Anda di halaman 1dari 6

SINGKATAN RESEP

- a.c. (ante coenam) = Sebelum makan


- a.n. (ante noctum) = Sebelum malam
- a.merid. /a.m (ante meridiem) = Pagi
- add. Aur. (ad aurem) = Pada telinga
- ad us. ext. (ad usum externum) = Untuk pemakaian luar
- bis.d.d./b in d./ 2 in.d. = 2 kali sehari
- c (cochlear) = Sendok makan (15 ml)
- c.p (cochlear parfum/pulfis) = Sendok bubur (8 ml)
- c.th (cochlear thea) = Sendok teh (3 ml)
- d.s (da signa) = Berikan dan tuliskan
- dext. (dexter) = Kanan
- n. (nocte) = Malam
- Ter in d./ 3in d. = 3 kali sehari

PEMBUATAN TABLET

Metode Keterangan
Granulasi basah Senyawa aktif tahan air, dan panas, sifat alir
jelek, dilakukan pembuatan masa dengan
pengikat, dikeringkan lalu diayak
Granulasi kering Senyawa aktif tidak tahan panas dan air, sifat
alir jelek, dilakukan dengan kempa dengan
bahan pengisi lalu dihancurkan dan diayak
Kempa langsung Senyawa aktif tidak tahan panas dan air, sifat
alir balik

EMULSI

1. Pengertian
- Merupakan system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam
bentuk tetesan kecil (minyak dalam air o/w atau air dalam minyak w/o).
- Semakin besar nilai HLB, semakin mudah larut dalam air, begitu juga sebaliknya.

2. Menentukan Bobot Surfaktan


Diketahui : - emulsi 100ml tipe o/w
- Emulgator yang diperlukan dengan HLB 12
- Span 20 (HLB 8,6)
- Tween 20 (HLB 16,7)
Ditanyakan : Berapa gram masing-masing bobot span 20 dan tween 20?
(X −HLBb)
Rumus 1 A% b : x 100 %
HLBa−HLBb
B% b : (100%-A%)
Keterangan : X = Harga HLB yang diminta (HLB butuh)
A = Harga HLB yang lebih tinggi
B = Harga HLB yang lebih rendah
Penyelesaian :

(X −HLBb)
= A% b : x 100 %
HLBa−HLBb
(12−8,6)
= Tween 20 : x 100 %
16,6−8,6
= Tween 20 : 42%
= Tween 20 : 42/100 x 5 gram
: 2,1 gram

= B% b : 100%-42% = 58%
= Span 20 : 58/100 x 5 gram = 2,9 gram

3. Menghitung Surfaktan Campuran


R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5

Cara 1

Tween 80 = 70/100 x 15 = 10,5


Span 80 = 30/100 x 4,5 = 1,35
HLB Campuran = 11, 85

Cara 2 (aligasi)
Tween 80 Span 80
15 4,5

(x - 4,5) (15 - x)

(x - 4,5) : (15 - x) = 30 : 70
(x - 4,5) 3 = (15 - x) 7
(3 x - 13,5) = (105 - 7x)
(3x + 7x) = (105 + 13,5)
10x = 118,5
x = 11,85

4. Bahan – Bahan Emulgator

No. Emulgator Contoh


1 Alam -Gom arab
-Tragakan
-Agar-agar
-Chondrus
-Lain lain (metil selulosa, CMC, pectin)
2 Hewani -Kuning telur
-Adeps lanae
3 Mineral -Veegum
-Bentonit
4 Buatan -Sabun
-Tween 20, 40, 60, 80
-Span 20, 40, 80

5. Pembuatan Emulsi

a. Metode gom kering / continental


- Pengemulsi dicampur minyak dulu, lalu ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang ada

b. Metode gom basah / inggris


- Pengemulsi ditambahkan kedalam air (umumnya larut air) untuk membentuk musilago, lalu
dicampur dengan minyak untuk membentuk emulsi dan diencerkan menggunakan air yang
tersisa.

c. Metode botol / forbes


- Untuk zat minyak menguap dan zat-zat yang memiliki viskositas rendah. Serbuk gom kering
dimasukan ke 8 dalam botol dan ditambahkan dengan 2 bagian air lalu kocok dalam keadaan
tertutup. Masukan sisa air ke dalam botol

6. Membedakan Tipe Emulsi


a. Pengenceran fase (o/w di encerkan dengan air, w/o diencerkan dengan minyak)
b. Pengecatan / pewarnaan (w/o = warna merah saat diberi sudan III, o/w = biru saat diberi
metilen biru, metilen merah, dan amaranth memberikan warna merah)
c. Menggunakan tisu / kertas saring ( w/o akan membentuk noda minyak, dan o/w akan basah
merata)
d. Konduktor listrik (Lampu neon akan menyala saat elektroda dicelupkan dalam larutan o/w).
7. Kestabilan Emulsi

a. Creaming (terbentuknya 2 lapisan, namun bersifat reversible saat dikocok).


b. Koalesensi dan craking (breaking), yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi menyatu menjadi fase tunggal.
c. Inversi fase, berubahnya tipe w/o menjadi o/w.

8. Contoh Sediaan Emulsi

R/ Adeps lanae 10
Ol. Olivarum 40 ml
Zine oksid 10 ml
Talkum 10
Sol Pb asetat 2,8 ml
Aquadest ad 100

RUANGAN STERIL

Kelas Sebutan Keterangan


A Under LAF - Pengelolaan dan pengisian aseptis
- Pengisian salep mata, bubuk dan suspense steril
B Steril - Lingkungan latar belakang kelas A untuk dan
pengelolaan dan pengisian aseptis
C Steril - Pembuatan larutan bila ada resiko
- Pengisian produk non-aseptis
D Bersih - Pembuatan obat steril dengan sterilisasi akhir
E Umum - Ruang pengelolaan dan pengemasan primer, obat non-
steril, pembuatan salep kecuali salep mata
E Khusus - Pengelolaan bagan higroskopis (e.g effervescent)

1. Menggunakan kelinci
- 3 ekor kelinci di tempatkan pada ruangan dengan suhu 20-23 derajat. Kemudian
diberikan larutan steril secara parenteral pada bagian pembuluh darah tepi dibagian
telinga. Diberikan sampai 3x dengan durasi tiap pemberian 30 menit. Apabila tidak
ada satupun kelinci yang mengalami kenaikan suhu lebih dari 0,5 derajat, maka
sediaan memenuhi syarat.
- Apabila ada peningkatan suhu lebih dari 0,5 derajat, maka ditambah 5 ekor kelinci.
Sediaan bisa dikatakan bebas pirogen apabila tidak lebih dari 3 ekor kelinci yang
mengalami peningkatan suhu lebih dari 0,5 derajat dan peningkatan total suhu 8 ekor
kelinci tidak lebih dari 3,3 derajat.
2. LAL Test (Lomulus Amobaecyte Lyscte)
- Gel clot (Sediaan steril dicampur dengan pelarut LAL, kemudian dipanaskan 37
derajat dan diamkan beberapa saat. Apabila tidak terbentuk endapan yang konsisten,
dapat dikatan sampel bebas pirogen)
- Turbidimetri (menggunakan kecepatan pembentukan endapan untuk menentukan
pirogen)
- Kolorimetri/kromogenik (menggunakan penghasil warna untuk mentukan keberadaan
pirogen, dan kadarnya dapat dihitung menggunakan kurva standar)

Anda mungkin juga menyukai