 3

¹Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
Email : elly_occ.health@yahoo.co.id
2Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak,

Email : alamsyahdedi89@yahoo.co.id
3
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun
2017,
Email : asriani_kurniawati@yahoo.com

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Latar Belakang: Perkembangan motorik yang terlambat
Diterima merupakan salah satu dampak dari stunting pada anak yang
Disetujui berarti anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang
Di Publikasi sesuai dengan kelompok usianya. Kemampuan motorik anak
stunting yang terlambat dikarenakan kemampuan mekanik dari
Keywords: striped muscle yang sangat rendah sehingga kemampuan otot
Balita; Stunting; bergerak lambat.
Motorik Halus Tujuan penelitian: mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan motorik halus pada anak stunting
usia 3-5 tahun.
Metode Penelitian: desain ini menggunakan desain cross
sectional. Sampel penelitian sebanyak 68 orang yang diambil
dengan teknik total sampling. Uji statistik yang digunakan uji
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara stimulasi psikososial (p value=0,020),
pengetahuan ibu (p value=0,046), asupan zinc (p value=0,019),
riwayat BBLR (p value=0,010) dengan motorik halus anak
stunting. Variabel yang tidak berhubungan yaitu pemberian ASI
eksklusif (p value=0,478) dan asupan besi (p value=0,518).
Saran: Disarankan kepada orang tua untuk meningkatkan
pemberian stimulasi kepada anak sesuai dengan usia
perkembangannya dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung asupan zinc dan besi pada anak.
FACTOR THAT INFLUENCE THE DEVELOPMENT OF CHILDREN’S MOTOR
STUNTING 3-5 YEAR OF AGE (Case Study in Worked Area Clinic’s Kedukul of
Sanggau

Abstract

Background: Motor development late is one impact of stunting


in children which means children haven't been able to perform
the tasks of development that suit the age group. Motor ability
of children of stunting due to a late mechanical abilities of the
striped musclenya is very low so that the ability of the muscles
to move slowly. The purpose of this research was to know what
factors can affect fine motor stunting in children ages 3-5 years.
Method: Cross sectional approach was carried out in this study.
68 samples were selected by using total sampling. Then, the data
were statistically analyzed by using chi square test with a
confidence level of 95%.
Result: The study revealed two findings. First, there were
correlation of psychosocial stimulation (p value = 0,020),
knowledge of the mother (p value = 0.046), zinc intake (p value
= 0,019), a history of LBW (p value = 0,010) with fine motor
child stunting. Second, there were no correlation of exclusive
breast feeding (p value = 0,478), iron intake (p value = 0,518)
and hiperbilirubinemia (p value = 0,719).
Suggestion: From the findings, the parents to increase the
giving stimulation to age-appropriate child development and
consumption of eating foods containing iron and zinc intake in
children.

Instruction For Writing And Send Jurnal Articles Health Research Starts Publishing 2017
@ 2017, Unmuh Pontianak
Pendahuluan menunjukkan hasil dimana penyimpangan
perkembangan pada anak stunting lebih
Perkembangan motorik halus
banyak terjadi pada sektor motorik halus
merupakan pergerakan yang melibatkan
(32,9%) dibandingkan motorik kasar
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
(16,4%).7
dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan
koordinasi yang cermat, misalnya Metode
kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu, dan lain-lain yang Desain penelitian yang digunakan
dihasilkan dari gerakan tangan dan jari.¹ adalah cross sectional. Subjek penelitian
Stunting merupakan keadaan ini adalah anak stunting berusia 3-5 tahun
malnutrisi kronik yang berkaitan dengan di wilayah kerja Puskesmas Kedukul
perkembangan otak anak. Hal ini Kecamatan Mukok Kabupaten Sanggau
disebabkan oleh adanya keterlambatan berjumlah 68 orang yang diambil dengan
kematangan sel-sel saraf teruma di bagian teknik total sampling. Kriteria inklusi
cerebellum yang merupakan pusat dalam penelitian ini adalah (1) orang tua
koordinasi gerak motorik.² subjek bersedia menjadi responden dalam
Prevalensi stunting menurut hasil penelitian ini; (2) subjek tidak memiliki
PSG Kemenkes RI 2015, sebesar 29,9% cacat fisik; (3) subjek diasuh dan tinggal
balita di Indonesia termasuk kategori bersama orang tua kandung.
pendek, dengan persentase tertinggi di Data pada penelitian ini diperoleh
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan melalui wawancara dan observasi.
Sulawesi Barat.³ Instrumen yang digunakan yaitu (1)
Khusus wilayah Kalimantan Barat, kuesioner HOME Inventory untuk
berdasarkan hasil PSG Dinkes Provinsi mengetahui stimulasi psikososial; (2)
Kalimantan Barat di tahun 2015 prevalensi kuesioner pengetahuan, pemberian ASI
kejadian stunting sebesar 34,3%.4 dan riwayat BBLR; (3) Lembar Food
Berdasarkan data kejadian stunting tahun Recall 2x24 jam untuk mengetahui asupan
2015, Kabupaten Sanggau memiliki zinc dan besi; (4) lembar DDST II untuk
prevalensi tertinggi sebesar 40,6%, jika mengetahui perkembangan motorik halus.
dibandingkan dengan prevalensi stunting Teknik analisis menggunakan uji statistik
di Kota Pontianak sebesar 31,% dan chi-square.
Kabupaten Sintang sebesar 34,8%).5 Balita
di Indonesia yang mengalami stunting, Hasil dan Pembahasan
sekitar 16% dilaporkan mengalami Analisis Univariat
gangguan perkembangan yang meliputi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
gangguan perkembangan kognitif, bahasa
gambarkan distribusi dan frekuensi
dan motorik.6
responden dalam analisis univariat pada
Penelitian yang dilakukan di
tabel 1. sebagai berikut:
Bhubaneswar dan Cuttack India
Tabel 1.
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik
Halus, Stimulasi Psikososial, Pengetahuan Ibu, Pemberian ASI Eksklusif,
Asupan Zinc, Asupan Besi dan Riwayat BBLR

Variabel N %
Motorik Halus
Terganggu 37 54,4
Normal 31 45,6

Stimulasi Psikososial
Kurang 22 61,8
Cukup 46 38,2

Pengetahuan Ibu
Kurang Baik 32 47,1
Baik 36 52,9
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif 35 51,5
ASI Eksklusif 33 48,5
Asupan Zinc
Kurang baik 40 58,8
Baik 28 41,2
Asupan Besi
Kurang Baik 58 85,3
Baik 10 14,7
Riwayat BBLR
BBLR 43 63,2
Tidak BBLR 25 36,8

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa baik (58,8%), sebgaian besar responden
anak stunting sebagian besar mengalami memiliki asupan besi kurang baik (85,3%),
gangguan pada motorik halusnya (54,4%), sebagian besar responden memiliki
sebagian besar responden menerima riwayat BBLR (63,2%).
stimulasi psikososial kurang (61,8%),
sebagian besar ibu responden memiliki Analisis Bivariat
pengetahuan baik (52,9%), sebagian besar Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
responden mendapatkan ASI tidak ASI analisis bivariat dari variabel bebas
eksklusif (51,1%), sebagian besar terhadap variabel terikat pada tabel 2.
responden memiliki asupan zinc kurang sebagai berikut:
Tabel 2.
Hubungan antara Stimulasi Psikososial, Pengetahuan Ibu, Pemberian ASI
Eksklusif, Asupan Zinc, Asupan Besi dan Riwayat BBLR dengan
Perkembangan Motorik Halus pada Anak Stunting Usia 3-5 Tahun

Motorik Halus Anak Total p PR


Variabel Stunting value (CI: 95%)
Terganggu Normal
N % N % N %
Stimulasi Psikososial
Kurang 28 66,7 14 33,3 42 100 0,020 3,778
Cukup 9 34,6 17 65,4 26 100 (1,346-10,600)

Pengetahuan Ibu
Kurang Baik 22 68,8 10 31,2 32 100 0,046 3,080
Baik 15 41,7 21 58,3 36 100 (1,134-8,363)
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak ASI 21 60,0 14 40,0 35 100 1,594
Eksklusif 0,478 (0,610-4,166)
ASI Eksklusif 16 48,5 17 51,5 33 100

Asupan Zinc
Kurang Baik 27 67,5 13 32,5 40 100 0,019 3,738
Baik 10 35,7 18 64,3 29 100 (1,351-10,342)
Asupan Besi
Kurang Baik 33 56,9 25 43,1 58 100 0,494 1,020
Baik 4 40,0 6 60,0 10 100 (0,154-6,754)
Riwayat BBLR
BBLR 29 67,4 14 32,6 43 100 0,010 4,402
Tidak BBLR 8 32,0 17 68,0 25 100 (1,533-12,642)

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa maka dapat disimpulkan bahwa ada
ada 4 variabel yang berhubungan dengan hubungan yang signifikan antara
perkembangan motorik halus pada anak stimulasi psikososial dengan motorik
stunting, yaitu stimulasi psikososial halus. Hasil analisis diperoleh nilai
(0,020), pengetahuan ibu (0,046), asupan PR=3,778 artinya proporsi anak
zinc (0,019) dan riwayat BBLR (0,010). stunting yang mengalami gangguan
motorik halus 3,778 kali lebih besar
1. Hubungan stimulasi psikososial pada anak stunting dimana stimulasi
dengan perkembangan motorik halus psikososial kurang.
pada anak stunting usia 3-5 tahun Penelitian yang sama juga
Anak stunting usia 3-5 tahun dilakukan pada anak PAUD wilayah
dengan stimulasi psikososial kurang binaan Puskesmas Kecamatan
lebih banyak memiliki motorik halus Kebayoran Lama tahun 2014 yang
terganggu (66,7%), jika dibandingkan menerangkan bahwa ada hubungan
anak stunting dengan stimulasi antara stimulasi psikososial dengan
psikososial yang cukup (34,6%). Hasil motorik halus pada dengan nilai p value
uji statistik diperoleh nilai p=0,020, = 0,011.8
Hasil analisis penelitian Penelitian ini sejalan dengan
menyatakan sebagian besar anak penelitian di wilayah kerja Puskesmas
stunting yang menerima stimulasi Penumping Surakarta dimana hasil uji
kurang 38,7% orang tuanya menunjukkan bahwa ada hubungan
berpendidikan rendah dan 32,4% yang signifikan antara pengetahuan ibu
ibunya berpengetahuan rendah juga. dengan perkembangan motorik halus
Hal ini yang memungkinkan kuantitas dengan p-value 0,004.10
dan kualitas stimulasi anak tidak Penelitian yang dilakukan di
sempurna. Puskesmas Mandala Medan juga
Stimulasi berfungsi sebagai menunjukkan hasil yang sama bahwa
penguat yang bermanfaat bagi ada hubungan antara pengetahuan ibu
perkembangan anak, termasuk tentang perkembangan motorik balita
perhatian dan kasih sayang dari orang dengan perkembangan motorik balita
tua. Peran orang tua mempengaruhi (p=0,001).11
perkembangan motorik anak. Semakin Pengetahuan berkaitan dengan
dini stimulasi yang diberikan, maka tingkat pendidikan karena semakin baik
perkembangan anak akan semakin baik. tingkat pendidikan orang tua
Semakin banyak stimulasi yang berhubungan erat dengan semakin
diberikan maka pengetahuan anak akan baiknya kualitas stimulasi psikososial
menjadi luas sehingga perkembangan yang diberikan kepada anaknya.
anak semakin optimal.9 Pengetahuan ibu tentang perkembangan
Stimulasi berpengaruh terhadap anak dan stimulasi dini yang rendah
motorik anak, apabila anak jarang akan menyebabkan anak kurang
diberikan stimulasi maka gerakan mendapatkan lingkungan yang
motoriknya tidak akan berkembang responsif bagi perkembangannya.
kemungkinan akan mengalami Pengetahuan ibu sangatlah
penurunan kemampuan dan anak penting karena dapat mengarahkan ibu
menjadi kurang percaya diri sehingga untuk berinteraksi dengan anak
motoriknya menjadi terganggu dan sehingga diharapkan perkembangan
akan mengalami kesulitan belajar. motorik halus anak juga dapat
2. Hubungan pengetahuan ibu dengan berkembang dengan baik. Ibu sebagai
perkembangan motorik halus pada pengasuh terdekat anak harus
anak stunting usia 3-5 tahun mengetahui lebih banyak mengenai
Anak stunting usia 3-5 tahun perkembang motorik anak.12
dimana pengetahuan ibunya kurang 3. Hubungan pemberian ASI eksklusif
baik lebih banyak memiliki motorik dengan perkembangan motorik halus
halus terganggu (68,8%), jika pada anak stunting usia 3-5 tahun
dibandingkan anak stunting dengan Hasil analisis pemberian ASI
pengetahuan ibunya yang baik (41,7%). eksklusif menunjukkan bahwa anak
Hasil uji statistik diperoleh nilai p yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
value=0,046, maka dapat disimpulkan lebih banyak memiliki perkembangan
bahwa ada hubungan yang signifikan motorik halus yang terganggu (60,0%),
antara pengetahuan ibu dengan motorik jika dibandingkan dengan anak yang
halus. Hasil analisis diperoleh nilai mendapatkan ASI eksklusif (48,5%).
PR=3,080 artinya proporsi anak Hasil uji statistik diperoleh nilai
stunting yang mengalami gangguan p=0,478 maka dapat disimpulkan
motorik halus 3,080 kali lebih besar bahwa tidak ada hubungan yang
pada anak stunting dimana pengetahuan signifikan antara pemberian ASI
ibunya kurang baik. eksklusif dengan motorik halus anak
stunting.
Penelitian ini juga sejalan dengan saraf dan otot untuk mencapai
penelitian yang dilakukan pada anak perkembangan sesuai dengan umur
usia 6-12 bulan yang menunjukkan anak.
bahwa tidak terdapat hubungan yang 4. Hubungan asupan zinc dengan
bermakna (p value > 0,005) antara perkembangan motorik halus pada
riwayat pemberian ASI dengan anak stunting usia 3-5 tahun
perkembangan motorik halus anak.13 Anak stunting usia 3-5 tahun
Selain itu, penelitian yang dengan asupan zinc kurang baik lebih
dilakukan di Posyandu Dahlia dan banyak memiliki motorik halus
Melati Sidoagung Godean Sleman terganggu (67,5%), jika dibandingkan
Yogyakarta juga menemukan bahwa anak stunting dengan asupan zinc baik
tidak terdapat hubungan yang bermakna (35,7%). Hasil uji statistik diperoleh
antara pemberian ASI eksklusif dengan nilai p=0,019, maka dapat disimpulkan
perkembangan motorik halus balita usia bahwa ada hubungan yang signifikan
1-3 tahun dengan nilai p value= antara asupan zinc dengan motorik
0,295.14 halus. Hasil analisis diperoleh nilai
Adanya bias pada jarak usia PR=3,738 artinya proporsi anak
ketika anak diberikan ASI eksklusif stunting yang mengalami gangguan
yaitu 0-6 bulan dengan waktu motorik halus 3,738 kali lebih besar
dilakukannya penelitian yang terlampau pada anak stunting dimana asupan zinc
jauh menyebabkan pemberian ASI yang kurang baik.
dengan perkembangan motorik halus Zinc berperan dalam proses
anak usia 3-5 tahun tidak berpengaruh tumbuh kembang terutama tumbuh
besar. Diketahui bahwa dalam kembang otak dalam pelepasan
pemberian ASI ada proses menyusui neutransmitter dimana neutransmitter
dimana terdapat sentuhan dan stimulasi merupakan zat kimia yang ada di otak
fisik yang menghasilkan ikatan antara yang dipengaruhi oleh energi yang
anak dan ibu, ketika anak sudah berusia bertugas menghantarkan impuls dari
antara 3-5 tahun ikatan tersebut sudah satu saraf ke saraf yang lainnya
berkurang. Hal ini yang juga dapat sehingga menghasilkan gerak
15
mempengaruhi ASI eksklusif tidak motorik.
memiliki hubungan yang bermakna Defisiensi zinc akan berpengaruh
terhadap perkembangan motorik halus negatif terhadap fungsi neutransmitter.
anak. Fungsi neutransmitter yang buruk akan
Hasil analisis penelitian ini menurunkan kepekaan reseptor
menjelaskan bahwa 60% anak yang dopamin yang akan mempengaruhi
tidak mendapatkan ASI eksklusif performa motorik anak.16
mengalami gangguan motorik halus, Hasil penemuan di Canada, bayi
dari 60% anak tersebut diketahui 32,4% yang mendapatkan formula dengan
kurang mendapatkan stimulasi konsentrasi seng tinggi pada 5 bulan
psikososial dari keluarga. Stimulasi pertama, mempunyai skor
psikososial yang kurang pada anak yang perkembangan motorik jauh lebih baik
tidak mendapatkan ASI berpengaruh dari pada mereka yang tidak
besar untuk mengalami gangguan mendapatkan formula.17
perkembangan motorik. Hal ini juga 5. Hubungan asupan besi dengan
dapat mempengaruhi ASI eksklusif perkembangan motorik halus pada
tidak memiliki hubungan yang anak stunting usia 3-5 tahun
bermakna terhadap perkembangan Hasil analisis asupan besi
motorik halus anak, karena stimulasi menunjukkan bahwa anak yang
berperan langsung dalam merangsang memiliki asupan besinya kurang baik
lebih banyak mengalami perkembangan riwayat BBLR dengan motorik halus
motorik halus terganggu (56,9%), jika anak stunting.18
dibandingkan dengan anak yang Berat badan lahir rendah dianggap
memiliki asupan besi baik (40,0%). sebagai faktor risiko yang kuat untuk
Hasil uji statistik diperoleh nilai keterlambatan perkembangan motorik.
p=0,494 maka dapat disimpulkan BBLR yang tidak ditangani dengan baik
bahwa tidak ada hubungan yang dapat mengakibatkan timbulnya
signifikan antara asupan besi dengan masalah pada gangguan persyarafan
motorik halus anak stunting. (respon rangsangan lambat).19
Hasil penelitian ini tidak sejalan
pada anak PAUD wilayah binaan Kesimpulan
Puskesmas Kecamatan Kebayoran
Lama tahun 2014 yang menunjukkan Terdapat hubungan yang signifikan
bahwa ada hubungan antara asupan besi antara stimulasi psikososial, pengetahuan
dengan status motorik halus p=0,00 ibu, asupan zinc dan riwayat BBLR dengan
(p<0,05).8 perkembangan motorik pada stunting usia
Hasil analisis penelitian 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
didapatkan bahwa dari 85,3% anak Kedukul Kabupaten Sanggau. Sedangkan
yang asupan besinya kurang baik dan pemberian ASI dan asupan besi tidak
mengalami gangguan motorik halus, bermakna secara statistik.
54,4% stimulasi psikososialnya kurang
Saran
baik dan 57,4% didapatkan anak
memiliki riwayat BBLR. Walaupun Bagi orang tua dimana anaknya
dalam hasil penelitian tidak terdapat stunting dan mengalami gangguan motorik
hubungan antara asupan besi dan diharapkan untuk lebih meningkatkan
motorik halus, namun kekurangan pemberian stimulasi dari dini menggunakan
asupan besi pada anak dapat alat bantu/permainan yang sederhana dan
menyebabkan anemia kurang besi, aman, tanpa paksaan dan sesuai dengan usia
dimana hal ini dapat menimbulkan anak, giat mengikuti kegiatan penyuluhan
kelesuan, daya tangkap rendah, dan tentang pengetahuan perkembangan
penurunan kemampuan belajar. motorik dan asupan gizi yang dibutuhkan
6. Hubungan riwayat BBLR dengan bagi anak stunting. Serta bagi ibu hamil
perkembangan motorik halus pada lebih giat melakukan pemeriksaan
anak stunting usia 3-5 tahun kehamilan untuk mencegah terjadi
Hasil analisis riwayat BBLR komplikasi pada masa kehamilan seperti
menunjukkan bahwa anak stunting yang BBLR dan menurunkan kejadian stunting
mempunyai riwayat BBLR, lebih selanjutnya. Bagi Puskesmas Kedukul
banyak mengalami gangguan motorik untuk lebih meningkatkan pemantauan
halus (67,4%) dibandingkan dengan kualitas pola asuh orang tua pada anak
anak yang tidak mempunyai riwayat melalui perndekatan motorik dengan KMS
BBLR (32%). Hasil uji statistik perkembangan motorik, menyediakan alat
diperoleh nilai p=0,010, maka dapat bermain sederhana dan sesuai dengan usia
disimpulkan bahwa ada hubungan yang anak dari 0-60 bulan, memberikan
signifikan antara riwayat BBLR dengan pemahaman pengetahuan khususnya kepada
motorik halus anak stunting. ibu mengenai asupan gizi yang penting bagi
Hasil penelitian ini sebanding anak stunting dan asupan semasa
dengan penelitian yang dilakukan di kehamilan.
Posyandu Gonilan Kartasura pada anak
usia 2-5 tahun yang menyatakan bahwa Daftar Pustaka
ada hubungan yang signifikan antara
1. Adnyana, Sugitha. 2013. Pengetahuan Ibu Tentang
Perkembangan Motorik. Jakarta: EGC Perkembangan Motorik Balita Di
2. UdaniPM. 1992. Protein Energy Puskesmas Mandala Medan. Jurnal
Malnutrition (PEM), Brain and Ilmiah Research Sains Vol. 2.
Various Facets of Child Development. 12. Soetjiningsih. 2013. Tumbuh
India J Pediatr Kembang Anak. Jakarta: EGC
3. Kemenkes RI. 2015. Situsi Balita 13. Istiqomah, R. F., 2016. Hubungan
Pendek. Jakarta: Pusat Data Dan Riwayat Pemberian ASI dan Berat
Informasi Kemenkes RI Badan Lahir dengan Perkembangan
4. Dinkes. 2015. Pemantauan Status Gizi Motorik Kasar dan Perkembangan
(PSG) tahun 2015 Provinsi Motorik Halus Bayi Usia 6-12 Bulan.
Kalimantan Barat Semarang : Fakultas Kedokteran
5. Dinkes. 2015. Pemantauan Status Gizi Universitas Diponegoro
tahun 2014-2015 Kabupaten Sanggau 14. Restuaji, Tesalonika. 2013. Hubungan
6. Depkes RI. 2006. Pedoman Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Perkembangan Motorik Halus Balita
Intervensi Dini Tumbuh Kembang 1-3 Tahun di Posyandu Dahlia dan
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Melati Sidoagung Godean Sleman
Dasar. Jakarta Yogyakarta. Skripsi. Universitas
7. Routray S, et al. 2015. Growth and Airlangga.
Development among Children Living 15. Allen, KE & Marotz, LR. 2010. Profil
in Orphanages of Odisha, an Eastern Perkembangan Anak: Prakelahiran
Indian State. Journal of Dental and Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta:
Medical Sciences (IORS) Indeks
8. Amanda, Ameilia. 2014. Hubungan 16. Sandstead, HH. 2000. Causes of Iron
Asupan Zat Gizi (Energi, Protein, Besi and Zinc Deficiences and Theit Effect
dan Seng), Stunting dan Stimulasi on Brain. J Nutr 130:347S-349S
Psikososial dengan Status Motorik 17. Black, M. 2005. Zinc Deficiency anda
Anak Usia 3-6 Tahun di PAUD Child Development. America Journal
Wilayah Binaan Puskesmas of Clinical Nutrition. vol. 68 no. 2
Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 464S-469S
2014. Jakarta: Universitas Islam 18. Chapakia, Miss I. 2016. Hubungan
Negeri Syarif Hidayatullah Riwayat Badan lahir (BBL) dengan
9. Yanti, Etri, et al. 2011. Hubungan Perkembangan Motorik Halus Anak
Stimulasi terhadap Perkembangan Usia 2-5 Tahun di Posyandu Gonilan
Motorik Halus Anak Prasekolah Usia Kartasura. Surakarta: Fakultas
(3-5 Tahun) di PAUD Al-Mubaraqah Kedokteran, Universitas
Ampang Kecamatan Kuranji. Padang: Muhammadiyah Surakarta
Stikes Mercubaktijaya 19. Maryunani & Nurhayati. 2008.
10. Kusuma, Rohmilia. 2012. Hubungan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Antara Tingkat Pengetahuan Ibu (Asuhan Neonatus). Jakarta: TransInfo
Tentang Tumbuh Kembang Anak &
Perkembangan Motorik Halus Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas
Penumping Surakarta. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Disitasi 22
September 2016
11. Simangusong, David M.T. 2016.
Hubungan Antara Tingkat

Anda mungkin juga menyukai