Anda di halaman 1dari 8

PERMENKOP UKM NOMOR 06/PER/M.

KUKM/ V /2017 sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas


TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain
JASA BAGI KOPERASI YANG MELAKUKAN KEGIATAN yang berhubungan dengan uang.
USAHA SIMPAN PINJAM 13.Transaksi Keuangan Tunai yang selanjutnya disingkat
TKT adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
menggunakan uang kertas dan/atau uang logam.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 14.Transaksi Keuangan Mencurigakan yang selanjutnya
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan disingkat TKM adalah Transaksi Keuangan yang
orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan memenuhi unsur-unsur mencurigakan sebagaimana
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak
berdasar asas kekeluargaan sebagaimana dimaksud pidana pencucian uang serta pendanaan terorisme.
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang 15.Uji Tuntas Pengguna Jasa (Customer Due Diligence) yang
Perkoperasian. selanjutnya disingkat CDD adalah kegiatan berupa
2. Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disingkat KSP identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan
adalah Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan oleh Koperasi yang melakukan kegiatan Usaha Simpan
pinjam. Pinjam untuk memastikan transaksi sesuai dengan
3. Unit Simpan Pinjam pada Koperasi yang selanjutnya profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi anggota
disingkat USP Koperasi adalah unit Koperasi yang dan/atau calon anggota.
bergerak dibidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian 16.Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence) yang
dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan. selanjutnya disingkat EDD adalah tindakan CDD lebih
4. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang mendalam yang dilakukan pada Koperasi yang
selanjutnya disingkat KSPPS adalah Koperasi yang melakukan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam terhadap
kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan anggota dan/atau calon anggota yang tergolong dalam
pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola area berisiko tinggi.
zakat, infaq/sedekah, dan wakaf. 17.Penerima Manfaat (Beneficial Owner)yangselanjutnya
5. Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi disingkat BO adalah pemilik sebenarnya dari dana yang
yang selanjutnya disingkat USPPS Koperasi adalah unit ditempatkan pada Koperasi yang melakukan kegiatan
Koperasi yang bergerak di bidang usaha meliputi Usaha Simpan Pinjam, berhak atas dan/atau menerima
simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai dengan manfaat tertentu, mengendalikan transaksi keuangan,
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, memberikan kuasa untuk melakukan transaksi dan/atau
infaq/sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari kegiatan merupakan pengendali akhir dari transaksi yang
Koperasi yang bersangkutan. dilakukan melalui Koperasi yang melakukan kegiatan
6. Anggota adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Usaha Simpan Pinjam atau berdasarkan suatu
Koperasi. perjanjian.
7. Pengguna Jasa adalah anggota dan/atau calon anggota 18.Anti-tipping off adalah ketentuan yang melarang
Koperasi yang melakukan kegiatan usaha simpan Pengurus, Pengelola dan/atau Karyawan
pinjam. memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain
8. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa yang selanjutnya baik secara langsung atau tidak langsung dengan cara
disingkat PMPJ adalah prinsip yang diterapkan oleh apapun mengenai laporan TKM yang sedang disusun
Koperasi yang melakukan kegiatan usaha simpan pinjam atau telah disampaikan kepada PPATK.
dalam rangka mengetahui profil, karakteristik, serta 19.Politically Exposed Person yang selanjutnya disingkat
pola transaksi Pengguna Jasa Koperasi yang melakukan PEP adalah orang yang populer secara politis.
kegiatan usaha simpan pinjam. 20.Lembaga Pengawas dan Pengatur yang selanjutnya
9. Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang disingkat LPP adalah lembaga yang melakukan
memenuhi unsur tindak pidana berdasarkan peraturan pengawasan dan pengaturan dan/atau pengenaan
perundang-undangan mengenai pencegahan dan sanksi terhadap koperasi yang melakukan kegiatan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang. usaha simpan pinjam.
10.Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam 21.Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan, selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga
atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan
langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau memberantas tindak pidana Pencucian Uang.
yang diketahui akan digunakan untuk melakukan 22.Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris. urusan pemerintahan di bidang Koperasi.
11.Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan 23.Deputi adalah Deputi Bidang Pengawasan.
hak dan/atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.
12.Transaksi Keuangan adalah transaksi untuk melakukan
atau menerima penempatan, penyetoran, penarikan,
pemindah bukuan, pentransferan, pembayaran, hibah,
BAB II MAKSUD, TUJUAN, RUANG LINGKUP, DAN c. menerapkan pedoman PMPJ sejalan dengan
SASARAN perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan
teknologi KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi
Pasal 2
serta sesuai dengan perkembangan modus
Maksud dari Peraturan Menteri iniuntuk memberikan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme; dan
pedoman kepada KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi d. memiliki karyawan dengan pengetahuan dan
untuk menerapkan PMPJ dalam melakukan kegiatan Usaha keterampilan dibidang PMPJ.
Simpan Pinjam.
Bagian Kedua
Pasal 3
Pengawasan Aktif Pengawas
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mencegah dan
Pasal 8
melindungi KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi dari
upaya penyembunyian dan penyamaran asal-usul harta Pengawas pada KSP/KSPPS dan Koperasi yang memiliki USP
kekayaan yang berasal dari tindak pidana melalui KSP/USP Koperasi/USPPS Koperasi wajib:
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi.
a. melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan
Pasal 4 tanggung jawab Pengurus terhadap penerapan
PMPJ; dan
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
b. memberikan penjelasan terkait anti pencucian uang
a. pengawasan aktif Pengurus dan/atau Pengelola dan dan pencegahan pendanaan terorisme dalam Rapat
Pengawas; Anggota.
b. kebijakan dan prosedur;
BAB V PENANGGUNG JAWAB PENERAPAN PMPJ PADA
c. pengendalian intern;
KSP/USP KOPERASI/KSPPS/USPPS KOPERASI
d. sistem informasi dan pelaporan; dan
e. sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas. Bagian Kesatu Umum
Pasal 5 Pasal 9
Sasaran dari Peraturan Menteri ini yaitu KSP/USP (1) Pengurus bertanggung jawab atas pelaksanaan
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi. penerapan PMPJ.
(2) Untuk penerapan PMPJ sebagaimana dimaksud pada
BAB III PELAKSANAAN PENERAPAN PMPJ BAGI KSP/USP
ayat (1) dapat dibentuk unit kerja khusus yang
KOPERASI/KSPPS/USPPS KOPERASI
menangani PMPJ.
Pasal 6 (3) Dalam hal belum dibentuk unit kerja khusus
(1) Pelaksanaan Penerapan PMPJ bagi KSP/USP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerapan PMPJ
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi menjadi tanggung dilaksanakan oleh unit satuan pengendalian intern.
jawab Menteri berdasarkan ketentuan peraturan Bagian Kedua Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
perundang-undangan.
Paragraf 1 Tugas
(2) Pelaksanaan Penerapan PMPJ bagi KSP/USP
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi sebagaimana dimaksud Pasal 10
pada ayat (1) oleh:
Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
a. Deputi untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan
mempunyai tugas paling sedikit:
lintas daerah provinsi;
b. gubernur untuk Koperasi dengan wilayah a. menyusun dan memelihara pedoman penerapan PMPJ;
keanggotaaannya lintas daerah kabupaten/kota b. memastikan bahwa prosedur identifikasi, verifikasi dan
dalam 1 (satu) daerah Provinsi; dan pemantauan pengguna jasa masih memadai;
c. bupati/walikota untuk Koperasi dengan wilayah c. memastikan formulir yang berkaitan dengan Penguna
keanggotaan dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota. Jasa telah mengakomodasi data yang diperlukan dalam
pelaksanaan PMPJ;
BAB IV PENGAWASAN AKTIF PENGURUS DAN/ATAU
d. melakukan pemutakhiran data Pengguna Jasa dan
PENGELOLA, DAN PENGAWAS
transaksi Pengguna Jasa;
Bagian Kesatu e. menganalisis laporan transaksi keuangan yang
berindikasi mencurigakan (red flag) yang diterima dari
Pengawasan Aktif Pengurus dan/atau Pengelola
unit kerja terkait;
Pasal 7 f. melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan PMPJ;
Pengurus dan/atau pengelola KSP/USP Koperasi/ KSPPS/ g. melaporkan TKM yang dilakukan oleh Pengurus,
USPPS Koperasi wajib: Pengawas atau pihak terafiliasi dengan Pengurus atau
Pengawas secara langsung kepada PPATK;
a. memiliki pedoman penerapan PMPJ yang telah h. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan
disetujui dan ditetapkan oleh Rapat Anggota; sebagaimana dimaksud dalam huruf f; dan
b. menerapkan PMPJ sesuai dengan pedoman i. menyusun dan melaporkan TKM dan TKT kepada
penerapan PMPJ yang telah ditetapkan; PPATK.
Paragraf 2 Wewenang atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Pasal 11
Pasal 16
Pengurus mempunyai wewenang paling sedikit:
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib mengelompokkan
a. memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan
Pengguna Jasa.
dalam pelaksanaan PMPJ;
(2) Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. menunjuk Petugas dan/atau Karyawan untuk
didasarkan pada:
membantu pelaksanaan PMPJ; dan
a. analisis terhadap tingkat risiko terjadinya Tindak
c. menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau
Pidana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
menutup hubungan usaha dengan Pengguna Jasa.
Terorisme; dan
Paragraf 3 Tanggung Jawab b. jenis Pengguna Jasa.
Pasal 12 Pasal 17
Pengurus mempunyai tanggung jawab paling sedikit: (1) Pengelompokan Pengguna Jasa berdasarkan analisis
a. memastikan seluruh kegiatan dalam penerapan PMPJ terhadap tingkat risiko terjadinya Tindak Pidana
terlaksana sesuai dengan pedoman; dan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
b. menjaga kerahasiaan informasi terkait penerapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 ayat (2) huruf
PMPJ. ameliputi:
a. nomor anggota;
BAB VI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR b. identitas;
Bagian Kesatu Umum c. kategori;
d. lokasi usaha;
Pasal 13 e. jumlah transaksi;
Pengurus wajib menuangkan kebijakan dan prosedur f. kegiatan usaha; dan
pelaksanaan PMPJ dalam bentuk peraturan khusus internal g. penghasilan.
KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi. (3) Kategori Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdiri atas:
Pasal 14
a. PEP Asing yaitu orang yang diberi kewenangan untuk
(1) Pedoman pelaksanaan PMPJ sebagaimana dimaksud melakukan fungsi penting (prominent function) oleh
dalam Pasal 12 meliputi: negara lain (asing), seperti kepala negara atau
a. permintaan informasi dan dokumen; pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
b. BO; senior, pejabat militer atau pejabat dibidang
c. PEP; penegakan hukum, eksekutif senior pada
d. verifikasi dokumen; perusahaan yang dimiliki oleh negara, pejabat
e. CDD yang lebih sederhana; penting dalam partai politik;
f. EDD; b. PEP Domestik yaitu orang yang diberi kewenangan
g. pemantauan transaksi dan pemutakhiran data; untuk melakukan fungsi penting (prominent
h. pemutusan hubungan usaha dan penolakan function) oleh negara, seperti kepala negara atau
transaksi; dan pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
i. pelaporan kepada PPATK. senior, pejabat militer atau pejabat dibidang
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menerapkan penegakan hukum, eksekutif senior pada
kebijakan dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud perusahaan yang dimiliki oleh negara, pejabat
pada ayat (1) secara konsisten dan berkesinambungan. penting dalam partai politik;
(3) Kebijakan dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud c. orang yang diberi kewenangan untuk melakukan
pada ayat (1) wajib ditetapkan oleh Pengurus dan fungsi penting (prominent function) oleh organisasi
disetujui oleh Rapat Anggota. internasional, seperti senior manajer yang meliputi
antara lain direktur, deputi direktur, dan anggota
Pasal 15
dewan atau fungsi yang setara; dan
Pengurus dan/atau Pengelola wajib melakukan prosedur d. Non PEP atau Pengguna Jasa yang tidak termasuk
CDD pada saat: dalam kategori sebagaimana dimaksud dalam huruf
a. melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa; a, huruf b dan huruf c.
b. meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh (4) Berdasarkan hasil pengelompokan sebagaimana
Pengguna Jasa, penerima kuasa, dan/atau BO; dimaksud pada ayat (1), KSP/USP Koperasi/
c. terdapat transaksi keuangan tidak wajar yang diduga KSPPS/USPPS Koperasi melakukan penggolongan
terkait dengan tindak pidanaPencucian Uang dan/atau pengguna jasa yang terdiri atas:
Pendanaan Terorisme; dan/atau a. berisiko tinggi;
d. terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah b. berisiko menengah; dan
dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit c. berisiko rendah.
Pasal 18 e) alamat tempat tinggal terkini dan nomor
telepon;
Pengurus dan/atau Pengelola dalam melakukan hubungan
f) pekerjaan; dan
usaha dengan Pengguna Jasa wajib:
g) kewarganegaraan;
a. meminta informasi untuk mengetahui profil calon 2. sumber dana dan tujuan Transaksi; dan
Pengguna Jasa; 3. rata-rata penghasilan;
b. meminta identitas calon Pengguna Jasa yang harus b. untuk Pengguna Jasa yang berbentuk badan hukum
dapat dibuktikan dengan keberadaan dokumen paling sedikit mencakup:
pendukung; 1. dokumen mengenai badan hukum:
c. meneliti kebenaran dokumen pendukung; dan a) nama, alamat, dan nomor telepon badan
d. tidak membuka dan memelihara simpanan atau hukum;
pinjaman anonim dan/atau fiktif. b) akta pendirian atau anggaran dasar badan
Pasal 19 hukum;
c) izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang
Pengelompokan berdasarkan jenis Pengguna Jasa berwenang; dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
bdilakukan dengan mengidentifikasi dan 2. dalam hal Transaksi dilakukan bukan oleh pihak
mengklasifikasikan Pengguna Jasa kedalam kelompok yang berwenang mewakili badan hukum, wajib
perseorangan, Koperasi, atau BO. melampirkan surat kuasa; dan
Bagian Kedua Permintaan Informasi dan Dokumen 3. sumber dana dan tujuan Transaksi bagi Pengguna
Jasa.
Paragraf 1 Umum (3) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meneliti kebenaran
Pasal 20 dokumen identitas Pengguna Jasa.
(4) Pengurus dan/atau Pengelola wajib melakukan
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meminta informasi
pertemuan langsung atau tatap muka pada awal
dan dokumen pendukung profil kepada Pengguna Jasa.
melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini
(2) Sebelum melakukan permintaan informasi dan
kebenaran identitas Pengguna Jasa.
dokumen pendukung profil sebagaimana dimaksud
(5) Dalam hal informasi dan/atau dokumen yang diberikan
pada ayat (1), Pengurus dan/atau Pengelola wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
memastikan Pengguna Jasa bertindak:
lengkap, Pengurus dan/atau Pengelola wajib menolak
a. untuk diri sendiri;
Transaksi dengan Pengguna Jasa tersebut.
b. untuk dan atas nama orang lain;atau
c. mewakili BO dalam melakukan hubungan usaha. Paragraf 2 Penerima Manfaat (Beneficial Owner)
Pasal 21 Pasal 22
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meminta informasi Dalam hal Pengguna Jasa mewakili BO, Pengurus dan/atau
kepada Pengguna Jasa yang paling sedikit mencakup: Pengelola wajib meminta informasi dan dokumen
a. identitas Pengguna Jasa; mengenai BO sebagai berikut:
b. maksud dan tujuan Pengguna Jasa melakukan a. untuk BO orang perseorangan paling sedikit
Transaksi; mencakup:
c. kondisi keuangan Pengguna Jasa; 1. identitas BO yang memuat:
d. sumber dana; a) nama lengkap;
e. identitas penerima kuasa yang bertindak untuk dan b) tempat dan tanggal lahir;
atas nama Pengguna Jasa; dan c) nomor identitas kependudukan, surat izin
f. informasi lain yang memungkinkan KSP/USP mengemudi, atau paspor;
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi untuk dapat d) alamat tempat tinggal sesuai dengan
mengetahui Pengguna Jasa, termasuk hubungan KTP/SIM/Paspor/kartu identitas lainnya;
usaha yang telah dimiliki sebelumnya dengan e) alamat tempat tinggal terkini dan nomor
KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi. telepon;
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus f) pekerjaan; dan
dapat dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: g) kewarganegaraan;
a. untuk Pengguna Jasa perseorangan paling sedikit 2. rata-rata penghasilan;
mencakup: 3. hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan
1. identitas Pengguna Jasa yang memuat: BO yang ditunjukkan dengan surat kuasa atau
a) nama lengkap; bentuk lainnya; dan
b) tempat dan tanggal lahir; 4. pernyataan dari BO mengenai kebenaran
c) nomor identitas kependudukan, surat izin identitas dan sumber dana;
mengemudi, atau paspor;
d) alamat tempat tinggal sesuai KTP/ SIM/
Paspor/ kartu identitas lainnya;
b. Untuk BO yang berbentuk badan hukum paling 4. alamat tempat tinggal yang tercantum dalam
sedikit mencakup: kartu identitas;dan
1. identitas badan hukum yang memuat: 5. alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor
a) nama, alamat, dan nomor telepon badan telepon bila ada;
hukum; b. sumber dana;
b) akta pendirian atau anggaran dasar badan c. tujuan Transaksi; dan
hukum; d. pekerjaan dan penghasilan.
c) izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang (3) Pengurus dan/atau Pengelola wajib membuat dan
berwenang; dan menyimpan daftar Pengguna Jasa KSP/ USP Koperasi/
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); KSPPS/ USPPS Koperasi sebagaimana dimaksud pada
2. hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan ayat (1).
BO yang ditunjukkan dengan surat kuasa atau (4) Dalam hal pengguna jasa KSP/USP Koperasi/ KSPPS/
bentuk lainnya; dan USPPS Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
3. pernyataan dari BO mengenai kebenaran diduga terkait dengan Transaksi Pencucian Uang
identitas atau sumber dana. dan/atau Pendanaan Terorisme, Pengurus dan/atau
Pengelola menerapkan EDD.
Bagian Ketiga Verifikasi Dokumen Pengguna Jasa
Bagian Kelima EDD
Pasal 23
Pasal 26
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib melakukan
verifikasi dokumen serta memastikan bahwa data (1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meneliti dan
dalam dokumen tersebut merupakan data terkini. menerapkan EDD terhadap Pengguna Jasa atau BO yang
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meminta memiliki tingkat risiko terjadinya Tindak Pidana
keterangan kepada Pengguna Jasa KSP/USP Koperasi/ Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme tergolong
KSPPS/ USPPS Koperasi untuk meneliti dan meyakini tinggi.
keabsahan serta kebenaran dokumen sebagaimana (2) Pengguna Jasa atau BO tergolong berisiko tinggi
dimaksud pada ayat (1). sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(3) Dalam hal terdapat keraguan, Pengurus dan/atau a. PEP Asing;
Pengelola wajib meminta kepada Pengguna Jasa KSP/ b. transaksi dari dan/atau ditujukan ke negara berisiko
USPKoperasi/ KSPPS/ USPPS Koperasi untuk tinggi; dan
memberikan dokumen pendukung yang dikeluarkan c. berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud
oleh pihak yang berwenang. dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a termasuk berisiko
tinggi.
Pasal 24
(3) Dalam hal Pengguna Jasa atau BO tergolong berisiko
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menyelesaikan tinggi, KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi wajib
proses verifikasi identitas Pengguna Jasa dan BO melakukan:
sebelum melakukan hubungan usaha. a. identifikasi lebih mendalam secara berkala; dan
(2) Dalam hal Pengurus dan/atau Pengelola telah b. pemantauan yang lebih ketat terhadap Pengguna
melakukan hubungan usaha sebelum proses verifikasi Jasa atau BO.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selesai, proses (4) Penetapan penggolongan Pengguna Jasa atau BO yang
verifikasi wajib diselesaikan paling lama 14 (empat tergolong berisiko tinggi dilakukan dengan berpedoman
belas) hari kerja. pada Peraturan Kepala PPATK mengenai kategori
Bagian Keempat CDD yang Lebih Sederhana pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana pencucian uang dan Peraturan Kepala PPATK
Pasal 25 mengenai identifikasi TKM terkait pendanaan terorisme
(1) Pengurus dan/atau Pengelola dapat menerapkan CDD bagi penyedia jasa keuangan.
yang lebih sederhana terhadap Pengguna Jasa KSP/USP Pasal 27
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi yang memiliki tingkat
risiko terjadinya tindak pidana Pencucian Uang atau (1) Identifikasi lebih mendalam sebagaimana dimaksud
Pendanaan Terorisme tergolong rendah. dalam Pasal 26 ayat (3) huruf a paling sedikit dilakukan
(2) Dalam penerapan CDD yang lebih sederhana, Pengurus melalui analisis terhadap informasi mengenai Pengguna
dan/atau Pengelola wajib meminta informasi dan Jasa atau Penerima Manfaat, sumberdana, tujuan
dokumen kepada Pengguna Jasa KSP/USP transaksi, dan hubungan usaha dengan pihak-pihakyang
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi sebagai berikut: terkait.
a. identitas Pengguna Jasa KSP/USP (2) Hasil identifikasi lebih mendalam sebagaimana
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi yang memuat: dimaksud pada ayat (1) berupa Pengguna Jasa atau
1. nama lengkap; Penerima Manfaat yang memenuhi kriteria berisiko
2. tempat dan tanggal lahir tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2),
3. nomor identitas kependudukan, surat izin dibuat dalam daftar tersendiri.
mengemudi, atau paspor;
Pasal 28 tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai
dengan profil, karateristik, dan kebiasaan pola transaksi
Penerapan EDD dilakukan dengan memantau secara
pengguna jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berkala dan menganalisis informasi profil Pengguna Jasa
akan melanggar ketentuan Anti-tippingoff, Pengurus
atau BO sumber dana, tujuan Transaksi, dan hubungan
dan/atau Pengelola wajib menghentikan kegiatan
usaha dengan pihak terkait.
dimaksud.
Pasal 29 (4) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menyampaikan
Pengguna Jasa atau BO yang memenuhi kriteria berisiko TKM kepada PPATK mengenai penghentian kegiatan
tinggi dibuat dalam daftar tersendiri. sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 30 Pasal 33

(1) Dalam hal Pengurus dan/atau Pengelola akan Pengurus dan/atau Pengelola wajib melakukan
melakukan hubungan usaha atau Transaksi dengan pemutakhiran data terhadap informasi dan dokumen
Pengguna Jasa atau BO yang tergolong berisiko tinggi, seluruh Pengguna Jasa atau BO.
menjadi tanggung jawab Pengurus. Pasal 34
(2) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memelihara
berwenang untuk:
database daftar teroris berdasarkan data yang
a. memberikan persetujuan atau penolakan hubungan
dipublikasikan oleh pemerintah atau organisasi
usaha dan/atau Transaksi dengan calon Pengguna
internasional.
Jasa atau BO yang tergolong berisiko tinggi;
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memastikan secara
dan/atau
berkala nama Pengguna Jasa yang memiliki kesamaan
b. memutuskan untuk meneruskan atau menghentikan
atau kemiripan dengan nama yang tercantum dalam
Transaksi dengan Pengguna Jasa atau BO yang
database daftar teroris.
tergolong berisiko tinggi.
(3) Dalam hal terdapat kesamaan atau kemiripan
(3) Dalam hal Pengurus melakukan penolakan sebagaimana
namayang tercantum dalam database daftar teroris
dimaksud pada ayat (2) huruf a Pengurus dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengurus
langsung melakukan penolakan tanpa menganggu
dan/atau Pengelola wajib memastikan kesesuaian
aktifitas usaha simpan pinjam.
indentitas Pengguna Jasa.
Bagian Keenam Pemantauan Transaksi dan Pemutakhiran (4) Dalam hal terdapat kesamaan atau kemiripan nama
Data Pengguna Jasa Pengguna Jasa dengan nama yang tercantum dalam
Pasal 31 database daftar teroris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pengurus dan/atau Pengelola wajib
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib melakukan melaporkan Pengguna Jasa tersebut sebagai TKM.
pemantauan secara berkesinambungan terhadap
Transaksi Pengguna Jasa. Bagian Ketujuh Penatausahaan Dokumen
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 35
dilakukan untuk memastikan kesesuaian antar Transaksi
(1) KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi wajib
Pengguna Jasa dengan identitas, usaha, profil, risiko,
menatausahakan dokumen seluruh BO dalam jangka
atau sumber dana Pengguna Jasa.
waktu paling sedikit 5 (lima) tahun sejak berakhirnya
Pasal 32 hubungan usaha dengan BO atau ditemukannya
(1) Pengurus dan/atau Pengelola melakukan analisis ketidaksesuaian Transaksi dengan tujuan Transaksi.
terhadap: (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
a. transaksi dalam nominal besar; sedikit meliputi identitas BO serta formulir hubungan
b. pola Transaksi; usaha termasuk dokumen korespondensi dengan
c. ketidaksesuaian dengan profil; Pengguna Jasa.
d. karakteristik usaha; Bagian Kedelapan Pemutusan Hubungan Usaha dan
e. pola Transaksi Pengguna Jasa; atau Penolakan Transaksi
f. tidak memiliki alasan dan tujuan ekonomis yang
Pasal 36
jelas.
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib meminta informasi (1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memutuskan
tentang latar belakang dan tujuan Transaksi terhadap hubungan usaha atau melakukan penolakan Transaksi
Transaksi yang tidak sesuai dengan profil, karakteristik, dengan calon Pengguna Jasaatau Pengguna Jasadalam
dan kebiasaan pola transaksi Pengguna Jasa, dengan hal:
memperhatikan ketentuan Anti-tippingoff sebagaimana a. calon Pengguna Jasa menolak untuk mematuhi
diatur dalam ketentuan peraturan perundang- PMPJ;
undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan b. meragukan kebenaran informasi yang disampaikan
tindak pidana Pencucian Uang. oleh Pengguna Jasa; dan
(3) Dalam hal Pengurus dan/atau Pengelola menilai c. Pengguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga
kegiatan meminta informasi tentang latar belakang dan menggunakan dokumen palsu.
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menyelesaikan b. pengenalan dan pemantauan terhadap profil
proses identifikasi dan verifikasi terhadap identitas karyawan.
calon Pengguna Jasa dan BO dalam hal penolakan
BAB VIII SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Transaksi dilakukan berdasarkan ayat (1) huruf c.
(3) Pengurus dan/atau Pengelola wajib Pasal 40
mendokumentasikan informasi dan dokumen calon (1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memiliki sistem
Pengguna Jasa yang memenuhi kriteria sebagaimana informasi yang dapat mengindentifikasi menganalisa,
dimaksud pada ayat (1). memantau, dan menyediakan laporansecara efektif
(4) Dalam hal terjadi tindakan pemutusan hubungan usaha mengenai karakteristik Transaksi yang dilakukan oleh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengurus Pengguna Jasa.
dan/atau Pengelola wajib melaporkan TKM kepada (2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PPATK. dapat dilakukan secara manual maupun dengan sistem
Pasal 37 komputerisasi.
(3) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memiliki dan
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menolak transaksi,
memelihara profil Pengguna Jasa secara terpadu, paling
membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan
sedikit meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam
usaha dengan Pengguna Jasa dalam hal:
Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 22.
a. kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(4) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam
(1) terpenuhi;dan/atau
Pasal 13 wajib mempertimbangkan faktor teknologi
b. memiliki sumber dana Transaksi yang diketahui
informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku
dan/atau patut diduga berasal dari hasil tindak
pencucian uang atau pendanaan terorisme.
pidana.
(2) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memberitahukan BAB IX SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENINGKATAN
secara tertulis kepada Pengguna Jasa mengenai KAPASITAS
penutupan hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 41
(1).
(3) Dalam hal setelah dilakukan pemberitahuan KSP/USPKoperasi/KSPPS/USPPS Koperasi wajib memiliki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam
tidak mengambil sisa dana yang tersimpan di KSP/USP jumlah yang mencukupi kebutuhan dalam penerapan
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi, penanganan dana PMPJ.
tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan Pasal 42
perundang-undangan.
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menyelenggarakan
Pasal 38 peningkatan kapasitas secara berkala kepada karyawan
Pengurus dan/atau Pengelola wajib mencantumkan terkait PMPJ mengenai:
ketentuan pemutusan hubungan usaha dan penolakan a. implementasi peraturan perundang-undangan yang
Transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal terkait dengan pencegahan dan pemberantasan
37 serta perjanjian tabungan/simpanan dan diberitahukan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
kepada Pengguna Jasa. terorisme;
c. informasi tentang teknik, metode, dan tren tindak
BAB VII PENGENDALIAN INTERN pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme
Pasal 39 yang terbaru;
d. kebijakan dan prosedur penerapan PMPJ; dan
(1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib memiliki sistem
e. peran dan tanggung jawab karyawan dalam
pengendalian intern yang efektif.
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
(2) Pelaksanaan sistem pengendalian intern sebagaimana
pencucian uang dan pendanaan terorisme.
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan:
(2) Karyawan yang terkait dengan PMPJ wajib mengikuti
a. dimilikinya kebijakan, prosedur, dan pemantauan
pelatihan yang berkaitan dengan anti pencucian uang
intern yang memadai;
dan pendanaan terorisme secara berkala.
b. adanya batasan wewenang dan tanggungjawab unit
kerja terkait dengan penerapan PMPJ; dan BAB X PELAPORAN KE PPATK
c. dilakukannya pemeriksaan untuk memastikan Pasal 43
efektivitas penerapan PMPJ oleh unit kerja audit
intern. (1) Pengurus dan/atau Pengelola wajib menyampaikan
(3) Untuk pencegahan digunakannya KSP/USP laporan TKM, laporan TKT dan laporan lain kepada
Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi sebagai media atau PPATK sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
tujuan pencucian uang atau pendanaan terorisme, perundang-undangan yang mengatur mengenai
KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi wajib pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
melakukan: pencucian uang.
a. penyaringan untuk penerimaan karyawan baru; dan (2) Kewajiban KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPSKoperasi
untuk melaporkan TKM juga berlaku untuk Transaksi
yang diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau BAB XII SANKSI
pendanaan terorisme.
Pasal 47
(3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengacu pada Peraturan Kepala PPATK mengenai Pelanggaran terhadap PMPJ dan kewajiban pelaporan
tata cara pelaporan TKM dan laporan TKT bagi penyedia dikenakan sanksi administratif berupa:
jasa keuangan. a. teguran tertulis pertama dan kedua;
BAB XI PELAKSANAAN PENGAWASAN KEPATUHAN b. mengusulkan pemberhentian sementara terhadap
Pengurus dan/atau Pengelola;
Pasal 44
d. pembekuan sementara izin usaha simpan pinjam
(1) Deputi melaksanakan pengawasan kepatuhan atas atau izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan
penerapan PMPJ dan pengawasan kepatuhan atas syariah;
kewajiban pelaporan. e. pencabutan izin usaha simpan pinjam atau izin usaha
(2) Pelaksanakan pengawasan kepatuhan sebagaimana simpan pinjam dan pembiayaan syariah; dan/atau
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Deputi. f. pembubaran KSP atau KSPPS
Pasal 45 BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN
(1) Pengurus wajib menyusun peraturan khusus tentang Pasal 48
pelaksanaan PMPJ dengan mengacu kepada Peraturan
(1) Ketentuan PMPJ sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.
Menteri ini berlaku juga terhadap Pengguna Jasa
(2) KSP/USP Koperasi/KSPPS/USPPS Koperasi wajib
dan/atau BO sebelum Peraturan Menteri ini berlaku.
melaksanakan peraturan khusus sebagaimana dimaksud
(2) Pelaksanaan PMPJ terhadap Pengguna Jasa dan/atau
pada ayat (1), termasuk melakukan kegiatan
BO yang telah menjadi Pengguna Jasa sebelum
identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
Peraturan Menteri ini berlaku sebagaimana dimaksud
pengendalian terhadap risiko terjadinya pencucian uang
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan penilaian resiko
atau pendanaan terorisme dari:
terhadap pengguna jasa dan/atau BO dimaksud.
a. pengembangan produk dan aktifitas baru termasuk
pelaksanaannya; dan
b. penggunaan atau pengembangan teknologi baru
baik untuk produk baru maupun untuk produk yang
sudah berjalan.
(3) Peraturan khusus yang telah disusun oleh Pengurus
sebagaimana dimaksud padaayat (1) disampaikan
kepada:
a. Deput untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan
lintas daerah provinsi;
b. Gubernur untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaaan lintas daerah kabupaten/kotadalam 1
(satu) provinsi; dan
c. bupati/walikota untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaan dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.
(4) Peraturan khusus yang telah disusun oleh Pengurus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya
Peraturan Menteri ini.
Pasal 46
(1) Dalam hal Pengurus melakukan perubahan peraturan
khusus tentang penerapan PMPJ, wajib menyampaikan
setiap perubahan yang dilakukan kepada:
a. Deputi untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan
lintas daerah provinsi;
b. Gubernur untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaaan lintas daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) provinsi; dan
c. bupati/walikota untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaan dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.
(2) Perubahan peraturan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib disampaikan paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak perubahan tersebut
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai